Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Mioma adalah penyebab tersering nyeri dan perdarahan abnormal dan diduga terlibat dalam
infertilitas. Mioma uteri merupakan indikasi tersering untuk histerektomi di Amerika Serikat. Banyak
pasien yang menderita mioma masih mengharapkan untuk mempunyai anak atau paling tidak uterusnya
masih dapat diselamatkan. Untuk wanita yang seperti ini, pilihan yang paling penting adalah
miomektomi, di mana mioma diangkat dengan rekonstruksi dan penyelamatan uterus. 1
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan jaringan ikat
sekitarnya. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri
bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan
gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. 1,2
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang lebih 25%) dan
jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih
sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah
hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang
tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. 2
Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun

leiomioma dan

merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.1
Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 25 %), kejadiannya lebih tinggi pada usia
diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche dan menopause angka kejadian sekitar 10 %.Di Indonesia angka kejadian
mioma uteri ditemukan 2,39 % - 11,87 % dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita
kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanitaberkulit putih.Sedangkan di
Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri.1,2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Uterus atau rahim adalah suatu organ tempat implantasi embrio ( hasil fertilisasi ovum oleh
spermatozoa). Hasil pembuahan itu akan tumbuh menjadi janin(fetus) di dalam uterus dan akan
dilahirkan pada saatnya. Uterus pada umunya berbentuk seperti buah pir dengan ukuran yang
bervariasi, tergantung usia seorang perempuan dan usia kehamilan (bila sedang hamil). Pada
nulipara (gadis), uterus berdinding tebal dengan ukuran kurang lebih 8x5x3 cm dengan berat sekitar
30 gram.3
Uterus terdapat dalam cavitas pelvis dan sering posisinya tidak tepat di bidang tengah, tetapi agak
miring ke kanan dan sedikit berputar. Posisinya tidak selalu tetap karena dipengaruhi oleh kondisi (penuh atau
kosong) vesica urinaria yang berada di anterior dan isi rectum di bagian posterior. Uterus dibagi menjadi tiga
bagian yaitu: fundus uteri, corpus uteri, dan cervix uteri. 3

a. Fundus uteri
Adalah bagian uterus yang agak bundar dan menonjol di atas muara kedua tuba uterina
b. KorpusUteri
Bagian utama uterus yang berjalan ke belakang dan bawah, mempunyai dua permukaan (facies
vesicalis dan facies intestinalis) dan dua pinggir (margo). Kedua mergo berhubungan dengan
ligamentum latum uteri. Corpus uteri melanjutkan diri sebagai bagian yang sempit yang disebut
isthmus uteri. Pada waktu hamil, bagian ini melebar dan menipis sehingga disebut segmen
bawah Rahim.
c. Serviks
Terdiri atas:
Parsvaginalis servisis uteri yang dinamakan portio
Parssupravaginalis servisisi uteri adalah bagian serviks yang berada diatas vagina
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis berbentuk lonjong dengan
panjang 2,5 cm, dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks. Pintu saluran serviks sebelah dalam
disebut uteri internum dan pintu vagina disebut ostium uteri eksternum.
Uterus mempunyai dinding yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:4
2

Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; terdiri atas epitel kubik,
kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkelokkelok. Tebal dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh hormone ovarium secara siklis,
selama menstruasi endometrium mengalami perubahan tertentu, sedang pada kehamilan
endometrium berubah menjadi desidua. Endometrium melapisi seluruh cavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid. Dalam masa haid, endometrium sebagian
besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang selanjutnya
diikuti dengan masa sekretorik. Setelah mentruas iselesai, tebal endometrial menjadi
0,5mm. Mendekati akhir endometrial (mendekati masa mentruasi dimulai) tebalnya
kira-kira 5mm (kurangdariinchi)

Myometrum lapisan halus berotot yang mempunyai 3 lapisan lapisan luar berbentuk
longitudinal, lapisan dalam berbentuk sirkular dan diantara kedua lapisan itu terdapat
lapisan otot oblique, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan
karena setelah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluhpembuluh darah yang terbuka ditempat itu, sehingga perdarahan berhenti. Myometrium
lebih tebal di daerah fundus, tipis saat mendekati istimus dan paling tipis daerah serviks.

