Obat Jamur
Obat Jamur
INFEKSI SISTEMIK
INFEKSI DALAM(internal) : aspergilosis,
blastomikosis,koksidiodomikosis,
kriptokokosis, histooplasmikosis, kandidiasis.
INFEKSI SUBKUTAN : kromomikosis,
misetoma, dan sporotrikosis
INFEKSI DERMATOFIT
Trichophyton, epidermophyton dan
microsporum
INFEKSI MUKOKUTAN
Kandida, menyerang mukosa dan daerah
lipatan kulit dalam keadaan kronis.
Umumnya mengenai mukosa kulit dan kuku
INFEKSI SISTEMIK
AMFOTERISIN B
Asal dan kimia
Hasil fermentasi streptomyces nodosus
Kristal jarum atau prisma kuning jingga, tidak berbau dan
tidak berasa, bersifat basa lemah, tidak larut dalam air,
tidak stabil,tidak tahan suhu >37 c
Aktivitas antijamur
Sel tumbuh dan sel matang (ph 6-7,5) Dengan kadar 0,31,0 g/mL antibiotik ini dapat menghambat
aktivitasHistoplasma capsulaium, Cryptococcus
neoformans, Coccidioides immitis,dan beberapa
spesiesCandida, Tondopsis glabrata, Rhodotorula,
Blastomyces dermatitidis, Paracoccidioides
braziliensis,beberapa spesiesAspergillus
Sinergis dengan rifampisin atau minosiklin
Mekanisme kerja
Berikatan dengan ergosterol(gugus sterol) pada
membran sel jamur. Ikatan menyebabkan membran
bocor dan merusak sel.
Farmakokinetik
Sedikit sekali diserap saluran cerna cerna
Injeksi 1,5mg/hari lalu ditingkatkan 0,4-0,6mg/kgbb/hari akan
memberikan kadar puncak.
Waktu paruh 24-48 jam
Didistribusikan luas ke seluruh jaringan, 95% obat beredar dalam
plasma terikat pada lipoprotein
Dalam cairan pleura,peritoneal,sinovial, dan akuosa hanya 2/3
dar kadar terendah dalam plasma
Menembus sawar urin, css, humor vitreus,amnion.
Eksresi obat melalui ginjal lambat (3%) selama 24 jam
Efek samping
Kulit panas, keringatan,sakit kepala,demam(50% IV,hidrokortison
25-50mg), menggigil ,lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis(heparin),
kejang, fungsi ginjal berkurang(80%,flusitosin), asidosis tubuler
dan hipokalemia(kalium). Anemia normositik normokrom.
Indikasi
Spektrum luas bersifat fungisidal. Korneal dan keratitis
mikotik(tetes). Dirawat!
INFEKSI SISTEMIK
FLUSITOSIN
Asal dan kimia
antijamur sintetik yang berasal dari fluorinasi pirimidin, dan mempunyai persamaan
struktur dengan fluorourasil dan floksuridin. Obat ini berbentuk kristal putih tidak
berbau, sedikit larut dalam air tapi mudah larut dalam alkohol.
Aktivitas antijamur
Spektrum antijamur flusitosin agak sempit. Obat ini efektif untuk pengobatan
kriptokokosis, kandidiasis, kromomikosis, torulopsis dan aspergilosis.
Cryptococcus danCandidadapat menjadi resisten selama pengobatan dengan
flusitosin. 40 50% Candidasudah resisten sejak semula pada kadar100 g/mL
flusitosin. Infeksi saluran kemih bagian bawah oleh Candidayang sensitif dapat
diobati dengan flusitosin saja karena kadar obat ini dalam urin sangat tinggi.
Invitropemberian flusitosin bersama amfoterisin B akan menghasilkan efek
supraaditif terhadap C. neoformans, C. tropicalisdanC. albicansyang sensitif.
Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam
sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5fluorourasil dan fosforilasi. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat
penghambatan Iangsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil. Keadaan initidak
terjadi pada sel mamalia karena dalam tubuh mamalia flusitosin tidak diubah
menjadi fluorourasi
Farmakokinetik
Diserap baik oleh saluran cerna. Bersama makanan
memperlambat tapi jumlah tetap
Kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian 37,5mg/kgbb
Kadar dalam cairan otak 60-90% kadar dalam plasma
Masa paruh eliminasi obat 3-6jam, 90% dikeluarkan
Efek samping
Kurang toksik dibandingkan amfoterisin B
Anemia, leikopenia, trombositopenia, mual, muntah, sgot
sgpt meningkat(5%),hepatomegali.
Tidak bersifat nefrotoksik
Hamil jangan!!!
Indikasi
Diberikan peroral tapi cepat resisten
Criptokokus neoformans,candida dan kromoblastomikosis
Kombinasi dapat dengan amfoterisin B dan itrakonazol
posologi
Kapsul 250 dan 500mg, dosis dianjurkan 50-150mg/hari
dlm 4x
INFEKSI SISTEMIK
Imidazol sintetik, bersifat liofilik dan larut dalam air pada ph asam
Ketokonazol aktif sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik efektif
terhadapCandida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum, B.
dermatitidis, AspergillusdanSporothrix spp.
penyerapan saluran cerna berkurang pada pasien dengan ph lambung tinggi, antasida
atau antagonis H2. makanan tidak berpengaruh
84% berikatan dengan protein plasma(albumin), 15% dengan eritrosit, 1% dalam
bentuk bebas.
Eksresi bersama cairan empedu ke lumen usus, sedikit ke urin. Ginjal dan hati tidak
mempengaruhi kadar dalam plasma
Efek toksik ringan daripada amfoterisin B. Lebih baik bersama makanan, mnegurangi
mual dan muntah
Hepatotoksik, ginekomastia pada pria, haid tidak teratur. Wanita hamil dan menyusui
JANGAN!!
Ketokonazol murah, histoplasmosis paru,sendi, tulang, jaringan lemak.
Rifampizin, isoniazid, fenitoin menurunkan kadar ketokonazol
Siklosporin,warfarin,midazolam, indinavir meningkatkan kadar obat
Penggunaan bersama terfenadin, astemizol/ sisaprid dpt menyebabkan aritmia
ventrikel jantung
Tab 200mg, krim 2%, shampo 2%. Dosis dewasa 1 x 200-400mg, anak 3,36,6mg/kgbb/hari
INFEKSI SISTEMIK
KASPOFUNGIN
Kaspofungin adalah antijamur sistemik dari suatu kelas baru
yang disebut ekinokandin. Obat ini bekerja dengan
menghambat sintesis beta (1,3)-Dglukan, suatu komponen
esensial yang membentuk dinding sel jamur.
Dalam darah 97% obat terikat protein dan masa paruh
eliminasinya 9-11 jam.Obat ini dimetabolisme secara lambat
dengan cara hidrolisis dan asetilasi.Ekskresinya melalui urin
hanya sedikit sekali.
Kaspofungin diindikasikan untuk infeksi jamur sebagai berikut:
Kandidiasis invasif, termasuk kandidemia pada pasien neutropenia atau nonneutropenia.
Kandidiasis esofagus.
Kandidiasis orofarings.
Aspergilosis invasif yang sudah refrakter terhadap antijamur lainnya.
INFEKSI SISTEMIK
TERBINAFIN
Asal dan kimia
Terbinafin merupakan suatu derivat alilamin sintetik dengans
truktur mirip naftitin. Obat ini digunakan untuk terapi
dermatofitosis, terutama onikomikosis. Namun, pada
pengobatan kandidiasis kutaneus dan tinea versikolor,terbinafin
biasanya dikombinasikan dengan golongan imidazol atau triazol
karena penggunaannya sebagai monoterapi kurang efektif
Farmakokinetik
Terbinafin diserap baik melalui saluran cerna, tetapi
bioavailabilitasnya menurun hingga 40% karena mengalami
metabolisme lintas pertama di hati. Obat ini terikat dengan
protein plasma lebih dari 99% dan terakumulasi di kulit, kuku
dan jaringan lemak.
Waktu paruh awalnya adalah sekitar 12 jam dan berkisar antara
200 sampai 400 jam bila telah mencapai kadar mantap. Obat ini
masih dapat ditemukan dalam plasma hingga 4-8 minggu
setelah pengobatan yang lama.
Terbinafin dimetabolisme di hati menjadi metabolit yang tidak
aktif dan diekskresikan di urin. Terbinafin tidak di indikasikan
untuk pasien azotemia atau gagal hati karena dapat terjadi
peningkatan kadar terbinafin yang sulit diperkirakan.
Aktivitas antijamur
Bersifat keratofilik dan fungisidal
Mempengaruhi biosintesis ergosterol
dinding sel jamur
Efek samping
Rash, sakit kepala, gangguan saluran cerna
Hepatotoksisitas, netropenia berat, SSJ
atau nekrolisis epidermal toksik
Jangan pada ibu mengandung dan
menyususi
posologi
Tab oral 250mg
INFEKSI SISTEMIK
Infeksi oleh jamur patogen yang terinhalasi
dapat sembuh spontan. Histoplasmosis,
koksidioidomikosis, blastomikosis dan
kriptokokosis pada paru yang sehat tidak
membutuhkan pengobatan. Kemoterapi
baru dibutuhkan bila ditemukan pneumonia
yang berat, infeksi cenderung menjadi
kronis, atau bila disangsikan terjadi
penyebaran atau adanya risiko penyakit
akan menjadi lebih parah. Pasien AIDS atau
pasien penyakit imunosupresi lain biasanya
membutuhkan kemoterapi untuk mengatasi
pneumonia karena jamur atau oleh sebab
lain.
INFEKSI SISTEMIK
Aspergilosis
Invasi aspergilosis paru sering terjadi pada pasien
penyakit imunosupresi yang berat dan tidak memberi
respons yang memuaskan terhadap pengobatan
dengan antijamur. Obat pilihan adalah amfoterisin B
IV dengan dosis 0,5-1,0 mg/kgBB setiap hari dalam
infus lambat. Untuk infeksi berat, dosis dapat
ditingkatkan sampai dua kalinya. Bila penyakit
progresif, dosis obat dapat ditingkatkan.
Blastomikosis
Obat terpilih untuk kasus ini adalah ketokonazol per
oral 400 mg sehari selama 6 12 bulan. Itrakonazol
juga efektif dengan dosis 200 400 mg sekali sehari
pada beberapa kasus. Amfoterisin B dicadangkan
untuk pasien yang tidak dapat menerima ketokonazol,
infeksinya sangat progresif atau infeksi menyerang
SSP. Dosis yang dianjurkan 0,4 mg/kgBB/hari selama
10 minggu. Kadangkala dibutuhkan tindakan operatif
untuk mengalirkan nanah dari sekitar lesi.
INFEKSI SISTEMIK
Kandidiasis
Kateterisasi ataupun manipulasi instrument lain dapat
memperburuk kandidiasis. Bila invasi tidak mengenai
parenkim ginjal pengobatan cukup dengan amfoterisin B 50
g/mL dalam air steril selama 5 7 hari. Bila ada kelainan
parenkim ginjal, pasien harus diobati dengan amfoterisin B IV
seperti mengobati kandidiasisberat pada organ lain.
Koksidiodomikosis
Ditemukannya kavitas tunggal di paru atau adanya
infiltrasifibrokavitas yang tidak responsif terkadap kemoterapi
merupakan ciri yang khas dari penyakit kronis
koksidioidomikosis; yang membutuhkan tindakan reseksi. Bila
terdapat penyebaran ekstrapulmonar, amfoterisin B IV
bermanfaat untuk penyakit berat ini, juga pada pasien
dengan penyakit imunosupresi dan AIDS.
Ketokonazol diberikan untuk terapi supresi jangka panjang
terhadap lesi kulit, tulang dan jaringan lunak pada pasien
dengan fungsi imunologik normal. Hasil serupa juga dapat
dicapai dengan pemberian itrakonazol 200-400 mg sekali
sehari. Untuk meningitis yang disebabkan oleh
Coccidioidesobat terpilih ialah amfoterisin B yang diberikan
secara intratekal.
INFEKSI SISTEMIK
Kriptokokosis
Obat terpilih adalah amfoterisin B IV dengan
dosis 0,4-0,5mg/kgBB/hari. Pengobatan
dilanjutkan sampai hasil pemeriksaan kultur
negatif. Penambahan flusitosin dapat
mengurangi pemakaian amfoterisin B menjadi
0,3mg/kgBB/hari.
Di samping penyebarannya yang lebih baik ke
dalam jaringan sakit,flusitosin diduga bekerja
aditif terhadap amfoterisin sehingga dosis
amfoterisin B dapat dikurangi dan dapat
mengurangi terjadinya resistensi terhadap
flusitosin. Flukonazol banyak digunakan untuk
terapi supresi pada pasien AIDS.
INFEKSI SISTEMIK
Histoplasmosis
Pasien dengan histoplasmosis paru kronis sebagian
besar dapat diobati dengan ketokonazol 400 mg per hari
selama 6-12 bulan. Itrakonazol 200-400mg sekali sehari
juga cukup efektif. Amfoterisin B IV juga dapat diberikan
selama 10 minggu. Untuk mencegah kekambuhan
penyebaran histoplasmosis pada pasien AIDS yang
sudah diobati dengan ketokonazol dapat ditambahkan
pemberian amfoterisin B IVsekali seminggu.
Mukormikosis
Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk
mukormikosis paru kronis. Mukormikosis kraniofasial
juga diberikan amfoterisin B IV di samping melakukan
debri dementdan kontrol diabetes melitus yang sering
menyertainya.
Parakoksidiodomikosis
Ketokonazol 400 mg per hari merupakan obat pilihan
yang diberikan selama 6-12 bulan. Pada keadaan yang
berat dapat ditambahkan amfoterisin B.
GRISEOFULVIN
Asal dan kimia
Aktivitas antijamur
Griseofulvinin vitroefektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit
sepertiTrichophyton, Epidermophytondan Microsporum.Terhadap sel muda
yang sedang berkembang griseofulvin bersifat fungisidal. Obat ini tidak efektif
terhadap bakteri, jamur lain dan ragi,Actinomyces dan Nocardia.
Farmakokinetik
Kurang baik penyerapan pada saluran cerna atas karena tidak larut dalam air.
Absorpsi meningkat diberikan bersaam dengan makanan berlemak
Waktu paruh 24jam. 50% dosis oral dikeluarkan selama 5hari bersama urin.
Ditemukan 4-8jam dalam lapisan tanduk setelah pemberian
Efek samping
Sakit kepala, leukopenia, artalgia, demam, pandangan kabur, pusing, mual
muntah, diare,dll
Indikasi
Jamur di kulit,kuku dan rambut, penyembuhan lama
Kandidiasis / tinea versikolor tidak dapat
Dosis tinggi bersifat karsinogenik dan teratogenik
Posologi
Tab 125mg dan 500mg. Tab ultramikro 330mg
Dosis anak 5-15mg/kgbb/hari
Dewasa 500-1000mg/kgbb/hari
NISTATIN
Asal dan kimia
Aktivitas antijamur
Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai
jamur dan ragi tetapi tidak aktif terhadap bakteri,
protozoa dan virus.
Mekanisme kerja
Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif.
Aktivitas antijamur tergantung dari adanya ikatan dengan
sterol pada membran sel jamur atau ragi terutama sekali
ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol dengan
antibiotik ini akan terjadi perubahan permeabilitas membran
sel sehingga sel akan kehilangan berbagai molekul kecil.
Candida albicanshampir tidak memperlihatkan resistensti
terhadap nistatin, tetapi C. tropicalis,. C. guillermondidan
C.stellatiodesmulai resisten
Indikasi
Infeksi kandida di kulit, selaput lendir, dan saluran cerna.
Paronikia, vaginitis, dan kandidiasis oral cukup secara topikal
Efek samping
Jarang ditemukan mual muntah dan diare. Tidak superinfeksi
Posologi
Krim, bubuk, salep, suspensi dan obat tetes. Dosis 500ribu1juta unit. 3 x atau 4 x sehari
Terbinafin
Terbinafin merupakan suatu derivat alilamin sintetik
dengan struktur mirip naftitin. Obat ini digunakan
untuk terapi dermatofitosis, terutama onikomikosis;
dan juga digunakan secara topikal untuk
dermatofitosis. Terbinafin topikal tersedia dalam
bentuk krim 1 % dan gel 1%. Terbinafin topikal
digunakan untuk pengobatan tinea kruris dan korporis
yang diberikan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.
PEMILIHAN PREPARAT
Dermatofitosis : tolnaftat / asam
undesilenat
Lesi hiperkeratosis : asam salisilat
Infeksi pada kepala, telapak, dan kuku
biasanya griseofulvin
Tinea versikolor selenium sulfida, natrium
tiosulfat 25% dengan asam salisilat 1%
Kandidiasis : topikal nistatin, amfoterisin
B, mikonazol dan imidazol. Bila tidak
memuaskan ketokonazol oral