Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat
lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk
menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability),
durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton
memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang
tidak dimiliki beton.
Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan terjadi momen
lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama sama. Momen - momen ini yang
diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya gravitasi dapat menimbulkan beban lateral
seperti angin dan gempa atau bisa juga diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka
dari itu, setiap penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan
kuat terhadap setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial, gaya geser
maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap pengaruh luar.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan tentang beton dalam makalah ini di batasi pada :
1. Apa Defenisi Struktur Beton Bertulang?
2. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur?
3. Bagaimana Sifat-sifat Beton Bertulang?
4. Bagaimana Cara Pengerjaan Beton Segar?
C. Tujuan Penulisan
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mejelasakan tentang :
Defenisi Struktur Beton Bertulang, Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu
Bahan Struktur, Sifat-sifat Beton Bertulang, Kolom, Pengantar Gempa, dan Balok

Beton Bertulang

Page 1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Struktur Beton Bertulang
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan yang mempunyai sifatsifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan tersebut.
Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi. Akan
tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika dibebani tarik. Sedangkan baja
tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas
tekan yang rendah karena bentuknya yang langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap
beban tekan). Namun, dengan menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan
tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik.
Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan, beton
disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah tulangan mengalami
tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa kombinasi dari kedua bahan bangunan ini
menghasil bahan bangunan baru yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibanding sifat-sifat
dari masing-masih bahan tersebut sebelum digabungkan. Berikut kita akan paparkan sesuatu
yang berhubungan dengan bahan bangunan beton dan tulangan baja.
Beton adalah bahan bangunan yang terbuat dari semen (Portland cement atau semen hidrolik
lainnya), pasir atau agregat halus, kerikil atau agregate kasar, air dan dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kekuatan tekan beton yang digunakan untuk perencanaan ditentukan berdasarkan
kekuatan tekan beton pada umur 28 hari. Meskipun sekarang kita dapat menghasilkan beton
dengan kekuatan tekan lebih 100 MPa, kekuatan tekan beton yang umum digunakan dalam
perencanaan berkisar antara 20 40 MPa. Seperti diterangkan sebelumnya, beton mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi mempunyai kekuatan tarik yang rendah, hanya berkisar
antara 8% sampai 15% dari kekuatan tekannya. Untuk mengatasi kelemahan dari bahan beton
inilah maka ditemukan bahan bangunan baru dengan menambahkan baja tulangan untuk
memperkuat terutama bagian beton yang mengalami tarik.
Baja tulangan yang digunakan untuk perencanaan harus mengunakan baja tulangan ulir/sirip
(deformed bar). Sedangkan tulangan polos (plain bar) hanya dapat digunakan untuk tulangan
spiral dan tendon, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.
B. Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan Struktur
1. Kelebihan :
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton bertulang
digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir semua struktur, besar maupun kecil
Beton Bertulang

Page 2

bangunan, jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dindingpenahan tanah, terowongan,


jembatan yang melintasi lembah (viaduct), drainaseserta fasilitas irigasi, tangki, dan
sebagainya. Sukses besar beton sebagai bahan konstruksi yang universal cukup mudah
dipahami jika dilihat dari banyaknya kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara
lain :
a) beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
bahan lain.
b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan
merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air.
Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang struktur dengan
ketebalan penutup beton yangmemadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami
kerusakan padapermukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
Struktur beton bertulang sangat kokoh.
c) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
d) Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang. Dalam
kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapan pun
tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari
kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan
semakin lama semakin bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses
pemadatan pasta semen.
e) Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak,
dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan semacam itu.
f) Salah satu ciri khas beton adalah kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang
sangat beragam, mulai dari pelat, balok, dan kolom yang sederhana sampai atap kubah
dan cangkang besar.
g) Di sebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir,
kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja, yang
mungkin saja harus didatangkan daridaerah lain.
h) Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi betonbertulang lebih
rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.
2. Kelemahan
Untuk dapat mengoptimalkan penggunaan beton, perencana harus mengenal dengan baik
kelebihannya. Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain :
a) Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan penggunaan
tulangan tarik.
b) Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di tempatnya sampai
beton tersebut mengeras. Selain itu, penopang atau penyangga sementara mungkin
Beton Bertulang

Page 3

diperlukan untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya, misalnya pada
atap, dinding, dan struktur-struktur sejenis, sampai bagian-bagian beton ini cukup kuat
untuk menahan beratnya sendiri. Bekisting sangat mahal. Di Amerika Serikat, biaya
bekisting berkisar antara sepertiga hingga dua pertiga dari total biaya suatu struktur beton
bertulang, dengan nilai sekitar 50%. Sudah jelas bahwa untuk mengurangi biaya dalam
pembuatan suatu struktur beton bertulang, hal utama yang harus dilakukan adalah
mengurangi biaya bekisting.
c) Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang menjadi
berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang dimana berat
beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur.
d) Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi-campuran dan
pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa ditangani seteliti
seperti yang dilakukan pada proses produksi material lain seperti struktur baja dan kayu.
C. Sifat-sifat Beton Bertulang
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum
dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton bertulang antara lain :
1. Kuat Tekan
Kuat tekan beton (fc) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan ukuran
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat pembebanan
tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya ditempatkan Mdalam sebuah
ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan 100%. Meskipun ada beton yang
memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton
memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum,
digunakan beton dengan kekuatan 20 Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton
prategang 35 Mpa dan 40 Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada
lantai-lantai bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa
telah digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siapcampur (ready-mix concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat dipengaruhi
oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya. Di banyak Negara,
spesimen uji yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm. untuk beton-beton uji yang
sama, pengujian terhadap silinder-silinder 150 mm x 300 mm menghasilkan kuat tekan
yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai yang diperoleh dari pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu melakukan
penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan. Perkiraan kenaikan biaya
bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti itu adalah 15% sampai 20%.
Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35 atau 40 Mpa diperlukan desain
Beton Bertulang

Page 4

campuran beton yang sangat teliti dan perhatian penuh kepada detail-detail seperti
pencampuran, penempatan, dan perawatan. Persyaratan ini menyebabkan kenaikan biaya
yang relatife lebih besar. Kurva tegangan-regangan pada gambar dibelakang menampilkan
hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standar berumur 28 hari
yang kekuatannya beragam.
Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari niol sampai kira-kira 1/3 - 2/3
kekuatan maksimum beton.
Diatas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidak linearan kurva tegangan-regangan
beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan beberapa masalah ketika kita
melakukan analisis struktural terhadap konstruksi beton karena perilaku konstruksi
tersebut juga akan nonlinear pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi.
Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapapun besarnya
kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatatan puncaknya pada regangan sekitar
0,002.
Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti, sebaliknya kurva beton akan tetap bergerak
mulus hingga tiba di titik kegagalan (point of rupture) pada regangan sekitar 0,003
sampai 0,004.
Banyak pengujian yang telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan- regangan untuk
silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa untuk sisi balok yang
mengalami tekan.
Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih daktail daripada
beton berkekuatan lebih tinggi artinya, beton-beton yang lebih lemah akan mengalami
regangan yang lebih besar sebelum mengalami kegagalan.
2. Modulus Elastisitas Statis
Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik dan
perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi mengenai
modulus elastisitas :
a) Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal dari kurva.
b) Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung) pada kurva
tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50% dari kekuatan maksimum
beton.
c) Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik pada kurva
tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan tekan maksimumnya
disebut Modulus sekan.

Beton Bertulang

Page 5

d) Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus jangka
panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan yang diperoleh setelah
beban diberikan selama beberapa waktu.
e)
3. Modulus elastisitas dinamis
Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan reganganregangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya biasanya lebih
besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-kira sama dengan modulus nilai
awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa
atau tumbukan.

