Anda di halaman 1dari 6

ANHAR FIRDAUS

1112026000072
GENERAL LINGUISTIC 1

SEMANTIK
A. Pengertian Semantik
Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Makna tanda
bahasa adalah kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya.
Menurut Ogden dan Richard (1923) dalam karyanya tentang teori segi tiga semantik yang
sampai saat ini masih berpengaruh dalam teori semantis, katian antara lambang, citra mental
atau konsep, dan referen atau objek dapat dijelaskan dengan gambar segitiga berikut.

Gambar 1. Segi Tiga Makna


Gambar segi tiga Ogden dan Richard di samping menunjukan bahwa di antara lambang
bahasa dan konsep terdapat hubungan langsung, sedangkan lambang bahasa dengan referen
atau objeknya tidak berhubungan langsung karena melalui konsep. Hal ini menunjukan etiket
yang ditempelkan pada benda-benda, peristawa, atau keadaan di dunia nyata karena dalam
kata terkandung pula cara pandang suatu masyarakat bahasa terhadap realitas.
Misalnya makna buku adalah konsep tentang buku yang tersimpan dalam otak kita dan
dilambangkan dengan kata buku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik
mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitannya antara konsep dan tanda bahasa yang
melambangkannya (Darmojuwono, 2009: 113).

B. Berbagai Jenis Makna


Makna leksikal pada umumnya dikaitkan dengan kata, sedangkan kosatakata tidak hanya
terdiri atas kata, tetapi ada juga yang terdiri atas beberapa kata. Misalnya, dalam Bahasa
Indonesia terdapat kata gawang. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,
1993:296) kata gawang diartikan sebagai: (1) dua tiang yang dihubungkan dengan kayu
palang pada bagian ujung atas; (2) dua tiang yang berpalang sebagai tempat sasaran
memasukkan bola dalam permainan sepak bola.
Makna kontekstual berkaitan dengan objek atau acuan tertentu yang berada di luar bahasa,
dan terikat dengan konteks. Misalnya kata book (buku) tidak dipahami maknanya, misalnya
dalam wujud Buku? Buku! Wujud buku? adalah pertanyaan, sedangkan wujud Buku!
adalah perintah.
Makna gramatikal (gramatical meaning), atau makna fungsional (fungsional meaning), atau
makna struktural (structural meaning), atau makna internal (internal meaning) adalah makna
yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat (Pateda, 1996:103).
Makna idiotmatis adalah makna yang tidak dapat ditelursuri dari makna setiap kata
pembentuknya. Misalnya makna kambing hitam bukan merupakan gabungan makna kambing
dan makna hitam, melainkan memiliki makna tersendiri, yaitu orang yang dipersalahkan
(Darmojuwono, 2009: 116).
C. Relasi Makna
Dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut relasi makna.
Relasi makna dapat berwujud bermacam-macam. Berikut ini adalah berbagai wujud relasi
makna.

Homonimi

Homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi
maknanya berbeda (Darmojuwono, 2009: 116). Contoh homonimi kata sedan makna pertama
merujuk ke kata sendu, rintih. Makna kedua merujuk kata kendaraan (Gorys Keraf, 2006 :
56).

Polisemi

Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan.
Hubungan antarmakna. Di dalam penyusunan kamus, kata-kata yang berhomonimi muncul
sebagai lema (entri) yang terpisah, sedangkan kata yang berpolisemi muncul sebagai satu
lema namun dengan beberapa penjelas (Darmojuwono, 2009: 117). Misalnya, kata Wood bisa
bermakna (1) a piece of a tree (2) a geographical area with many trees.

Sinonimi

Sinonimi adalah relasi makna antarkata (frasa atau kalimat) yang maknanya sama atau mirip.
Di dalam suatu bahsa sangat jarang ditemukan dua kata yang bersinonimi mutlak
(Darmojuwono, 2009: 117). Misalnya, kata small bersinonim dengan kata large, mother
bersinonim dengan kata parents.

Antonimi atau Oposisi

Antonimi atau oposisi adalah relasi antar kata yang bertentangan atau berkebalikan makna.
Istilah antonimi digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf
(Darmojuwono, 2009: 118). Seperti kata hot dengan cold, white dengan black. Sedangkan
oposisi makna adalah pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan disebut
oposisi komplementer, seperti jantan dengan betina. Relasi antar kata ada juga yang
berkebalikan seperti kata suami dengan kata istri.

Hiponimi

Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna
generik, seperti makna rose dalam makna flower, makna cow dalam makna animal.