Lapisan serosa, yaitu perimetrium merupakan lapisan dinding uterus sebelah luar dan
mudah dilepaskan pada plika vesikouterina dan pada daerah perlekatan ligamentum
latum.

Gambar 1 : Anatomi Uterus

Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik oleh
jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah
sebagai berikut.4
Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, mencegah supaya uterus tidak turun.
Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain venna dan arteria uterina.
Ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah os sacrum kiri dan
kanan.
Ligamentumrotundum kiri dan kanan, menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan kedaerah inguinal kiri dan kanan.
Ligamentumlatums kiri dan kanan meliputi tuba berjalan dari uterus kearah lateral.
Ligamentum infudibulo-pelvikum kiri dan kanan, yang menahan tubafalopi. Berjalan
dari arah infundibulum ke dinding pelvis.
Istmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus dari uteri. Dinding belakang uterus
seluruhnya diliputi peritoneum viserale yang membentuk didaerah suatu rongga yang disebut cavum
douglasi. Uterus diperdarahi oleh arteri uterine sinistra dan dekstra yang terdiri dari ramus ascedens
dan ramus decendens, arterio varika sinitra dektra, kontraksi otot Rahim bersifat otonom dan
dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis frankenhauser yang
terletak pada pertemuan ligamentum sacrouterinum. Tekanan pada ganglion ini dapat mempengaruhi
his dan terjadinya reflek mengejan.4

Gambar 2 : Vaskularisasi Uterus


Uterus mendapat suplai darah dari arteri uterine yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna.
Pembuluh darah ini berjalan ke sebelah medial pada permuakaan atas ligamentum cervicale lateral
dan bercabang pada cervix uteri serta bagian atas vagina. Kemudian berjalan keatas di dalam
ligamentum latum pada bagian lateral uterus dan akhirnya beranastomose dengan arteri ovarica, arteri
4

pada vagina serta cabang dari arteri pudenda interna. Darah vena akan mengalir melalui vena uterine
yang berjalan bersama arterinya. Aliran getah bening mengikuti perjalanan pembuluh darahnya.3
B. DEFENISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan jaringan ikat yang
menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromioma, leiomioma, fibroid. Dapat bersifat
tunggal atau multipel dan mencapai ukuran besar, konsistensinya keras, dengan batas kapsul yang
jelas sehingga dapat dilepaskan dari sekitarnya.4,5
C. EPIDEMIOLOGI
Mioma uteri terdapat pada 20 % diantara wanita berumur 20-35 tahun. Insidensnya
meningkat seiring umur hingga hampir 40 % pada umur diatas 45 tahun. Setelah menopause hanya
sekitar 10% mioma yang masih tumbuh. Beberapa penelitian USG menyatakan adanya sedikitnya
satu mioma kecil pada 51 % wanita. Penelitian lain menyatakan bahwa sebanyak 3 dari 4 wanita
memiliki mioma, tetapi kebanyakan tidak sadar karena tidak menimbulkan tanda dan keluhan.
Mioma yang menyebabkan masalah hanya satu dari empat wanita yang memiliki mioma. 1,5
Mioma terjadi pada kira-kira 5 persen wanita selama masa reproduksi. Tumor ini tumbuh
dengan lambat dan mungkin baru dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat. Pada
dekade keempat ini insidennya mencapai kira-kira 20 persen. Mioma lebih sering terjadi pada wanita
nulipara atau wanita yang hanya mempunyai satu anak. 1
Hasil dari beberapa penelitian ultrasound menunjukkan bahwa adanya paling tidak satu
mioma kecil pada 51% wanita. Mioma tumbuh merespon stimulasi estrogen dan menciut setelah
menopause. Dengan demikian, miomapaling banyak dijumpai pada wanita pada usia limapuluhan
dan jarang pada wanita yang berusia kurang dari 20 tahun. Resiko 2-3 kali lebih tinggi pada wanita
Afrika Amerika daripada wanita kulit putih, meningkat sesuai dengan usia, menurun jika mempunyai
anak, dapat meningkat sesuai indeks massa tubuh, dan menurun dengan merokok. Resiko juga
meningkat dengan makanan kaya daging mentah dan daging babi, dan dapat menurun dengan
makanan kaya sayur-sayuran.5
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma, pada wanita yang berkulit hitam lebih banyak, mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menars. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Amerika Serikat mioma adalah tumor genikologi yang paling sering didiagnosa dan terjadi pada 205