4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya berkurang
tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah lateral. Perbandingan ekspansi
lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut sebagai Perbandingan Poisson(Poissons
ratio). Nilainya bervariasi mulai dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu
rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai
perbandingan ini dengan nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran
agregat, dan sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh dari
perbandingan poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari perbandingan harus
diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain bendungan busur, terowongan, dan
struktur-struktur statis tak tentu lainnya.
5. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan utama dari
kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retak-retak halus. Retakretak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan karena beban tekan
menyebabkan retak menutup sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini
tidak terjadi bila balok menerima beban
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan sifat
penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak yang terjadi. Selain itu, kuat
tarik dari batang beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik
beton tidak besar, hanya sedikit usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik
dari beton. Namun, berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai modulus
elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan menahan tegangan
tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang menahannya. Alasannya adalah bahwa
beton akan mengalami retak pada regangan tarik yang begitu kecil sehingga tegangan-tegangan
Beton Bertulang

Page 6

rendah yang terdapat pada baja hingga saat itu akan membuat penggunaannya menjadi tidak
ekonomis. Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc. Meskipun
demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari fc. Kuat tarik
ini cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang
spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan
beban-beban tersebut. Sebagai akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak
tidak langsung untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus keruntuhan dan
uji pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat penting ketika kita
sedang meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan ini, kita selama ini menggunakan
kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus-keruntuhan. Modulus keruntuhan biasanya dihitung
dengan cara membebani sebuah balok beton persegi (dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m
dari as ke as) tanpa-tulangan berukuran 15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban
terpusat yang besarnya sama pada 1/3 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai dengan yang
disebutkan dalam ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai keruntuhan terjadi akibat
retak pada bagian balok yang mengalami tarik. Modulus keruntuhannya fr ditentukan kemudian
dari rumus lentur.
6. Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul murni tanpa
dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya, pengujian kuat geser beton
selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai leleh yang terletak di antara 1/3 sampai
4/5 dari kuat tekan maksimumnya.
7. Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan persamaanpersamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur beton.
D. Kolom
Definisi kolom menurut SNI-T15-1991-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas
utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka
(frame) struktur yang memikul beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom meneruskan
beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah
melalui`pondasi.
Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom
adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan ke
pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertical yang besar, selain itu harus mampu
Beton Bertulang

Page 7

menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya
eksentrisitas pembebanan. hal yang perlu diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu
beton dan baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan yang terjadi.
E. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung beban vertikal dan
horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat
sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa
beban angin dan gempa. Balok merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan
untuk memikul beban tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun torsi. Oleh
karena itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu
struktur bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar.
F. Pengantar Gempa
Kerak bumi terdiri dari beberapa lapisan tektonik keras yang disebut litosfer yang
mengapung di atas medium fluida yang lebih lunak yang disebut mantle, sehingga kerak bumi ini
dapat bergerak. Teori yang dipakai untuk menerangkan pergerakan-pergerakan kerak bumi
tersebut adalah teori perekahan dasar laut (Sea Floor Spreading Theory) yang dikembangkan
oleh F. V. Vine dan D. H. Mathews pada tahun 1963 (Irsyam, 2005). Bersatunya masa batu atau
pelat satu sama lain dicegah oleh gaya-gaya friksional, apabila tahanan ultimate friksional
tercapai karena ada gerakan kontinyu dari fluida dibawahnya dua pelat yang akan bertumbukan
satu sama lain akan menimbulkan gerakan tiba-tiba yang bersifat transient yang menyebar dari
satu titik kesuatu arah yang disebut gempa bumi. Gempa bumi yang menimbulkan kerusakan
yang paling luas adalah gempa tektonik. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh terjadinya
pergeseran kerak bumi (lithosfer) yang umumnya terjadi didaerah patahan kulit bumi.
Dalam beberapa dekade belakangan, para insinyur struktur mulai mengalami kemajuan yang
berarti dalam memahami perilaku struktur terhadap beban gempa. Kemajuan ini dikombinasikan
dengan hasil penelitian modern yang membuat para insinyur struktur dapat mendesain suatu
struktur yang aman ketika mengalami bebangempa yang besar, selain itu dapat pula mendesain
bangunan yang tetap dapat terus beroperasi selama dan setelah gempa terjadi. Struktur suatu
bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada struktur
tersebut, diantaranya beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati
struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban
gempa.
Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan mengalami
pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Pergerakan tanah tersebut menimbulkan
percepatan sehingga struktur yang memiliki massa akan mengalami gaya berdasarkan rumus F =
m x a. Namun struktur pada umumnya memiliki faktor keamanan yang cukup dalam menahan
Beton Bertulang

