Anda di halaman 1dari 65

Tentang Coki..

Karakter ini udah melayang-melayang dibenak sejak tahun 2000. Jenuh


dikejar deadline menulis feature, berita en sebangsanya, membuat gue rindu
untuk kembali bisa tertawa . Menertawakan segala hal..,
Segala persoalan..,
Segala yang tak berujung pangkal, segala yang sengaja dibiarkan....,
Segala yang dipetieskan...,
Segala macam kebodohan-kebodohan yang dilakukan demi melestarikan
sebuah kesombongan..
Segala.....
Berbekal semangat itu, diciptakanlah karakter Coki .
Konsep cerita yang dibangun sederhana saja. Setiap orang tentu punya
persoalan. Yang jadi perbedaan bagaimana tiap individu menyikapinya, Serius,
santai, atau Sersan (Serius tapi Santai). Atau mungkin dengan cara yang lain.
Karakter Coki di bangun tak jauh dari persoalan itu.
Penulisan novel ini sempat mandek untuk beberapa lama.
Belakangan..., sejak tahun 2006 gue mencoba meremake kembali novel
ini. Dengan susah payah tentunya. Karena kemampuan menulis gue gak sebagus
dulu.
Sayangnya rancangan awal novel ini tidak ada lagi, termasuk arsip
artikel, feature, berita sebagai bahan riset tak tahu lagi kemana rimbanya,
sehingga terpaksa memulai lagi penulisan dari nol.
Observasi yang lama ditambah mood menulis yang naik turun, yang
membuat novel ini baru selesai sekarang.
Karakterisasi atas tokoh utama direkonstruksi ulang kembali, dengan
style yang lebih fresh lagi.
Kalau dulu Coki dibangun dengan pendekatan dan setting cerita yang
3

sesuai pada zaman itu.


Sekarang Coki dihadapkan pada dunia yang bukan hanya mempunyai
siklus kecepatan bergerak sekelas Pentium II, tapi lebih dari itu. Media
berekspresi Coki tidak lagi sebatas SMS, E-mail, Friendster, tapi berkembang
menjadi Facebook, Twitter, Flickr, Kaskus dan sebagainya.
Ya, semua sesuai zamannya. Mau tak mau meremake suatu cerita agar
dapat diterima oleh zaman sekarang, perlu penyesuaian disana-sini.
Oke, kita sedikit oprek-oprek karakter Coki ini.
Coki adalah mahasiswa di sebuah universitas, katakanlah namanya
Universitas Harapan, dikota antah berantah yang namanya katakanlah Muara
Enim. Mau nama yang lain juga, apa peduli elo, kan gue yang bikin cerita, jadi
suka-suka pake nama apa aja.
Sesuai

dengan namanya, institusi

pendidikan ini diimpikan

dapat

menjadi harapan yang positif dalam segala hal. Ya, dalam hal melahirkan alumni
berkualitas ilmu mumpuni, sebagai problem solver terhadap persoalan yang ada
dimasyarakat, etc, etc.
Kenyataan yang ada, laiknya sebuah judul telenovela, tempat menuntut
ilmu ini pantasnya dinamakan Universitas Harapan Nan Sirna. Coki malah
menamakan kampusnya sebagai kandang kambing, dimana dia terjebak
didalamnya, dan lama-lama bisa ketularan jadi kambing. Kambing ya kambing,
yang tak tahu apa arti pengembalaannya, asalkan bisa mengembik tanpa arti
jelas(Emha Ainun Najib, red)
Degradasi

moral melanda universitas ini, menambah catatan-catatan hitam

dalam sejarah perjalanan perguruan ini.


Disini Coki mengalami dilema, apakah melawan arus, atau ikut-ikutan
mengikuti arus....
Sebagai menu pembuka, gue hadirkan Coki dan kisah cintanya dengan
seorang mahasiswi baru ( cerita standar dan klise sih dalam setiap novel ), berikut
konflik yang menyertainya dalam trilogi, yaitu,Ospek Ini Yang Gue Demen,
Setangkai Mawar Merah Di Tepi Jalan, serta Senja Muram Di Danau Ranau.
Enjoy bro!
4

BAGIAN
SATU

Musim Penerimaan Mahasiswa Baru ( Pesmaba ) gini, pasti rame tuh


sekretariat kampus Universitas Harapan. Selain oleh para calon mahasiswa baru
yang mau mendaftar, sudah pasti ada para mahasiswa yang udah jadi penghuni
lama kampus ini.
Pada ngapain?
Ya.., apalagi kalo bukan pada mau observasi terhadap para Calon
Mahasiswa Baru ( CAMABA )yang ngedaftar. Kepentingannya macam-macam.
Bagi para Pencari Bakat dari kalangan aktivitis, buat memonitor siapa-siapa aja
yang potensial buat dijadikan kader di organisasi pergerakan masing-masing.
Layaknya sales marketing, para pencari bakat itu punya kemampuan
penciuman yang tajam, buat mengendus mana-mana CAMABA yang layak
untuk diprospek.
Jangan heran, yang jadi target sasaran bakal dipenuhi berbagai macam
presentasi, slogan-slogan gombal, bertumpuk brosur dan formulir pendaftaran
anggota.
Itu juga masih ditambah bonus dengan pesan sponsor layaknya lagu
Krisdayanti:
Jangan kau salah pilih yang lain, yang lain belum tentu setia......
Jadi pilihlah......
Tapi mayoritas penghuni lama kampus ini, punya tujuan..., Ya..., apalagi
kalau bukan untuk mantengin CAMABA baik cewek maupun cowok

yang

cakep-cakep.
Coki termasuk

diantara para mayoritas tersebut. Walau dia termasuk

anggota didalam Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) dikampusnya, tapi saat ini


dia tidak dalam posisi diberi mandat oleh organisasi yang menaunginya, buat
5

berburu bibit-bibit unggul. Sampai kapanpun tidak bakalan diberi peluang


dalam hal apapun, selama yang alergi dengan Coki masih bercokol di BEM.
Tapi Coki tak mau ambil pusing. Lagian siapa juga yang mau melakukan
itu, sementara tuh didepan mata, ada sekelompok makhluk Tuhan yang beningbening, gan!
Sangat menantang untuk digoda! Sangat sayang untuk dilewatkan!
Lebih berat dimana, menjalankan tugas organisasi atau misi pribadi?
Bagaimana dengan doktrin, meletakkan kepentingan organisasi di atas
kepentingan pribadi?
Aduh, mendadak amnesia nih!
Melihat keadaan sekeliling, melahirkan dua kemungkinan. Kemungkinan
pertama, akan menjadikan diri kita apatis dan cuek bebek, atau kemungkinan
kedua, bertekad untuk melakukan sesuatu untuk perubahan, minimal untuk diri
sendiri.
Melihat yang bening-bening begini, Coki bertekad untuk menggaet salah
satu diantaranya....
Suatu keinginan yang positif...,
Walaupun selalu berakhir negatif...,
Udah dua kali puasa , dua kali lebaran (lho apa hubungannya?), dua kali
OSPEK, segala upaya yang dilancarkan buat menggaet cewek yang jadi inceran
berakhir dengan penolakan. Mulai dengan bahasa yang halus, sampe dengan
bahasa penolakan yang rada kejam banget.
Tidak Ada Lowongan...,
Full Capacity....,
Tidak Ada Cinta Buatmu....,
Orang Nerd Dilarang Masuk Kehatiku,...,
Not Available and Incompatible For Your
Type....,

Nerd.., nerd.., nerd...,


Kata-kata itu yang selalu jadi alasan, dan jadi poin untuk di bold......
6

Sebel!
Apa bener gitu, gue ini nerd?
Emang sih, Coki merasa dia itu lain dari yang lain. Rada-rada antik gitu!
Tapi nerd?
Sekarang memang berkembang trend pencitraan. Semuanya serba dipoles.
Mau penampilan, karakter, apapun pokoknya buat mencitrakan hal positif bagi
lawan bicaranya. Suntik botox, operasi plastik, sedot lemak, kursus kepribadian,
etc..,etc..,
Sayang memang, orang-orang senang dengan apa-apa yang serba dipoles.
Tidak tahu atau mungkin tidak peduli apakah yang dipoles itu kebenaran sejati
atau kepalsuan sejati. Bener juga kata-kata yang pernah dia baca pada sebuah
novel , Sekarang orang lebih suka bungkusnya, daripada isinya. Atau orang
hanya punya bungkusnya dari pada isinya?

Sementara Coki? Berpenampilan semau gue, dan cenderung urakan.


