Anda di halaman 1dari 9

Artikel Penelitian

Amoxicillin Dosis Tinggi Dengan Clavulanat Untuk Pengobatan


Otitis Media Akut Pada Anak
Chia-Huei Chu,1,2 Mao-CheWang,1,2 Liang-Yu Lin,3,4,5 Tzong-Yang Tu,1,2
Chii-Yuan Huang,1,2 Wen-Huei Liao,1,2 Ching-Yin Ho,1,2 and An-Suey
Shiao1,2
Department of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery, Taipei Veterans General Hospital, No. 201, Section 2,
Shih-Pai Road, Taipei 11217, Taiwan
2Department of Otorhinolaryngology, National Yang-Ming University School of Medicine, No. 155, Section 2, Li-Nong Street,
Taipei 11217, Taiwan
3 Division of Endocrinology and Metabolism, Department of Medicine, Taipei Veterans General Hospital, No. 201, Section 2,
Shih-Pai Road, Taipei 11217, Taiwan
4Department ofMedicine, National Yang-Ming University School ofMedicine, No. 155, Section 2, Li-Nong Street, Taipei 11172,
Taiwan
5 Institute of Pharmacology, National Yang-Ming University School ofMedicine, No. 155, Section 2, Li-Nong Street, Taipei 11217,
Taiwan

Tujuan : penelitian ini menggunakan otitits media akut sebagai pedoman praktek klinis pada
tahun 2004 sebagai acuan untuk mengevaluasi apakah dosis antibiotik yang sesuai dengan
rekomendasi dapat menyebabkan prognosis yang lebih baik. Penelitian ini juga mencoba untuk
menjelaskan kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil. Desain studi. Penelitian
kohort retrospektif. Subjek dan metode. Sebanyak 400 anak yang terdaftar dengan otitis media
akut. Dosis amoxicillin dianggap tepat jika sesuai dengan pedoman praktek klinis, yaitu 80-90
mg/kg/hari. Hasilnya didefinisakan sesuai dengan deskripsi membrane timpani pada rekam
medis. Regresi logistic multivariate digunakan untuk menganalisis hubungan antara dosis
antibiotic dan prognosis setelah sesuai dengan faktor dasar. Hasil. Mayoritas resep berada
dibawah dosis (89,1%) tetapi itu tidak tampak dengan hasil (p = 0.41). korelasi antara
underdoseage dan prognosis buruk yang signifikan pada anak-anak dibawah 20 kg dengan otitis
media akut bilateral (odds ratio 1,63; 95% CI 1,02-2,59, = 0,04). Kesimpulan. Pengobatan
otitis media akut pada anak-anak menggunakan amokcisilin dosis tinggi dengan klavulanat
seperti yang direkomendasikan dalam pedoman praktek klinis dosis konvensional lebih unggul
hanya pada anak-anak dibawah 20 kg dengan penyakit bilateral.
1. PENDAHULUAN
Otitis media akut (AOM) adalah salah satu infeksi umum pada anak. Itu juga merupakan
penyebab utama dari kunjungan klinik oleh anak-anak dan alasan yang paling sering dokter
meresepkan antibiotik [1-3]. Menurut statistik asuransi, layanan rawat jalan terkait AOM yang
sebanyak 16 juta pada tahun 2000, dan 80% dari kasus yang diresepkan dengan antibiotik. Itu
telah dilaporkan bahwa perkiraan pengeluaran tahunan medis yang berkaitan dengan AOM
adalah sekitar $ 3.800.000 US $ 5,3 miliar di AS [4,5]. Total biaya AOM per episode berkisar
dari 332,00 ke C752.49 di beberapa Negara Eropa. Selain biaya medis dari konsultasi dokter dan

obat-obatan, AOM tidak langsung menyebabkan anak-anak kehilangan waktu sekolah dan waktu
kerja dan pendapatan pengasuh. Untuk mengurangi biaya, medis harus tetap menjaga standar
kualitas medis yang tinggi, American Academy Of Pediatrics, American Academy Of
Otolaryngology-Head And Neck Surgery, Dan American Academy Of Family Physicians
mengesahkan kajian yang komprehensif berbasis bukti, pedoman praktik klinis AOM : diagnosis
dan menejemen AOM, yang diterbitkan pada mei 2004. Pedoman itu menekankan pentingnya
diagnosis yang benar dan memberikan saran untuk pengobatan awal pada anak-anak usia antara
2 bulan dan 12 tahun dengan AOM uncomplicated.
Amoksisilin dengan atau tanpa inhibitor -laktamase merupakan pilihan utama dalam
pengobatan AOM, tetapi informasi pada perbandingan dosis antibiotik dan penelitian tentang
kebenaran hasil klinis masih terbatas. Di masa lalu, kebanyak penelitian pada AOM difokuskan
pada survey epidemiologi, laporan laboratorium bakteriologi, dan efek terapi yang berbeda pada
antibiotik. Para ahli telah menerbitkan sudut pandang yang berbeda pada saran dalam pedoman
praktek klinis, seperti ketika akan memberikan pengobatan antibiotik, bagaiman memberikan
dosis yang cukup, dan durasi pengobatan yang tepat. Sebagian besar bukti berasal dari penelitian
bakteriologi di laboratorium dan sejumloah kecil sampel dalam studi klinis, bukti tingkat yang
lebih tinggi masih kurang. Oleh karna itu, dokter belum memiliki konsensus tentang kabar ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah resep dokter sesuai dengan pedoman
dosis dan apakah amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat dapat memberikan hasil yang lebih
baik pada AOM anak.
2. SUBJEK DAN METODE
2.1 Subyek. Kami melakukan penelitian kohort retrospektif dari 1 januari 2005 sampai dengan
31 desember 2008. Anak usia 2 bulan sampai 12 tahun yang didiagnosis dengan otitis media akut
menururt kode diagnosis (382,00) yang terdaftar di International Classification of Diseases,
Ninth Revision, Clinical Modification (ICD-9-CM). Mereka yang telah dikodekan dengan
kelainan anatomis atau genetik, seperti anomali kraniofasial sindrom down, atau defisiensi imun
akan dikeluarkan. Anak-anak dengan riwayat AOM berulang (3 episode AOM atau lebih dalam
12 bulan sebelumnya), mereka yang telah menjalani setiap prosedur telinga tengah atau prosedur
telinga bagian dalam, mereka yang hanya memiliki satu kali kunjungan, atau mereka yang
catatannya hilang dikeluarkan. Usia, jenis klamin, berat badan, tanggal diagnosis, penyakit
unilateral atau bilateral, dan ulasan diresep antibiotic.
2.2. Metode. Resep antibiotic yang berisi amoksisilin dengan klavulanat (amoksisilin 400 mg
dengan klavulanat 57 mg/5 ml) yang telah ditinjau secara rinci. Dosis dianggap benar, yaitu dosis
tinggi, jika komponen amolksisilin adalam dalam 10% dari saran pedoman. Jika dosis itu
diluar jangkauan 10%, itu dianggap baik ,di atas atau dibawah dosis. Dosis amoksisilin yang
dianjurkan yang memiliki komponen 80-90 mg/kg/hari. Namun, untuk anak di atas 20 kg,
mungkin ini sesuai dengan dosis klinis umum untuk orang dewasa yang melampaui dosis 1500

