Proposal
Proposal
cara
mewujudkannya
adalah
dengan
menggunakan
metode
judul
PENDIDIKAN
PENGARUH
BUDAYA
VISUAL
KARAKTER
THINKING
DALAM
BANGSA
SECARA
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh yang signifikan antara
penggunaan Visual Thinking dalam PBKB secara terintegrasi pada
pembelajaran Fisika terhadap Proses Hasil Belajar Materi Siswa Kelas
VII SMP N 25 Semarang?
1.3
Visual
Thinking
dalam
PBKB secara
terintegrasi
pada
2.
2.1.
Landasan Teori
2.1.1
Visual Thinking
Visual Thinking atau Berpikir Visual adalah proses intelektual
intuitif dan ide imajinasi visual, baik dalam pencitraan mental atau melalui
gambar (Brasseur, 1991 : 130). Goldsmchmidt, 1994; Laseau, 1986)
menyatakan mengandalkan proses berpikir bahasa gambar visual, bentuk,
pola, tekstur, symbol. Namun Visual Thinking memerlukan lebih banyak
dari pada visualisasi atau representasi. John Steiner (1997) menyatakan
Ini adalah mewakili sensasi pengetahuan dalam bentuk struktur ide, itu
adalah aliran ide sebagai gambar, diagram, penjelasan model, lukisan yang
diatur ide-ide besar dan penyelesaian sederhana. Visual Thinking dapat
didefinisikan sebagai sesuatu pemikiran yang aktif dan proses analitis
untuk memahami, menafsirkan dan memproduksi pesan visual, interaksi
antara melihat, membayangkan, dan menggambarkan sebagai tujuan dapat
digunakan, dan canggih seperti berpikir verbal.
Zimmerman dan Cunningham (1991) menyatakan : Visualisasi
adalah proses pembentukan gambar (mental, atau dengan kertas dan pensil
atau dengan bantuan teknologi). Visualisasi adalah suatu tindakan dimana
seseorang individu membentuk hubungan yang kuat antara internal
membangun sesuatu yang diakses diperoleh melalui indra. Sambungan
berkualitas tersebut dapat dibuat dalam salah satu dari dua arah.
Visualisasi suatu tindakan dapat terdiri dari konstruksi mental setiap objek
atau proses yang satu menghubungkan (dalam pikiran) individu dengan
objek atau peristiwa yang dirasakan oleh dirinya atau sebagai eksternal.
Atau suatu tindakan visualisasi dapat terdiri dari konstruk pada beberapa
media eksternal seperti kertas, papan tulis atau computer, objek atau
peristiwa yang mengidentifikasikan individu dengan objek atau proses
dalam dirinya atau pikiran. Arcavi (2003) menyatakan visualisasi
matematis dengan kiasan sebagai melihat yang gaib. Ia menganggap
matematika sebagai dunia yang lebih abstrak berurusan dengan benda-
benda dan entitas cukup berbeda dari fenomena fisik, yang meningkatkan
kebutuhan untuk bergantung pada visualisasi dalam bentukyang berbeda
dan pada tingkat yang berbeda. Secara garis besar, karakter materi IPA
Fisika dengan matematika hampir sama ketika kita memasuki perhitungan
matematisnya. Presmeg (1986) mendefinisikan metode visual sebagai
salah satu yang memilih gambar visual, dengan atau tanpa diagram, seperti
bagian penting dari metode solusi. Metode non visual di sisi lain tidak
bergantung pada citra visual. Siswa menggunakan metode visual dalam
pemecahan masalah matematika dipengaruhi dua faktor :
a. kebaharuan dari masalah,
b. presepsi siswa dari Guru mereka dalam preferensi pemecahan
masalah.
Ternyata bahwa siswa lebih suka menggunakan metode visual untuk
masalah soal cerita dan metode non visual untuk soal yang lebih mereka
kenal (familiar).
Visualisasi memainkan fungsi yang berbeda atau peran pada siswa
menggunakannya untuk memecahkan masalah. Ada tujuh (7) peran
visualisasi (Presmeg, 1986) :
a. Untuk memahami masalah
Dengan merepresentasi masalah visual, siswa dapat memahami
bagaimana
memungkinkan
siswa
untuk
mengidenfikasi
masalah
lebih
dan kemudian
proses
pembelajaran
adalah
pengenalan
nilai-nilai,
dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku pesrta didik seharrihari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun
kementrian
mengembangkan
Pendidikan
pendidikan
Nasional
karakter
secara
sejak
tahun
terintegrasi
2010
dalam
Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap dan berbuat(Gulo, 2005). Definisi ini menyiratkan
bahwa belajar merupakan suatu proses dalam diri seseorang untuk
mencapai tujuan tertentu dan perubahan tingkah laku merupakan hasil
belajar. Sehingga pada hakikatnya belajar menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar.
Belajar memiliki pengertian yang sangat kompleks, ada beberapa
definisi tentang pengertian belajar yang telah di kemukakan oleh beberapa
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
adalah
proses
yang
cara
memperoleh
dan memproses
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
(Oemar
Hamalik,
2003).
Materi Gerak
Gerak merupakan perpindahan sebuah benda dari titik acuan awal.
Semua benda hidup mampu bergerak dengan sedirinya. Gerak lurus
adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula
jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang
waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama.
Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak
lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan tidaknya
percepatan.
Gerak lurus beraturan
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana
dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak
yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.
a = percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
s = Jarak tempuh/perpindahan (m)
Kerangka Berfikir
Pendidikan budaya karakter bangsa(PBKB) secara terintegrasi di
dalam proses pembelajaran ditekankan oleh Kemendiknas agar dapat
direalisasikan di setiap jenjang pendidikan formal. Dengan harapan
nantinya mampu mengatasi krisis karakter positif yang ada di negara saat
ini. Bukanlah hal mudah bagi seorang guru untuk bisa mewujudkan
program tersebut secara instan. Dalam hal ini dibutuhkan ketekunan dan
pemikiran yang lebih agar semuanya dapat terealisasi.
Keterampilan
mengajar
seorang
guru
dipertaruhkan
untuk
cara pun akhirnya ditempuh oleh seorang guru untuk mendapatkan hasil
itu. Ketepatan dalam mengajar, mulai dari penggunaan bahan ajar, media,
proses, sampai dengan metode yang digunakan merupakan cara jitu
seorang guru mengatasi masalah ini.
Visual Thinking merupakan penerapan metode belajar dengan
pencitraan mental atau melalui gambar. Diawali dari penjelasan yang
melibatkan
kondisi
nyata
dalam
kehidupan
sehari-hari
dengan
Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ha: Adanya pengaruh penerapan Metode Visual Thinking dalam PBKB
secara terintegrasi pada pembelajaran Fisika terhadap Proses Hasil
Belajar Materi Siswa Kelas VII SMP N 25 Semarang.
Ho: Tidak ada pengaruh penerapan Metode Visual Thinking dalam PBKB
secara terintegrasi pada pembelajaran Fisika terhadap Proses Hasil
Belajar Siswa Kelas VII SMP N 25 Semarang.
3. Metodologi Penelitian
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 25 Semarang
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII pada semester
II tahun Pelajaran 2011/2012. Pada saat memasuki materi Gerak.
3.2 Setting Penelitian
1) Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 25
Semarang tahun ajaran 2011/ 2012 yang terdiri dari tujuh kelas
yaitu kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VII F, dan VII G
2) Sampel
non
visual thinking.
3) Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Variabel yang akan diungkap dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variable bebas
X=
Pembelajaran Visual Thinking dalam PBKB secara
terintegrasi pada pembelajaran Fisika
b. Variable terikat
Y= Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 25 Semarang.
3.2.2 Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelas yang di beri perlakuan
berbeda. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang di peroleh
dengan penerapan dan perlakuan tersebut maka pada siswa diberikan
tes. Dengan demikian rancangan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel. Rancangan Eksperimen
Sampel
Kelas control
Kelas eksperimen
Pretes
T1
T1
Perlakuan
X1
X2
Postest
T2
T2
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan
intelegensi,
3.4.
Instumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes
Keterangan:
rxy
X : Skor item
Y : Skor total
dengan
Dengan keterangan:
r11 = indeks korelasi (harga reliabilitas)
= banyaknya soal
= jumlah varian tiap-tiap soal
= varian total
Kemudian hasil perhitungan dikonsultasikan pada r product
moment dengan taraf signifikan 5%, jika r11 > r
tabel
maka soal
= reliabilitas rendah
= reliabilitas cukup
= reliabilitas tinggi
c. Taraf kesukaran
Keterangan :
P
: Tingkat kesukaran
(Suharsimi Arikunto,
2009:209)
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat
digunakan tolak ukur sebagai berikut:
Soal dengan p = 0,00 0,30 : Soal sukar.
Soal dengan p = 0,30 0,70 : Soal sedang.
Soal dengan p = 0,70 1,00 : Soal mudah.
d. Daya Pembeda Soal
PA
PB
bawah.
Kriteria yang digunakan:
d = 0,00 0,20 : Daya beda soal jelek
d = 0,20 0,40 : Daya beda soal cukup
d = 0,40 0,70 : Daya beda soal baik
d = 0,70 1,00 : Daya beda soal baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 2009:213)
2) Lembar pengamatan
Instrumen yang berupa lembar pengamatan ini digunakan untuk
mengukur variabel Karakter yang dimiliki siswa meliputi karakter
pokok dan karakter Utama.
3.5.
1) Matching
a) Mean Matching
Keterangan :
M
: Mean atau nilai rata-rata
Ye : Jumlah nilai kelompok eksperimen
Yk : Jumlah nilai kelompok kontrol
n
: Jumlah subjek
b)
Varians Matching
Dilakukan dengan menyeimbangkan varians dari kelompok
eksperimen dan kelompok control, tes kesamaan varians ini
dilakukan dengan rumus :
Vb
F( nb 1)( nk 1)
Vk
Keterangan :
Vb : Varians yang lebih besar
Vk : Varians yang lebih kecil
Kriteria pengujian adalah : tolak Ho jika F(nb-1)(nk-1) < F (v1, v2)
dalam hal lainnya Ho diterima. Dengan F (v1, v2) didapat dari
daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan derajat kebenaran
v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut,
dengan taraf signifikan = 5%
c)
t-matching
Uji t-matching ini menggunakan rumus :
dengan
Dimana :
: rata-rata kelompok eksperimen
: rata-rata kelompok kontrol
n1
n2
S2
: varians
S12
: varians kelompok eksperimen
2
S2
: varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian : terima Ho jika t (1- ) < t < t(1- ), dengan dk =
(n1+n2-2) dan taraf signifikan 5%. Untuk harga lain Ho ditolak
(Sudjana, 2005 : 239-240)
2) Uji Normalitas Sampel
Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Liliefors dengan langkah
sebagai berikut :
1) Data x1, x2, x3,,xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3,,zn dengan
menggunakan rumus :
dengan
S(z i )
banyaknya z 1 , z 2 , z 3 ,..., z n z i
n
1
dk
1
( n1 1)
1
(n 2 1) .
Dk
ke
1
n1 1
2
.
..
K
n2 1
.
1
(n x 1)
nk 1
Jumlah
Si
log S i
( dk ) log S i
S1
log S1
(n1 1) log S1
S2
log S 2
( n2 1) log S 2
.
..
Sk
.
.
log S k
.
..
2
(nk 1) log S k
1
i
(ni 1) log S i
2
S
(ni 1)
B (log S 2 ) ( ni 1)
Analisis Akhir
Pada hal ini data yang terkumpul setelah tes dapat dianalisis. Analisis
akhir yang digunakan adalah :
a.
Pengamatan
x1,
x2,,xn
dijadikan
dengan
2)
3)
S(z i )
4)
banyaknya z 1 , z 2 , z 3 ,..., z n z i
n
Hitung selisih F(zi) S (zi), kemudian
b.
c.
dengan
dimana :
,
Dimana :
: nilai rata-rata kelompok eksperimen
: nilai rata-rata kelompok kontrol
S12
: varians kelompok eksperimen
2
S2
: varians kelompok kontrol
x1
: jumlah nilai kelompok eksperimen
x2
: jumlah nilai kelompok kontrol
n1
: jumlah siswa kelompok eskperimen
n2
: jumlah siswa kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t(1- ) < t < t(1- ), dimana
t(1-) didapat dari daftar t dengan dk = (n1+n2-2) dan peluang (1). Untuk rata-rata t lainnya Ho ditolak (Sudjana, 2002 : 239-240)
Jika kedua varians tidak sama 1 2 maka digunakan rumus :
s
s
w1 1 , w2 2
n1
n2
t1= t(1- ) (n1-1) dan t2= t(1-) (n2-1)
derajat kebebasan masing-masing adalah (n21) dengan peluang (1-
)
Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dapat ditentukan dalam
ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif prestasi
dengan perhitungan
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.