50% wanita yang berusia di atas 30 tahun. Sedangkan di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39
11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. 1
D. ETIOLOGI
Etiologi mioma uteri adalah sebagai berikut:2,6
1 Idiopatik
2 Sitogenetika
Beberapa kelainan yang melibatkan kromosom 6, 7, 12, dan 14 telah dikenalpasti
berkaitan dengan pertumbuhan tumor. Kelainan ini berantisipasi dan menyebabkan perubahan
3

kariotipik yang merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan mioma. 2,6
Estrogen
Mioma merupakan tumor yang sensitive terhadap estrogen dan progesterone. Oleh karena
itu, mioma berkembang pada tahun reproduktif dan berkurang dalam ukuran dan insiden selepas
setelah menopause. Konsep ini berintigrasi dalam memahami kebanyakan faktor resiko yang
berhubungan dengan pertumbuhan mioma dan memformulasikan kaedah terapi.Sebagai
contohnya; hormone seks steroid dapat menstimulasi dan menghambat traskripsi dan produksi
faktor pertumbuhan selular. 2,6
Mioma sendiri menyediakan kondisi hiperestrogenik yang membantu pertumbuhannya.
Mioma mempunyai densitas reseptor estrogen yang lebih tinggi daripada miometrium yang
normal. Tumor ini juga mengubah lebih sedikit estradiol kepada estrone yang lebih lemah.
Tahap sitokrom P450 aromatase pada mioma lebih tinggi daripada myocytes normal dan
sitokrom spesifik ini mengkatalisasi perubahan androgen ke estrogen pada beberapa tisu.
Pertambahan tahun pajanan terhadap estrogen pada menarche awal dan peningkatan BMI
juga meningkatkan resiko mioma. Wanita obesitas menghasilkan estrogen yang lebih banyak
apabila pertambahan perubahan adipos kepada androgen kepada estrogen dan pengurangan
produksi sex-hormone binding globulin pada hepar. 2,6
Kehamilan dapat mengurangkan resiko mioma karena pada kehamilan hormon
progesteron lebih dominan. Terapi hormon tidak member sebarang pengaruh pada tumbuhnya
mioma.Merokok mengubah metabolisme estrogen dan mengurangi jumlah serum estrogen yang
aktif. Hal ini menerangkan kenapa wanita yang merokok mempunyai resiko yang rendah

terhadap mioma. 2,6


Progesteron
Perannya terhadap pertumbuhan mioma kurang jelas karena progesterone dapat
mengstimulasi dan menginhibisi mioma. Progestin eksogen terbukti mengehadkan pertumbuhan
mioma pada ujian klinis. Pada studi epidemiologis, penggunaan

medroxyprogesterone
6

mengurangkan insiden mioma.Antiprogestin dan mifepriston menginduksi atrofi pada mioma.


Pada wanita yang diterapi dengan GnRH agonis, mioma akan mengecil, namun dengan
pemberian progesterone bersama-sama agonis pertumbuhan mioma akan meningkat.6
E. FAKTOR RESIKO
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati angka 40%,
sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak
pernah ditemukan. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia
reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan
sebesar 10% . 2,6
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri. 2,6
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan
konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya
terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan
peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri. 2,6
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan
mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan
60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali. 2,6
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ditemukan
sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi

mioma uteri karena

tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua
keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga
mengurangi resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih dominan. 2,6

F. KLASIFIKASI
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.2,4,7
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus2,4,7
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus, mioma uteri dapat dibagi dalam 3
jenis, yaitu:4
-

Mioma submukosa
Tumbuh tepat di bawah endometrium dan menonjol ke dalam cavum uteri.Sering juga
tumbuh bertangkai yang panjang dan menonjol melalui serviks menuju ke vagina sehingga dapat
terlihat secara inspekulo dan disebut sebagai Myom Geburt. Mioma pada serviks dapat menonjol
ke dalam saluran serviks sehingga OUE berbentuk bulat sabit. 2,4,7
Mioma jenis ini tumbuh di bawah endometrium paling sering menyebabkan perdarahan uteri
yang banyak dan iregular (menometrorrhagia). Akibatnya diperlukan tindakan histerektomi pada
kasus mioma dengan perdarahan yang sangat banyak walaupun ukurannya kecil.
Mioma submukosa yang bertangkai sering terinfeksi (ulserasi) dan mengalami torsi
(terpelintir) ataupun menjadi nekrosis dan apabila hal ini terjadi maka kondisi ini menjadi
perhatian utama sebelum mengatasi mioma itu sendiri(sindrom mirip dengan akut abdomen).
Kemungkinan terjadi degerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis mioma submucosa ini.Adanya
mioma submucosa dapat dirasakan sebagai suatucuret bump(benjolan waktu kuret). 2,4,7

Gambar 3 : Klasifikasi Mioma Uteri


-

Mioma intramural/interstitial
Tumbuh di dinding uterus di antara serabut myometrium. Ukuran dan konsistensinya
bervariasi, kalau besar atau multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjolbenjol.2,4,7

Mioma subserosa/subperitonal
Tumbuh di bawah tunica serosa (tumbuh keluar dinding uterus) sehingga menonjol keluar
pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma jenis ini juga dapat bertangkai. Jika mioma
subserosa yang bertangkai ini mendapat perdarahan extrauterine dari pembuluh darah omentum,
maka tangkainya dapat atrofi dan diserap sehingga terlepas sehingga menjadi parasitic
mioma.2,4,7
Kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan intra
abdominal. Mioma subserosa ini juga dapat tumbuh diantara kedua lapisan peritoneal dari
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter yang dapat menekan ureter dan a. iliaca,
sehingga menimbulkan gangguan miksi dan rasa nyeri.2,4,7

G. PATOFISIOLOGI
Penyebab mioma uteri tidak diketahui. Ada bukti bahwa setiap sel mioma adalah uniselular
yang berasal (monoclonal) dari penelitian glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Hal ini sesuai dengan
teori dari Meyer dan De Snoo bahwa asal sel mioma adalah sel imatur, bukan dari sel otot yang
matur (teori cell nest atau teori genitoblast).4,7
9

Walau tidak ada bukti bahwa estrogen menyebabkan mioma uteri, tetapi estrogen jelas
berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma (menjadi lebih besar). Hal ini juga sesuai dengan
percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan yang ternyata dapat
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen.
Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. 4,7
Sel-sel mioma mempunyai reseptor estrogen yang lebih banyak daripada sel-sel myometrium
yang normal dan hal ini sesuai yang ditemukan oleh penelitian Puukka dan kawan-kawan, tapi selsel mioma yang tumbuh di endometrium mempunyai reseptor estrogen yang rendah. Sel-sel mioma
tidak mempunyai reseptor progesteron. Estrogen mungkin memperbesar ukuran mioma dengan
peningkatan produksi matriks ekstraseluler. Leiomioma mungkin bertambah besar dengan terapi
estrogen dan selama kehamilan, tetapi hal tersebut tidak selalu terjadi. 4,7
Hipotesis yang menyatakan HGH (Human Growth Hormon) berhubungan dengan pertumbuhan
mioma telah secara luas dibuktikan tidak berhubungan dengan penelitian radioimunoassay dari HGH
pada wanita hamil dan wanita yang menggunakan estrogen tapi terdapat spekulasi bahwa
pertumbuhan mioma pada kehamilan berhubungan sinergis dengan aktivitas estradiol dan HPL
(Human Placental Lactogen).7
H. GEJALA KLINIS
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat
sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :4,8,9
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
-

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma

endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
10

2. Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih
akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai
dan nyeri panggul.
I. DIAGNOSIS
Dapat ditegakkan dengan:
1 Anamnesis:
Gejala-gejala mioma hanya terdapat pada 35-50 % pasien dengan mioma uteri.Malah
kebanyakan mioma ini tidak memberikan gejala (kebetulan ditemukan) dan bahkan mioma yang
sangat besar dapat tidak terdeteksi terutama pada pasien yang gemuk.Gejala mioma uteri
tergantung dari hal-hal sebagai berikut:2,7
1

