VAGINOSIS BAKTERIAL
Pembimbing :
dr. Thianti Sylviningrum, M.Pd.Ked., M.Sc., Sp.KK
Disusun Oleh :
Yuni Purwati
G4A014085
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
VAGINOSIS BAKTERIAL
Disusun oleh:
Yuni Purwati
G4A014085
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Margono Soekarjo
Purwokerto.
Purwokerto,
Mei 2016
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
anugerah-Nya sehingga presentasi kasus dengan judul Vaginosis Bakterial ini
dapat diselesaikan.
Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
dr. Thianti
Sylviningrum,
M.Pd.Ked.,
M.Sc.,
Sp.KK
selaku
dosen
pembimbing.
2.
Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RS. Margono Soekarjo.
3.
Rekan-rekan Dokter Muda Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas
semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan............................................................................................ i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
I. LAPORAN KASUS......................................................................................... 1
A. Identitas Pasien................................................................................... 1
B. Anamnesis.......................................................................................... 1
C. Pemeriksaan Fisik............................................................................... 2
D. Resume............................................................................................... 3
E. Diagnosis Banding.............................................................................. 4
F. Diagnosis Kerja.................................................................................. 4
G. Pemeriksaan penunjang...................................................................... 4
H. Terapi.................................................................................................. 4
I. Prognosis............................................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 6
A. Definisi............................................................................................... 6
B. Epidemiologi...................................................................................... 6
C. Etiologi............................................................................................... 6
D. Patogenesis......................................................................................... 7
E. Patofisiologi........................................................................................ 8
F. Gejala Klinis....................................................................................... 8
G. Diagnosis............................................................................................ 9
H. Terapi.................................................................................................. 11
I. Prognosis............................................................................................ 13
III. PEMBAHASAN............................................................................................ 14
IV. KESIMPULAN.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
I.
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
: Sdr. Seli
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 20 tahun
Suku
: Jawa
Alamat
: Keniten
Pekerjaan
:-
B. Anamnesis
Keluhan utama
lalu.
Pasien
mengeluh
keluar
tahun
(2
tahun
yang
lalu)
dan
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36 C
Status Dermatologis
Lokasi
Vulva agina
Efloresensi
Tampak adanya duh tubuh vagina berwarna putih keabuan, homogen berbau
amis, tidak berbuih. Tak tampak adanya benjolan di labia mayora dan minora
dekstra et sinistra dan tidak nyeri saat palpasi serta tidak terlihat dilatasi
pembuluh darah dan tidak ditemukan penambahan densitas pembuluh darah
pada dinding vagina disertai gambaran serviks normal.
Gambar 1.1 Sekret putih keabuan berbau amis tidak berbuih pada pasien
D. Resume
Pasien, perempuan 20 tahun datang dengan keluhan keluar cairan putih
kebuan kental berbau amis tidak berbuih dari jalan lahir. Keluhan ini sudah
dirasakan sejak 7 hari yang lalu. Pasien mengatakan keluhan dirasakan
semakin lama semakin memberat. Riwayat sakit yang sama sebelumnya
disangkal pasien. Selain itu pasien juga mengeluhkan saat keluar keputihan
terasa gatal, berbau amis tetapi tidak terasa panas dan tidak berbuih. Pasien
juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah saat berkemih.
Riwayat alergi makanan, debu, maupun obat-obatan disangkal. Riwayat
asma disangkal. Riwayat keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
disangkal. Pasien mengakui mulai berhubungan seksual sejak dua tahun yang
lalu, setiap berhubungan seksual pasien mengatakan selalu menggunkan
kondom tetapi saat berhubungan seksual terakhir yaitu 7 hari sebelum ke
puskesmas berhubungan seksual terakhir dan tidak menggunakan kondom.
Riwayat alergi pada keluarga juga disangkal. Riwayat sosial, pasien mengaku
tidak bergonta-ganti pasangan seks dan kurang menjaga higienitas genital.
E. Diagnosis Banding
-
Trichomoniasis
Candidiasis
F. Diagnosis Kerja
Vaginosis Bakterial
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopis
preparat basah dan pemeriksaan kertas lakmus. Usulan pemeriksaan
penunjang lain adalah pemeriksaan whiff test, pewarnaan gram secret vagina
dan pemeriksaan kultur vagina.
H. Terapi
Medikamentosa
: ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bakterial
vaginosis
adalah
sindrom
klinik
akibat
pergantian
C. Etiologi
Penyebab bakterial vaginosis bukan organisme tunggal. Pada suatu analisis
dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada beberapa kategori dari
bakteri vagina yang berhubungan dengan bakterial vaginosis, yaitu :
1. Gardnerella vaginalis
Berbagai kepustakaan selama 30 tahun terakhir membenarkan observasi
Gardner
dan
Dukes bahwa
Gardnerella
vaginalis
sangat
erat
bakteri
anaerob
berinteraksi
dengan
G.vaginalis
untuk
anaerob
termasuk
Bacteroides,
Leptostreptococcus,
dan
menopause.
Faktor-faktor
ini
memungkinkan
meningkatnya
mikroflora
normal
sehingga
memungkinkan
terjadinya
disebabkan
oleh
kurangnya
pengetahuan
tentang
faktor
penyebab
Nyeri abdomen, dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan
kalau ada karena penyakit lain. 10
F. Diagnosis
Gardner dan Dukes (1980) menyatakan bahwa setiap wanita dengan
aktivitas ovum normal mengeluarkan cairan vagina berwarna abu-abu,
homogen, berbau dengan pH 5 - 5,5 dan tidak ditemukan T.vaginalis,
kemungkinan besar menderita bakterial vaginosis. WHO (1980) menjelaskan
bahwa diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya clue cells, pH vagina lebih
besar dari 4,5, tes amin positif dan adanya G. vaginalis sebagai flora vagina
utama menggantikan Lactobacillus. Balckwell (1982) menegakkan diagnosis
berdasarkan adanya cairan vagina yang berbau amis dan ditemukannya clue
cells tanpa T. vaginalis. Tes amin yang positif serta pH vagina yang tinggi
akan memperkuat diagnosis. 10
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu
diagnosis, oleh sebab itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis
yang sering disebut sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa
terdapat tiga dari empat gejala, yaitu : 9,10
1. Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding
2.
3. Tes amin yang positif, yangmana sekret vagina yang berbau amis sebelum
4.
6,10
vaginosis.
vaginosis.9,10,12
Clue
cells
adalah
penanda
bakterial
G. Terapi
Karena penyakit bakterial vaginosis merupakan vaginitis yang cukup
banyak ditemukan dengan gambaran klinis ringan tanpa komplikasi, jenis obat
yang digunakan hendaknya tidak membahayakan, dan sedikit efek
sampingnya.10
Semua wanita dengan bakterial vaginosis simtomatik memerlukan
pengobatan, termasuk wanita hamil. Setelah ditemukan hubungan antara
bakterial vaginosis dengan wanita hamil dengan prematuritas atau
endometritis pasca partus, maka penting untuk mencari obat-obat yang efektif
yang bisa digunakan pada masa kehamilan. Ahli medis biasanya menggunakan
antibiotik seperti metronidazol dan klindamisin untuk mengobati bakterial
vaginosis.9,10
a. Terapi sistemik4,9
1. Metronidazol 400-500 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Dilaporkan efektif
dengan kesembuhan 84-96%. Metronidasol dapat menyebabkan mual
dan urin menjadi gelap. Konsumsi alkohol seharusnya dihindari selama
pengobatan dan 48 jam setelah terapi oleh karena dapat terjadi reaksi
disulfiram. Metronidasol 200-250 mg, 3x sehari selama 7 hari untuk
wanita hamil. Metronidazol 2 gram dosis tunggal kurang efektif daripada
terapi 7 hari untuk pengobatan vaginosis bakterial oleh karena angka
rekurensi lebih tinggi.
Rejimen terapi
Metronidazol 500 mg 2x sehari selama 7 hari.
Merupakan obat yang paling efektif saat ini dengan kesembuhan 95%.
Penderita dinasehatkan untuk menghindari alkohol selama terapi dan 24
jam sesudahnya.
Rejimen alternatif
Metronidazol oral 2 gram dosis tunggal.
Kurang efektif bila dibandingkan rejimen 7 hari; kesembuhan 84%.
Mempunyai aktivitas sedang terhadap Gardnerella vaginalis, tetapi
sangat aktif terhadap bakteri anaerob, efektifitasnya berhubungan
dengan inhibisi anaerob.
Metronidazol gel 0,75% intravaginal, aplikator penuh (5gr), 2 kali
sehari untuk 5 hari.
Klindamisi krim 2% intravaginal, aplikator penuh (5gr), dipakai saat
akan tidur untuk 7 hari atau dua kali sehari untuk lima hari
Klindamisi 300mg 2 kali sehari untuk 7 hari
Augmentin oral (500mg amoksilin + 125 mg asam clavulanat) 3 kali
sehari selama 7 hari.
Sefaleksin 500mg 4 kali sehari semala 7 hari
Jika cara ini tidak berhasil untuk vaginosis bakterial rekuren, maka
dilakukan pengobatan selama seminggu sebelum permulaan menstruasi
dan begitupun pada menstruasi berikutnya, dengan pengobatan selama
3-5 hari dengan metronidazol oral dan anti jamur yaitu clotrimazol
intravaginal atau flukonazol.
H. Prognosis
Prognosis bakterial vaginosis baik, dilaporkan perbaikan spontan pada lebih
sepertiga kasus. Dengan pengobatan metronidasol dan klindamisin memberi
angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).9
III.
PEMBAHASAN
keputihan yang dialami berwarna putih dan menggumpal seperti susu basi.
Keputihan tersebut disertai rasa gatal sehingga aktivitas sehari-hari
terganggu. Keputihan berbau amis dan tidak berbusa. Anamnesis juga
menunjukan adanya faktor resiko yang dimiliki oleh pasien yaitu pasien
memiliki riwayat higienitas genital yang kurang baik dan juga mempunyai
kebiasaan memakai celana ketat. Selain itu pasien mengakui kurang
menjaga kebersihan setelah melakukan hubungan seksual dengan pacarnya.
Kemaluan terasa panas disangkal, namun terasa nyeri pada bagian perut
bawah. Faktor resiko ini menjadikan pasien memiliki kemungkinan untuk
menderita
infeksi
jamur
yaitu
infeksi
kandida.
Pada
kandidosis
sebagai
anti
fungi
yang
bekerja
dengan
menghambat
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Yan ZE. Vulvovaginal candidiasis. Clinical Prevention Services. 2012
2. Leon EM, Jacober JS, Sobel DJ, Foxman B. Prevalence and risk factors
for vaginal Candida colonization in women with type 1 and type 2
New
England
Journal
of
medicine.p355:1244-52.
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp053720