Dibaca: 15886
Komentar: 7
22
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)
Cerita berawal dari sharing seorang ibu di sebuah Grup Komunitas Arisan di BBM.
Salah seorang ibu sebutlah namanya Ika yang berdomisili di Palembang
menceritakan kejadian yang dialaminya serta anak semata wayangnya (sebutlah
namanya Fadli) yang masih berusia 4 tahun
Suatu hari, Ika mengajak Fadli, anaknya untuk berbelanja di Ramayana
Departement Store yang berlokasi di Kawasan Bisnis Ilir Barat Permai Kota
Palembang. Sebagai tujuan pertama ia melihat-lihat kumpulan koleksi baju yang
ada di lantai 1. Sang anak pun awalnya terlihat asyik berlari-lari di sekitar koridor
etalase yang memajang aneka baju-baju tersebut. Semuanya berjalan lancar
Anehnya Toni sang paman pun tidak pernah tau/mengenal laki-laki sesuai yang
disebutkan ciri-cirinya. Toni pun sama sekali tidak pernah menyuruh orang untuk
membawa si Fadli bertemu dengannya. Saat ditelepon Toni sedang bertugas di
Padang. Ika pun sangat heran dengan kejadian ini namun ia mencoba menghela
napas dan menenangkan diri. Setidaknya ia merasa bersyukur anaknya selamat
dari penculikan.
Sesampainya di rumah, Ika menjamu security yang menemaninya selama di taksi.
Ika mempersilakan security tersebut untuk sebentar makan dan minum. Suami Ika
yang sebelumnya sudah ditelepon akan kejadian ini saat masih di taksi pun sudah
sampai di rumah. Ia terpaksa pulang cepat dari kantornya. Sambil menikmati sajian
makan dan minum dari Ika sang security pun terlibat percakapan dengan Ika dan
suaminya masih tentang kejadian yang baru saja dialami.
Di tengah-tengah percakapan, HP security tadi berdering. Rupanya security lainnya
yang mengamankan laki-laki tadi di toko. Ia menanyakan apakah Ika sudah sampai
di rumah dengan selamat. Kemudian security di kantor itu bercerita kalau laki-laki
itu akhirnya dibawa ke kantor polisi terdekat karena Laki-laki tersebut tidak bisa
memberikan keterangan yang memuaskan security di kantor atas kejadian yang
baru saja terjadi. Setelah didesak di kantor polisi dengan berbagai pertanyaan, lakilaki tersebut memang berniat untuk menculik Fadli anak dari Ika. Ia mengakui
mencoba merayu Fadli dengan robot-robotan Ultra Man. Beberapa hari sebelumnya
laki-laki yang berinisial RM tersebut mulai mempelajari korbannya melalui Facebook.
Si RM ini rupanyo paham nian soal komputer, ucap security kantor dari seberang
telepon sana yang terdengar karena HP di-loudspeaker. Dengan kemampuan
komputer yang dimilikinya si laki-laki ini rupanya mencoba meng-hack beberapa
akun Facebook. Ia pilih pemilik akun yang sama-sama berdomisili di Palembang.
Dari akun-akun Facebook yang sudah di-hack-nya ia mulai memilih korban yang
akan dijadikan target. Targetnya tentu adalah yang memiliki anak kecil. Cukup
mudah bagi RM untuk mengenali siapa saja yang memiliki anak kecil.
Dari Beranda ia bisa melihat siapa saja yang mem-posting foto-foto anaknya. Dan
pilihan pun jatuh pada Ika karena ia mengetahui bahwa Ika berniat mengajak
anaknya berjalan-jalan ke luar (ke Ramayana). Di situlah RM mulai intense
mempelajari seluk-beluk korban, mulai dari nama si anak (Fadli) sampai termasuk
saat Fadli diberi boneka Ultra Man oleh pamannya. Ini berguna bagi RM untuk
membuat dirinya familiar dengan si anak yang akan dijadikan korban. Dan juga
untuk mengecoh orang lainnya supaya tidak curiga. Orang akan mengira bahwa
dirinya adalah familly dari si anak.
Melalui sharing-nya di BBM Ika belum mengetahui apa motif sesungguhnya dari RM.
Apakah murni menculik untuk meminta tebusan atau ada motif lainnya. Ini masih
dalam penyelidikkan pihak yang berwajib.
Kasus ini mungkin mirip dengan kasus memasang stiker mobil yang menceritakan
tentang informasi keluarga. Namun kini si pelaku menggunakan media sosial
sebagai alat untuk memulai tindak kejahatannya. Cerita ini tentunya menambah
kembali kejadian yang tidak diinginkan akibat dari media sosial dalam hal ini