Sempat tergoda untuk ikut-ikutan trend. Tapi cepat insyaf.
Kalau boleh mengutip dari quote Cak Nun, apakah kita akan jadi orang
yang berkarakter, atau sebaliknya jadi orang yang wajahnya tidak berwajah?
Coki memilih untuk menjadi orang berkarakter, berani mengambil sikap yang
berseberangan dengan yang sudah ada....
Berani untuk dianggap orang nerd..
Coki percaya, mendung tak selamanya menyertai perjalanan cintanya.
Ada masanya, cerah dan indah akan datang menghampirinya.
Kebetulan saat Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus(OSPEK), Coki
jadi panitia.
Kesempatan neh

BAGIAN
DUA

Berdasarkan data yang data, CAMA yang ngedaftar di universitasnya,


berasal dari berbagai kalangan dan profesi. Mulai yang fresh graduate, ada yang
sudah bekerja, ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang belum menikah.
Diantara mereka, ada CAMA cewek yang kelihatan menonjol. Orangnya
tinggi, seksi, pake kacamata lagi. Bikin penampilannya tambah oke. Mungkin
dulunya dia mantan mayoret waktu di SMU kali ya?
Namanya Ulfa. Lengkapnya seperti yang tertulis diformulir pendaftaran,
Farida Ulfa.
Widihhh!! Baru mendaftar saja, sudah mencuri perhatian para kaum adam
dikampus ini. Bagaimana nanti..?
Siapa sih yang tidak terpikat oleh pesona kecantikannya? Orang abnormal
kalee..!!
Anaknya emang asyik. Langsung

bisa akrab sama siapa aja. Coki

mengakui, begitu bertemu pertama kali dirinya langsung terjangkit sindrom


Hitome Bore Datta No Yo(Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama). Untuk
mendapatkan tempat dihatinya, kayaknya harus berjuang ekstra kerja keras,
bahkan (mungkin) rada ekstrim nih, gan! Soalnya banyak saingan, cing!
Puluhan cowok keren di kampus ini pasti rela menunggu giliran kayak
ngantre BBM demi meraih sekeping cintanya.
Melihat peta kompetisi yang ada dan memperhitungkan propabilitas buat
memenangkan persaingan ini, Coki merasa perlu tahu diri. Kayaknya gua bukan
masuk hitungan cowok yang bakal ditaksirnya, pikir cowok satu ini. Daripada
konyol nantinya, mending cari inceran lain.
Rencananya OSPEK dilaksanakan selama seminggu. Mulainya hari Senin.
Pada hari Sabtunya, diadakan Technical Meeting seputar persiapan yang kudu
dilakukan peserta, pengumuman skedul kegiatan, sampai pemberian nama julukan
8

yang diberikan kepada masing-masing peserta.


Virus, Toge, Kentang Gosong, Buaya Darat, Monyet Nangkring, dan
nama julukan yang nggak enak didengar lainnya, diberikan untuk peserta.
Julukan itu harus ditulis gede-gede dikertas karton lalu dikalungin dileher. Cuma
Farida Ulfa yang dapat nama julukan yang normal dibanding peserta lain.
ANGEL....
Wuiih, bidadari!! Emang julukan yang pantes, sih. Rada ga tega gitu kalo
ngasih julukan..., tempe bongkrek misalnya, ...
Apa kata dunia persilatan?
Masih ada lagi.

Perlengkapan Yang Harus Dipenuhi Oleh Calon Mahasiswa/I ( Cama Cami )


Dalam Rangka Orientasi Pengenalan Kampus ( OSPEK ) Tahun Bla Bla
Universitas Harapan

Setiap Cama/cami diwajibkan :

1. Menyediakan buku Catatan OSPEK dengan rincian sebagai berikut :


Buku berisi 100 lembar, disampul dgn kalender bekas warna putih dan
dilapisin dengan plastik kaca. Cover atau bagian depan sampul diisi
dengan tulisan :

ORIENTASI PENGENALAN KAMPUS


Disusun oleh :.
Universitas Harapan Tahun bla bla bla

Halaman I : berisi tentang Lembar pengesahan yang di Tandatangani oleh


Ketua Harian dan Ketua Umum Panitia OSPEK
Halaman II : Kata Pengantar,
Halaman III : Daftar Isi,
9

Halaman IV : Tri Darma Perguruan tinggi,


Halaman V : Sumpah Mahaswa,
Halaman VI : Mars Universitas Harapan,
Halaman VII : Biodata Pemilik Buku,
Halaman VIII :Foto Close Up (Ukuran jumbo),
Halaman IX : Biodata
Makalah yg berisi tentang:
Darimana cama/i mengenal Universitas Harapan
Maksud & tujuan kuliah di Universitas Harapan

2. Mengenakan baju kaos berwarna putih polos lengan pendek ( bagi yang
mengenakan jilbab harus memakai manset berwarna hitam ) dan celana
keper panjang berwarna hitam ( tidak diperkenankan memakai celana
jeans)
3. Memakai sepatu kain berwarna hitam dengan Kaos Kaki berlainan Warna
( MERAH & PUTIH )
4. Toga Segi Lima dari karton berwarna merah dengan sisi 20 Cm dihiasi
dengan tali toga yang terbuat dari Sumbu Kompor ukuran 25 Cm
5. Papan nama ukuran 10 x 20 cm ( digantungkan di dada depan )
6. Tas dari goni plastik ukuran 10 Kg dengan Tulisan ORIENTASI
PENGENALAN Universitas Harapan
7. Kalung yang terbuat dari permen 7 merk berlainan dan jengkol 7 buah
dibelah dengan liontin
8. Petai sebagai dasi bermata 10
9. Gelang tangan yang terbuat dari bawang putih ( 3 tungkul ) kanan dan
kiri
10. Tali pinggang dari tali plastik ( hula-hula)
11. Khusus untuk Cami, Rambut dikepang lima dengan tali pita berwarna
merah putih sedangkan untuk Cama,

bawa teh botol dua, ekstra joss

dua bungkus, mie instant 2 bungkus. Semuanya digantungin dileher.

10

Itu bawaan wajib tiap harinya. Ada lagi bawaan tidak resmi yang disebut
parsel damai.

Coki malah menamainya jatah

preman.

Ini dibawa atas

permintaan panitia perorangan.


Biasanya buat sogokan untuk kompensasi atas keringanan hukuman yang
diberikan.
Soal parselnya apa, ya suka-sukanya panitia. Dalam kondisi divonis bersalah ini
peserta diperas habis-habisan.

****

Universitas Harapan Muara Enim, tempat penyelenggaraan OSPEK


berlangsung. Dijuluki Kampus Biru, tapi tak ada hubungannya dengan warna
gedung kampus. Hanya jas almamater mahasiswanya memang berwarna biru.
Warna cat gedungnya mengikuti warna bendera partai dimana bupati sekarang
yang berkuasa. Bisa dikatakan universitas ini adalah patron client penguasa.
Sekarang ini bupati yang menjabat bendera partainya kuning. So,
terjadilah kuningisasi dalam segala bidang.
Tanya kenapa?? Hal ini tak lepas dari peran kepala daerah sebagai donatur
bagi kelangsungan hidup institusi pendidikan ini. Kalau bupatinya dari partai anu,
maka berdampak pada Universitas Harapan yang ikut-ikutan anu juga.
Kenapa harus begitu? Harusnya universitas bebas dari pengaruh politik
manapun. Para pengambil keputusan dilembaga ilmu ini menganalogikan dengan
perusahaan rokok menyumbang dana buat pembuatan lapangan basket. Rasanya
wajar kalau perusahaan tersebut mencetak gede-gede gambar merk rokoknya
dilapangan basket tersebut, sebagai tanda peran serta mensponsori dalam
pembangunannya. Hal tersebut bisa saja berlaku juga buat hal yang ini.
Sempat terjadi protes dan resistensi,karena hal tersebut akan merusak
independensi kampus. Kedaulatan universitas yang netral dari pengaruh politik
manapun jadi terancam. Efeknya tidak menguntungkan bagi pergerakan
mahasiswa disana. Sering kali gerakan-gerakan dari sana dalam menyuarakan
kebenaran dicibir sebagai gerakan yang sarat dengan kepentingan politik pihak11

pihak tertentu saja.


Kadangkala......, sambil memandangi gedung kampusnya yang dengan
congkaknya seperti menendang langit, ingin.., rasanya Coki meruntuhkan menara
gading

bernama

Universitas

Harapan

ini.

Kesombongannya..,krisis

moralnya..,kebobrokannya...
Entah kapan itu bisa terlaksana. Nungggu ubanan kali...

12

BAGIAN
TIGA

Entah apa yang ada dipikiran para pengambil keputusan dikampus ini,
sehingga masih ngadain Ospek yag jelas-jelas banyak mudharatnya daripada
manfaatnya. Padahal, udah sering dimuat di media cetak dan elektronik ada
korban jiwa yang timbul berbarengan dengan even ini. Sehingga beberapa
universitas meniadakan Ospek, dan menggantinya dengan program lain.
Berbekal awal tujuan mulia buat ngenalin calon mahasiswa baru terhadap
kampusnya, mulai dari lingkungannya, mahasiswanya, fakultasnya, dosennya,
dsb.. dsb, Ospek ditafsirkan secara sepihak oleh pelaksananya sebagai ajang
perploncoan bagi pesertanya.., digojlok.., dan menanggung segala macam bentuk
praktek kekerasan yang dilakukan senior terhadap juniornya, mengatas namakan
penempaan fisik dan mental serta pembentukan jati diri.
Kadang gak abis pikir, apakah penempaan dan pembentukan jati diri kudu
dilalui dengan berguling-guling ditanah? Emang kita trenggiling? Dibentakbentak, dikenai hukuman atas kesalahan yang tidak rasional dan dicari-cari?
Bagaimana bisa, sebuah institusi yang didirikan buat melahirkan para
insan akademis, pencipta dan pengabdi, secara tidak langsung merestui sebuah
pembodohan terstruktur yang dilakukan segelintir oknum mahasiswa yang merasa
dirinya senior, dengan tetap mengizinkan diselenggarakannya Ospek tanpa adanya
evaluasi dan koreksi secara menyeluruh terhadap penyelenggaraan serupa
sebelumnya. Mana yang masih dipertahankan, mana yang kudu ditiadakan?
Yang perlu digaris bawahi, adalah praktek perploncoan yang sebetulnya
lebih mengarah pada upaya balas dendam senior
perlakuan serupa yang dialaminya

terhadap juniornya atas

saat menjalani Ospek sebelumnya.

Ironisnya...., hampir seluruh isi Ospek ini isinya perploncoan semua. Sementara
materi yang merupakan ruh dari Ospek itu sendiri, tidak ditangani serius dan
terkesan asal jadi.
13

Mungkin, melihat orang disiksa dan menderita merupakan suatu hiburan


dan kesenangan tersendiri daripada mengupayakan untuk mencerahkan orang
lain. Jadi, kalau ditanya apakah Ospek masih relevan dimasa sekarang, tergantung
dari sudut mana memandang.
Kalau kembali pada khittah awal Ospek, mungkin kita bisa sepakat
kegiatan itu sangat bermanfaat

bagi

camaba

buat memperoleh gambaran

mengenai kondisi kampusnya, sebagai modal awal untuk beradaptasi didalamnya.


Tapi kalau Ospek ini cuma jadi ajang praktek kekerasan, rasanya perlu
dipertimbangkan alternatif program kegiatan lain yang lebih memberikan ouput
positif daripada mempertahankan sebuah even yang akhirnya memberikan citra
negatif yang merugikan bagi semua.
Korban jiwa

karena Ospek sudah banyak

yang berjatuhan. Apakah

korban jiwa tersebut harus muncul dari kampus ini, baru bisa menggerakkan
nurani kita. Rasa kemanusiaan kita. Sudah cukup itu semua dan hentikan semua
kebodohan-kebodohan itu.
Mari buat segalanya lebih baik, dengan berusaha bersama-sama
melakukan upaya konstruktif demi terciptanya

tatanan yang lebih baik,

diantaranya dengan tidak menjadikan Ospek sebagai arena kekerasan yang malah
menjadikan orang-orang didalamnya bermental preman, tapi menjadi orang yang
lebih mengutamakan intelektualnya serta kehalusan akal budi.
Inilah sebagian kutipan artikel yang ditulis Coki pada buletin mahasiswa
Universitas Harapan

dua tahun lalu. Tepatnya sebulan setelah resmi Coki

menyandang status mahasiswa ditempat dia menuntut ilmu itu. Tulisan yang
cukup memerahkan telinga para aktor pelaku yang terlibat dalam penyelenggaraan
kegiatan tersebut.
Sejak saat itu......, para oknum tersebut menjadikan kawan kita ini target
yang kudu dijegal setiap langkahnya, agar tidak mempersulit upaya-upaya buat
mendapatkan keuntungan pribadi.
Ruang geraknya dipersempit di Badan Eksekutif Mahasiswa, menjadi
hanya sekedar anggota Divisi Perlengkapan. Posisi yang tidak punya daya tawar
tinggi, dan bukan posisi yang penting dalam pengambilan keputusan. Termasuk
14

saat Coki mengusulkan agar Ospek ditiadakan saja. Oknum- oknum tersebut
menggalang dukungan agar usulan itu ditentang.
Namun pernyataan sikap itu meluntur seiring berjalannya waktu. Apalagi
beberapa diantara dari mereka termasuk Coki, ikut dalam kepanitiaan.
Tuntutan peniadaan OSPEK jadi melempem, karena para penuntutnya
tampak menikmati sekali ikut ambil bagian dalam acara ini bahkan ikut tertawa
terbahak-bahak, menonton penyiksaan yang dialami peserta. Tujuan semula jadi
terlupakan.
****

Dongkol!
Itulah yang dirasakan oleh Coki dan kawan-kawannya di Seksi
Perlengkapan. Dana yang diperlukan buat penyediaan logistik kegiatan
mengucur tersendat-sendat. So, menjelang hari H, banyak barang-barang
perlengkapan Ospek yang belum tersedia. Ada beberapa item barang yang sangat
urgen, sayangnya tidak bisa kas bon dulu sama toko, mengingat masih langka
dan belum umum dipakai di Muara Enim. Sehingga hanya sebagian kecil toko
yang menyediakan, itupun dengan jumlah terbatas.
Coki udah berkali-kali menyampaikan agar pencairan dana segera
direalisasikan. Sampai dower mulutnya ngomong. Tapi ya
Belum begitu urgen. Pos-pos lain lebih perlu perhatian, kilah Taufik
Hidayat, Ketua Panitia.
Kalau bisa jangan ditunda. Lebih bagus dipesan sekarang, jadi pas sudah
jadi bisa langsung segera dipasang.
Nanti-nantilah!
Coki malas berdebat lagi.
Pas H-2, mulai deh Taufik senewen karena banyak item-item yang belum
tersedia. Jadi lucu karena yang kena semprot Seksi Perlengkapan, bagian yang
sedari awal mengusulkan pengadaan barang. Taufik lupa atau pura-pura lupa
kalau dia sendiri yang mengabaikan permintaan dari Coki selaku Koordinator
Perlengkapan
15

Gimana sih kalian? Kok belum dipesan? Kapan mau dipasang? Lambat
sekali kerja kalian!
Holmes, anggota perlengkapan, tersulut emosinya dengar omongan
Taufik yang rada nyolot. Hampir kejadian, kalo ga ditahan oleh kawan kita.
Lewat isyarat matanya, Coki meminta Holmes menahan emosinya.
Kampret nih orang. Enak aja nyalahin orang. Nggak nyadar apa
omongan bacotnya tempo hari? Gua tonjok bonyok dia!
Coki: Sabar bro. sabar
Holmes: Kok elo bisa-bisanya santai digituin sama tuh orang?
Semua ada waktunya. Sekarang kita kelarin yang belum selesai.
Tunjukkin kalo kinerja kita nggak seperti apa yang dikira orang
Karena keterlambatan dalam pencairan dana, ditambah minimnya
anggaran yang disetujui, Coki dan kawan-kawan terpaksa lembur ngerjain sendiri
bikin spanduk empat biji.
Pekerjaan terakhir berhasil dirampungkan dengan segala keterbatasan.
Ya, keterbatasan kadang membuat kita kesulitan dalam menentukan
pilihan. Baik atau buruk. Kadang pilihan yang tidak kita ingini, terpaksa dipilih
karena keadaan yang memaksa demikian.
Hasilnya? Jangan ditanya. Karena mereka bukan tukang sablon
professional.
Tapi bukan berarti asal-asalan.
Lumayanlah gak malu-maluin.
O ya, selain Coki dan Holmes Frans Aritonang, diseksi perlengkapan ada
Edi Sadiman, Medi Asla, Kgs. Ali Akbar, dan Joe Marthin.
Semuanya dipersatukan dan jadi sahabat karena kesamaan nasib. Samasama termasuk peserta yang kenyang dibantai saat Ospek. Sama-sama dibunuh
karakternya dengan menjuluki mereka para looser, hanya karena pikiran mereka
berseberangan dengan yang sudah mapan dan nggak umum.
Sama-sama dikebiri kreativitasnya.
Sama-sama..