Meronimi

Meronimi adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena maknanya
bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan perlibatan searah, tetapi merupakan relasi makna
sebagaian dengan keseluruhan. Seperti kata dalam bahasa Indonesia dalam kalimat ia tidak
kelihatan batang hidungnya hari ini.

Makna Asosiatif

(Darmojuwono, 2009: 119) makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul dalam benak
seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi unsur-unsuir psikis,

pengetahuan dan pengalaman seseorang. Seperti dalam (Chaer, 2009:72) kata kursi
berasosiasi dengan kekuasaan; kata amplop berasosiasi dengan uang suap.

Makna Afektif

Makna afektif berkatian dengan perasaan seseorang jika mendengar atau membaca kata
tertentu.

Perasaan

yang

muncul

dapat

positif

atau

negatif.

Misalnya

kata

jujur, rendah hati, bijaksana menimbulkan makna afektif yang positif, sedangkan korupsi
dan kolusi menimbulkan makna afektif yang negatif.

Makna Situatif

Makna situasif adalah kata-kata yang memiliki fungsi dieksis seperti Promina persona (saya,
kamu, Anda), Promina penunjuk (ini, itu), nomina yang merupakan keterangan waktu (lusa,
minggu depan), dan keterangan tempat (di sini, di sana, di situ).

Makna Etimologis

Makna etimologis berkaitan dengan asal-usul kata dan perubahan makna kata dilihat dari
aspek sejarah kata. Makna etimologis suatu kata mencerminkan perubahan yang terjadi
dengan kata tertentu. Melalui perubahan makna kata, dapat ditelusuri perubahai nilai, norma,
keadaan sosial-politik, dan keadaan ekonomi suatu masyarakat. Seperti kata sarjana dalam
bahasa Sanskerta bermakna orang-orang cakap, cerdik cendikia, kini dalam bahasa Indonesia
menjadi maknanya menyempit menjadi gelar strata satu yang dicapai oleh seseorang yang
telah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi (Darmojuwono, 2009: 120).
D. Analisis Makna
Konsep adalah pengetahuan dan pengalaman manusia sebagai sumber informasi disimpan
dalam otak sebagai kesatuan mental. Sedangkan makna merupakan kesatuan mental
pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan lambang bahasa yang mewakilinya. Makna
terdiri dari beberapa komponen makna seperti pada contoh berikut.
X seorang wanita tetapi bukan/tidak ..
*manusia
*(orang) dewasa
Cantik

Langsing
*perempuan
Dari penjabaran diatas X seorang wanita, tetapi bukan *manusia, bukan *orang dewasa, dan
bukan *perempuan tidak berterima secara semantis, dan itu berarti bahwa kompnen makna
MANUSIA, DEWASA, PEREMPUAN merupakan komponen makna kata wanita. X seorang
wanita tetapi tidak cantik dan X seorang wanita tetapi tidak langsing berterima secara
semantis, dan itu berarti bahwa komponen makna CANTIK dan LANGSING tidak
merupakan komponen makna kata wanita (Darmojuwono, 2009: 121).
Analisis makna, selain dilakukan dengan bantuan analisis komponen, dapat dilakukan dengan
melalui prototipe. Prototipe adalah representasi mental yang mewakili contoh terbaik dari
satu konsep tertentu. Sebagai contoh pria yang tinggi, berusia sekitar 40 sampai 50 tahun
dengan rambut berwarna coklat. Pria dalam hal ini bisa menjadi prototipe yang merujuk ke
pria di daerah tertentu misalnya merujuk ke pria di kalangan Eropa (Hurford, 2007:79).
Analisis makna dengan bantuan prototipe memungkinkan penyusunan kosakata yang
termasuk dalam satu medan makna yang berasal dari ranah tertentu. Pembentukan prototipe
dipengaruhi latar belakang sosial budaya dan lingkungan suatu masyrakat bahasa.
E. Kesimpulan
Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik sebagai cabang
ilmu bahasa mempunyai kedudukan yang sama dengan cabang-cabang ilmu bahasa lainnya.
Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna
(makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual, makna idiomatis) relasi makna (sinonim,
antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi).

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Darmojuwono, Setiawati. 2005. Bahasa dan Linguistik dalam Kushartanti, Untung
Yuwono, dan Multamina RMT Lauder (peny.). Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hurford, R. James, dkk. 2007. Semantics: A Coursebook. Second Edition. New York:
Cambridge University.
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT Gramedia
Mansoer, Pateda. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai