Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Osteoporosis

adalah

penyakit

tulang

sistemik

yang

ditandai

dengan

kekuatan tulang yang berkurang, yang merupakan predisposisi untuk fraktur.1 Tulang
osteoporosis memiliki berkurang jumlah, ketebalan, dan konektivitas dari trabecular rods.
Hasil inilah yang meningkatkan kerapuhan tulang dan dengan demikian hal ini merupakan
predisposisi bagi pasien memiliki fraktur dengan trauma yang minimal. Seiring dengan
populasi geriatri yang meningkat, angka kejadian fraktur vertebra akibat osteoporosis juga
meningkat. Diperkirakan 1,4 juta orang menderita fraktur vertebrae akibat osteoporosis di
seluruh dunia. 2
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan pada masyarakat dunia. Angka kejadian
fraktur kompresi vertebra yang atraumatic secara umum dapat menegakkan diagnosis
osteoporosis. Fraktur kompresi vertebra terjadi secara spontan atau sering karena trauman
yang minimal dari hari ke hari seperti aktifitas membungkuk, berputar, mengangkat barang,
sampai duduk maupun berdiri dari kursi yang rendah. Telah diketahui bahwa resiko fraktur
vertebra meningkat tajam seiring dengan umur baik pria maupun wanita. Di Amerika Serikat
dan Eropa, wanita lebih rentan 2 kali lipat daripada pria untuk mengalami fraktur vertebra.
Selain fraktur kompresi, sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar
di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping
itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak
tersedia.
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang

memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya
terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang
peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi
dapat dikendalikan.3
Menu rut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas
20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer
dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala
penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging
(tinnitus), dan mimisan.3
Pada kesempatan ini kami mengangkat kasus geriatri yang menderita low back pain
akibat dari fraktur kompresi pada lumbal dan disertai dengan hipertensi. Dengan kasus ini
diharapkan pasien mengetahui segala informasi yang penting tentang kondisi media yang
dihadapinya dengan demikian kualitas hidup pasien akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai