Disusun oleh :
dr. Anditha Namira Rezky Sitompul
Pendamping :
dr. Isma Ninda Ningsih
dr. Fitrika Rahmah Riasya
KOTA TANJUNGBALAI
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Dengan Judul/Topik :
Nama Pendamping
Lokasi Wahana
No.
Tanda Tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping I
PORTOFOLIO
Nama Peserta :
Nama Wahana :
Topik :
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien :
Tanggal Presentasi :
Tempat Presentasi :
Objektif
Presentasi :
Keilmuan
Diagnostik
Neonates
Deskripsi
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Manajemen
Masalah
Istimewa
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Laki-laki 13 tahun, diantar keluarga dengan keluhan keluar cairan dari
Tujuan
telinga
Mengetahui stadium OMA
Bahan bahasan
Cara membahas
diskusi
Data pasien
Nama : RG
Nama klinik :
IGD RSUD Tengku Mansyur Telp :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : Otitis Media Akut
Audit
Pos
No registrasi : 362731
Terdaftar sejak :
2. Gambaran Klinis:
RG, Laki-laki 13 tahun, diantar keluarga dengan keluhan keluar cairan dari telinga. Hal
ini dialami OS sejak 3 hari ini. Cairan keluar berwarna kuning dan encer. Sebelumnya os
juga mengalami nyeri hebat pada telinga dan mengeluhkan telinga terasa penuh sejak
satu minggu yang lalu. Riwayat flu dijumpai lebih kurang 2 minggu yang lalu.
Pemeriksaan fisik :
3.
4.
5.
6.
Keadaan Umum
: Baik
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
HR
: 80x/ menit
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Otitis Media Akut
2. Perlunya ketepatan dalam mendiagnosis kasus OMA.
3. Perlunya melakukan penentuan terhadap stadium OMA.
4. Perlunya penatalaksanaan yang tepat dengan tatalaksana sesuai stadium
1. Subyektif
Laki-laki 13 tahun, diantar keluarga dengan keluhan keluar cairan dari telinga. Hal ini dialami
OS sejak 3 hari ini. Cairan keluar berwarna kuning dan encer. Sebelumnya os juga mengalami
nyeri hebat pada telinga dan mengeluhkan telinga terasa penuh sejak satu minggu yang lalu.
Riwayat flu dijumpai lebih kurang 2 minggu yang lalu.
2. Obyektif
Pemeriksaan fisik
KU: kesadaran compos mentis
Vital sign
Keadaan Umum
: Baik
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
HR
: 80x/ menit
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
Simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut
Sianosis (-)
Tenggorok
Uvula di tengah, T1-T1
Leher
Trakhea di tengah, JVP R-2 cmH20
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi
: SF kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor,
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)
Inferior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)
Status Lokalisata
:
Pemeriksaan Otoscope
(Perforasi Central)
: (dbn)
Pemeriksaan Rhynoscope
: (dbn)
3. Assessment
Diagnosis: Otitis Media Akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda
yang bersifat cepat dan singkat.
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75%
kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur
cairan atau efusi telinga tengah. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella
catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan
dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira
10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada
perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium
hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.
mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis.
Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala
berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.
perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya
kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika
membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium
awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah
untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati
gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan
memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl
efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 %
dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Sumber
infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik.
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.
Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat
diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi
mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik
diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada
anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin
atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari
serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi,
dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
keadaan ini berlanjut, mungkin telah terjadi mastoiditis.
4. Plan
Diagnosis
Otitis Media Akut Stadium Perforasi
Pengobatan
Pendidikan
Edukasi yang diperlukan tentang menjaga kebersihan telinga dan menjaga agar tidak masuk air
kedalam telinga. Maka perlu dihindari olahraga seperti berenang. Dianjurkan untuk konsultasi ke
dokter jika mengalami infeksi saluran napas atas agar mencegah berulangnya OMA
Konsultasi
Dianjurkan untuk konsultasi ke dokter jika mengalami infeksi saluran napas atas agar
mencegah berulangnya OMA