dapat
menjadi harapan yang positif dalam segala hal. Ya, dalam hal melahirkan alumni
berkualitas ilmu mumpuni, sebagai problem solver terhadap persoalan yang ada
dimasyarakat, etc, etc.
Kenyataan yang ada, laiknya sebuah judul telenovela, tempat menuntut
ilmu ini pantasnya dinamakan Universitas Harapan Nan Sirna. Coki malah
menamakan kampusnya sebagai kandang kambing, dimana dia terjebak
didalamnya, dan lama-lama bisa ketularan jadi kambing. Kambing ya kambing,
yang tak tahu apa arti pengembalaannya, asalkan bisa mengembik tanpa arti
jelas(Emha Ainun Najib, red)
Degradasi
BAGIAN
SATU
yang
cakep-cakep.
Coki termasuk
Sebel!
Apa bener gitu, gue ini nerd?
Emang sih, Coki merasa dia itu lain dari yang lain. Rada-rada antik gitu!
Tapi nerd?
Sekarang memang berkembang trend pencitraan. Semuanya serba dipoles.
Mau penampilan, karakter, apapun pokoknya buat mencitrakan hal positif bagi
lawan bicaranya. Suntik botox, operasi plastik, sedot lemak, kursus kepribadian,
etc..,etc..,
Sayang memang, orang-orang senang dengan apa-apa yang serba dipoles.
Tidak tahu atau mungkin tidak peduli apakah yang dipoles itu kebenaran sejati
atau kepalsuan sejati. Bener juga kata-kata yang pernah dia baca pada sebuah
novel , Sekarang orang lebih suka bungkusnya, daripada isinya. Atau orang
hanya punya bungkusnya dari pada isinya?
BAGIAN
DUA
2. Mengenakan baju kaos berwarna putih polos lengan pendek ( bagi yang
mengenakan jilbab harus memakai manset berwarna hitam ) dan celana
keper panjang berwarna hitam ( tidak diperkenankan memakai celana
jeans)
3. Memakai sepatu kain berwarna hitam dengan Kaos Kaki berlainan Warna
( MERAH & PUTIH )
4. Toga Segi Lima dari karton berwarna merah dengan sisi 20 Cm dihiasi
dengan tali toga yang terbuat dari Sumbu Kompor ukuran 25 Cm
5. Papan nama ukuran 10 x 20 cm ( digantungkan di dada depan )
6. Tas dari goni plastik ukuran 10 Kg dengan Tulisan ORIENTASI
PENGENALAN Universitas Harapan
7. Kalung yang terbuat dari permen 7 merk berlainan dan jengkol 7 buah
dibelah dengan liontin
8. Petai sebagai dasi bermata 10
9. Gelang tangan yang terbuat dari bawang putih ( 3 tungkul ) kanan dan
kiri
10. Tali pinggang dari tali plastik ( hula-hula)
11. Khusus untuk Cami, Rambut dikepang lima dengan tali pita berwarna
merah putih sedangkan untuk Cama,
10
Itu bawaan wajib tiap harinya. Ada lagi bawaan tidak resmi yang disebut
parsel damai.
preman.
****
bernama
Universitas
Harapan
ini.
Kesombongannya..,krisis
moralnya..,kebobrokannya...
Entah kapan itu bisa terlaksana. Nungggu ubanan kali...
12
BAGIAN
TIGA
Entah apa yang ada dipikiran para pengambil keputusan dikampus ini,
sehingga masih ngadain Ospek yag jelas-jelas banyak mudharatnya daripada
manfaatnya. Padahal, udah sering dimuat di media cetak dan elektronik ada
korban jiwa yang timbul berbarengan dengan even ini. Sehingga beberapa
universitas meniadakan Ospek, dan menggantinya dengan program lain.
Berbekal awal tujuan mulia buat ngenalin calon mahasiswa baru terhadap
kampusnya, mulai dari lingkungannya, mahasiswanya, fakultasnya, dosennya,
dsb.. dsb, Ospek ditafsirkan secara sepihak oleh pelaksananya sebagai ajang
perploncoan bagi pesertanya.., digojlok.., dan menanggung segala macam bentuk
praktek kekerasan yang dilakukan senior terhadap juniornya, mengatas namakan
penempaan fisik dan mental serta pembentukan jati diri.
Kadang gak abis pikir, apakah penempaan dan pembentukan jati diri kudu
dilalui dengan berguling-guling ditanah? Emang kita trenggiling? Dibentakbentak, dikenai hukuman atas kesalahan yang tidak rasional dan dicari-cari?
Bagaimana bisa, sebuah institusi yang didirikan buat melahirkan para
insan akademis, pencipta dan pengabdi, secara tidak langsung merestui sebuah
pembodohan terstruktur yang dilakukan segelintir oknum mahasiswa yang merasa
dirinya senior, dengan tetap mengizinkan diselenggarakannya Ospek tanpa adanya
evaluasi dan koreksi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan serupa
sebelumnya. Mana yang masih dipertahankan, mana yang kudu ditiadakan?
Yang perlu digaris bawahi, adalah praktek perploncoan yang sebetulnya
lebih mengarah pada upaya balas dendam senior
perlakuan serupa yang dialaminya
Ironisnya...., hampir seluruh isi Ospek ini isinya perploncoan semua. Sementara
materi yang merupakan ruh dari Ospek itu sendiri, tidak ditangani serius dan
terkesan asal jadi.
13
bagi
camaba
korban jiwa tersebut harus muncul dari kampus ini, baru bisa menggerakkan
nurani kita. Rasa kemanusiaan kita. Sudah cukup itu semua dan hentikan semua
kebodohan-kebodohan itu.
Mari buat segalanya lebih baik, dengan berusaha bersama-sama
melakukan upaya konstruktif demi terciptanya
diantaranya dengan tidak menjadikan Ospek sebagai arena kekerasan yang malah
menjadikan orang-orang didalamnya bermental preman, tapi menjadi orang yang
lebih mengutamakan intelektualnya serta kehalusan akal budi.
Inilah sebagian kutipan artikel yang ditulis Coki pada buletin mahasiswa
Universitas Harapan
menyandang status mahasiswa ditempat dia menuntut ilmu itu. Tulisan yang
cukup memerahkan telinga para aktor pelaku yang terlibat dalam penyelenggaraan
kegiatan tersebut.
Sejak saat itu......, para oknum tersebut menjadikan kawan kita ini target
yang kudu dijegal setiap langkahnya, agar tidak mempersulit upaya-upaya buat
mendapatkan keuntungan pribadi.
Ruang geraknya dipersempit di Badan Eksekutif Mahasiswa, menjadi
hanya sekedar anggota Divisi Perlengkapan. Posisi yang tidak punya daya tawar
tinggi, dan bukan posisi yang penting dalam pengambilan keputusan. Termasuk
14
saat Coki mengusulkan agar Ospek ditiadakan saja. Oknum- oknum tersebut
menggalang dukungan agar usulan itu ditentang.
Namun pernyataan sikap itu meluntur seiring berjalannya waktu. Apalagi
beberapa diantara dari mereka termasuk Coki, ikut dalam kepanitiaan.
Tuntutan peniadaan OSPEK jadi melempem, karena para penuntutnya
tampak menikmati sekali ikut ambil bagian dalam acara ini bahkan ikut tertawa
terbahak-bahak, menonton penyiksaan yang dialami peserta. Tujuan semula jadi
terlupakan.
****
Dongkol!
Itulah yang dirasakan oleh Coki dan kawan-kawannya di Seksi
Perlengkapan. Dana yang diperlukan buat penyediaan logistik kegiatan
mengucur tersendat-sendat. So, menjelang hari H, banyak barang-barang
perlengkapan Ospek yang belum tersedia. Ada beberapa item barang yang sangat
urgen, sayangnya tidak bisa kas bon dulu sama toko, mengingat masih langka
dan belum umum dipakai di Muara Enim. Sehingga hanya sebagian kecil toko
yang menyediakan, itupun dengan jumlah terbatas.
Coki udah berkali-kali menyampaikan agar pencairan dana segera
direalisasikan. Sampai dower mulutnya ngomong. Tapi ya
Belum begitu urgen. Pos-pos lain lebih perlu perhatian, kilah Taufik
Hidayat, Ketua Panitia.
Kalau bisa jangan ditunda. Lebih bagus dipesan sekarang, jadi pas sudah
jadi bisa langsung segera dipasang.
Nanti-nantilah!
Coki malas berdebat lagi.
Pas H-2, mulai deh Taufik senewen karena banyak item-item yang belum
tersedia. Jadi lucu karena yang kena semprot Seksi Perlengkapan, bagian yang
sedari awal mengusulkan pengadaan barang. Taufik lupa atau pura-pura lupa
kalau dia sendiri yang mengabaikan permintaan dari Coki selaku Koordinator
Perlengkapan
15
Gimana sih kalian? Kok belum dipesan? Kapan mau dipasang? Lambat
sekali kerja kalian!
Holmes, anggota perlengkapan, tersulut emosinya dengar omongan
Taufik yang rada nyolot. Hampir kejadian, kalo ga ditahan oleh kawan kita.
Lewat isyarat matanya, Coki meminta Holmes menahan emosinya.
Kampret nih orang. Enak aja nyalahin orang. Nggak nyadar apa
omongan bacotnya tempo hari? Gua tonjok bonyok dia!
Coki: Sabar bro. sabar
Holmes: Kok elo bisa-bisanya santai digituin sama tuh orang?
Semua ada waktunya. Sekarang kita kelarin yang belum selesai.
Tunjukkin kalo kinerja kita nggak seperti apa yang dikira orang
Karena keterlambatan dalam pencairan dana, ditambah minimnya
anggaran yang disetujui, Coki dan kawan-kawan terpaksa lembur ngerjain sendiri
bikin spanduk empat biji.
Pekerjaan terakhir berhasil dirampungkan dengan segala keterbatasan.
Ya, keterbatasan kadang membuat kita kesulitan dalam menentukan
pilihan. Baik atau buruk. Kadang pilihan yang tidak kita ingini, terpaksa dipilih
karena keadaan yang memaksa demikian.
Hasilnya? Jangan ditanya. Karena mereka bukan tukang sablon
professional.
Tapi bukan berarti asal-asalan.
Lumayanlah gak malu-maluin.
O ya, selain Coki dan Holmes Frans Aritonang, diseksi perlengkapan ada
Edi Sadiman, Medi Asla, Kgs. Ali Akbar, dan Joe Marthin.
Semuanya dipersatukan dan jadi sahabat karena kesamaan nasib. Samasama termasuk peserta yang kenyang dibantai saat Ospek. Sama-sama dibunuh
karakternya dengan menjuluki mereka para looser, hanya karena pikiran mereka
berseberangan dengan yang sudah mapan dan nggak umum.
Sama-sama dikebiri kreativitasnya.
Sama-sama..
16
BAGIAN
EMPAT
Walaupun udah ada yang bela-belain datang kekampus jam 5 pagi, tetap
aja masih kalah cepet sama panitia. Begitu nyampe dipintu gerbang kampus,
peserta udah dihadang oleh sekawanan panitia penyambutan yang udah menanti
dipos jaga. Jadi subuh-subuh buta gini, habis deh peserta dibantai dengan
hukuman, ya., semau-maunya panitia.
Tapi kak, kami kan udah datang tepat waktu? Lihat nih masih jam 5.
Harusnya kan kami nggak kena hukum?, protes Utut, yang dijuluki Buaya
Darat.
Tapi jam kami menunjukkan udah jam 5.15 WIB,
Ardiansyah, si
panitia, nunjukkin arlojinya yang emang nunjukkin waktu seperti yang dia
katakan. Tentu saja waktu versi panitia. Berarti kalian telat 15 menit. Jadi
semuanya pada scout jump 15 kali, sementara kamu yang protes tadi lari sampe
pintu gerbang sono 5 kali bolak-balik, sambil niruin ayam berkokok
Ho.,ho.., seharusnya dalam kondisi seperti ini mau debat kusir percuma
saja . Bisa berabe jadinya. Logika yang dipakai sebagai dasar argumentasi, ya
tentu aja pake logika panitia. Mau logika yang dipake juga kadang-kadang nggak
masuk logika, tetep aja dipaksa-paksain supaya nyerempet logika. Di ubun-ubun
panitia emang udah bercokol niat buat nyari-nyari kesalahan sebagai dalil
pembenar membantai peserta.
Logika panitia :
Pasal satu; panitia nggak pernah salah
Pasal dua; kalau ada kesalahan, lihat pasal satu
Jadi ujung-ujungnya panitia lah yang merasa paling benar.
Gondok nggak tuh jadinya?
Sudah selesai?
17
Belum, bro.
Kesengsaraan belum berakhir.
Nafsu untuk menyiksa belum habis.
Heri Mahroni (Kadang diplesetin jadi Heri Mahoni), Koordinator Apel
dan Penegak Disiplin, muncul dengan menenteng megaphone. Dalam
pelaksanaan OSPEK tahun lalu, dia digelari Panitia Tersadis, karena lagunya
dalam menghukum peserta kadang melewati batas. Saat pembentukan panitia
tempo hari, sempat ada usulan untuk tidak memasukkan dia dalam daftar
kepanitiaan. Tapi usul tersebut tidak sepenuhnya disetujui, karena orang seperti
Heri sangat dibutuhkan untuk menegakkan wibawa panitia,
Para peserta, dalam hitungan ke sepuluh, semuanya sudah harus kumpul
dilapangan. Satu.., dua, cepattt! Jangan lelett!! Tiga
Semuanya pada tergopoh-gopoh berhamburan kelapangan. Bunyi
perlengkapan peserta, terutama tuh sepasang teh botol yang dikalungkan dileher
saling berbenturan, menimbulkan bunyi kerontangan saat lari-lari. Mirip banget
kayak pencari barang bekas.
Prang! Gedomprang! Gedomprang!
Sweeping Perlengkapan!!!
Para anggota penegak disiplin langsung turun kelapangan, mengecek
perlengkapan peserta.
Mulai banyak yang berkeringat dingin. Soalnya banyak yang gak komplit
atributnya.
Bagi yang atributnya tidak lengkap, yang cowok push up 15 kali, yang
cewek scout jump 15 kali!
Ya.., kena lagi.
****
Jam 7,
sebuah Opel blazer berhenti didepan pintu gerbang. Panitia di pos jaga
pada menengok keluar, pingin tahu siapa gerangan. Tapi begitu mendengar suara
botol beradu gedombrangan, panitia disitu mulai tersenyum aneh.
18
Peserta neh?!
Gila! Ada juga peserta yang berani mati datang telat jam segini? Apakah
nggak nyadar kalo bakal dibantai mentah-mentah?
Makanan empuk nih!
Maaf kak, saya terlambat, terdengar suara lirih bernada memelas,
memohon pengertian panitia untuk memaklumi dan mengesampingkan kesalahan
yang telah dia diperbuat.
Suara cewek.
Panita penyambutan (cowok) yang semula udah pasang tampang serem..,
begitu melihat siapa yang telat mendadak berubah menjadi wajah dengan seribu
senyuman. Ternyata yang terlambat itu Farida Ulfa!
Si Angel
Oh, nggak papa, suara para cowok-cowok senior ini terdengar koor.
Mulai deh tidak konsistennya. Secara spontan mereka berjejer rapi disepanjang
jalan menuju lokasi bertingkah takzim kayak panitia kondangan mau menyambut
undangan. Tidak ada lagi tampang sangar. Yang ada wajah dipaksa-paksain
terlihat seimut mungkin. Penampilan yang ingin dilihat sekeren mungkin.
Senyum yang semanis mungkin, walau masih ada sisa cabe nyelip digigi. Kuning
lagi. Mending gigi emas. Maklum, cari perhatian, bro!
Yuni Astrida, Wakil Koordinator Seksi Penegak Disiplin dan Apel,
dengan pandangan mata setajam silet, eh.. maksudnya setajam teropong, melihat
dari kejauhan kejanggalan-kejanggalan itu, langsung mengontak Heri yang
kebetulan ada di Sekretariat Ospek, 8 meter jaraknya dari posisi Ulfa saat ini,
yang melenggang bebas tanpa sensor.
Heri yang jengkel mendengar laporan Yuni, langsung menyongsong,
menghadang langkah Ulfa.
SIAPAA ITUUYang terlam..bat
Yaahh, jadi sama deh lagunya kayak yang jaga di pintu gerbang..
Wajah yang semula dibikin sadis, spontan bermimikri menjadi.
Permisi kak.............
Bagaikan rhapsody .
19
Mendesah..
Agak-agak basah..
Tapi nggak serak lho..
Mata beloknya..
Aih, mak, sungguh mempesona..
Dan lihatlah......
Saat angin bertiup sepoi-sepoi....
Rambut panjangnya jadi bergerai...,
Tampak bercahaya....
Menaburkan wangi diudara..
Mampu menghipnotis...
Waktu seakan berhenti berdetak...
.......................................................
Satu, dua, tiga..
Blink, blink, blink..
Splash...!!!
Untuk beberapa saat, Heri konsisten dengan bengongnya
Konsisten dengan keterpanaannya....
Konsisten dengan....
Mulut menganganya!
Filter keduapun jebol. Ulfa sukses membuat para cowok-cowok panitia
itu jadi macan yang mengeong semua.Jalan yang dilaluinya mulus tanpa
hambatan. Semulus jalan tol.
20
BAGIAN
LIMA
Hari gini kita kok masih juga menjalani program yang gak relevan lagi
dengan perkembangan zaman. Itu kan zaman dulu. Masa pola lama masih
diterapkan buat sekarang?
Justino: Kita tak peduli, mau namanya Ospek kek atau nama lain kek.
Yang aku kurang sreg itu sistemnya. Sudah sangat jadul sekali.Tidak membawa
semangat kemajuan. Itu yang kita kritisi. Kita tuh inginnya program orientasi
semacam ini lebih menekankan pada pendekatan yang lebih manusiawi, cerdas
dan bergizi. Pola milterisme sebaiknya dijauhi, karena kita kan disini bukan
dibentuk buat jadi generasi preman, tapi menjadi orang yang mampu
memecahkan persoalan dengan pendekatan ilmiah.
Jadi?
Coba kita adakan pendekatan pada peserta lain. Kita komunikasikan ide
kita dengan kawan-kawan yang satu pandangan dengan kita. Kita yakinkan,
bahwa aksi ini mutlak kita lakukan dan harus segera.
Bagaimana kalo panitia gak mau nurutin tuntutan kita?
Kita mogok mengikuti kegiatan. Kalau
menyakinkan kawan kita, agar tetap kompak dan seiya sekata. Pasti banyak dari
kita terpecah, antara tetap mengikuti Ospek atau melakukan boikot. Ada
bagusnya sih kita mengamati dulu beberapa problem yang dialami oleh rekanrekan senasib, yang mungkin bisa kita usung dalam aksi kita, agar mereka
merasa nasib yang dialami ikut diperjuangkan, sehingga tidak setengah-setengah
dalam mendukung aksi yang kita gagas ini. Gue lihat juga, tampaknya panitia
ada yang tidak kompak dalam menjalankan Ospek ini. Ada kesenjangan dan
gap-gap diantara mereka. Sederhananya mereka kita pecah bagi tiga. Blok Elit,
Blok Netral dan Blok Kroco Mumet. Blok Elit, ya itu anggotanya si Taufik ama
beberapa orang yang punya fungsi level puncak dalam pengambilan keputusan di
kepanitiaan. Blok Netral yang fungsinya level medium. Artian bukan level
pengambil keputusan, juga bukan pula seksi-seksi yang mempunyai fungsi amat
vital. Nah, Blok Kroco Mumet ini merupakan seksi yang punya tugas sangat
vital, karena mereka kebanyakan eksekutor lapangan yang mengurusi hajat hidup
orang banyak. Kita cermati apa masalahnya dan lakukan pendekatan kepada
22
pemecah
kebekuan dan
loncat,
mendaratkan
kakinya
pada posisi
yang
Mereka ini adalah arsiteknya. Yang lain? Mereka cuma boneka porselen.
Dipajang untuk memperindah tampilan. Yang jadi boneka juga tak sadar kalau
dipermainkan. Yang penting asal masih berkuasa hal lain tak jadi soal.
Untuk beberapa saat lamanya, Coki hanya mendengar nada tunggu hape
pada nomor kontak yang ditujunya, sebelum akhirnya tersambung. Komunikasi
yang berlangsung cukup lama, dengan penekanan-penekanan kata pada
pembicaraan tertentu, sebelum akhirnya komunikasi diputus sehingga kesunyian
menyelimuti..
27
BAGIAN
ENAM
waktu saya saya angkot mau ke kampus dgn baju serba ala ospek, ampe-ampe
ada ibu2 nanya ke saya " mau kemana dek?" saya jawab "mau ke kampus bu, lagi
ospek" terus si ibunya bilang "ih mau ke kampus , masa kudu harus beginian"
saran saya, mending Ospek diganti dengan masa dimana calon mahasiswa
29
Seperti biasa.., tiap sore pas kegiatan berakhir ada rapat untuk
mengevaluasi pelaksanaan Ospek hari itu.
Sore ini, apalagi yang dibahas kalau tidak mengenai perkembangan aksi
boikot Ospek oleh Aksi 10.
Membajak website universitas? Gue gak tahu kalo situs kampus kita di
retas, kalo gak ada info dari orang kita dalam kelompok mereka. Secara kita,
bahkan mungkin semua civitas akademika di Universitas Harapan jarang
browsing ke situs sampah itu, kecuali kalo perlu. Gue pikir-pikir, walaupun ide
peretasan itu sungguh di akui sangat tidak terduga..., tapi juga sangat
menggelikan. Itu menunjukkan kalau mereka sudah dalam taraf frustasi. Mereka
failed.
Taufik menatap gadget touchscreen yang ada digenggamannya, melihatlihat situs kampus yang telah dihack. Cuma begini doang? Nggak bisa lebih
keren atau gimana..., bikin terguncang semua orang gitu? Ini nih kayak kerjaan
orang yang baru belajar a, b, c, d hacking. Amatiran sekali.
30
Coki cs mempelopori dengan walk out dari rapat. Disusul dari Seksi
Penyambutan.
Rasanya tidak perlu dibahas lagi. Buang-buang waktu saja. Sudah jelas
kami nggak bakalan didengar. Kerjaan kami ini cuma dipandang sebelah mata.
Kami capek tahu dipingpong kesana kemari untuk minta kebutuhan yang
sebenarnya nggak perlulah kudu laporan dulu. Silakan aja kalau ada yang mau
gantiin kami
Maya dari Seksi Konsumsi ikut-ikutan sambil berseloroh
Aku juga mau keluar. Aku stress, kerjaan gak ada yang nolong. Pada
sibuk ngurusin si Ulfa semua. Dikit-dikit Ulfa, dikit-dikit Ulfa! Emangnya ga ada
hal lain dipikiran kalian selain Ulfa, Ulfa, Ulfa!! Emang semua orang udah
berubah fungsi jadi Seksi Urusan Ulfa? Ulfa??? Nggak banget lagi!, Maya
keluar ruangan rapat sambil membanting pintu.
Keras sekali...
Ya, udah mundur sana!! Teriak Heri Mahroni.
Kalian!! Mau ikut mundur juga? Silakan kalo mau cabut!! Gak bakalan
ngefek deh! Masih banyak kok yang mau gantiin kalian!!
Kearoganan Heri membuat beberapa panitia yang semula pingin bertahan,
jadi tersinggung. Satu persatu mereka walk out dari rapat
Ya udah, bubar sana semuanya!!!
........................
.........................
Sunyi......
Sepi........
Apa sikap kita sama mereka ga berlebihan, ya? Apa ga malah jadi
blunder?, tanya Yuni Astrida memecah kesunyian.
Ada nada khawatir.......
Udahlah, Yun. Jangan terlalu khawatir. Mereka itu cuma gertak saja.
Besok mereka pasti balik lagi, kok. Kita perlu keras dan tegas, biar mereka tidak
menginjak kewibawaan kita..
Aku kok khawatir....
32
Kini
Baru disadari betapa vitalnya seksi-seksi yang menangani itu semua...
Selama ini kicauan mereka selalu di abaikan...
Kini, setelah semuanya pada hengkang..
Tentu panitia yang tertinggal jadi kelabakan...
Ya...
Selama ini, Taufik Hidayat, Heri Mahroni, Yuni Astrida, dan semuanya
yang termasuk Blok Elit, selalu menganggap diri mereka begitu hebat. Tapi, bisa
apa mereka sekarang jika tidak di dukung oleh sekelompok orang yang mereka
sering ejek dibelakang dengan dengan sebutan yang sarkastik banget, kroco
mumet.
Kesombongan mereka runtuh!
Tambah pusing lagi, melihat jumlah peserta yang datang. Cuma dua
puluh orang!
Lho?
Seharusnya yang mogok ikut Ospek cuma sembilan belas orang. Kenapa
jadi berlipat-lipat jumlahnya yang nggak hadir?
Sekali lagi kejituan justino waktu memilih momen yang tepat buat
beraksi. Tentu saja dengan didukung data-data yang akurat buat pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
Hari keempat bertepatan waktunya dengan tanggal 24. Sebagian besar
peserta statusnya sudah bekerja, baik dipemerintahan maupun diperusahaan. Hari
ini adalah jadwal apel bulanan bagi yang bekerja di institusi pemerintahan, dan
33
itu wajib hukumnya tak boleh bolos. Sementara yang kerja diperusahaan, hanya
diberikan izin 3 hari tidak masuk kerja.
Hasilnya? Kosong melompong tuh aula Universitas Harapan.
Tentu kejadian hari ini, memberi kesan seolah-olah ada aksi mogok
besar-besaran dan itu sangat telak merupakan suatu pukulan bagi panitia(Grup
Elit).
Serasa kena tinju hook dari depan dan belakang
Apalagi saat utusan BEM dari universitas yang lain datang memenuhi
undangan panitia. Karena sebelumnya tidak bakal terpikir bakalan ada skenario
pemogokan seperti ini, jadi tidak ada langkah-langkah antisipasi.
Tak terkatakan bagaimana malunya, saat undangan datang tanpa
penyambutan yang memadai. Belum persoalan lain yang dihadapi, yang sudah
cukup bikin pusing untuk diselesaikan. Selama ini mereka sudah terbiasa dalam
posisi menginstruksikan, bukan melaksanakan.
Saat mereka dihadapkan pada masalah pada kelabakan, karena yang
diinstruksikan buat pelaksana penyelesaian masalah sudah kabur. Ya, mereka
yang dikatakan kroco mumet itu eksekutornya.
