PENDAHULUAN
Latar Belakang
Katarak berasal dari bahasa latin cataraca dan bahasa yunani catarak
yang artinya adalah air terjun. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang
lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan. Perubahan ini dapat
terjadi karena proses degenerasi, trauma, penyakit sistemik, merokok, dan
herediter. Katarak dapat pula terjadi sejak lahir, karena itu katarak dapat dijumpai
pada usia anak-anak maupun dewasa. Berbagai study cross sectional melaporkan
prevalensi katarak pada usia 65-74 tahun sebanyak 50 %, prevalensi ini meningkat
hingga 70% pada usia di atas 75 tahun ( Vaughan,2011)
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan
didunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Katarak
senilis adalah penyebab kebutaan di dunia sebesar 48 % atau sekitar 18 juta orang.
Pada tahun 2003 tingkat kebutaan di Indonesia mencapai urutan tertinggi di Asia
Tenggara yaitu sekitar 1,47 dari jumlah penduduk Indonesia. Sekitar 1% dari
kebutaan disebabkan oleh katarak ( Zuhri,2006).
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan
dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan.
Katarak biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Pasien
dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang
menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak
transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu (Ilyas, 2013).
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1
A. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2013). Kekeruhan ini dapat
mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat
menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah
usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit
sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan, 2011).
5. TeoriA Cross-link
: Ahli
biokimia
mengatakan
terjadi
2.
3.
posterior,
kekeruhan
mulai
terlihat
anterior
dangkal
dibanding
dengan
keadaan
normal.
dari
lensa.
Air
yang
banyak
ini
akan
terus
pemadatan
posterior.
Derajat 3 : Nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus
antara 6/30 - 3/60, tampak nucleus berwarna kuning disertai
sulit di nilai.
Derajat 5 : Nukleus sangat keras, biasanya visus biasanya
hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia penderita sudah diatas 65
tahun. Tampak nucleus berwarna kecoklatan bahkan sampai
kehitaman .katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai
(phaco)
maksudnya
membongkar
dan
jahitan,
akan
pulih
dengan
sendirinya,
yang
10
G. Prognosis
Pada tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada
bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa
komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart (Kohlen,2005) .
H. Komplikasi
1.
2.
adekuat
yang
dapat
menimbulkan
komplikasi
seperti
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Ablasio retina
11
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn.S
Usia
: 72 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Langkap rt 06 rw 02 Bumiayu
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Pandangan mata sebelah kiri terasa kabur
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru datang ke poliklinik mata RSMS Margono pada hari
Selasa, 8 Maret 2016 dengan keluhan pandangan mata kiri kabur. Keluhan
dirasakan 3 bulan sebelum datang ke rumah sakit. Pasien merasakan
seperti ada pandangan kabut asap berawan dan silau bila terkena cahaya
pada mata kiri, semakin lama dirasakan semakin memberat. Pasien saat ini
mengeluhkan pandangannya hanya dapat melihat bayangan benda saja.
Pasien menyangkal adanya keluhan mata merah, pusing, mual,
muntah, gatal pada mata atau kelopak mata, mata berair terus atau kering,
pengeluaran kotoran dari mata, rasa terbakar atau nyeri pada mata,
12
TB
3. Status Lokalis Mata
No
1
2
3
4
Pemeriksaan
Visus
Visus
Kacamata
Visus Koreksi
Bola Mata
5
6
Silia
Palpebra Sup.
7
8
10
Palpebra Inf.
Konjunctiva
Palpebra
Konjunctiva
Bulbi
Sklera
11
Kornea
12
13
Bilik Mata
Depan
Iris
14
Pupil
15
16
17
Lensa
Refleks Fundus
Korpus
Vitreous
Tekanan
Intraokuli
Sistem Kanalis
Lakrimalis
18
19
: 157
Mata Kanan
0,3
Tidak dilakukan
Mata Kiri
1/300
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Eksoftalmus (-),
gerak ke segala arah (+)
Madarosis (-), trikiasis (-)
Edema (-), hiperemis (-),
ptosis (-)
Edema (-), hiperemis (-)
Hiperemis (-), ikterik (-),
injeksi konjunctiva (-)
Hiperemis (-), ikterik (-),
injeksi episklera (-)
Ikterik (-), injeksi episklera
(-)
Keruh (-), jernih (+), infiltrat
(-)
COA dalam, hifema (-),
hipopion (-)
Cokelat gelap,reguler,sinekia
(-)
Bulat isokor, refleks cahaya
(+) 3 mm
Keruh (-),shadow test (-)
+
Tidak dinilai
Tidak dilakukan
Eksoftalmus (-),
gerak ke segala arah (+)
Madarosis (-), trikiasis (-)
Edema (-), hiperemis (-),
ptosis (-)
Edema (-), hiperemis (-)
Hiperemis (-), ikterik (-),
injeksi konjunctiva (-)
Hiperemis (-), ikterik (-),
injeksi episklera (+, nasal)
Ikterik (-), injeksi episklera
(-)
Keruh (+), Jernih (-), infiltrat
(-),
COA dalam, hifema (-),
hipopion (-)
Cokelat gelap,reguler,sinekia
(-)
Bulat isokor, refleks cahaya
(+) 3 mm
Keruh (+), shdow test (-)
Negatif (gelap)
Tidak dinilai
Normal (digitalis)
Normal (digitalis)
13
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Lokasi
: mata kiri
Kualitas : semakin memburuk dan mengganggu aktivitas
Kuantitas : pasien hanya dapat melihat bayangan benda
F. Pemberat : bila terkena cahaya menjadi silau
F. Peringan : nyaman berada di tempat yang gelap
Kronologi
Pada awalnya pandangan seperti melihat awan, silau tetapi tidak nyeri
G. Prognosis
OD
OS
Quo ad visam
Ad bonam
Ad bonam
Quo ad sanam
Ad bonam
Ad bonam
Quo ad vitam
Ad bonam
Quo ad cosmeticam
Ad bonam
IV.
KESIMPULAN
1. Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.
2. Katarak merupakan menyebab kebutaan yang utama di dunia.
3. Katarak senilis merupakan katarak yang disebabkan oleh proses penuaan
atau degenerisasi
4. Pengobatan katarak
hanya
dilakukan
dengan
pembedahan
yang
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata. 4rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Kohnen, T.2005. Cataract and Refractive Surgery,Penerbit Springer, Germany
Manalu R. 2006. Mass Cataract Surgery Among Barabai Community At
Damanhuri Hospital, South Kalimantan. IOA The 11th Congress In Jakarta.
Ocampo,
Vicente
Victor
D,
Senile
Cataract,
2009,
available
at
16