Page 8

gaya vertikal dibandingkan dengan gaya gempa lateral. Gaya gempa vertikal harus
diperhitungkan untuk unsur-unsur struktur gedung yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap
beban gravitasi seperti balkon, kanopi dan balok kantilever berbentang panjang, balok transfer
pada struktur gedung tinggi yang memikul beban gravitasi dari dua atau lebih tingkat diatasnya
serta balok beton pratekan berbentang panjang. Sedangkan gaya gempa lateral bekerja pada
setiap pusat massa lantai.
Berdasarkan UBC 1997, tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah
terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai
berikut:
a) Tidak terjadi kerusakan sama sekali pada gempa kecil
b) Ketika terjadi gempa sedang, diperbolehkan terjadi kerusakan arsitektural tapi bukan merupakan
kerusakan structural
c) Diperbolehkan terjadinya kerusakan struktural dan non struktural pada gempa kuat, namun
kerusakan yang terjadi tidak menyebabkan bangunan runtuh.
Beban gempa nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh besarnya probabilitas beban itu
dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya, dan
oleh kekuatan lebih yang terkandung didalam struktur tersebut. Peluang dilampauinya beban
nominal tersebut dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya adalah gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Tingkat daktilitas
struktur gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat lebih (f1)
untuk struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban gempa
nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan terjadinya pelelehan
pertama didalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan faktor kuat lebih (f1).
Daktilitas adalah kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pascaelastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa diatas beban gempa
yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan
kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada
dalam kondisi diambang keruntuhan. Faktor daktilitas struktur gedung () adalah rasio
antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat
mencapai kondisi diambang keruntuhan (max) dan simpangan struktur pada saat terjadinya
sendi plastis yang pertama (y). Untuk =1 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung
yang berprilaku elastik penuh, seangkan m adalah nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat
dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan.
1. Analisis Beban Gempa
Struktur beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh
gempa rencana dalam arah masing-masing sumbu utama denah nominal statik ekivalen (V) yang
terjadi di tingkat dasar dapat dihitung menurut persamaan di bawah ini:
Beton Bertulang

Page 9

Dimana C1 adalah nilai faktor respon gempa yang didapat dari respon spectra gempa
rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, Wt adalah berat total gedung termasuk beban
hidup yang sesuai, R adalah faktor reduksi gempa, dan I adalah faktor keutamaan. Beban geser
dasar nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa
nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i. Dimana Wi
adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah ketinggian lantai
tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling
atas.
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan
gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0.1 V harus dianggap sebagai beban horizontal
terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0.9 V sisanya
harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik
ekuivalen.
2. Respon Spektra
Untuk menentukan pengaruh gempa rencana pada struktur gedung, yaitu berupa beban geser
dasar nominal statik ekivalen pada struktur gedung beraturan atau gaya geser dasar nominal
sebagai respon dinamik ragam pertama pada struktur gedung tidak beraturan, untuk masingmasing wilayah gempa ditetapkan respon spektra gempa rencana. Respon spektra adalah suatu
diagram yang memberi hubungan antara percepatan respon maksimum suatu sistem Satu Derajat
Kebebasan (SDK) akibat suatu gempa masukan tertentu, sebagai fungsi dari faktor redaman
(dumping) dan waktu getar alami sistem SDK tersebut (T). Bentuk respon spektra yang
sesungguhnya menunjukkan suatu fungsi acak yang untuk waktu getar alami (T) meningkat
menunjukkan nilai yang mula-mula meningkat dulu sampai suatu nilai maksimum, kemudian
turun lagi secara asimtotik mendekati sumbu-T.

