Anda di halaman 1dari 22

PRESENTA

SI
MATA
KULIAHISLAM
AGAMA
MATERI PERJUDIAN

Lathifatus Solikhah
4211415027
Zunita Aryani Fahma Latif
4211415030
Imam Maulana
4211415031
Eva Amellia Def
4211415032

PEMBUKAAN
Pengertian judi dalam masyarakat mengalami
berbagai macam perluasan makna. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, judi (kata
benda) adalah permainan dengan memakai uang
sebagai taruhan, seperti main dadu dan kartu.
Sedang judi dalam bentuk kata kerja, judi berarti
mempertaruhkan harta dalam permainan
tebakan berdasarkan kebetulan dengan tujuan
mendapatkan sejumlah uang atau harta yang
lebih besar dari harta atau uang semula.Dalam
pengertian lain judi adalah termasuk permainan
yang diciptakan oleh seseorang atau kelompok
orang yang kemudian tersosialisasi dengan baik
pada masyarakat.

SEBAB TERJADINYA

A. FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI


Bagi masyarakat dengan status sosial dan
ekonomi yang rendah perjudian seringkali
dianggap
sebagai
suatu
sarana
untuk
meningkatkan
taraf
hidup
mereka.
Karenamereka berfikir, Dengan modal yang
sangat kecil mereka akan mendapatkan
keuntungan
yang
sebesar-besarnya
atau
menjadi kaya dalam sekejab tanpa usaha yang
besar. Selain itu kondisi sosial masyarakat yang
menerima perilaku berjudi juga berperan besar
terhadap tumbuhnya perilaku tersebut dalam
komunitas.

B. FAKTOR BELAJAR
Sangatlah masuk akal jika faktor belajar
memiliki efek yang besar terhadap perilaku
berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk
terus berjudi. Yang memang pada awalnya ia
hanya
ingin mencoba, akan tetapi karena
penasaran
dan
berkayakinana
bahwa
kemenangan bisa terjadi kepada siapapun,
termasuk dirinya dan berkeyakinan bahwa
dirinya suatu saat akan menang atau berhasil,
sehingga membuatnya melakukan perjudian
berulang kali.

C . Faktor Persepsi tentang Probabilitas


Kemenangan

Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi


pelaku dalam membuat evaluasi terhadap peluang
menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan
perjudian. Para penjudi yang sulit meninggalkan
perjudian biasanya cenderung memiliki persepsi yang
keliru tentang kemungkinan untuk menang. Mereka
pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan
yang akan diperolehnya, meski pada kenyataannya
peluang tersebut amatlah kecil karena keyakinan yang
ada hanyalah suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi
peluang berdasarkan sesuatu situasi atau kejadian yang
tidak menentu dan sangat subyektif. Dalam benak
mereka selalu tertanam pikiran: "kalau sekarang belum
menang pasti di kesempatan berikutnya akan menang,
begitu seterusnya".

D. Faktor Persepsi terhadap


Ketrampilan
Penjudi yang merasa dirinya sangat trampil dalam
salah satu atau beberapa jenis permainan judi akan
cenderung menganggap bahwa
keberhasilan/kemenangan dalam permainan judi
adalah karena ketrampilan yang dimilikinya.
Mereka seringkali tidak dapat membedakan mana
kemenangan yang diperoleh karena ketrampilan
dan mana yang hanya kebetulan semata. Bagi
mereka kekalahan dalam perjudian tidak pernah
dihitung sebagai kekalahan tetapi dianggap
sebagai "hampir menang", sehingga mereka terus
memburu kemenangan yang menurut mereka pasti
akan didapatkan.

KEADAAN LINGKUNGAN SEKITAR

Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi,


diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok atau
lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode
pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok
membuat sang calon penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa
yang diinginkan oleh kelompoknya. Sementara metode pemasaran
yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan selalu
mengekspose para penjudi yang berhasil, sehingga memberikan kesan
kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah
sesuatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja. padahal
kenyataannya kemungkinan menang sangatlah kecil.

LANDASAN PUSTAKA

Dalam Al-Qur'an, kata maysir disebutkan sabanyak tiga kali, yaitu dalam surat AlBaqarah ayat 219, surat Al-Maidah ayat 90 dan ayat 91. Ketiga ayat ini menyebutkan
beberapa kebiasaan buruk yang berkembang pada masa jahiliyah, yaitukhamar, almaysir, al-anshb (berkorban untuk berhala), dan al-azlam (mengundi nasib dengan
menggunakan panah).
Penjelasan tersebut dilakukan dengan menggunakan jumlah khabariyyah dan jumlah
insya`iyyah. Dengan penjelasan tersebut, sekaligus al-Qur'an sesungguhnya
menetapkan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang dijelaskan itu. Di dalam surat alBaqarah ayat 219 disebutkan sebagai berikut:

(Al-Baqarah :
219)

Mereka bertanya
kepadamu tentang khamar
dan judi (Al-Maisir),
katakanlah bahawa pada
keduanya terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat
bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari
manfaatnya
(Al-Baqarah : 219)

Penjelasan ayat diatas:


Dulu, orang Arab Jahiliyyah, banyak melakukan minum khamar, yaitu minuman yang
memabukkan dan banyak pula yang melakukan judi. Ini tidak mengherankan, karena bangsabangsa Persi, Romawi, dan lain-lain bangsa sekitar tanah Arab sudah lebih dahulu minum
khamar (tuak) dan berjudi. Setelah datang Islam, Sahabat Nabi bertanya kepada Nabi tentang
hukum Islam dalam minum Khamar dan berjudi yang banyak dilakukan ketika itu.
Maksudnya, kaum mukminin bertanya kepadamu wahai Rasul tentang hukum khamr dan judi,
di mana pada zaman jahiliyah kedua hal tersebut sering dilakukan dan juga pada awal-awal
Islam. Seolah-olah terjadi kesulitan memahami kedua perkara tersebut. Karena itu, mereka
bertanya kepadamu tentang hukum-hukumnya. Maka Allah Taala memerintahkan kepada
NabiNya untuk menjelaskan manfaat-manfaatnya dan kemudharatannya kepada mereka agar
hal tersebut menjadi pendahuluan untuk pengharamannya dan wajib meninggalkan kedua
perbuatan tersebut secara total.

Allah mengabarkan bahwa dosa dan mudharat keduanya serta apa yang diakibatkan oleh
keduanya seperti hilangnya ingatan, harta dan menghalangi dari berdzikir kepada Allah, dari
shalat, (menimbulkan) permusuhan dan saling benci, adalah lebih besar Didapatkan harta
dengan berjual beli khamr atau memperolehnya dengan cara judi atau kebahagiaan hati
saat melakukannya.
Dan penjelasan ini merupakan pencegahan dari kedua perbuatan tersebut, karena seorang
yang berakal akan lebih memilih sesuatu yang kemaslahatannya lebih besar, dan ia akan
menjauhi suatu yang mudharatnya lebih besar. Akan tetapi, ketika mereka sudah begitu
terbiasa dengan kedua perkara tersebut dan sulit untuk meninggalkannya secara total pada
awal-awalnya, maka Allah memulai hal tersebut dengan ayat ini sebagai pendahuluan
menuju kepada pengharaman secara mutlak yang disebutkan dalam firman-Nya

Al-Maidah ayat 90
dan ayat 91

Hai orangorang yang beriman


sesungguhnya arak,judi,berhala
dan mengundi nasib adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. sesungguhnya
syaitan itu bermaksud
menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran
arak dan berjudi itu, menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan
shalat; maka berhentilah kamu .
(Q.S; Al Maidah: 90-91)

Penjelasan ayat diatas:


Ayat diatas menunjukkan bahwa berjudi
merupakan perilaku syaitan yang arus
dijauhi.
Didalam ayat ini terdapat empat
perbuatan yang serentak dilarang 0leh
Allah SWT, yaitu:

Meminum minuman keras


Berjudi
Menyembah berhala
Mengundi nasib

Dalam ayat ini ternyata bahwa judi disenafaskan dengan menyembah berhala, minum
minuman keras, dan mengundi nasib yang semuanya merusak masyarakat dan
menghancurkan budi pekerti.
Selain itu ayat di atas menjadi sebuah peringatan kepada umat manusia tentang judi,
bahwa judi adalah perbuatan syaitan yang mengajak untuk tidak mengingat Allah dan dari
shalat.Shalat dapat menyelamatkan orang dari pikiran dan tindakan yang jahat.namun jika
mereka tetap melakukan kejahatan berupa perjudian ini, maka dia tidak hanya kehilangan
petunjuk dari Allah tetapi juga akan kehilangan rahmat-Nya.
Berdasarkan hadits nabiBarangsiapa berkata kepada saudaranya marilah kita bermain
judi, maka hendaklah dia bersedekah. (Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

UPAYA MENGATASI

1. Mengadakan perbaikan ekonomi secarah menyeluruh. Menetapkan undang-undang atau


peraturan yang menjamin gaji minimum seorang buruh, pekerja dan pegawai yang
sepadan dengan biaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Memperluas lapangan
pekerjaan dan lain-lain.
2. Adanya keseimbangan antara budget di pusat dan di daerah-daerah periferi. Sebab, oleh
adanya diskriminasi pemberian budget, timbullah kemudian rasa tidak puas.
3. Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat. Disertai inteansifikasi
pendidikan mental dan ajaran-ajaran agama.
4. Khusus untuk mengurangi jumlah judi buntut, dengan jaln menurunkan nilai hadiah
tertinggi dari macam-macam lotre resmi, lalu menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan
lainnya yang lebih banyak.