Kini, mereka harus mengakui sangat butuh tenaga para kroco mumet ini.
Harus ada langkah-langkah kompromi untuk mengatasi masalah ini.
34
BAGIAN
TUJUH
Eh, jangan salah. Posisinya memang tak terlalu penting, tapi sangat vital.
Udah, percaya deh sama aku. Kamu dekati dia. Pastikan dia bersuara untuk
kepentingan kita.
Aku kok pesimis
****
Gue suka gaya lo! Mak jleb! Langsung to the point Justino menunjuk
ke arah Coki.
Well, kalau dibilang ada kepentingan...., ya..., tentu aja gue ada
kepentingan. Kepentingan yang sama-sama menguntungkan tentunya. Ehm..,
Justino melirik kearah Coki dengan pandangan penuh arti, diselingi batuk
sebentar, sambil mengetuk-ngetuk jari-jari tangannya satu sama lain.
Agak lama, lalu dia mengeluarkan smartphone disakunya. Tampak sibuk
mengetik sesuatu, menunggu sebentar, lalu mengangsurkannya ke arah Coki.
Rupanya Ketua Aksi 10 ini sedang membuka situs Universitas Harapan.
Lama sekali loadingnya. Mungkin sinyal sedang jelek, hingga agak lama situsnya
baru terbuka.
..................
Jadi..ini maksudnya apa?tanya Coki. Kaget juga, melihat keadaan
website kampus jadi nggak karuan begini rupa.
Masa lu ga ngerti? Situs ini diretas!
Iya, gue tahu itu. Gue kadang-kadang suka buka website kampus, dan
tahu kalo tampilannya gak seperti ini.
Kami yang meretas. Tepatnya Gilbert yang mendeface tampilannya jadi
seperti ini.
Coki diam sejenak.
So what gitu lho? Gue mesti terguncang? Mesti shock? Sementara yang
gue tahu nih, buat mengelola isu tentang Ospek ini aja kalian nggak beres
menanganinya. Kalian gagal menyakinkan setiap orang buat ngikutin apa mau
kalian. Eh, disini elo pake pamer segala ke gue, kalo kalian, Aksi 10, punya
power buat ngebajak situs kampus. Sikap yang kontra produktif dan cenderung
lebay sekali! kecam Coki.
Cok, elo keliru.....
Eh, emang lo pikir gue tinggal di gua apa, yang gak tahu perkembangan
diluar? Di Fesbuk, Twitter, di Kaskus, udah santer terlihat kalo kalian coba
menggiring opini publik buat mengevaluasi pelaksanaan Ospek di Universitas
Harapan. Tapi mana hasilnya? Sejauh ini ya, sejauh ini..., Ospek tetap berjalan
37
walau tanpa kalian. Tentu saja, dengan aturan panitia. Sementara kalian,
tersingkir dipojokan. Tanpa tahu harus berbuat apa
Cok...
Sori, gue telat. Wah, sudah seru obrolannya? Efni tiba-tiba muncul dan
ikut nimbrung. Bu, kopi segelas ya?
Kaget....
Ngapain si kutu loncat ini kesini? pikir Coki.
Baru aja reffrain, Justino tertawa, walau humor yang yang keluar dari
mulut Ketua Aksi 10 itu kedengaran garing di telinga Coki. Cuma sekedar buat
mengurangi ketegangan.....
Ya udah, dilanjut obrolannya, Efni mencomot gorengan diselingi
dengan seruputan kopi panas.
Elo tahu, Cok. Justino bicara setelah suasananya agak tenang. Kami..,
gue.., Efni dan delapan orang yang lain di kelompok Aksi 10, udah sohiban sejak
masih SMP. Jalan bareng, ngobrol-ngobrol, diskusi hingga membuat kami
merasa cocok satu sama lain. Saling percaya, saling merasa...., senasib
sepenanggungan. Sehingga kami berpikir.., kenapa nggak dibikin solid
persahabatan ini, dengan membuat sebuah geng misalnya. Geng yang bukan
sekedar geng, tapi lebih dari itu, bisa membuat hal yang berguna. Mungkin bisa
disebut think tank center, atau apalah, terserah. Yang penting ini bukan
sembarangan geng. Bukan melakukan hal yang ecek-ecek. Maka didirikanlan
Geng Sepuluh. Walau sejak tamat SMA, kami berpisah dengan menempuh karier
masing-masing, bukan berarti kami putus hubungan. Lewat sosial media,
chatting, forum diskusi, kami tetap berkomunikasi dan bertukar pikiran mengenai
beberapa persoalan. Sampai akhirnya.., secara fisik kami dipertemukan kembali
di Universitas Harapan ini. Kini Geng 10bersatu kembali. Beraksi kembali!
Sebagai sebuah bentuk kekuatan yang telah utuh kembali, tentu kami
membutuhkan sesuatu untuk menyalurkan energi yang meledak-ledak ini. Kami
ingin melakukan kembali hal yang biasa kami, Geng 10, lakukan dulu. Dan
dikampus Universitas Harapan, pada situasi Ospek inilah, dimulainya first case
kami......
38
Kita sama-sama maklum kalo BEM itu wilayah yang sangat menarik
untuk di eksplore lebih lanjut. Banyak memiliki peluang, banyak tantangan dan
tentu saja banyak keuntungan yang bakal di keruk. Dalam perkembangan
beberapa tahun terakhir ini, BEM ini dimonopoli oleh rezim yang sering kalian
juluki Geng Mafia Serasan. Kue kekuasaan ini berputar-putar dipegang dan di
nikmati oleh sekelompok orang yang itu-itu saja. Kalian melongo, bengong,
cuma jadi penonton tanpa dapat kesempatan untuk ikutan mencicipi.
Jujur lo ama gue, elo kepingin masuk kedalam lingkaran kekuasaan
utama itu kan? Ayo ngaku, jangan munafik! Ngapain coba lu bertahan di BEM,
kalo cuma pingin dilempar orang di Divisi Perlengkapan, tanpa ngarepin yang
lebih dari itu. Ngaku nggak Lo!
..................
Ya..., suara Coki tertahan hampir gak kedengaran. Gue gak pengen di
BEM, cuma jadi penggembira, tanpa bisa berbuat apa-apa....
Oke, Oke!, Justino diam sejenak. Begini...., Gimana kalo kita bikin
kesepakatan? Elo bantu kami nendang itu rezim Mafia Serasan dari kursinya.
Dimulai dari Ospek ini. Kita acak-acak, bikin gak berkutik boneka-bonekanya
nggak cuma di kepanitiaan ini saja, tapi juga diberbagai even lain yang penting.
Sehingga mereka hilang pengaruh dalam pengambilan setiap keputusan. Bikin
gerakan yang bisa menarik simpatisan sebanyak-banyaknya . Itu berarti lumbung
suara yang bisa mempermulus langkah kita menuju Pemilihan BEM mendatang.
"Sebagai imbalan atas semua bantuan lo, kita berbagi kekuasaan.
Coki diam sejenak, tak mengerti.
Ya, berbagi kekuasaan! Justino kembali menunjukkan smartphonenya
yang menampilkan web site kampus yang diretas. Ini wilayah lo. Elo diberi
otoritas buat mengelolanya. Gue lihat situs kita bisa dikembangkan menjadi
media propaganda untuk corong kepentingan dan bargaining position yang bagus
bagi kelompok kita. Gue udah baca artikelmu. Itu udah nunjukkin yang nulis
punya pandangan yang visioner dan transeden. Gue punya feeling, jika elo diberi
wewenang itu pada saatnya, bakalan dashyat nantinya."
"Seperti sebuah konspirasi...." ujar Coki tertahan.
42
juklak kegiatan
Ketiga, meminimalkan praktek perploncoan yang mengarah pada
kekerasan.
Rada ngambang sih poin kesepakatannya, bahkan cenderung bisa di
interprestasikan sesuka hati. Tapi tak apalah. Tak mungkin semuanya bisa
berubah drastis hanya dalam waktu 2 jam rapat darurat. Anggap saja ini baru
kemenangan awal. Selanjutnya, mesti berjuang lebih keras buat penyelenggaraan
Ospek yang lebih baik lagi.
Dampak positif lain bagi Coki, dan juga semua anggota Seksi
Perlengkapan, Seksi Penyambutan, serta Seksi Keamanan, melimpahnya logistik
yang disediakan untuk kebutuhan perut mereka. Bahkan cenderung seperti
berlebihan. Coki menyebutnya sebagai penyogokan terselubung.
Susu, kopi, mie instan, minuman suplemen, bejibun. Bahkan bir disiapkan
satu dus. Dulu mau minta tambahan logistik aja seperti ngemis aja rasanya.
Akhirnya diputuskan, kelebihan logistik dibagi-bagi kesemua anggota
ketiga seksi. Maklum,mereka rata-rata anak kos. Lumayanlah pengiritan buat
pengeluaran bulanan.
Malam ini semua pada terkapar bergelimpangan, teler berat abis pesta bir.
44
BAGIAN
DELAPAN
46
Sadiman lagi.
Kenapa, bro?
"Soalnya krenyes-krenyes sih!"
Kriuk-kriuk kalee!
Semuanya tertawa.
Harus diakui, Shanti memang menarik. Penampilan oke, dapat tujuh
setengahlah nilainya. Cuma satu yang mengganggu. Shanti kurang tinggi. Nggak
47
....................................................................................
....................................................................................
Well, sepertinya acara cela-celaannya bakalan belum selesai....
48
BAGIAN
SEMBILAN
Jam 11 siang,
Terik-terik begini, dua puluh lima orang peserta Ospek pada di setrap.
Dijemur dilapangan. Ada Angel ikut juga..
???
Selesei sesi kuliah umum, Tiara, dari Seksi Acara langsung cuap-cuap
dipodium.
sisa tanda tangan yang perlu digenapi, sudah penuh dikerubuti peserta lain,
sehingga tak memungkinkan dirinya menyerobot lebih dahulu. Bisa-bisa yang
lain pada marah.
Angel hanya bisa mengeluh dalam hati, saat dipermalukan dihadapan
semua orang, waktu disuruh goyang itik di atas meja.
Bayangkan!! Goyang sambil nungging-nungging gitu..., ditonton oleh
semua orang ...
Merah padam jadi mukanya....
Waktu habis!! Silakan kumpulkan bukunya kesumber suara! Cepat!
cepat!
Akhirnya saudara-saudara, seperti yang dijelaskan dimuka, Justino cs plus
si Angel termasuk dalam peserta yang dijemur dilapangan, karena gak komplit
tanda tangan artisnya.
Udah jam 11 siang gini? Mana panas minta ampun. Karena tak tahan,
Ulfa tumbang
Jatuh pingsan......
Minggir! Minggir! Biar panitia yang tangani. Kalian tetap ditempat.
Serentak, tanpa dikomando semua panitia cowok pada menghambur
kelapangan, terutama si Heri yang tampaknya sangat bernafsu sekali.
Para panitia(Cowok) pada berebutan untuk membopong Ulfa ke aula.
Saling sikut. Saling dorong. Semuanya berusaha terlihat jadi pahlawan disiang
bolong gini. Padahal yang ditolong lagi pingsan kan? Mana dia tahu siapa yang
nolong.....
Para peserta......., entah heran..., mungkin sinis kali.., melihat panitia tibatiba sigap terhadap kesusahan peserta, dalam tanda kutip untuk yang satu ini
Namun bagi Aksi 10, photo Ulfa pingsan dikerubuti panitia bisa jadi
bahan yang bagus bikin citra rezim sekarang terjun bebas, saat photonya
diupload massal diberbagai sosial media dengan judul yang besar- besar, seperti
ehmmm, Ospek Universitas Harapan Menelan Korban atau apa kek judul-judul
yang bombastis gitu, dan konten yang juga bombastis serta bernada provokasi
pula.
51
Mana Sie P3K- nya? Ada orang pingsan ini!?!? teriak Heri.
Renata Widya, Seksi Kesehatan kayaknya tidak kelihatan dari tadi. Mau
Heri teriak ampe ndower, nggak bakalan muncul tuh cewek.
Lebay banget si Heri. Menjurus agak sotoy mungkin. Melarang yang lain
buat nolong, sementara ini orang sendiri gak berbuat apa-apa.
Atau lebih tepatnya gak tau harus ngapain. Padahal nih yang pingsan
kudu ditolong. Kasih pertolongan pertama gitu, kasih napas buatan kek.....
.............................
TIIINGG!!!
Kenapa gak terpikir dari tadi....
Setelah memepertimbangkan agak lama, Coki memberanikan diri ke
tekape. Tidak lupa ambil minyak angin sebagai modus.
Kalau gak sekarang kapan lagi...
Baru mau jongkok, udah di cegah Heri.
Sudah!! Biar gue yang tanganin. Mana sih sie kesehatannya? Lelet
amat?!!
Coki menepiskan tanggan Heri.
Kamu itu .., orang pingsan bukannya ditolong, malah dibiarkan aja.
Orang mau bantu, malah gak boleh. Kalo ada apa-apa, gimana? Mau tanggung
jawab?
Heri Terdiam.
Coki mengeluarkan minyak angin, menuangkan isinya, lalu mengoleskan
dikening, diantara hidung dan bibir, serta bagian lain yang diperlukan.
Bau aromatik bertebaran....
Belum ada tanda tanda...
Jadi gimana ini?
Kalo gak sekarang kapan lagi?
Eh, elo mau apa?, tanya Heri curiga, melihat Coki mendekatkan
wajahnya kewajah Ulfa.
Kasih napas buatan lah! Mau ngapain lagi? Begitu prosedur nangani
52
orang pingsan.
Coki gak menghiraukan Heri. Si doski sih masih coba menghalangi. Tapi
gerakannya agak lemah. Antara perasaan ragu untuk ...
Baru mau memonyongkan mulutnya, mata cewek itu terbuka...
Terdengar erangan halus.
Yahh, udah keburu sadar ceweknya. Gagal deh....
Ulfa kenapa kak?
Tadi kamu pingsan. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi kamu juga agak
baikan,kok, Coki menoleh kearah Eti, anggota Seksi Konsumsi. Ti, Eti!
Tolong buatin teh hangat. Cepet sedikit ya?
Kawan kita ini membantu Ulfa duduk dikursi.
Iya kak. Beberapa hari ini, Ulfa nggak sempat sarapan pagi. Nggak
keburu sih? Takut telat!, alasan Ulfa.
Ya udah. Kamu ngaso-ngaso aja dulu. Sebentar lagi istirahat. Kamu
makan ya? Jangan sampai telat. Nah ini tehnya sudah datang. Diminum dulu gih.
Biar perutnya hangat, kata Coki.
Terima kasih kak
53
BAGIAN
SEPULUH
Ya, mari..
Doni memandang kepergian Coki dan Ulfa, sambil geleng-geleng kepala.
Busyet tuh anak. Dikejar si kentang kecantol si Ulfa..
Tapi, belum tentu juga sih mereka bakal jadian, sela Holmes. Bisa saja
Ulfa hanya menganggap Coki sebagai teman. Tidak lebih
Tapi serius ini, tambah Doni. Kampus kita bakalan heboh kalo mereka
bener jadian. Bakalan banyak hater-hater bertebaran yang gak terima kenyataan.
Tahun ini memang tahun emasnya Coki. Sekian lama dikacangin,
akhirnya ada cewek yang berani ambil keputusan yang tidak populis buat
merapat ke Coki. Kemarin disenggol Shanti, sekarang gak nanggung-nanggung
malah dipepet Ulfa. Kaliber tinggi, cing. Secara Ulfa gitu lho? Mau cari pacar
yang kualitasnya empat kali lipat dari sobat kita, rasanya gak bakalan susah. Tapi
nemplok ke Coki? Gak masuk dipikiran gue kata Holmes.
Eh, kalian jangan gitu. Harusnya kita itu ikut seneng, kalo ada kawan
kita yang hepi. Sekaligus menunjukkan kepada semua orang, bahwa setiap orang
berhak untuk dicintai dan disayang oleh siapa saja. Tidak pilih-pilih. Tinggal
kitanya sendiri yang berusaha.. bela Edi Sadiman.
Iya sih. Kita berharap yang terbaik. Takutnya gak sesuai dengan
kenyataan
Makanya dukung terus perjuangan Coki dengan mengirim SMS
sebanyak-banyaknya, biar tidak tereliminasi, Edi ngebanyol.
Emangnya lo pikir reality show?
55
BAGIAN
SEBELAS
...
itu..,
kampusnya..,
56
suasananya..,
orang-orangnya..mata
57
BAGIAN
DUA BELAS
Eh, itu ada orangnya, Bowo dari Sie Acara berseru saat Coki Lewat.
Selain ada Bowo, ada Andi Sutowo, Thoriq dan Akbar. Heri juga ada disitu.
Weiss, selamat ya Cok, Bowo menyalami Coki.
Selamat buat apaan?
Ah.., suka gitu deh. Gak usah belagak pilon lah! Kita-kita disini udah
pada tau kok!
Tau apaan? Serius nih, aku bener-bener gak tau apa yang elo omongin!
Alah Cok. Kita-kita udah pada tau kok, kalo elo jalan ama si Ulfa,
serobot Andi. Gosip-gosipnya elo malah udah jadian. Ada tuh yang lihat kalo
elo dua-duaan di kebun belakang. Mau ngeles apa lagi sekarang?
Cuma bengong........
Pokoknya gak ada yang bisa ditutup-tutupi deh disini. Cepet atau lambat
bakal tau juga, kata Bowo lagi.
Diam.....
Gila ya! Gak nyangka aja. Cowok-cowok yang ngiderin kan banyak, eh
kecantolnya ama elo
Cok, bagi-bagi dong tipsnya gimana. Kami mau dong kayak gitu!
celetuk Thoriq.
Heri yang dari tadi Cuma diam, tiba-tiba nyeletuk.
Tapi elo mesti tahu, kalo si Ulfa itu tipe cewek yang berselera tinggi.
Lihat aja penampilannya, cara bergaulnya, yakin elo bisa ngimbangin dia?
Ada nada sinis....
Coki terdiam....
Atau..., Heri mendekati Coki. Mungkin dia sebenarnya iseng aja ama
elo. Gak ada niat buat seriusan. Secara apa iya ada cewek yang yang naksir
58
Salam maniezz
Virus
60
Untuk
Kakak Heri Mahroni
diTempat
Dear kakak,
Sudah lama aku merasakan ada getar yang aneh menelusup kedalam
hatiku. Entah kapan tepatnya. Mungkin sejak pertama Ospek dimulai.
Serasa ingin menyapa, tetapi entah mengapa ada ragu mendera. Apakah
memang seperti terlihatnya, atau ada yang tersembunyi diantaranya.
Tapi hati ini tak mungkin lagi menahan rasa. Untuk mengungkapkan
perasaan sayang yang membuncah kemana-kemana
Perasaan.......
Ah, malu mengatakan berulang kali...
Kakakku tersayang
Samakah perasaanku itu kepadaku sekarang?
Yang menanti
Ulfa
61
BAGIAN
TIGA BELAS
Akhirnya
Sepuluh hari sudah Ospek dilalui dengan segala dinamika dan romantisme
yang ada didalamnya.
Mungkin ada yang merasa hepi, mungkin ada yang merasa sebel,
mungkin..
Siang ini, kegiatan Ospek diakhiri dengan ritual mandi kembang, sebagai
aksi simbolik diterimanya mereka menjadi bagian dari keluarga besar Universitas
Harapan.
Sebelumya, mereka kudu berkeringat dan kotor-kotoran dulu melewati
segala macam halang rintang sebelum menuju tempat pemandian. Mirip seperti
aktivitas outbond gitu. Memanjat jaring, melewati titian balok, merayap dilumpur,
dan akhirnya... sampai juga ketujuan.
Satu per satu pada nyebur kedalam lima bak dari fiberglass, berisi air
dengan aroma yang unik, perpaduan antara bau comberan, kembang tujuh rupa,
kaporit dan bau bangkai tikus.
Hoekk!!
Bertambah lagi baunya, dari muntahan salah seorang peserta di bak nomor
3 dan 4, karena tak tahan akan bau yang tidak mengenakkan tadi. Beruntunglah
lima peserta terakhir dari enam puluh peserta, yang merasakan sensasi aroma
tersebut.
Saat dihadapkan pada bendera merah putih, pataka universitas dan pataka
fakultas-fakultas, ada rasa sesak didada. Haru mungkin. Kini mereka sudah
menyandang predikat mahasiswa Universitas Harapan.
Sudah jadi tradisi, malamnya bakal di adakan acara penutupan dan malam
62
inaugurasi. Seperti yang sudah-sudah, mulai dari kepanitiaan, konsep acara, ampe
dananya, semuanya ditimpakan kepada peserta yang baru menyandang sebagai
mahasiswa baru ini.
Konsep acaranya ya.., kayak tahun kemarin.
puncak akan ada penyalaan api unggun, berikut pembakaran atribut yang dipakai
peserta, sebagai simbol berakhirnya kegiatan OSPEK ini. Sesudahnya acara hepihepi.
Tapi Justino yang ditunjuk sebagai ketua pelaksana, ingin agar acaranya
agak dimodifikasi buat penyegaran. Dia tak ingin acara yang dipegang terlalu
mengekor sama pendahulunya, kecuali hal-hal yang baku.
Sejak jam tiga, dia tampak sibuk berkoordinasi kesana kemari, memonitor
setiap pekerjaan yang telah dilakukan. Beberapa truk tampak memasuki komplek
universitas, mengangkut peralatan yang dibutuhkan.
Lapangan bola disulap jadi arena api unggun. Kayu bakar sudah disusun
bertumpuk tumpuk di tengah. Area sudah disterilisasi dari kemungkinan hal-hal
yang bisa mengakibatkan bahaya kebakaran.
Truk-truk ternyata membawa peralatan panggung, seperti tenda, kursi,
lighting, buat dipasang didepan aula. Satu truk lagi datang terlambat, membawa
peralatan musik..
Busyett!!!
Nggak salah nih? Ternyata untuk hiburan, Justino memesan Bukit Asam
Band. Perlu diketahui ini Bukit Asam ini adalah band musik dengan bayaran
termahal di Muara Enim. Hanya level perusahaan sama orang berkantong tebal
yang mampu menyewanya. Dana dari hasil kumpul-kumpul para peserta Cuma
bisa buat ngadain acara pake hiburan standar, dengan menyewa organ tunggal
sekelas tarkam.
Pemilihan band musik, penataan panggung dan pencahayaan yang
tampaknya sekelas festival, menunjukkan bahwa acaranya digarap dengan serius.
Coki mulai menebak-nebak, siapa sebenarnya Justino itu? Dari awal bersama
gengnya, dia selalu bikin kejutan yang tak disangka-sangka.
Menjelang maghrib, persiapan sudah seratus persen. Tenda sudah
63
dipasang, kursi sudah disusun, lighting sudah oke , sound engineer Bukit Asam
sudah menyetel peralatannya.
Jam 7 teng!
Para undangan dibuat terkesan dengan penyambutan ala red carpet, waktu
memasuki lokasi. Masing masing di antar ketempat duduk masing-masing.
Yang hadir rektor universitas, dekan-dekan fakultas, beberapa dosen, pejabat
pemerintahan, tokoh masyarakat dan media massa. Mereka silau melihat
kemegahan penataan panggung tempat mereka berada.
Uppss...
Siapa yang rombongan muncul paling akhir?
Ternyata yang datang adalah petinggi BEM yang sering dijuluki Mafia
Serasan.
Kejutan lagi!!
Tidak biasanya mereka hadir dalam acara seperti ini. Apalagi dalam
formasi lengkap. Biasanya cukup wakil dari divisi dibawahnya yang datang.
Acara dimulai dengan(lagi-lagi) seremonial yang menyebalkan. Sambutan
dari petinggi universitas, sambutan dari anu, sambutan dari ini...
Membosankan...,
Kayak copy paste dari tahun-tahun sebelumnya, karena emang itu itu aja
yang di omongin.
Saya harap..., semuanya bisa menahan diri. Jika ada apa-apa, bisa
dimusyawarahkan secara baik-baik. Bukannya malah bikin statemen tidak perlu
diluaran. Persoalan kecil harusnya jangan dibesar-besarkan, karena dampaknya
bisa mempengaruhi citra universitas.
Tampaknya rektor sedang menyinggung masalah yang timbul belakangan
ini, sebagai imbas sikap kontra sebagian peserta Ospek terhadap implementasi
Ospek yang menyimpang dari konsep dasar.
Ospek tahun-tahun yang lalu sih juga ada resistensi. Tapi masih mampu
diredam gejolaknya, hingga tidak terkuak kemana-mana. Tahun ini, panitia kena
batunya.
Pelan-pelan gelembung persoalan itu ditiup kepermukaan, digiring kesana
64
jalani belakangan, yaitu Ospek, dan kita sudah membuktikan bahwa..., eh...,
bukan suatu hal yang tidak mungkin, jika..., suatu persfektif baru yang ditawarkan
bisa berjalan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Jadi, bagaimana? Beranikah kita memulainya?
Dan genderang pertarunganpun sudah ditabuh!
Dan begitulah saudara-saudara! Hampir setengah acara di isi sambutansambutan. Mantan peserta Ospek sudah menunjukkan gejala tidak sabar.
Cepetan deh ngomongnya! Sudah bete ngedenger segala macam omong
kosong . Kami mau hepi-hepi nih! Print memory aja deh!
Saat pemberian penghargaan buat panitia versi peserta, ada tiga kategori
penilaian, yaitu Terbaik, Terfavorit, dan Tersadis. Taufik Hidayat mendapat award
Panitia Terbaik karena kapasitasnya selaku ketua yang memang ingin agar
kegiatan yang digawanginya berjalan baik dan sukses, Awam Febrizal sebagai
Panitia Terfavorit karena wajah cutenya digilai peserta cewek, dan Panitia
Tersadis tetap dipegang oleh Heri Mahroni. Entah sampai kapan predikat itu
melekat padanya.
Taufik Hidayat menutup OSPEK secara resmi dengan menyalakan api
unggun, diikuti peserta yang menyanyikan Lagu Nasional Syukur, sambil
mengelilingi api unggun. Mereka membakar atribut yang dipakai selama
penyelenggaraan kegiatan(kecuali pakaian, he..he..) dalam kobaran api itu.
Klik !
Saatnya hiburan dimulai. Pemain musik memainkan
Biduan beraksi.
Jreng...jreng...jreng...
Udahan dulu ya? Nanti kita sambung lagi ceritanya di jilid dua. Terus
pantau, bro
Selesai
67