Jenis mioma (subserosa, intramural, submukosa)

Besarnya mioma

Lokalisasi mioma

Perubahan (degenerasi) dan komplikasi yang terjadi


Secara umum, gejala-gejala mioma uteri adalah sebagai berikut: Perdarahan yang

abnormal (menometrorhagia, dismenorrhae), nyeri Akibat tekanan (pressure effect), massa di


perut bawah, Infertilitas, dan Abortus spontan. 8,9
2. Pemeriksaan fisik

11

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri
menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi
sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus. 7,8
Pemeriksaan penunjang
1 Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang
banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang
pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan
penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian
tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal. 7,8
a

2 Radiologi
Ultrasonografi
Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus
yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesran uterus. 2,4

Histeroskopi
Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta
bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat. 2,4

MRI
MRI (Magnetic Resonance Imaging ) sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan
likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas
tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm
yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma2,4

J. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan, mioma submukosum yang dilahirkan harus

12

dibedakan dengan inversio uteri, mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.4
K. PENATALAKSANAAN
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan
untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis
mioma uteri itu sendiri.4
Disini akan dibahas penatalaksanaan mioma uteri pada wanita yang tidak hamil.
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil akan dibahas tersendiri.4,10
-

Konservatif dengan pemeriksaan periodic


Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa
terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun
demikian mioma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan
pemeriksaan pelvik dan atau USG pelvik seharusnya diulang.2,4
Pada wanita menopause, mioma biasanya tidak memberikan keluhan. Bahkan
pertumbuhan mioma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Estrogen harus
digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan mioma atau
mengontrol gejala-gejala dan ukuran mioma harus diperiksa dengan pemeriksaan pelvik dan
USG pelvik setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami
menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran mioma pada masa post menopause,
harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi
total.2,4

Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHa (Gonadotropin Releasing Hormon Agonist)


Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan
dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRH dapat selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin hingga uterus menjadi mengecil. Karena itu GnRH berguna
mengontrol perdarahan (kecuali pada polipoid submukosa yang malah dapat memperberat
perdarahan).10
13

Untuk merangsang siklus menstruasi baru, hipotalamus menghasilkan GnRH yang


kemudian dibawa ke kelenjar pituitary, lalu merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen
dan progesteron10
Obat yang disebut Gn-RH agonists (Lupron, Synarel) beraksi seperti GnRH. Tetapi ketika
dipakai sebagai terapi, agonis GnRH memberikan efek yang berlawanan terhadap hormon alami
yang ada. Estrogen dan progesteron rendah, menstruasi berhenti, mioma mengecil dan anemia
membaik.10
GnRH dapat diberikan dengan suntikan setiap bulan, nasal spray, atau ditanam dibawah
kulit yang akan mengurangi kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh sehingga myom dapat
mengecil. Namun, keamanan jangka panjang dan keefektifannya belum ditentukan, tingkat
hipoestrogenik dalam waktu lama meningkatkan resiko osteoporosis. Menurut literatur terakhir,
pemakaian GnRHa lebih dari 3 bulan menyebabkan myomektomi lebih sulit. Pemakaian GnRHa
hanya boleh digunakan sementara karena GnRH menyebabkan menopause yang palsu. Bila
pemakaian GnRH dihentikan maka mioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh
estrogen karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi.10
Androgens. Ovarium dan kelenjar adrenal menghasilkan androgen. Danazol, sintetik
testosterone mengecilkan tumor fibroid, mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi
dan memperbaiki anemia. Namun menimbulkan efek samping yang tidak enak seperti berat
badan bertambah, dysphoria, jerawat, sakit kapala, pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan
dan suara yang lebih berat, menyebabkan banyak wanita menghindarinya.10
Pengobatan lain. Kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu mengontrol
perdarahan menstruasi tetapi tidak mengurangi ukuran fibroid. AINS, pengobatan non
hormonal, efektif terhadap perdarahan vaginal berat yang tidak berkaitan dengan mioma,
mereka tidak mengurangi perdarahan yang disebabkan oleh mioma.10
-

Pengobatan Operatif
Ada 4 dasar pengobatan operatif untuk mioma, yaitu :1,2,6

14

a. Miomektomi, yaitu tindakan bedah dimana pengambilan miom melalui laparatomi atau
laparoskopi tergantung ukuran, jumlah dan lokasi myom. Dilakukan pengambilan sarang mioma
saja tanpa pengangkatan uterus. Myomektomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan,
syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan kemungkinan keganasan.
Myomektomi berhasil untuk mengontrol perdarahan kronik akibat mioma.1
b. Histeroskopi, menggunakan pipa panjang dengan kamera, dimasukkan kedalam vagina dan
uterus untuk melihat mioma, kemudian mioma di potong dan di buang. Teknik ini tidak dapat
dilakukan pada mioma yang terdapat di dalam dinding uterus atau pada mioma yang
bertangkai.1,2,6
c. Miolisis, Merupakan teknik operasi terbaru di Amerika, dengan menggunakan jarum elektrik
yang dimasukkan kedalam mioma pada saat laparoskopi, yang dapat menghentikan peredaran
darah ke mioma sehingga mioma mengecil.1,2,6
d. Histerektomi, merupakan teknik operasi untuk mengangkat / membuang uterus. Teknik ini
merupakan cara yang terbaik untuk menyembuhkan mioma uteri, biasanya dilakukan pada
wanita dengan mioma yang besar, dan multipel, perdarahan yang banyak, menjelang / sudah
menopause dan tidak menginginkan anak. 11

Radioterapi
Tindakan ini bertujuan untuk agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan nantinya. Syarat-syarat
dilakukan radioterapi adalah:2
1 Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
2 Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
3 Bukan jenis submukosa

15

4 Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum


5 Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause
6

Tidak ada keganasan uterus

Embolisasi Arteri Uterina / Embolisasi Mioma Uteri


Merupakan teknik terbaru yang sudah diterapkan di negara-negara maju, yaitu dengan
cara menghentikan suplai darah ke uterus dan tumornya, sehingga tumor menyusut. Cara
kerjanya adalah dengan menyuntikkan partikel-partikel kecil melalui kateter kedalam arteri
uterina yang juga memperdarahi mioma. Darah akan membawa partikel tersebut sampai
menyumbat cabang arteri dan menghambat peredaran darah ke mioma secara permanen. Akibat
adanya emboli dari partikel tersebut, mioma akan menyusut dan kemudian mengecil. Teknik ini
memiliki beberapa keuntungan antara lain, tid ak ada insisi, waktu penyembuhan lebih singkat
dan resiko perdarahan lebih kecil. Syarat melakukan Embolisasi arteri uterina adalah penderita
yang mengalami perdarahan hebat, mioma uteri yang menekan rektum dan kandung kemih,
pasien yang menolak histerektomi dan tidak ingin punya anak lagi.1,2
Komplikasi terumum dari embolisasi arteri uterine adalah sindrom post embolisasi. 1 %
wanita menjalani histerektomi setelah embolisasi, biasanya karena infeksi. Embolisasi arteri
uterina membutuhkan tindak lanjut jangka panjang dan wanita harus diberi peringatan akan
adanya komplikasi kemudian. Tingkat kekambuhan embolisasi arteri uterina 10 % setelah 2
tahun.6

L. MIOMA UTERI PADA KEHAMILAN


Perlu diketahui bahwa ada sebanyak 445 kehamilan yang dikomplikasi oleh adanya
Leiomioma per tahunnya. terdapat spekulasi bahwa pertumbuhan mioma pada kehamilan
berhubungan sinergis dengan aktivitas estradiol dan HPL (Human Placental Lactogen).3,12
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan adalah:12
16

Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi cavum uteri khususnya pada mioma
submukosum.

Dapat menyebabkan malpresentasi janin

Dapat menyebabkan plasenta praevia dan plasenta akreta

Dapat menyebabkan perdarahan post partum akibat inersia maupun atonia uteri akibat
gangguan mekanik dalam fungsi myometrium

Dapat mengganggu proses involusi uterus dalam masa nifas

Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan menghalangi
jalan lahir.