UPAYA MENGATASI

5. Lokalisasi perjudian khusus bagi wisatawan-wisatawanasing, golongan ekonomi kuat dan


warga Negara keturunan asing. Dengan memberikan konsesi pembukaan tempat-tempat
judi dan kegiatan dapat di awasi.
6. Hendaknya ikhlas karena Allah untuk benar-benar tidak melakukan perbuatan judi, dan
memohon kepada-Nya setiap saat agar dijauhkan dari perbuatan tersebut.
7. Meyakini bahwa perbuatan judi hukumnya haram. Setiap perbuatan yang haram bila
dilanggar pasti akan membahayakan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah 'Azza wa Jalla
berfirman, artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khomer,
berjudi, (berqurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
yang termasuk amalnya setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. (QS. al-Maidah [5]: 90)

UPAYA MENGATASI
8. Hendaknya memahami bahwa bila penghasilannya haram maka do'anya tidak akan
diterima atau dikabulkan oleh Alloh Subhana wa Ta'ala. Dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu
'Anhu ia berkata: Rosululloh Shollallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
"Sesungguhnya Alloh itu baik. Dia tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan
sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagimana
perintah-Nya kepada para Rosul. Alloh berfirman, 'Wahai para rosul, makanlah dari segala
sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih.' (QS. al-Mukminun [23]: 51). Dan Dia
berfirman, 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah
Kami berikan kepada kalian.' (QS. al-Baqoroh [2]: 172). Kemudian beliau menceritakan
kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu.
Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo'a, "Wahai Robbku, wahai
Robbku," sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan
(perutnya) dikenyangkan dengan hal yang haram, maka bagaimana mungkin orang
seperti ini dikabulkan do'anya." (HR. Muslim 3/85)
9. Memahami bahwa penghasilannya dari hasil judinya itu tidak akan berbarokah.

KESIMPULAN
1. Individu yang melakukan tindakan berjudi terdorong oleh motif menyejahterakan dirinya.
Dampak dari perilaku tersebut akan berefek pada tindakan tindakan yang menyimpang
lainnya. Tindakan tersebut dapat berupa tidak mematuhi pranata-pranata sosial, norma
maupun nilai dalam masyarakat. Sehingga, individu tersebut dapat justru akan menjadi
virus dalam masyarakat.
2. Perjudian merupakan penyakit sosial yang berimplikasi buruk terhadap lngkungan sosial
masyarakat.Perilaku tersebut justru akan berakibat pada pengrusakan karakter dalam
kehidupan, dan tidak menutup kemungkinan akan mengganggu keselarasan kehidupan
sosial masyarakat.
3. Sebab berbagai keburukan yang ditimbulkanmya maka diperlukan suatu perencanaan
yang strategis antar komponen, baik instansi pemerintah, aparat penegak hukum , dan
tokoh-tokoh masyarakat untuk berikhtiar meminimalisir ,maupun mengeliminir perilaku
berjudi dan berbagai media perjudian dengan berbagai tindakan.

SARAN

1. Melakukan berbagai upaya preventif dalam mengantisipasi perjudin. Hal tersebut harus
dilakukan terlebih dahulu dalam lingkup keluarga, yang merupakan media pembelajaran
pertama yang mendasari pola pikir dari individu. Contohnya :
. Melakukan pendidikan serta menanamkan dasar agama yang kuat sejak dini agar
terhindar dari perilaku yang tidak sesuai dengan kaidah agama,
. Membina keluarga yang harmonis, sikap saling terbuka dan menjaga satu dengan
yang lain dari hal-hal yang buruk,
. Menanamkan pola pikir akan dampak buruk dari perilaku menyimpang (seperti
perjudian), agar tidak melakukan hal tersebut.

SARAN
2. Melibatkan masyarakat dalam upaya penanggulangan maupun pemberantasan
penyakit sosial seperti perjudian. Hal tersebut dapat berupa partisipasi dengan
melaporkan pelanggaran, dalam hal ini aktivitas perjudian ke pihak yang
berwajib. Selain itu juga perlu adanya hukuman sosial dari masyarakat kepada
individu maupun pihak yang melanggar apabila upaya penanganannya tidak
membuahkan hasil.
3. Pembenahan dan penegakkan peraturan hukum yang jelas, serta
menindaklanjuti bila justru dari pihak penegak hukum itu sendiri terlibat dalam
perjudian. Mengenai hal tersebut harus ada penanganan nyata, dan penyetaraan
penegakan hukum bagi siapapun pihak yang terlibat dalam suatu pelanggaran.
Karena berkenaan dengan ketidaksesuaian terhadap kode etik maupun pranata
sosial.

Anda mungkin juga menyukai