16

BAGIAN
EMPAT

Walaupun udah ada yang bela-belain datang kekampus jam 5 pagi, tetap
aja masih kalah cepet sama panitia. Begitu nyampe dipintu gerbang kampus,
peserta udah dihadang oleh sekawanan panitia penyambutan yang udah menanti
dipos jaga. Jadi subuh-subuh buta gini, habis deh peserta dibantai dengan
hukuman, ya., semau-maunya panitia.
Tapi kak, kami kan udah datang tepat waktu? Lihat nih masih jam 5.
Harusnya kan kami nggak kena hukum?, protes Utut, yang dijuluki Buaya
Darat.
Tapi jam kami menunjukkan udah jam 5.15 WIB,

Ardiansyah, si

panitia, nunjukkin arlojinya yang emang nunjukkin waktu seperti yang dia
katakan. Tentu saja waktu versi panitia. Berarti kalian telat 15 menit. Jadi
semuanya pada scout jump 15 kali, sementara kamu yang protes tadi lari sampe
pintu gerbang sono 5 kali bolak-balik, sambil niruin ayam berkokok
Ho.,ho.., seharusnya dalam kondisi seperti ini mau debat kusir percuma
saja . Bisa berabe jadinya. Logika yang dipakai sebagai dasar argumentasi, ya
tentu aja pake logika panitia. Mau logika yang dipake juga kadang-kadang nggak
masuk logika, tetep aja dipaksa-paksain supaya nyerempet logika. Di ubun-ubun
panitia emang udah bercokol niat buat nyari-nyari kesalahan sebagai dalil
pembenar membantai peserta.
Logika panitia :
Pasal satu; panitia nggak pernah salah
Pasal dua; kalau ada kesalahan, lihat pasal satu
Jadi ujung-ujungnya panitia lah yang merasa paling benar.
Gondok nggak tuh jadinya?
Sudah selesai?
17

Belum, bro.
Kesengsaraan belum berakhir.
Nafsu untuk menyiksa belum habis.
Heri Mahroni (Kadang diplesetin jadi Heri Mahoni), Koordinator Apel
dan Penegak Disiplin, muncul dengan menenteng megaphone. Dalam
pelaksanaan OSPEK tahun lalu, dia digelari Panitia Tersadis, karena lagunya
dalam menghukum peserta kadang melewati batas. Saat pembentukan panitia
tempo hari, sempat ada usulan untuk tidak memasukkan dia dalam daftar
kepanitiaan. Tapi usul tersebut tidak sepenuhnya disetujui, karena orang seperti
Heri sangat dibutuhkan untuk menegakkan wibawa panitia,
Para peserta, dalam hitungan ke sepuluh, semuanya sudah harus kumpul
dilapangan. Satu.., dua, cepattt! Jangan lelett!! Tiga
Semuanya pada tergopoh-gopoh berhamburan kelapangan. Bunyi
perlengkapan peserta, terutama tuh sepasang teh botol yang dikalungkan dileher
saling berbenturan, menimbulkan bunyi kerontangan saat lari-lari. Mirip banget
kayak pencari barang bekas.
Prang! Gedomprang! Gedomprang!
Sweeping Perlengkapan!!!
Para anggota penegak disiplin langsung turun kelapangan, mengecek
perlengkapan peserta.
Mulai banyak yang berkeringat dingin. Soalnya banyak yang gak komplit
atributnya.
Bagi yang atributnya tidak lengkap, yang cowok push up 15 kali, yang
cewek scout jump 15 kali!
Ya.., kena lagi.
****

Jam 7,
sebuah Opel blazer berhenti didepan pintu gerbang. Panitia di pos jaga
pada menengok keluar, pingin tahu siapa gerangan. Tapi begitu mendengar suara
botol beradu gedombrangan, panitia disitu mulai tersenyum aneh.
18

Peserta neh?!
Gila! Ada juga peserta yang berani mati datang telat jam segini? Apakah
nggak nyadar kalo bakal dibantai mentah-mentah?
Makanan empuk nih!
Maaf kak, saya terlambat, terdengar suara lirih bernada memelas,
memohon pengertian panitia untuk memaklumi dan mengesampingkan kesalahan
yang telah dia diperbuat.
Suara cewek.
Panita penyambutan (cowok) yang semula udah pasang tampang serem..,
begitu melihat siapa yang telat mendadak berubah menjadi wajah dengan seribu
senyuman. Ternyata yang terlambat itu Farida Ulfa!
Si Angel
Oh, nggak papa, suara para cowok-cowok senior ini terdengar koor.
Mulai deh tidak konsistennya. Secara spontan mereka berjejer rapi disepanjang
jalan menuju lokasi bertingkah takzim kayak panitia kondangan mau menyambut
undangan. Tidak ada lagi tampang sangar. Yang ada wajah dipaksa-paksain
terlihat seimut mungkin. Penampilan yang ingin dilihat sekeren mungkin.
Senyum yang semanis mungkin, walau masih ada sisa cabe nyelip digigi. Kuning
lagi. Mending gigi emas. Maklum, cari perhatian, bro!
Yuni Astrida, Wakil Koordinator Seksi Penegak Disiplin dan Apel,
dengan pandangan mata setajam silet, eh.. maksudnya setajam teropong, melihat
dari kejauhan kejanggalan-kejanggalan itu, langsung mengontak Heri yang
kebetulan ada di Sekretariat Ospek, 8 meter jaraknya dari posisi Ulfa saat ini,
yang melenggang bebas tanpa sensor.
Heri yang jengkel mendengar laporan Yuni, langsung menyongsong,
menghadang langkah Ulfa.
SIAPAA ITUUYang terlam..bat
Yaahh, jadi sama deh lagunya kayak yang jaga di pintu gerbang..
Wajah yang semula dibikin sadis, spontan bermimikri menjadi.
Permisi kak.............
Bagaikan rhapsody .
19

Mendesah..
Agak-agak basah..
Tapi nggak serak lho..
Mata beloknya..
Aih, mak, sungguh mempesona..
Dan lihatlah......
Saat angin bertiup sepoi-sepoi....
Rambut panjangnya jadi bergerai...,
Tampak bercahaya....
Menaburkan wangi diudara..
Mampu menghipnotis...
Waktu seakan berhenti berdetak...
.......................................................
Satu, dua, tiga..
Blink, blink, blink..
Splash...!!!
Untuk beberapa saat, Heri konsisten dengan bengongnya
Konsisten dengan keterpanaannya....
Konsisten dengan....
Mulut menganganya!
Filter keduapun jebol. Ulfa sukses membuat para cowok-cowok panitia
itu jadi macan yang mengeong semua.Jalan yang dilaluinya mulus tanpa
hambatan. Semulus jalan tol.

20

BAGIAN
LIMA

Semua peserta pada sirik sama Angel. Ada diskriminasi disini.


Sementara yang lain bergelimang hukuman(mending kalo bergelimang harta), ini
cewek dieman-eman banget sama panitia cowok. Diistimewakan bener dibanding
yang lain. Setiap kesalahannya otomatis termaafkan. Sementara yang lain
dijemur kayak ikan asin, eh si Ulfa enak banget santai-santai duduk di aula,
dirubungi panitia yang tentu saja cowok semua. Semua maunya dituruti.
Pokoknya benar-benar tidak adil deh!
Gak adil banget. Sementara kita panas-panasan, eh dia malah santai
didalam, omel Fairuz saat lagi jam istirahat di bawah pohon jengkol.
Nongkrong bersamanya ada Eti Eryanti, Santi, Desma Kumalasari, Fitri yanti,
dan Yudi Putrado.
Lho?
Jangan kaget. Nih cowok masuk kategori cowok melambai, bahkan
cenderung keriting, jadi ngerumpi ama ngegosipnya lebih enak sama kaum
hawa, karena sama-sama satu visi.
Kita kudu protes sama panitia, Yudi ikut-ikutan nimbrung ngomong.
Emang kamu berani gitu, protes sama panitia? Kemaren aja dibentakbentak sama si Yuni, sampe ngompol gitu dicelana celetuk Desma.
Aih, itu mah nggak usah di omongin lagi. Tengsin tau!
Semua cewek disitu tertawa.
Itu cuma sekedar rumpian. Tapi ada sekelompok peserta yang tak ingin
menjadikan rasa kedongkolannya jadi sekedar rumpian saja.
Justino Leo Mendoca, Efni Kusbari, Nuraini, Ahmad Dani, Linda
Damayanti, Tamrulah, Almuhadi, Utut, dan Leogistara Romanova, Gilbert
Simanjuntak berembuk untuk berbuat sesuatu.
21

Hari gini kita kok masih juga menjalani program yang gak relevan lagi
dengan perkembangan zaman. Itu kan zaman dulu. Masa pola lama masih
diterapkan buat sekarang?
Justino: Kita tak peduli, mau namanya Ospek kek atau nama lain kek.
Yang aku kurang sreg itu sistemnya. Sudah sangat jadul sekali.Tidak membawa
semangat kemajuan. Itu yang kita kritisi. Kita tuh inginnya program orientasi
semacam ini lebih menekankan pada pendekatan yang lebih manusiawi, cerdas
dan bergizi. Pola milterisme sebaiknya dijauhi, karena kita kan disini bukan
dibentuk buat jadi generasi preman, tapi menjadi orang yang mampu
memecahkan persoalan dengan pendekatan ilmiah.
Jadi?
Coba kita adakan pendekatan pada peserta lain. Kita komunikasikan ide
kita dengan kawan-kawan yang satu pandangan dengan kita. Kita yakinkan,
bahwa aksi ini mutlak kita lakukan dan harus segera.
Bagaimana kalo panitia gak mau nurutin tuntutan kita?
Kita mogok mengikuti kegiatan. Kalau

yang ini agak susah

menyakinkan kawan kita, agar tetap kompak dan seiya sekata. Pasti banyak dari
kita terpecah, antara tetap mengikuti Ospek atau melakukan boikot. Ada
bagusnya sih kita mengamati dulu beberapa problem yang dialami oleh rekanrekan senasib, yang mungkin bisa kita usung dalam aksi kita, agar mereka
merasa nasib yang dialami ikut diperjuangkan, sehingga tidak setengah-setengah
dalam mendukung aksi yang kita gagas ini. Gue lihat juga, tampaknya panitia
ada yang tidak kompak dalam menjalankan Ospek ini. Ada kesenjangan dan
gap-gap diantara mereka. Sederhananya mereka kita pecah bagi tiga. Blok Elit,
Blok Netral dan Blok Kroco Mumet. Blok Elit, ya itu anggotanya si Taufik ama
beberapa orang yang punya fungsi level puncak dalam pengambilan keputusan di
kepanitiaan. Blok Netral yang fungsinya level medium. Artian bukan level
pengambil keputusan, juga bukan pula seksi-seksi yang mempunyai fungsi amat
vital. Nah, Blok Kroco Mumet ini merupakan seksi yang punya tugas sangat
vital, karena mereka kebanyakan eksekutor lapangan yang mengurusi hajat hidup
orang banyak. Kita cermati apa masalahnya dan lakukan pendekatan kepada
22

mana-mana kelompok diantara panitia yang bisa kita manfaatkan untuk


keberhasilan aksi kita.
Kelompok ini mulai secara bergerilya mempengaruhi peserta lain untuk
mendukung rencana mereka.
Seperti yang diduga sebelumnya, yang lain mendukung karena isu-isu
yang diangkat benar-benar sesuai dengan kenyataan yang dialami mereka. Pada
hari ketiga, para peserta OSPEK mulai berani mengajukan protes, menuntut
perlakuan yang adil dari panitia tanpa ada yang diistimewakan satu sama lain.
Tuntutan lainnya, mengurangi praktek perploncoan dalam beberapa sesi acara
dan menggantinya dengan kegiatan yang lebih mendidik. Kalaupun ada
perploncoan,

lebih diarahkan untuk hiburan,

pemecah

kebekuan dan

semacamnya, daripada menjurus ke arah kekerasan.


Mereka mengancam, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, mereka
melakukan aksi mogok mengikuti kegiatan.
Kalian tidak berhak mengatur panitia. Kami diberi otoritas penuh dari
pihak kampus untuk mengatur pelaksanaan acara ini, tanpa ada intervensi
siapapun. Jadi.., kami berhak melakukan apa yang kami mau, tegas Taufik
Hidayat, sang Ketua Pelaksana.
Berarti panitia otoriter!
Terserah pandangan kalian. Yang jelas.., kalian ikuti aturan kami. Kalau
tidak, siap-siap menerima hukuman dari kami!, ancam Heri.
Mulai terpecah nih kekompakan peserta ngedenger gertakan panitia.
Retak jadi jadi 2 kubu. Kelompok Kontra, dan Kelompok Pro. Kelompok Kontra
(mereka menamakan dirinya dengan Aksi Sepuluh), ya tentu saja Justino cs
ditambah sepuluh orang lagi yang bergabung, tetap ingin meneruskan pressure,
kalau perlu tidak mengikuti kegiatan sampai tuntutan mereka dipenuhi. Sisanya
yang merupakan mayoritas adalah Kelompok Pro, ikuti aturan panitia yang sudah
pasti harus rela dibantai. Kebanyakan sih mereka adalah karyawan atau pegawai
pemerintah, yang tak mau ribet dengan segala macam protes. Sudah banyak
urusan yang mereka hadapi. Paling kalo menghadapi perkara yang membuat
mereka harus berurusan dengan panitia, jurus tahu sama tahu yang dipakai.
23

Yang mengherankan, Efni tidak masuk dalam Kelompok Kontra. Dia


masuk dalam Kelompok Pro. Jadi pengkhianat nih? Apa karena melihat yang
mau mereka perjuangkan gak bakalan sukses, jadi berubah haluan?
Ekspresi Justino datar-datar saja, apakah bersikap biasa saja atau geram
melihat pembelotan Efni.
Kita damai aja deh. Jangan cari persoalan. Bisa-bisa nanti kita
dipersulit.
Ho, oh. Mending kita ikuti aja deh maunya panitia, kata Sita keder.
Eh, ta. Kalau kita tidak dobrak, tuh panitia bakalan makin sewenangwenang sama kita. Nggak boleh kalah gertak. Kita harus keras memperjuangkan
aspirasi kita. Jangan baru mulai, udah lembek kena pressure mereka, kata
Justino.
Iya. Situasi ini bakalan terus berlarut-larut sampe Ospek selanjutnya kalo
kita tidak mempersoalkannya. Apa mau adik kita yang ingin kuliah disini
diperlakukan serupa kayak kita sekarang? Nggak kan? Kita harus fight, bila perlu
ngotot untuk menggolkan apa yang menjadi aspirasi kita. Sampai panitia sadar
dan menerapkan system pelaksanaan Ospek yang adil, ujar Leogistara.
Tapi.., segala sesuatu itu harus pake perhitungan. Kalo ga sama aja
konyol jadinya....
Justino menatap tajam kepada siapa yang bicara tadi.
Si Pembelot. Entah ada rasa jengah atau tidak enak ditatap dengan
pandangan yang dingin menusuk itu.
Setiap perjuangan tentu menghadapi segala resiko. Itu kita sudah
pikirkan masak-masak. Berani gak kita hadapi segala kemungkinan itu?"
Apa mau dikata. Walaupun sudah di upayakan Justino, tapi yang retak itu
susah direkatkan lagi. Satu suara tidak ada lagi. Setiap orang berjalan pada jalur
masing-masing.
Walaupun begitu, Kelompok Kontra tetap komit dengan pendiriannya.
Tanpa Efni, 19 orang anggota tetap pada keputusan awal untuk mogok mengikuti
Ospek, sampai apa yang dituntut terpenuhi. Tentu saja dengan konsekuensi yang
harus ditanggung mereka atas segala sikap yang berseberangan dengan kebijakan
24

panitia yang arogan dan anti perubahan.


Coki melihat.., bahwa kegiatan orientasi pada hari ketiga ini, terasa tidak
dinamis lagi karena sepi dari suara protes Justino cs yang selalu menyemarakkan
suasana.
Sangat kritis, cerdas, dan sistematis sehingga kerap merepotkan untuk
mencounternya. Rasanya baru Ospek ini setelah even serupa yang pernah
dijalaninya ketika jadi peserta, Coki merasakan atmosfer sebenarnya dari sebuah
dinamika forum mahasiswa. Tapi kali ini memang benar-benar lain rasanya.
Justino, memiliki kharisma sebagai pemimpin, bargaining position yang
kuat, tahu kapan timing yang tepat untuk bertindak, mempunyai kehandalan
dalam menentukan pola strategi yang tepat, akurat, terukur untuk kesuksesan
suatu gerakan, dan berani berspekulasi atas sebuah keputusan yang beresiko
tinggi. Kalau dia diberi peluang untuk menangani sebuah organisasi, kawan kita
yakin nih orang bakal membawa perubahan kearah yang positif.
Orang-orang dibelakang Justino juga bukan sembarangan. Andai Efni
tidak menyeberang ke kelompok Pro. Bukan berarti tanpa dirinya, kelompok ini
tidak jadi tim yang solid. Dengan sembilan orang saja mereka sudah cukup
punya taring.
Almuhadi, seorang konseptor. Dia yang akan merumuskan apa yang
menjadi dasar-dasar pergerakan untuk kemudian dikembangkan dalam rencana
aksi-rencana aksi yang harus dilakukan secara detail.
Leogistara Romanova, bisa dikatakan sebagai humasnya kelompok ini.
Dia yang jadi juru bicara saat mengkomunikasikan segala hal yang berkaitan
dengan gerakan Aksi 10 kepada peserta yang lain.
Ahmad Dani, urusan duit. Beliau yang bisa diandalkan dalam urusan
pendanaan, karena dia tuh di bagian Community Development tempat dia
bekerja. Jadi tahu mana sumber-sumber duit yang bisa dipakai buat mendanai
pergerakan.
Linda Damayanti, cocok kalau dibidang penelitian dan pengembangan.
Tugasnya mengindentifikasi persoalan, mencari data-data yang relevan untuk
digunakan sebagai dasar kebijakan gerakan dan perumusan strategi. Bisa dibilang
25

dia ini adalah bank data.


Tamrulah, ahli dalam hal mengkoordinir aksi, pengerahan massa dan
perekrutan anggota.
Nuraini, bisa juga dibilang dia adalah sales marketingnya Aksi 10. Lewat
slogan-slogan, idiom-idiom yang dilontarkan, dan yel-yel yang mengiringi setiap
aksi, membuat gerakan yang mereka lakukan jadi serasa lebih hidup. Nuraini
juga yang mengurus masalah pencitraan organisasi.
Utut Adianto, perumus strategi terhadap aksi yang mereka lakukan. Mulai
strategi penggiringan isu, strategi komunikasi dan pengerahan massa, strategi
mengorganisir aksi, strategi menyerang dan strategi bertahan.
Gilbert Simanjuntak.., kalo nih orang belum ketahuan kemampuannya
apa. Tapi yang jelas dia punya bakat tersembunyi.
Kalo gak, ngapain juga dipercaya oleh Justino. Nggak mungkin kan
perannya cuma sekedar numpang lewat?
Jika ditambah Efni Kusbari , yang sangat piawai dalam hal inflintrasi,
agitasi dan provokasi massa. Urusan perang urat syaraf, serahkan padanya. Tapi
Coki kurang respek dengan nama terakhir ini. Karena sepertinya Efni lebih
cenderung jadi kutu

loncat,

mendaratkan

kakinya

pada posisi

yang

menguntungkan dirinya. Contoh paling anyar, ya mengenai pembelotan itu tadi.


Jika grup ini masuk ke panggung Badan Eksekutif Mahasiswa....., wah
bakalan bisa menggusur eksistensi pengurus lama yang sudah mapan.
Dominasi Gank Mafia Serasan, istilah sarkastik yang dipakai oleh oleh
Mahasiswa Harapan terhadap 6 pucuk pimpinan BEM punya posisi penting di
kepengurusan, bakal terancam.
Mereka itu adalah Safrudin, Delia Puspita, Yasidal Bustomi, Gangga
Jaladara, Rendra Gunawan, Dodi Yuliansyah Putra Agung. Sudah terlalu lama
berkuasa tapi tidak membawa perubahan yang signifikan bagi pergerakan
mahasiswa.
Realita yang ada malah terjalin keakraban yang intim sekali tanpa sekat
dengan status quo. Alhasil, BEM saat ini tidak bisa terlalu diandalkan buat
mengkritisi penguasa, terkecuali 6 orang ini nih segera didongkel.
26

Mereka ini adalah arsiteknya. Yang lain? Mereka cuma boneka porselen.
Dipajang untuk memperindah tampilan. Yang jadi boneka juga tak sadar kalau
dipermainkan. Yang penting asal masih berkuasa hal lain tak jadi soal.
Untuk beberapa saat lamanya, Coki hanya mendengar nada tunggu hape
pada nomor kontak yang ditujunya, sebelum akhirnya tersambung. Komunikasi
yang berlangsung cukup lama, dengan penekanan-penekanan kata pada
pembicaraan tertentu, sebelum akhirnya komunikasi diputus sehingga kesunyian
menyelimuti..

27

BAGIAN
ENAM

Samroni Bulungan 3 Juli pukul 22:46


OSPEK bertujuan untuk saling kenal satu sama lain,melatih mental,dan
belajar menghargai yang lebih tua dari kita. lu sendiri pasti kesel apa bila orang
yang lebih muda dari lu gak ngehormati lu?

Imam Junaedy Kemarin pukul 6:12


itu mah cuma ospek doang gan...paling semingguan...abis itu terserah lo
mo ikut nongkrong, mo kagak, mo jungkir balik kek..itu terserah lo...kalo lo pikir
masa depan cuma ditentukan sama ospek yang cuma semingguan itu...berarti
otak lo masih cetek....

Bagaimana ini..? Sepertinya..., perkembangan pergerakan kita enam


jam terakhir ini tidak terlalu menggembirakan. Coba perhatikan grafiknya,
sepertinya mereka yang memberikan komentar dukungan tidak terlalu signifikan.
Dalam artian...., komentar.. ya komentar.., tapi tidak cukup mendongkrak
keberhasilan pergerakan kita.
Linda Damayanti mengeluh......., semua anggota

Aksi 10 hanya bisa

menghela napas panjang. Sepertinya apa yang mereka perjuangkan bakal


menemui banyak sekali tantangan.
Justino Cs telah mengerahkan segala resourcesnya untuk mengelar perang
urat syaraf. Penggiringan opini dilakukan dengan memposting feature, juga
polling seputar Ospek di Universitas Harapan, melalui media sosial seperti
Kaskus.., Facebook..., dan Twitter. Website kampus pun tak luput jadi korban
propaganda mereka. Situsnya di retas, tampilannya di deface dengan animasi
kepala kerbau memakai headset ditelinganya, disertai running text bertuliskan
Peka terhadap zaman atau peka(tuli) terhadap zaman. Hentikan segala macam
28

pembodohan terstruktur dengan menghilangkan praktek perploncoan dalam


Ospek! Kembalikan fungsi Ospek pada khittahnya!
Ini nih kerjaannya Gilbert Simanjuntak. Sekarang tahukan fungsi dari
orang satu ini? Yup, dia menangani bagian IT. Urusan peretasan, serahkan saja
padanya.
Rupanya hasil koar-koar mereka di dunia maya belum menampakkan
sesuatu yang menggembirakan. Seperti yang dipaparkan oleh Linda, dengan limit
waktu yang terbatas, dengan pengoptimalan segala sumber daya tidak
menjadikan isue yang mereka angkat menarik perhatian. Indikatornya ya
komentar-komentar dari yang baca itu sendiri.Dari situ.., bisa dilihat kapabilitas
dari pembaca apakah cuma sekedar ngejunk gak jelas, atau kasih komentar
berbobot sehingga memancing kicauan-kicauan berbobot yang lain. Hal tersebut
yang mampu mendongkrak popularitas, dan topik yang di angkat menjadi head
trending. Ini yang perlu digaris bawahi.

Fakta dilapangan sungguh tidak menggembirakan....


Justino mencoba mencerna pelan-pelan beberapa data yang dipaparkan
urusan litbang. Menganalisa dalam waktu terbatas kadang menghasilkan
keputusan yang tidak tepat. Tapi situasi seperti ini perlu disikapi dengan cepat,
tentu saja dengan decision yang tepat.

Dariyanto 10 Juli 11:04


Kalo saya sih setuju gak setuju karena bisa mengakrabkan antara
mahasiswa baru dan bisa dapet teman baru yang lebih banyak,dan juga nambah
pengalaman, secara saya udah pernah ikut ospek dan jadi panitia ospek
Doni Putra 10 Juli 11:20
kalau saya

jujur gak setuju. jadi teringat masa baru masuk kampus

waktu saya saya angkot mau ke kampus dgn baju serba ala ospek, ampe-ampe
ada ibu2 nanya ke saya " mau kemana dek?" saya jawab "mau ke kampus bu, lagi
ospek" terus si ibunya bilang "ih mau ke kampus , masa kudu harus beginian"
saran saya, mending Ospek diganti dengan masa dimana calon mahasiswa
29

diperkenalkan dengan lingkungan kampus, bagaimana suasana perkuliahan yang


berbeda dgn smasa SMA, kiat-kiat sukses selama perkuliahan dan lain-lain.
Intinya ngasih energi positif kepada calon mahasiswa. Bukan dgn cara
ngebentak2/ngegembleng saya yakin bakal ada kemajuan

Apa kita menyerah saja?, Nada suara Tamrullah terdengar pasrah.


Data-data ini......, seperti mengisyaratkan......., kita kalah......
Oke! oke..!! Begini kawan-kawan! Rasanya kita jangan terlalu pesimis
melihat progress yang kurang menggembirakan ini. Tapi ini fluktuatif sifatnya.
Bisa naik bisa saja malah lebih buruk. Ini belum kesimpulan akhir. Keep
fokus...., Justino menengahi, mencoba meredam kegalauan teman-temannya.
Kemarin dia gagal mempertahankan kekompakan semua peserta untuk tetap
dalam satu haluan. Kini dia akan berusaha agar para anggota Aksi 10 tetap
berjalan pada tracknya.
****

Seperti biasa.., tiap sore pas kegiatan berakhir ada rapat untuk
mengevaluasi pelaksanaan Ospek hari itu.
Sore ini, apalagi yang dibahas kalau tidak mengenai perkembangan aksi
boikot Ospek oleh Aksi 10.
Membajak website universitas? Gue gak tahu kalo situs kampus kita di
retas, kalo gak ada info dari orang kita dalam kelompok mereka. Secara kita,
bahkan mungkin semua civitas akademika di Universitas Harapan jarang
browsing ke situs sampah itu, kecuali kalo perlu. Gue pikir-pikir, walaupun ide
peretasan itu sungguh di akui sangat tidak terduga..., tapi juga sangat
menggelikan. Itu menunjukkan kalau mereka sudah dalam taraf frustasi. Mereka
failed.
Taufik menatap gadget touchscreen yang ada digenggamannya, melihatlihat situs kampus yang telah dihack. Cuma begini doang? Nggak bisa lebih
keren atau gimana..., bikin terguncang semua orang gitu? Ini nih kayak kerjaan
orang yang baru belajar a, b, c, d hacking. Amatiran sekali.
30

Sudahlah. Nggak penting banget ngebahas itu. Udah jelas gerakan


mereka gak dapat dukungan mayoritas. Apalagi yang mau dikhawatirkan?
Sebenarnya ini gak bakalan kejadian, kalau dari awal kita menjalankan
pedoman pelaksanaan yang telah kita sepakati. Minimalkan perploncoan , karena
akhir-akhir ini isu tersebut menjadi head trending topic. Tak enak rasanya jika
kita jadi sorotan gara-gara ini.
Coki mengangkat tangannya. Muak rasanya ia lama-lama disini. Saatnya
mengakhiri semua ini.
Gue mengundurkan diri!
Keras. Tapi tidak cukup keras didengar oleh orang-orang yang sedang
berdebat.
Ketua!!

mohon bicara!!, Coki diam sejenak sebelum meneriakkan

permintaan yang sama.


Ketua! Ketua? Mohon Bicara, Ketua!!!
Suasana yang kayak pasar sekejap jadi sunyi.
Ketua, mumpung lagi di forum.., saya nyatakan buat mengundurkan diri
dari kepanitiaan!!
Lho,lho, Cok? Ada apa ini? Kenapa gak ada ujung pangkal..., tau-tau
pingin mengundurkan diri?
Nggak ada ujung pangkal? Kamprett....!
Belum sempet Coki memberikan alasannya, dari belakang terdengar suara
Edi Sadiman.
Saya juga mau ngundurin diri!
Kami juga mengundurkan diri, semua anggota dari seksi perlengkapan
mau mengundurkan diri
Kami juga mengundurkan diri
Saat Holmes, Medi, Agustrianto, Erwin, Prakoso, semuanya anggota
Seksi Perlengkapan, beramai-ramai menyatakan mundur, secara mengejutkan
seluruh Seksi Penyambutan ikut-ikutan mundur juga.
Tenang rekan-rekan semua! Harap tenang dulu! Semua masih bisa
dibicarakan. Jangan .
31

Coki cs mempelopori dengan walk out dari rapat. Disusul dari Seksi
Penyambutan.
Rasanya tidak perlu dibahas lagi. Buang-buang waktu saja. Sudah jelas
kami nggak bakalan didengar. Kerjaan kami ini cuma dipandang sebelah mata.
Kami capek tahu dipingpong kesana kemari untuk minta kebutuhan yang
sebenarnya nggak perlulah kudu laporan dulu. Silakan aja kalau ada yang mau
gantiin kami
Maya dari Seksi Konsumsi ikut-ikutan sambil berseloroh
Aku juga mau keluar. Aku stress, kerjaan gak ada yang nolong. Pada
sibuk ngurusin si Ulfa semua. Dikit-dikit Ulfa, dikit-dikit Ulfa! Emangnya ga ada
hal lain dipikiran kalian selain Ulfa, Ulfa, Ulfa!! Emang semua orang udah
berubah fungsi jadi Seksi Urusan Ulfa? Ulfa??? Nggak banget lagi!, Maya
keluar ruangan rapat sambil membanting pintu.
Keras sekali...
Ya, udah mundur sana!! Teriak Heri Mahroni.
Kalian!! Mau ikut mundur juga? Silakan kalo mau cabut!! Gak bakalan
ngefek deh! Masih banyak kok yang mau gantiin kalian!!
Kearoganan Heri membuat beberapa panitia yang semula pingin bertahan,
jadi tersinggung. Satu persatu mereka walk out dari rapat
Ya udah, bubar sana semuanya!!!
........................
.........................
Sunyi......
Sepi........
Apa sikap kita sama mereka ga berlebihan, ya? Apa ga malah jadi
blunder?, tanya Yuni Astrida memecah kesunyian.
Ada nada khawatir.......
Udahlah, Yun. Jangan terlalu khawatir. Mereka itu cuma gertak saja.
Besok mereka pasti balik lagi, kok. Kita perlu keras dan tegas, biar mereka tidak
menginjak kewibawaan kita..
Aku kok khawatir....
32

Tak terkirakan, bagaimana mendapati kenyataan esok harinya....


Semuanya berantakan disana sini tanpa ada yang mengurus.
Sampah-sampah...
Peralatan kegiatan...
Pos-pos kosong tidak ada yang menjaga...
Segelas kopi dan sepiring gorengan yang biasanya hadir setiap pagi
Semuanya yang berhubungan dengan kegiatan belum dipersiapkan...

Kini
Baru disadari betapa vitalnya seksi-seksi yang menangani itu semua...
Selama ini kicauan mereka selalu di abaikan...
Kini, setelah semuanya pada hengkang..
Tentu panitia yang tertinggal jadi kelabakan...
Ya...
Selama ini, Taufik Hidayat, Heri Mahroni, Yuni Astrida, dan semuanya
yang termasuk Blok Elit, selalu menganggap diri mereka begitu hebat. Tapi, bisa
apa mereka sekarang jika tidak di dukung oleh sekelompok orang yang mereka
sering ejek dibelakang dengan dengan sebutan yang sarkastik banget, kroco
mumet.
Kesombongan mereka runtuh!
Tambah pusing lagi, melihat jumlah peserta yang datang. Cuma dua
puluh orang!
Lho?
Seharusnya yang mogok ikut Ospek cuma sembilan belas orang. Kenapa
jadi berlipat-lipat jumlahnya yang nggak hadir?
Sekali lagi kejituan justino waktu memilih momen yang tepat buat
beraksi. Tentu saja dengan didukung data-data yang akurat buat pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
Hari keempat bertepatan waktunya dengan tanggal 24. Sebagian besar
peserta statusnya sudah bekerja, baik dipemerintahan maupun diperusahaan. Hari
ini adalah jadwal apel bulanan bagi yang bekerja di institusi pemerintahan, dan
33