Beton Bertulang

Page 10

G. Pengerjaan Beton Segar


1.Perencanaan kebutuhan bahan
Di bahas pada bab berikutnya.
2. Pencampuran
a.Perbandingan berat. Beton yang di bahas pada bab ini adalah yang bermutu 20 MPa
atau 225 kg/cm 2 yang susunan campurannya direncanakan dalam perbandingan
berat.
b.Perbandingan volume, dilakukan jika tidak terdapat timbangan di lapangan:

Konversi dari perbandingan berat,dengan cara bulking,contoh :


1 m beton
Berat

Air 200 kg

Volume
200 lt

Semen 320 kg

320
1,25

Pasir 650 kg

650
1,3

Agregat kasar 1250 kg

1250
1,5

= 256 lt

= 500 lt

= 833 lt

Susunan campuran nominal (nominal mix)


Contoh : semen : pasir : agregat kasar
1 bg : 2 bg : 3 bg = 50 kg : 100 kg : 150 kg

3.Pengadukan
Dengan cara :

Manual
Karena tergantung dari tenaga orang & alat yang dipakai , memerlukan waktu
yang lama dengan resiko pencampuran kurang rata.Agar campuran rata
sebaiknya sekali aduk maksimum 50 liter dengan waktu pengadukan sekitara 10
15 menit.

Beton Bertulang

Page 11

Mesin pengaduk :
a. Drum
Wadahnya berbentuk semacam drum dengan sudu/bilah (blade).mesin
pengaduk berputar bersama-sama sudu/bilahnya.kemiringan drum dapat diatur
agar pengadukan homogen.Pengisian dan pengeluaran dari arah samping.Ada
juga yang drumnya berputar pada arah horizontal kapasitas 250 lt, 500 lt , 1m.
b. Kincir
Wadahnya dilengkapi dengan kincir baik berbentuk spiral maupun sudu, yang
bergerak kincirnya,sedang wadahnya diam.biasanya untuk pembuatan bata
beton.
c. Pan mixer
Terdiri dari pan / semacam drum yang duduk.Wadahnya berputar, bladenya
diam atau sebaliknya. Dapat digunakan untuk beton yang kental sekali.
Kekenyalan dan rata atau tidaknya pengadukan dapat langsung terlihat.
Umumnya untuk beton pracetak.
Kecepatan Putaran
Tergantung kapasitasnya,jenis drum 14-20 rpm. Untuk kincir 20- 30 rpm. Untuk pan
lambat 12-20 rpm, sedangkan yang cepat 2060 rpm

tergantung konsistensi rencana

adukan. Ada yang kecepatan putarannya dapat diatur tergantung dari konsistensinya.
Lama Pengadukan
Tergantung dari :
a. Jumlah beton yang diaduk
b. Besar butir max agregat
c. Kekentalan adukan
d. Kapasitas dan efektifitas mesin pengaduk
Untuk beton yang terlalu kental,waktu pengadukan 2x beton yang normal
konsistensinya. Secara umum waktu pengadukan berkisar 5 15 menit. Untuk 400 lt
beton (kapasitas mixer) 1 menit sedangkan kapasitas 4500 lt 3 menit. Jumlah beton
yang diaduk umumnya kapasitas mesin pengaduk.
Jika pengadukan terlalu lama,dapat mengakibatkan :
Beton Bertulang

Page 12

a. Adukan semakin kental karena terjadi penguapan


b. Sebagian agregat kasar menjadi aus dan pecah
c. Sebagian butir pasir yang lunak dapat hancur sehingga beton makin kental dan
penyusutannya besar.
4. Pengangkutan
Selama pengangkutan ke tempat pengecoran, kekentalan dan kehohesifan, beton
harus terjaga.Di perjalanan beton dapat bertambah kental karena :
a. Hidrasi semen
b. Penguapan oleh suhu dan agregat
Minimal kekentalan beton ketika dicorkan harus kurang lebih sama dengan
rencana.Untuk beton yang diaduk pada Batching plant sebaiknya disertai dengan
keterangan nama dan alamat Batching plant, tanggal pembuatan, jumlah beton per-m 3,
jumlah semen per-m3 beton, maksimum besar butir agregat dan susunan besar butir,
kekentalan beton, jenis beton dan data pengujian tekan dicatat dengan lengkap.
Pengangkutan dapat dilakukan secara :
Sederhana :

Ember / dolag diangkut orang

Kereta dorong

Talang

Mekanis:

Truck (dumptruck)

Conveyer belt

Crane dengan skip : pengecoran dam, basement, dalam air

Trimi : pengecoran pondasi, pengecoran dalam air

Pompa

5. Pengecoran
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Persiapan pengecoran
Antara lain meliputi :

Beton Bertulang

Page 13

Pembersihan cetakan dan bagian-bagian yang akan dicor dari sampah, tanah,
minyak.

Kecermatan dimensi cetakan dari bagian-bagian konstruksi yang akan dicor.

Ukuran, bentuk, dan pemasangan tulangan.

Kerapatan cetakan.

Letak, kekuatan perancah / penyangga.

b. Konsistensi beton
Konsistensi beton yang akan dibuat, sesuai / tidak dengan kondisi lapangan meliputi :

Suhu

Jarak dari tempat pembuatan beton ke tempat pengecoran

Dimensi bagian konstruksi yang akan dicor

c. Kekohesifan beton :
Pada waktu pengecoran, baik dari pengangkutan sampai pengisian cetakan, harus
selalu kompak, tidak terjadi segregasi dan bleeding.
d. Waktu pengikatan
Apabila jarak angkut jauh dan waktu tempuh lama, pengecoran dilakukan
sebelum waktu ikat awal tercapai.
e. Sambungan dingin (cold joint)
Jika pengerjaan beton adalah menyambung antara beton yang sudah kuat dengan
beton baru / fresh concrete, sambungan harus diusahakan berada pada posisi netral dalam
konstruksi. Untuk pelat dan balok kira-kira di tengah bentang dimana D 0 atau jika
terdapat pertemuan dengan balok lain pada jarak 2x lebar balok dari titik pertemuan
tersebut.
Untuk beton yang kedap air: reservoar, atap, konstruksi di laut, usahakan tidak
terdapat sambungan. Sudut sambungan 450.
Cara pengecoran
1. Sederhana :

Ditumpahkan

Dialirkan dengan corong, talang, pipa

2. Dengan bantuan alat :


Beton Bertulang

Page 14

a. Skip : Untuk beton berukuran besar ( 1 3 M 3) yang ditumpahkan sekaligus.


Untuk beton yang berhubungan / dalam air.
b. Trimi : Untuk konstruksi di bawah air / yang akan terganggu oleh air. Beton
dimasukkan dalam pipa yang -nya bertingkat kemudian ditekankan masuk ke
tempat beton dicorkan
c. Pompa: Memerlukan kecermatan pelaksanaan dalam hal :

Mix design beton

Jenis peralatan dan pompa disesuaikan dengan jarak, permukaan dan daya
pemompaan yang diperlukan. Peralatan yang dipakai pada prinsipnya terdiri
dari: bak penampung, mesin pemompa, pipa penyaluran, pipa-pipa penyaluran
yang dapat dibengkokkan, dibelokkan, dan diarahkan ke tempat pengecoran.
Pengecoran dengan pompa dapat dilakukan untuk berbagai macam konstruksi.

d. Spraying / disemprotkan
Untuk penggunaan khusus, misalnya :

Untuk konstruksi yang tidak memerlukan cetakan pada 2 bidang beton,


misalnya : terowongan, kanal (ukuran besar) dsb.

Untuk mengisikan beton ke dalam rongga-rongga pada suatu konstruksi yang


tidak dapat dikerjakan dengan cara biasa.

Untuk perbaikan bidang-bidang tertentu yang tidak dapat dicapai dengan cara
biasa.

e. Slip Forming
Cara pengecoran untuk konstruksi yang mempunyai dimensi sama sepanjang /
setinggi tertentu, umpama : silo, menara, cerobong.
Cetakan / acuannya adalah untuk sebagian konstruksi tersebut dilaksanakan
tahap demi tahap sesuai dengan waktu pengikatan beton. Umpamanya waktu
pengikatan beton 3 jam, maka setelah 3 jam cetakan ini digerakkan ke atas
sampai beton dicorkan.
Pelaksanaan Pengecoran
1. Pondasi :
Telapak

Beton Bertulang

Page 15

Sumuran : ditumpahkan dengan mencegah segregasi. Jatuhnya beton tegak lurus. Jika
miring jangan sampai kena dinding.
Plat
Pengecoran dengan cara ditumpahkan tetapi dijaga jangan sampai beton
mengalir horisontal.Jiksa menggunakan talang,sediakan penampung.Beton
jangan dibiarkan bertimbunan baru dipindahkan,untuk mencegah segregasi.
2. Kolom
Beton boleh dijatuhkan setinggi < 1,5 m.Beton dimasukkan pada lubang pada bidang
sisi cetakan.Jatuhnya beton harus tegak dan lurus dan tidak menyentuh dinding
cetakan.Pengecoran dilakukan secara bertahap.
Pemadatan untuk kolom dilakukan :
Dari dalam dengan penggetar tusuk (pin vibrator)
Dari luar dengan menempelkan penggetar pada dinding cetakan.
Gabungan dari kedua hal tersebut,tergantung dimensi kolom.
3. Balok
Untuk pertemuan balok dengan kolompada tulangan rapat perlu diperhatikan besar
butir max.agregat.Beton jangan dibiarkan mengalir horisontal,untuk mencegah segregasi.
4. Dinding
Tinggi jatuh beton jangan >1,5 m.Jika dinding cukup tinggi harus dibagi menjadi
beberapa tahap sepanjang dinding.Kalau perlu memakai corong.Hindarkan sambungan pada
tempat yamg berbahaya dan antara beton yang sudah keras dengan yang masih segar.Karena
itu kecepatan pengecoran harus disesuaikan dengan dimensi dinding.Untuk dinding yang
harus kedap air tidak boleh ada cold joint.
5. Lantai atau Atap.
Karena permukaannya terbuka, beton harus dibuat sekental mungkin dengan gradasi
agregat yang baik.Dapat dicorkan dengan kereta dorong atau ditumpahkan dengan ember /
dolak. Beton tidak boleh mengalir horizontal atau digeser sebagian-sebagian. Sedapat
mungkin tidak ada cold joint. Pemadatan dengan pin / vibrator. Segera sesudah pemadatan
permukaan beton harus dijaga dari kontak langsung dengan matahari.

Beton Bertulang

Page 16

6. Pemadatan (vibrating)
Dilakukan secara :
a. Ditusuk :
Untuk beton relatif encer (slump 100 mm) dan kekuatan rendah. Dengan cara ini beton
tidak dapat menjadi plastis pada waktu pencetakan.

b. Digetar :
Beton menjadi lebih plastis sehingga dapat bergerak mengisi cetakan dengan banyak
serta padat.
Lama penggetaran tergantung dari :
Slump(workability). Makin kental makin lama.
Frekuensi penggetar (rpm). Makin tinggi frekuensi makin pendek waktu.
Amplitudo alat penggetar. Amplitudo makin besar waktu penggetaran
semakinsebentar.
Jenis-jenis alat penggetar :
a. Pin vibrator internal vibrator
Dimasukkan ke dalam beton sedalam tidak lebih dari panjang jarum. Kemiringan
jarum tidak boleh lebih dari 300. Alat penggetar dengan fekuensi tertentu
mempunyai jarak penggetaran tertentu sekitar 20 30 cm.
b. Penggetar batang (single/double beam) surface vibrator
Untuk lantai, atap, jalan dengan panjang batang 4, 6, 9, 12 meter. Dilengkapi roda
dan rel sehingga dapat digerakkan horizontal. Jika terjadi bleeding dilakukan
penggetaran ulang/revibrating. Untuk lantai/jalan menggunakan trowel = ruskam
yang sekaligus juga sebagai penggetar.
c. Penggetar luar (tempel) eksternal vibrator
d. Meja penggetar (vibrating table)
e. Spinning/dipintal
f. Digetar dan dikempa.
Tidak digunakan untuk beton konstruksi di tempat. Untuk beton pracetak misalnya
Beton Bertulang