Mioma servix atau isthmus yang penanganan sectio cesaria segera.

kelahiran prematur

retained placenta

10 Ketuban pecah dini


11 IUGR
12 Inversi uterus
Pengaruh kehamilan pada mioma uteri adalah3,12
1

Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang
meningkat

Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah
diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna
mengangkat sarang mioma. Anehnya, pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang
menyebabkan perdarahan.
17

Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi dengan gejala dan tanda
sindrom akut abdomen.

Infeksi (prosesnya biasanya steril tapi dapat dipersulit dengan adanya infeksi sekunder dari
kavitas uterus).
Wanita hamil dengan miomektomi multipel yang berulang , terutama jika sampai melibatkan

kavum uteri, harus melalui persalinan secara SC untuk menurunkan resiko ruptur jaringan parut
pada persalinan. 3,12
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena myomektomi pada kehamilan
sangat berbahaya disebabkan kemungkinan perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan abortus.
Operasi terpaksa dilakukan kalau ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena
mioma sangat besar. Indikasi utama dilakukannya miomektomi pada kehamilan adalah torsi pada
fibroid yang bertangkai. 3,12
Jika mioma menghalangi jalan lahir, dilakukan SC (Sectio Caesarea) disusul histerektomi,
namun myomektomi itu sendiri tidak direkomendasikan untuk dilakukan pada saat sectio caesarea.
Kalau akan dilakukan enukleasi (myomektomi) lebih baik ditunda sampai sesudah masa nifas (12
minggu setelah melahirkan).3,12
M. KOMPLIKASI
Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma
dalam menopause.3,4,5
Torsi (putaran tangkai).

18

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.Jika torsi
terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. 3,4,5
Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan
sirkulasi darah padanya

Gambar 4. Ringkasan komplikasi Mioma Uteri4

N. PROGNOSIS
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang extensif dan
secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka diharusken SC (Sectio
caesaria) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh kembali (rekurens) setelah myomectomi
terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3nya memerlukan tindakan lebih lanjut.11

19

DAFTAR PUSTAKA
1. David Chelmow. Gynecologic Myomectomy, dalam www.eMedicine. com, May 9, 2005
2. Stewart AA, Faur AV, Wise LA. 2002. Predictors of subsequent surgery for uterin leiomiomata after
abdominal myomectomi. 99: 426-432
3. Wibowo,D.S, Paryana,W. 2009. Anatomi of human Body. Published in Indonesia by Elsevier
( Singapore) with Graha Ilmu Publishing. 2009. P.445-451
4. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan. ed:
Prawirohardjo.S. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345
5. Llemwellyn D, Jones. Mioma Uteri, dalam Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6, Catakan
I, Penerbit Hipokrates, Jakarta, 2002
6. Pitkin.J,et all. obstetrics and Gynaecology an Ilustrated Colour text Churchil Livingstone an
imprint Elsevier Science Limited.2003
7. Gant.F,Cunnigham.F.G.Kelainan Jinak

Uterus,

dalam

Dasar-dasar

Ginekologi

dan

Obstetri.Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002


8. Benson.R.C Pernoll.M.L. Neoplasma Jinak Uterus, dalam Buku Saku Obstetri dan Ginekologi edisi
9 Penerbit Buku Kedokteran EGC.2009
9. Taber,Ben. Leiomioma, dalam Kapita Selekta Kedaruratn Obstetri dan Ginekologi Penerbit Buku
Kedokteran EGC.1994
10. Sabry.M, Hendy.A.Medical Treatment of Uterine Leiomyoma journal of Reproductive Sciences
SAGE 19(4) 339-353 Department of Obstetrics and Gynecology, Meharry Medical College. 2012.
11. Rasjidi,I. Histerektomi, dalam Manual Histerektomi Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
12. Pangemanan.W.T.2010. Neoplasma pada Kehamilan dalam : Ilmu Kebidanan ed:
Prawirohardjo.S. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.891-895

20

Anda mungkin juga menyukai