Tugas KD 6 Chika Hypersomnia
Tugas KD 6 Chika Hypersomnia
Tidur sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas saat tidur. Kualitas tidur
merujuk pada kemampuan untuk mendapatkan sejumlah tidur REM dan NREM sesuai
kebutuhan, sedangkan kuantitas tidur adalah total waktu tidur yang dibutuhkan. Bila kualitas
dan kuantitas tidur tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan gangguan tidur secara umum.
Gangguan tidur merupakan suatu kondisi yang bila tidak diobati, akan menyebabkan
kesulitan untuk tidur terutama di malam hari. Gangguan tidur dapat dikategorikan sebagai
parasomnia, gangguan primer, dan gangguan sekunder (Kozier, 2011). Pada LTM ini, akan
dibahas mengenai gangguan tidur primer yaitu hypersomnia.
Kata hypersomnia berasal dari kata Yunani yaitu hyper, yang artinya lebih atau
lebih dari normal, dan dari bahasa Latin somnus, artinya tidur. Jadi, Hipersomnia
merupakan rasa tidur atau kantuk yang berlebihan sepanjang hari yang berlangsung sampai
sebulan atau lebih (Triamiyono.H, 2014)
Menurut Kozier (2011) Hypersomnia merupakan gangguan tidur primer yang ditandai
dengan tidur berlebihan, terutama di siang hari. Hypersomnia merupakan kebalikan dari
insomnia, dimana pada hypersomnia kuantitas atau kualitas tidur dapat menjadi lebih dari
cukup.
Menurut Kozier (2011) hypersomnia juga dapat disebabkan oleh kondisi medis :
1. Akibat kerusakan sistem saraf pusat
Kerusakan sistem saraf pusat terutama pada batang otak, dapat mempengaruhi
tidur dan keadaan tingkat kesadaran lainnya. Hal ini dikarenakan pada batang otak
terdapat suatu anyaman neuron yang saling berhubungan yang disebut dengan
formasio retikularis. Letak dari formasio retikularis ini meluas di seluruh batang otak
dan masuk ke dalam thalamus. Agar batang otak dapat menerima dan
mengintegrasikan semua masukan sinaptik sensorik melalui serta-serat asendens dari
formasio retikularis ini, untuk membangunkan serta mengaktifkan korteks serebri dan
Sistem Aktivasi Retikular (SAR). SAR (Sistem Aktivasi Retikular) berfungsi untuk
mengontrol kewaspadaan dan keterjagaan. Walaupun pusat yang mengatur tidur
secara umum terdapat di dalam batang otak, tetapi yang mengatur pusat gelombang
lambat tidur tetap terletak di hipotalamus (Sherwood, 2012)
Kerusakan sistem saraf pusat biasanya terjadi pada kasus penurunan
kesadaran atau koma. Yang disebabkan karena interaksi antara rangsangan perifer dan
otak terganggu. Kerusakan sistem saraf pusat ini akan dimulai dari tahap
kewaspadaan maksimal, terjaga, tidur, dan koma. Keadaan kewaspadaan maksimal
dan terjaga tergantung pada rangsangan sensorik yang diberikan. Rangsangan
sensorik ini terdiri dari stimulus secara visual, auditori, nyeri, rangsang taktil, dan
aktivasi stimulus korteks serebral (misalnya proses emosi atau pikiran). Yang dapat
mengaktifkan sistem aktivasi retikular (SAR) dan sistem saraf pusat (SSP) secara
keseluruhan (Sherwood, 2012). Sehingga neuron intrinstik SAR akan mengeluarkan
katekolamin seperti norefpinefrin sebagai neurotransmiter yang bekerja pada sistem
saraf simpatik dan mengakibatkan kondisi kewaspadaan maksimal dan terjaga. Tidur
dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur raphe
pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak ini disebut Bulbar
Synchronizing region (BSR). Yang bertugas untuk mengatur tidur. Normalnya ketika
saat mencoba tidur, kedua mata akan ditutup dan menciptakan keadaan gelap serta
tenang, kedaan gelap ini akan merangsang melatonin untuk keluar, yang
mengakibatkan aktivitas SAR akan menurun, dan BSR akan mengambil alih untuk
menyebabkan kondisi yang tenang dan tertidur (Potter dan Perry, 2006)
Pada saat keadaan yang ekstrim yaitu suatu keadaan dimana formasio
retikularis tidak dapat menerima dan mengintegrasikan semua input sensorik, maka
sistem aktivasi retikular (SAR) juga tidak akan dapat berfungsi untuk membangunkan
dan mengaktifkan korteks serebri, yang disebabkan karena kerusakan batang otak
ataupun depresi luas korteks serebri akibat kekurangan oksigen. Keadaan ini disebut
dengan koma. Dimana tubuh akan kehilangan responsivitas hidup terhadap
rangsangan luar secara total (Sherwood, 2012). Sehingga kerusakan sistem saraf pusat
dapat mengakibatkan hypersomnia, karena akan mengakibatkan terganggunya kerja
SAR dan BSR dalam mengatur kontrol tidur. Adapun beberapa contoh penyakit yang
dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat adalah multiple sclerosis,
neoplasma, dan encephalitis lethargica
2. Gangguan ginjal
Menurut Elizhabeth.C (2009) gangguan ginjal terutama pada klien dengan
ERSD, irama sirkadian tidur-bangun bisa terganggu oleh faktor internal ( parameter
biokimia dan melatonin) dan faktor eksternal ( pengaruh dialisis dan penggunaan
obat-obattan).
Daftar pustaka
Kozier,Erb,Berman,danSynder.(2011).Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,
dan praktik edisi 7 volume 2.Jakarta : EGC
The International Classification of Sleep Disoreders.(2001).Journal International
classification of sleep disorders, revised: Diagnostic and coding manual.American
Academy of Sleep Medicine. Includes bibliographies and indexs. Chicago, Illinois:
American. Diakses dari www.esst.org/adds/ICSD.pdf. tanggal 16/03/2015. Pukul
20.00WIB
Black dan Hwaks.(2014).Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan edisi 8 buku 3. Jakarta : PT. Salemba Emba Patria
Elizhabeth.C (2009).Patofisiologi : buku saku.Jakarta : EGC
Potter dan Perry.(2006).Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik
edisi 4 volume 2.Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee.(2012).Fisiologi manusia dari sel ke sistem.Jakarta: EGC
Triamiyono.H.(2014).Upaya mengatasi rasa kantuk di kelas dalam proses belajar
mahasiswa
taruna akademi maritim djadajat.Diakses dari jurnal ilmiah widya akademi
maritim
djadajat Akademi Maritim Djadaj.