Page 17

untuk pipa, plat, panel, ubin, bata, beton, balok atau konstruksi khusus. Juga untuk
beton mutu tinggi pracetak.
7. Perawatan (curing)
Pengertian:
Curing adalah usaha untuk memberi kesempatan pada beton mengembangkan
kekuatan hingga tingkat kematangan tertentu tanpa terjadi cacat.
Curing dibedakan menjadi dua:
1. Curing normal :
Suhu udara sama dengan suhu ruangan/air sehingga kematangan ditentukan oleh
lamanya waktu perawatan. Selama proses pematangan beton harus cukup diberi air/
kelembaban agar tidak terjadi pelepasan air dari beton.
Cara perawatan normal :
Memberikan kelembaban cukup di permukaan beton (< 65 % RH)
a. Penyiraman ruangan sekitar beton
Memberikan embun
Membasahi permukaan beton secara periodik
b. Perendaman (water curing)
Menggenangi permukaan beton untuk waktu tertentu : lantai, plat, atap,
jembatan, jalan.
Menutup beton dengan pasir basah / kain / bahan menyerap air yang
basah.
c. Menggunakan curing membrance
Dari lembaran plastik, atau terpal
d. Bahan kimia yang ditaburkan pada permukaan beton.
2. Curing Dipercepat
Mempercepat hidrasi semen karena suhu rendah. Cara perawatan antara lain :
Memberikan uap air pada beton. Suhu + 800C disemburkan secara bertahap
selama waktu tertentu.
Menghembuskan udara panas.

Beton Bertulang

Page 18

Menutup permukaan beton dengan lembaran isolasi panas beton menjadi


panas karena panas hidrasi tidak keluar dari beton.
Mempercepat pengerasan mis : 1 hari curing normal = 7 hari curing
dipercepat.
Menutup dengan lembaran isolasi
Dengan aliran listrik untuk beton pracetak
Dengan uap :
-

Tekanan rendah : suhu < 800C dalam ruangan curing.

Tekanan tinggi : suhu 2000C, 8 16 atm.

Merendam dalam air panas, 40 500C dengan waktu 4 16 jam

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat
lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk
suatu massa mirip-batuan.
Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja tulangan.
Kelebihan beton bertulang antara lain, beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi,
Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, Struktur beton bertulang
sangat kokoh, Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi, memiliki usia
layan yang sangat panjang, Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis,
kemampuannya untuk dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam, membutuhkan sedikit
semen dan tulangan baja, serta Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi
beton bertulang lebih rendah.
Kelemahan-kelemahan beton bertulang tersebut antara lain, Beton mempunyai kuat tarik
yang sangat rendah, Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap di
tempatnya sampai beton tersebut mengeras, Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena
bervariasinya proporsi-campuran dan pengadukannya, Rendahnya kekuatan per satuan berat dari
beton.
Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting sebelum
dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton bertulang antara lain,
Kuat Tekan, Modulus Elastisitas Statis, Modulus elastisitas dinamis, Perbandingan Poisson, Kuat
Tarik, Kuat Geser dan Kurva Tegangan-Regangan.

Beton Bertulang

Page 19

B. Saran
Kepada pembaca agar kiranya setelah membaca makalah ini diharapkan mampu mamahami
dasar-dasar dari beton bertulang, kalaupun didalam makalah ini terdapat materi yang
bertentangan dengan materi sebenarnya agar memberikan koreksi untuk memperbaiki
penyusunan makalah yang sangat sederhana ini

Beton Bertulang

Page 20

Anda mungkin juga menyukai