Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO

PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA AKUT


BERDASARKAN STADIUM

Disusun oleh :
dr. Anditha Namira Rezky Sitompul

Pendamping :
dr. Isma Ninda Ningsih
dr. Fitrika Rahmah Riasya

RSUD TENGKU MANSYUR


TANJUNG BALAI
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 2016-2017

KOTA TANJUNGBALAI
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal ........................................................... telah dipresentasikan oleh:


Nama Peserta

: dr. Anditha Namira Rezky Sitompul

Dengan Judul/Topik :
Nama Pendamping

: dr. Fitrika Rahmah Riasya

Lokasi Wahana

: RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjung Balai

No.

Nama Peserta Presentasi

Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping I

(dr. Fitrika Rahmah Riasya)

PORTOFOLIO

Nama Peserta :
Nama Wahana :
Topik :
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien :
Tanggal Presentasi :

dr. Anditha Namira Rezky Sitompul


RSUD Tengku Mansyur
Otitis Media Akut
28 April 2016
RG
No RM : 362731
20 April 2016
Nama Pendamping : dr. Isma Ninda Ningsih
dr. Fitrika Rahmah Riasya

Tempat Presentasi :
Objektif

RSUD Tengku Mansyur


Penatalaksanaan Otitis Media Akut

Presentasi :
Keilmuan
Diagnostik
Neonates
Deskripsi

Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Manajemen
Masalah
Istimewa
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Laki-laki 13 tahun, diantar keluarga dengan keluhan keluar cairan dari

Tujuan

telinga
Mengetahui stadium OMA

Bahan bahasan
Cara membahas

Mengetahui penatalaksanaan berdasarkan stadium


Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Diskusi
Presentasi dan
Email

diskusi
Data pasien
Nama : RG
Nama klinik :
IGD RSUD Tengku Mansyur Telp :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : Otitis Media Akut

Audit
Pos

No registrasi : 362731
Terdaftar sejak :

2. Gambaran Klinis:
RG, Laki-laki 13 tahun, diantar keluarga dengan keluhan keluar cairan dari telinga. Hal
ini dialami OS sejak 3 hari ini. Cairan keluar berwarna kuning dan encer. Sebelumnya os
juga mengalami nyeri hebat pada telinga dan mengeluhkan telinga terasa penuh sejak
satu minggu yang lalu. Riwayat flu dijumpai lebih kurang 2 minggu yang lalu.
Pemeriksaan fisik :

3.
4.
5.
6.

Keadaan Umum

: Baik

Sensorium

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

HR

: 80x/ menit

Riwayat pengobatan : tidak ada


Riwayat kesehatan/penyakit: tidak ada
Riwayat keluarga: riwayat DM dan hipertensi pada keluarga disangkal
Riwayat pekerjaan: pasien masih sekolah tingkat SMP

7. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan)


Pasien tinggal di lingkungan pemukiman tidak padat penduduk, tidak bekerja, aktivitas
minimal, dan biaya kesehatan ditanggung oleh BPJS.
8. Lain-lain:
Daftar Pustaka :
-

Clinical Practice Guidelines. Acute otitis media available at:


http://www.rch.org.au/clinicalguide.pdf
Djaafar, Z.A. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, ed. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi ke-4. Jakarta. Gaya baru-FK UI. 2001;
49-58

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Otitis Media Akut
2. Perlunya ketepatan dalam mendiagnosis kasus OMA.
3. Perlunya melakukan penentuan terhadap stadium OMA.
4. Perlunya penatalaksanaan yang tepat dengan tatalaksana sesuai stadium
1. Subyektif
Laki-laki 13 tahun, diantar keluarga dengan keluhan keluar cairan dari telinga. Hal ini dialami
OS sejak 3 hari ini. Cairan keluar berwarna kuning dan encer. Sebelumnya os juga mengalami
nyeri hebat pada telinga dan mengeluhkan telinga terasa penuh sejak satu minggu yang lalu.
Riwayat flu dijumpai lebih kurang 2 minggu yang lalu.
2. Obyektif
Pemeriksaan fisik
KU: kesadaran compos mentis

Vital sign
Keadaan Umum

: Baik

Sensorium

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

HR

: 80x/ menit

Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
Simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut
Sianosis (-)

Tenggorok
Uvula di tengah, T1-T1
Leher
Trakhea di tengah, JVP R-2 cmH20
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi
: SF kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor,
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Iktus kordis kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)
Inferior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)
Status Lokalisata
:

Pemeriksaan Otoscope
(Perforasi Central)

: Liang telinga (dbn), Membran Tympani

Pemeriksaan Laryngoscope Indirect

: (dbn)

Pemeriksaan Rhynoscope

: (dbn)

3. Assessment
Diagnosis: Otitis Media Akut
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda
yang bersifat cepat dan singkat.
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75%
kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur
cairan atau efusi telinga tengah. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah
Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella
catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan

dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira
10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus.
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada
perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium
hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.

Gambar 2.2. Membran Timpani Normal


1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran
timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya
absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal,
refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya
tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan,
atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.
Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan
alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.
2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi
Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai
oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa
yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga
terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan
membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang
menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran

mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis.
Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala
berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.

Gambar 2.3. Membran Timpani Hiperemis


3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di
telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi
makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum
timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat
disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah
dan kejang.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani.
Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis
vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan
nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.
Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini
kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari
telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup
kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.
Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

Gambar 2.4. Membran Timpani Bulging dengan Pus Purulen


4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang
pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya
pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat
tertidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap
berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika
kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan,
maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik.

Gambar 2.5. Membran Timpani Peforasi


5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan
berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga

perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya
kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika
membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium
awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah
untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati
gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan
memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl
efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1 %
dalam larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Sumber
infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik.
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.
Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat
diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan
penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi
mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik
diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada
anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat dosis, amoksisilin
atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis.
Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari
serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi,
dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
keadaan ini berlanjut, mungkin telah terjadi mastoiditis.

4. Plan
Diagnosis
Otitis Media Akut Stadium Perforasi
Pengobatan

Aural Toilette dengan H202 3%


Tetes Telinga Ofloksasin 2 tetes pada telinga yang sakit
Amoxicillin 3x1

Pendidikan
Edukasi yang diperlukan tentang menjaga kebersihan telinga dan menjaga agar tidak masuk air
kedalam telinga. Maka perlu dihindari olahraga seperti berenang. Dianjurkan untuk konsultasi ke
dokter jika mengalami infeksi saluran napas atas agar mencegah berulangnya OMA
Konsultasi
Dianjurkan untuk konsultasi ke dokter jika mengalami infeksi saluran napas atas agar
mencegah berulangnya OMA

Anda mungkin juga menyukai