mg/hari. Karena itu, dosis harian amoksisilin 1500 mg untuk anak di atas 20 kg dianggap
diterima.
Untuk mengevaluasi hubungan antara dosis amoksisilin dan prognosis AOM, analisis
studi difokuskan pada perbandingan dua klompok : mereka yang diresepkan dngan dosis
amoksisilin yang sesuai dengan pedoman rekomendasi (80-90 mg/kg/hari) dan merka yang tidak.
Penilaian hasil pengobatan didasarkan pada rekam mdis dalam waktu 14 hari setelah tanggal
kadaluarsa resep antibiotic. Dilmbaga kami, evaluasi status telinga tengah pada anak-anak
terutama dengan pemeriksaan teleskop oleh berliensi spesialis otology yang telah ditunjukkan
untuk memiliki sensitivitas yang tinggi (97,8%) dan spesifisitas (100,00%). Control sukses
didefinisikan sebagai rekam medis dari gendang telinga yang baik adalah normal atau
menunjukkan otitis media dengan efusi (OME). Control gagal didefiniskan sebagai terdapat
hanya salah satu dari dua telinga yang terkena dampak atau perubahan dari antibiotic sebelum
masa akhir pengobatan (dengan alasan untuk mengganti antibiotic yang menyebabkan kegagalan
dalam mengontrol efek samping dari penyakitnya).
3. ANALISIS STATISTIK
Variabel kontinu seperti usia dan berat badan disajikan sebagai mean dan standar deviasi.
Gender, satu telinga atau bilateral, dan sesi penyakit merupakan katgori variabel dan
direprsentasikan sebagai angka dan persentase. Untuk menganalisa kemungkinan faktor
prognostic, kami menggunakan t-test dan chi-square untuk uji analisis univariat. Semua kovariat
di analisis univariat bersama dengan dua dasar variabl demografis (jenis kelamin dan berat)
kemudian dimasukkan dalam logistic biner modl regresi. Semua analisa statistic dilakukan dngan
IBM SPSS software statistic versi 14.0 untuk windows (IBM Corp, New York,USA). Signifikan
statistic adalah didefinisikan sebagai nilai P kurang dari 0,05.
4. HASIL
4.1.
Karakteristik studi klinis kependudukan. Jumlah dari 400 rekam medis dengan ulasan
kode diagnosis 382,00. Ada 94 anak-anak dengan AOM kompleks (yaitu, kekambuhan klinis
AOM dalam waktu 30 hari, sejarah berulang AOM, AOM dengan didasari otitis media kronis
dengan efusi, anomal bawaan yang tentu saja dapat mngubah dari AOM seperti bibir sumbing,
masalah genetic seperti sindrom down, imunodefisiensi dan status setiap setelah operasi telinga
tengah atau bagian dalam) ; 59 anak hanya memiliki satu kali kunjungan, 40 anak memiliki
rekam medis yang tidak lengkap, 15 anak yang diresepkan dengan sefalosporin atau obat sulfa,
dan 27 anak yang direspkan dengan amoksisilin. Seratus enam puluh lima anak yang diobati
dengan amoksisilin dengan klavulanat dimasukkan dalam analisis. Rata-rata usia dari 165
pasien yang terdaftar berusia 4,91 tahun (berusia 0,28-11,71 tahun), berat rata-rata adalah
19,36 kg (7,50 48,0 kg), dan 94 yang anak laki-laki (57%). Sebagian besar penyakit terjadi
pada musim semi (31,5%) dan musim gugur (28,5%). Single-ear AOM terjadi pada 81 peserta
(49,1%) (tabel 1).
4.2.
Dosis antibiotik. Delapan belas dari 165 peserta (10,9%) resep yang sesuai dengan
rekomendasi pedoman praktek klinis. Underdosage sangat umum didapatkan(89,1%). Tak

satupun dari resep melebihi batas atas dari 90 mg/kg/hari. Secara kseluruhan, komponen dosis
rata-rata amoksisilin adalah 45,5 mg/kg/hari, yang jauh lebih rendah dari saran pdoman.
Namun, 86 (52,1 %) resep yang dalam kisaran 40-50 mg/kg/hari, penggunaan biasa untuk
amoksisilin. Dengan kata lain, setengah dari dokter memang mengikuti dosis konvensional.

4.3.

Dosis Antibiotik dan Hasil Pengobatan. kontrol berhasl didapatkan pada 121 pasien
(73,3%) sedangkan sisanya telah gagal control (26,7%). Hanya sedikit pasien yang diberikan
dosis yang tepat (yaitu, amoksisilin dosis tinggi) tetapi memiliki prognosis AOM yang buruk
(16,7% berbanding 27,9%) namun hasil ini tidak signifikan (uji fisher yang tepat, p= 0.41)
(tabel 2).

4.4.

Faktor-faktor yang memepengaruhi hasil pengobatan. dalam analisis univariat, hanya


penyakit yang muncul pada musim gugur / musim dingin dikaitkan dengan prognosis buruk (p
= 0,03). Umur (p = 0,25), jenis kelamin (p=0,07), dan berat badan (p = 0,25) tidak dikaitkan

dengan hasil pengobatan. batas signifikan bilateral AOM berkorelasi dengan kontrol penyakit
yang buruk (p=0,05).
Setelah Resep antibiotic yang dibuat untuk anak berdasarkan berat badan tubuh, usia
dan berat badan sangat berkorelasi (spearmans rho = 0,88, p<0,001) sehingga berat badan
terpilih sebagai pengganti usia dalam analisis berikutnya. Menggunakan analisis univariat,
kami menganalisis faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi prognosis AOM (Tabel 3);
ditemukan bahwa, perbandingan pasien dengan AOM pada musim semi/musim panas, odds
ratio (OR) pasien musim gugur/dingin yang gagal control adalah 2,47 (95% confidence
interval (CI): 1,17-5,2,p = 0,02).

Singkatan:AOM: otitis media akut; OR: rasio odds; CI: confidence


kelompok interval. Reference : anak laki-laki, penyakit di musim semi / musim panas,
satu sisi AOM, atau dosis tinggi. * Usia menunjukkan kolinearitas tinggi dengan bentuk
berat badan. Sejak antibiotik diberikan terutama berdasarkan pada berat badan, berat
badan dipilih bukan usia dalam model regresi tersebut. ** <0,05.
4.5.

Analisis subkelompok. Menurut standar internasional terbaru untuk pertumbuhan bayi


dan anak-anak dari organisasi kesehatan dunia (2007) [20], dengan 50% estimasi persentil,
mengukur berat badan anak sekitar 20 kg pada usia 6 tahun.
Karena dosis harian anak yang berat badannya diatas 20 kg melampaui dosis klinis
umum untuk orang dewasa 1500 mg/hari, kami melakukan analisis subkelompok untuk anakanak yang beratnya kurang dari 20 kg (rincian tidak ditampilkan). Antara subkelompok ini,
penyakit di musim gugur/musim dingin faktor konsistensinya kuat untuk menjadi prognosis
yang buruk (OR 4,80;95% CI 1,82-12,67, p = 0,002). Selain itu, risiko gagal kontrolpada
pasien AOM bilateral adalah 2,43 kali lebih dari satu sisi AOM pada anak meskipun secara
statistik tidak signifikan (95% CI 0,90 -6,53,p=0,08). Tidak ada hubungan yang jelas antara
underdose dan Prognosis AOM (OR 2,18; 95% CI 0,38-12,48, p =0,38).
Ketika AOM bilateral dan under dose diambil bersama-sama, jelas antara korelasi
dan kegagalan pengobatan (OR 1,63 ; 95% CI 1,02-2,59, p= 0,04). Sekali lagi. AOM di
musim gugur/musim dingin secara konsisten dikaitkan dengan prognosis yang buruk (OR

4.90; 95% CI 1,87-12,89, p =0,001). Hasil itu menyiratkan bahwa manfaat dari amoksisilin
dosis tinggi dengan klavulanat seperti yang direkomendasikan dalam pedoman itu lebih
terlihat pada anak-anak di bawah 20 kg dengan AOM bilateral.(tabel 4)

5. DISKUSI
Penelitian kami tidak menemukan hubungan yang signifikan antara dosis tinggi
amoksisilin dan pengendalian penyakit yang lebih baik saat merawat AOM dengan kombinasi
amoksisilin dengan klavulanat. Meskipun lebih sedikit pasien yang diberi dosis tinggi mengalami
AOM gagal control (16,7% untuk dosis tinggi dibandingkan 27,9% untuk under dose), korelasi
itu tidak jelas. Adanya hubungan yang signifikan dapat dilihat hanya pada anak-anak dibawah 20
kg denganAOM bilateral ketika mereka diberi dosisi amoksisilin yang cukup. OR pada anakanak ini memiliki prognosis yang buruk adalah 1,63 (95% CI 1,02-2,59, p =0,04) kontras kepada
mereka yang beratnya lebih dari 20 kg atau dengan penyakit telinga tunggal. Penyakit pada
musim gugur dan musim dingin memilik dampak yang sangat negative pada pemuloihan AOM.
Untuk sikap dokter, underdose adalah sangat umum (89,1%), menggambarkan bahwa perdebatan
pada dosis memeang ada bahkan beberapa tahun setelah peluncuran pedoman praktek klinis.
Sampai tingkat tertentu, hasil kami konsisten dengan pedoman revisi terbaru.
Banyak sarjana yang ditanya tentang rekomendasi pedoman yang berdasarkan laporan
resistensi obat pada bakteri. Sejak penelitian pada laboratorium bakteriologi mungkim berbeda
dari uji klinis pada pasien yang mengevaluasi efek kuratif obat, penelitian menyarankan harus
mengevaluasi lebih hasil klinis studi yang harus dipertimbangkan. Ada bukti yang terbatas hanya
berdasarkan Dosis. Penelitian ini merupakan salah satu dari beberapa laporan yang hanya
menyelidiki hubungan antara dosis amoksisilin dan hasil klinis. Kelebihan lain dari penelitian

kami adalah penentuan tepat dari efek terapi. Hasil pengobatan (didokumentasikan di rekam
medis) mengenai status membrane timpani yang dievaluasi oleh spesialis Otology menggunakan
videotelescopy ditambah dengan sumber cahaya dari xenon yang memiliki cahaya terang yang
telah dibuktikan memiliki sensitiivitas tinggi (97,8%) dan spesifitas (100,0%).
Penelitian schrag di Amerika Selatan pada tahun 2001 menyimpulkan bahwa pengobatan
amoksisilin dosis rendah (5 hari, 90 mg/kg/hari) dengan jangka pendek mengurangi resisten
terhadap obat Streptococcus pneumonia (S.pneumoniae) dengan probabilitas 8% dan risiko
relative (RR) dari 0,8(0,60-0,97) dibandingkan dengan waktu yang lama dengan dosis rendah (10
hari, 40 mg/ kg/hari). Pelatihan singkat dari amoksisilin dosis tinggi ini sangat membantu untuk
keluarga dengan anak atau lebih. Garrison membandingkan efek kuratif amoksisilin dosis tinggi
(80-90 mg/kg/hari) dan standar dosis (40-45 mg/kg/hari), menemukan bahwa dua perlakuan ini
memliki tingkat kegagalan yang dekat (11% berbanding 12%, p = 0,78). Selain itu, efek
samping obat, jumlah dari panggilan penyelidikan orang tua, penilaian subjektif dari orang tua
tentang berapa lama pengobatan, dan jumlah berulangnya AOM tidak berbeda secara signifikan
untuk dua perawatan. Hasil kami relative dekat dengan penelitian Garrison. Namun, anak-anak
yang terdaftar disini lebih tua dari yang disebutkan dua laporan diatas dan hanya dengan resep
amoksisilin dengan klavulanat dimasukkan ke dalam analisis.
Rekomendasi pedoman praktek klinis pada dosis amoksisilin ini adalah kontroversi.
Alasan untuk dosis yang lebih tinggi (80-90mg/kg/hari) dalam pedoman laporan tentang
penisilin resisten terhadap S. pneumonia. Sebelum tahun 2004, tingkat prevalensi penisilin
nonsusceptible S.pneumoniae (termasuk strain menengah dan tahan) di AS telah terjadi
peningkatan. Tingkat resistensi meningkat dari 21% pada tahun 1995 menjadi 25% pad tahun
1998 dengan tingkat tertinggi yang dilaporkan 33%. Strain resisten terhadap tiga atau lebih
antibiotic juga meningkat dari 10% menjadi 14%. Oleh karena itu, dosis amoksisilin
konvensional yang biasa digunakan (40-50 mg/kg/hari) dianggap tidak cukup untuk mengontrol
infeksi oleh resistensi obat pada bakteri. Oleh karena itu, panitia menyarankan bahwa dokter juga
harus memberikan amoksisilin dosis tinggi pada pasien AOM.
Studi sebelumnya telah melaporkan bahwa 30% (15-50%) S. pneumonia dipisahkan dari
saluran nafas bagian atas yang tidak rentan terhadap penicillin, dengan tingkat resistensi sedang
atau tinggi. Hanya S.pneumoniae yang sangat tahan terhadap penicillin dan tidak memiliki
respon teerhadap dosis konvensional amoksisilin (40-50 mg/kg/hari). Sekitar setengah dari
S.pneumoniae yang tidak rentan yang memiliki tingkat resistensi obat menengah terhadap
penicillin (minimal konsentrasi hambat (MIC): 0.1-1,0 ug/mL), dan setengah lainnya memiliki
tingkat resistensi obat yang tinggi terhadap topenicilin (MIC > 2,0 mg/mL). menaikkan dosis
yang tepat dapat meningkatkan konsentrasi obat dalam cairan telinga tengah; secara teoritis, jika
konsentrasi ini melampaui MIC S.pneumoniae dengan tingkat resistensi menengah terhadap
penicillin, sebagian besar kasus AOM terkait S.pneumoniae responsive terhadap pengobatan
amoksisilin.
Sebagai pathogen umum lainnya pada AOM, sekitar 50% dari Haemophilis influenza
(H.influenza) dan 100% dari Moraxella catarrhalis (M.catarrhalis) adalah -laktamase positif.
Berbeda dengan penicillin yang resisten terhadap S.pneumoniae, AOM yang disebabklan oleh H.

influenza atau M. catarrhalis membutuhkan inhibitor -laktamase seperti asam klavulanat,


merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dari sefalosporin, atau jenis antibiotic lainnya.
Dosis amoksisilin yang cukup yang dikombinasikan dengan asam klavulanat efektif untuk
S.pneumoniae yang rentan tingkat menengah dan juga efektif terhadap bakteri positif laktamase. Untuk alasan ini, pilihan pertama dari mayoritas dokter adalah amoksisilin oral
dengan atau tanpa inhibitor -laktamase (kecuali pasien yang alergi terhadap penisilin). Di
rumah sakit kami, pusat rujukan tersier serta rumah sakit pendidikan, beberapa spesialis yang
meresepkan amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat pada kunjungan pertama anak kecuali
pasien yang alergi terhadap obat penicillin di era vaksinasi pneumococcal conjugate.
Faktor penting lain yang mempengaruhi prognosis adalah musim. Penyakit konstan di
musim gugur dan musim dingin sangat terkait dengan prognosis buruk pada penelitian kohort
retrospektif ini. Kedua analisis univariat dan multivariate menunjukkan bahwa hasil pasien pada
musim gugur / musim dingin buruk dibandingkan pasien pada musim semi / musim panas (OR
2,47;95% CI 1,17-5,23, P=0,02). Hasilnya bahkan lebih jelas pada anak-anak <20 kg (OR 4,80 ;
95% CI 1,82-12,67, p =0,001). Hasil penelitian ini mungkin dapat menjelaskan bahwa prevalensi
yang tinggi untuk infeksi saluran pernafasan bagian atas terlihat pada musim gugur dan musim
dingin, dan beberapa orang yang mengalami di episode dingin. Seorang anak yang datang pada
pusat penitipan atau dengan saudara cenderung mengalami infeksi saluran nafas atas sebelum
resolusi dari AOM sebelumnya, terkemuka untuk perjalanan penyakit yang lebih rumit dan
prognosis yang lebih buruk.
Meninjaun literature inggris, beberapa laporan melaporkan bahwa anak laki laki
memiliki prognosis AOM yang buruk dibandingkan anak-anak perempuan. Dalam penelitian
kami, rasio kegagalan pengawasan primer pada anak laki-laki lebih rendah daripada perempuan
(21,3% berbanding 33,8%) namun tidak signifikan (P = 0,07). Jenis kelamin perempuan
bukanlah faktor risiko independen untuk pengawasan AOM yang buruk,baik dalam analisis
univariat maupun multivariate (OR 1,61;95% CI 0,77-3,36, P=0,21). Telah dilaporkan bahwa
infeksi bilateral menampilkan prognosis yang buruk. Studi kami menyimpulkan bahwa pasien
yang memiliki AOM single-ear awalnya memiliki 19,8% gagal control, sebagai lawan untuk
pasien dengan infeksi bilateral 33,3%, meskipun itu merupakan batas yang signifikan (P=0,05).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa sampel pada pnelitian ini tidak cukup (n =165). Parameter lain
yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit seperti suhu tubuh dan sakit telinga, atau
bayi menangis, dapat menyebabkan tidak komprehensif dalam mengumpulkan dan meninjau
selama proses grafik, dengan demikian tidak dimasukkan ke dalam analisis hasil.
Pasien di pusat-pusat medis mungkin memliki pathogen yang berbeda atau lebih rumit
yang menyebabkan pasien AOM lebih dari kelompok masyarakat, dan kemungkinan resisten
terhadap antibiotic lebih tinggi. Anak yang terdaftar dalam penelitian ini adalah anak dari pusat
medis Departmen THT di rumah sakit kami, selain itu, usia rata-rata dalam kelompok kami
berusia 4,88 tahun, yang usianya agak lebih tua lebih sering terlihat untuk AOM. Anak yang
lebih tua memiliki kesempatan yang lebih rendah untjuk AOM. Karena kematangan relative
system ventilasi tuba eustachius telinga tengah.; tetpi sebaliknya, pasien yang berusia lebih
umum dan memiliki infeksi telinga tengah mungkin memiliki penyakit yang lebih komplek. Dari

kedua perspektif ini dapat memberikan hasil dari efek kuratif yang sebanding dari dosis regular
dengan amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat.
Dalam pengaturan di dunia nyata, dokter meresepkan antibiotic berdasrkan pemahaman
merekan tentang pathogenesis, perjalanan penyakit, tingkat keparahan penyakit,pathogen yang
menyebabkan penyakit, dan pengatuhan farmakologi. Faktor-faktor lain termasuk preferensi
pribadi, laporan dokter tentang resistensi antibiotic dari daerah yang berbeda atau asosiasi medis,
sikap pengasuh, dan manfaat asuransi mungkin juga memainkan peran.
Penelitian kami ini memiliki keterbatasan. Penelitian ini adalah studi kohort retrospektif,
beberapa risiko-risiko seperti mungkin sejaran AOM sebelumnya, kunjungan ke dokter primer
sebelumnya, obat yang telah digunakan, khadiran penitipan, jumlah saudara kandung, merokok
didalam rumah, dan menyusui tidak sepenuhnya bisa dikumpulkan saat melakukan review
grafik. Kepatuhan terhadap penggunaan antibiotic tidak diketahui dengan jelas dan baik.
6. KESIMPULAN
Studi kami menunjukkan bahwa amoksisilin dosis tinggi dengan klavulanat seperti yang
direkomendasikan dalam panduan praktek klinis AOM memberikan manfaat yang signifikan
hanya pada anak-anak dibawah 20 kg dengan penyakit bilateral. Pertanyaan tentang bagaimana
amoksisilin (amoksisilin kombinasi potassium klavulanat) dosis mempengaruhi prognosis dari
AOM yang membutuhkan lebih banyak studi prospektif terkontrol yang komprehensif
mengumpulkan faktor prognostic umum dengan sejumlah besar sampel dan analisis laboratorium
bakteriologi.

Anda mungkin juga menyukai