E. PATHWAY
Virus Dengue
( masuk melalui gigitan nyamuk aedes agypti )
Dengue Haemorragic Fever
Reaksi immunologi Kompleks virus
Pelepasan Pirogen
- Pembesaran getah
bening
- Hepatomegali
- Splenomegali
Pelepasan asam
arakidonat pd
hipotalamus
Pireksia
Penekanan pd
Daerah gaster
Anoreksia
Peningkatan
stimulasi
nosiseptor
Nyeri
Anti histamine
dilepas
Penurunan kemam
puan pembekuan
darah
Permeabilitas
kapiler
- Perdarahan
- Petekie
- Epistaksis
- Hematemesis
- melena
Hipertermia Kehilangan
plasna darah
Dehidrasi
Defisit Volume
cairan
Resiko Shock
Hipovolemik
Hipovolemia
- Anoklosi jaringan
- Asidosis metabolik
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Deman tinggi yang mendadak 2 7 hari ( 38 C 40 C ).
2. Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan,
konjungtiva, epitaksis, melena dan sebagainya
3. Hepatomegali ( pembesaran hati )
4. Syok, TD menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg
atau lebih rendah
5. Trombositopeni, pada hari 3 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm3
6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit
7. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit
perut, diare, kejang dan sakit kepala
8. Pendarahan pada hidung dan gusi
9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah.
G. KOMPLIKASI
a. Syok
Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan
kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan
intravaskuler.
b. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan
dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin.
c. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic Fever apabila
terjadi Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat kepada kematian.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).
b. Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi.
Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit sebelumnya.
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
d. Lg. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan
hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : pCO2 < 35 40 mmHg dan GCO3 rendah.
h. SGOT / SGPT mungkin meningkat.
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
1) Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.
Pasien diberi banyak minum yaitu 1 - 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan
antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im;
anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.
2) Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat
kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan
tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 30
mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur.
Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup
besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10 mL/ kg
BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang perlu dipasang CVV
untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien
dirawat di ICU.
3) Cairan (rekomendasi WHO)
a. Kristaloid
1. Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer laktat
(D5/RL).
2. Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat
(D5/RA).
3. Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan faali
(D5/GF).
b. Koloid
1. Dextran 40
2. Plasma
2. Keperawatan
1. Derajat I
Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 2 liter dalam 24 jam dan kompres dingin.
2. Derajat II
Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau
tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
3. Derajat III dan IV (DSS)
a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan
cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.
b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik
obat-obatan maupun darah yang diperlukan.
f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal
biasanya dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk membantu pengeluaran darah
dari lambung. NGT perlu dibilas dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah
dari tube. Tube dicabut bila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah
membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun feses mengndung darah
hitam kemudian lunak biasa.
B. DIAGNOSA
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap
reaksi immunologi
2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder
terhadap pelepasan zat pirogen.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap
peradangan ( proses inflamasi )
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder
terhadap penekanan pada daerah gaster.
5. Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap pembesaran
kapiler.
C. INTERVENSI
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap
reaksi immunologi
Intervensi :
a. Kaji KU klien / tanda vital
b. Observasi adanya tanda-tanda shock
c. Anjurkan klien untuk banyak minum
d. Kaji tanda dan gejala dehidrasi
e. Observasi input dan output
f. Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasional :
a. Menetapkan data dasar klien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari
keadaan normal.
b. Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
c. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
d. Untuk mengetahui penyebab deficit volume cairan tubuh
e. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
f. Pemberian cairan intravena sangat penting karena langsung masuk ke pembuluh
darah ( vaskuler ).
2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder
terhadap pelepasan zat pirogen.
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya nyeri
b. Kaji tanda- tanda vital tiap 8 jam
c. Beri penjelasan tentang penyebab demam
d. Beri penjelasan pada klien / keluarga tentang hal hal yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam
e. Pertahankan tirah baring
f. Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam
g. Berikan kompres hangat
h. Anjurkan untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
i. Kolaborasi untuk mpemberian antipiretik
Rasional :
a. Untuk mengidentifikasi pola demam
b. Tanda vital dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui keadaan umum klien
c. Penjelasan yang diberikan dapat membantu menurunkan kecemasan
DAFTAR PUSTAKA