itu wajib hukumnya tak boleh bolos. Sementara yang kerja diperusahaan, hanya
diberikan izin 3 hari tidak masuk kerja.
Hasilnya? Kosong melompong tuh aula Universitas Harapan.
Tentu kejadian hari ini, memberi kesan seolah-olah ada aksi mogok
besar-besaran dan itu sangat telak merupakan suatu pukulan bagi panitia(Grup
Elit).
Serasa kena tinju hook dari depan dan belakang
Apalagi saat utusan BEM dari universitas yang lain datang memenuhi
undangan panitia. Karena sebelumnya tidak bakal terpikir bakalan ada skenario
pemogokan seperti ini, jadi tidak ada langkah-langkah antisipasi.
Tak terkatakan bagaimana malunya, saat undangan datang tanpa
penyambutan yang memadai. Belum persoalan lain yang dihadapi, yang sudah
cukup bikin pusing untuk diselesaikan. Selama ini mereka sudah terbiasa dalam
posisi menginstruksikan, bukan melaksanakan.
Saat mereka dihadapkan pada masalah pada kelabakan, karena yang
diinstruksikan buat pelaksana penyelesaian masalah sudah kabur. Ya, mereka
yang dikatakan kroco mumet itu eksekutornya.
Kini, mereka harus mengakui sangat butuh tenaga para kroco mumet ini.
Harus ada langkah-langkah kompromi untuk mengatasi masalah ini.

34

BAGIAN
TUJUH

Delapan belas jam sebelumnya.......


Siang, istirahat makan siang di sebuah ruang kelas agak terpencil dari
ruangan lainnya, Efni sedang makan siang bareng dengan Maya Maharani, Seksi
Konsumsi Ospek.
Lho?
Sebenarnya dua orang ini berpacaran. Efni memutuskan kuliah di
Universitas Harapan atas saran Maya.
Sebel, deh. Kerjaan jadi gak beres karena keterusan ngurusin tuh cewek.
Dikit-dikit ngurusin Ulfa.

Kepanasan dikit, mulai tuh cowok-cowok repot

sendiri. Kita jadi dongkol


Kalian nggak protes gitu sama mereka?
Ah, kami para cewek mana pernah didenger suaranya? Dianggap gak
penting.
Efni mengetuk-ngetuk dahi dengan telunjukknya. Sedang berpikir.
Ada gak diantara mereka yang bisa di dekati?
Siapa ya? Maya berpikir. Ah, ada tuh. Namanya si Coki. Dari Seksi
Perlengkapan. Tuh anak emang rada lain. Kayak pingin cari masalah gitu. Pas di
BEM juga, sering berseberangan dengan pengurus. Mungkin dia bisa di
andalkan. Tapi, kayaknya dia nggak bakalan dipedulikan. Perannya gak begitu
penting disini
Tapi Efni berpikir lain.
Coba lobi dia. Sampaikan pandangan pandangan kami. Jangan lupa
uneg-uneg kalian selama ini disampaikan juga.
Yakin berhasil?Secara dia kan cuma Koordinator Seksi Perlengkapan.
Suaranya nggak bakalan dianggap ditingkat pengambil keputusan.
35

Eh, jangan salah. Posisinya memang tak terlalu penting, tapi sangat vital.
Udah, percaya deh sama aku. Kamu dekati dia. Pastikan dia bersuara untuk
kepentingan kita.
Aku kok pesimis
****

Lima belas jam sebelumnya....


Baru sekitar dua puluh lima menit Coki menunggu di warung dekat
terminal Muara Enim. Belum ada satupun yang dipesan. Tapi serasa sudah ber
jam- jam lamanya kawan kita menunggu disitu.
Kampret, kalau dua puluh menit lagi nggak ada kabar berita.....
Kopi dua, bu!
Suara seseorang yang Coki kenal.........
Dari tadi elo disini nggak pesen apa-apa?, Justino duduk.
Karena gue gak tahu, pertemuan ini penting apa nggak?, balas Coki.
Sinis sekali sih nada bicara elo? Jelas penting lah. Gak mungkin toh gue
mau buang-buang waktu elo, jika apa yang mau di omongin ini nggak ada
manfaatnya.
Kopi pesanan Justino sudah datang. Ayo, ngopi dulu! Sekalian ini
gorengannya. Santai aja!
Untuk beberapa saat mereka terdiam. Terdengar bunyi kopi diseruput.
Suasana siang itu masih sepi, karena biasanya Bis jurusan Palembang-Muara
Enim, baru sampai jam enam sore.
So, gimana situasi Ospek terkini di kampus kita? Kondusif?. Justino
memecahkan kesunyian.
Tergantung darimana kita melihatnya.
Kok, sinis lagi, sih? Ayolah, seharusnya elo bisa lebih ramah ke gue.
Sebenarnya sih..., kita bisa bersahabat.
Kenapa orang seperti elo mau bersahabat dengan gue? Secara.., gue
bukan siapa-siapa. Elo punya kepentingan apa?
Justino diam sejenak, lalu tertawa lebar.
36

Gue suka gaya lo! Mak jleb! Langsung to the point Justino menunjuk
ke arah Coki.
Well, kalau dibilang ada kepentingan...., ya..., tentu aja gue ada
kepentingan. Kepentingan yang sama-sama menguntungkan tentunya. Ehm..,
Justino melirik kearah Coki dengan pandangan penuh arti, diselingi batuk
sebentar, sambil mengetuk-ngetuk jari-jari tangannya satu sama lain.
Agak lama, lalu dia mengeluarkan smartphone disakunya. Tampak sibuk
mengetik sesuatu, menunggu sebentar, lalu mengangsurkannya ke arah Coki.
Rupanya Ketua Aksi 10 ini sedang membuka situs Universitas Harapan.
Lama sekali loadingnya. Mungkin sinyal sedang jelek, hingga agak lama situsnya
baru terbuka.
..................
Jadi..ini maksudnya apa?tanya Coki. Kaget juga, melihat keadaan
website kampus jadi nggak karuan begini rupa.
Masa lu ga ngerti? Situs ini diretas!
Iya, gue tahu itu. Gue kadang-kadang suka buka website kampus, dan
tahu kalo tampilannya gak seperti ini.
Kami yang meretas. Tepatnya Gilbert yang mendeface tampilannya jadi
seperti ini.
Coki diam sejenak.
So what gitu lho? Gue mesti terguncang? Mesti shock? Sementara yang
gue tahu nih, buat mengelola isu tentang Ospek ini aja kalian nggak beres
menanganinya. Kalian gagal menyakinkan setiap orang buat ngikutin apa mau
kalian. Eh, disini elo pake pamer segala ke gue, kalo kalian, Aksi 10, punya
power buat ngebajak situs kampus. Sikap yang kontra produktif dan cenderung
lebay sekali! kecam Coki.
Cok, elo keliru.....
Eh, emang lo pikir gue tinggal di gua apa, yang gak tahu perkembangan
diluar? Di Fesbuk, Twitter, di Kaskus, udah santer terlihat kalo kalian coba
menggiring opini publik buat mengevaluasi pelaksanaan Ospek di Universitas
Harapan. Tapi mana hasilnya? Sejauh ini ya, sejauh ini..., Ospek tetap berjalan
37

walau tanpa kalian. Tentu saja, dengan aturan panitia. Sementara kalian,
tersingkir dipojokan. Tanpa tahu harus berbuat apa
Cok...
Sori, gue telat. Wah, sudah seru obrolannya? Efni tiba-tiba muncul dan
ikut nimbrung. Bu, kopi segelas ya?
Kaget....
Ngapain si kutu loncat ini kesini? pikir Coki.
Baru aja reffrain, Justino tertawa, walau humor yang yang keluar dari
mulut Ketua Aksi 10 itu kedengaran garing di telinga Coki. Cuma sekedar buat
mengurangi ketegangan.....
Ya udah, dilanjut obrolannya, Efni mencomot gorengan diselingi
dengan seruputan kopi panas.
Elo tahu, Cok. Justino bicara setelah suasananya agak tenang. Kami..,
gue.., Efni dan delapan orang yang lain di kelompok Aksi 10, udah sohiban sejak
masih SMP. Jalan bareng, ngobrol-ngobrol, diskusi hingga membuat kami
merasa cocok satu sama lain. Saling percaya, saling merasa...., senasib
sepenanggungan. Sehingga kami berpikir.., kenapa nggak dibikin solid
persahabatan ini, dengan membuat sebuah geng misalnya. Geng yang bukan
sekedar geng, tapi lebih dari itu, bisa membuat hal yang berguna. Mungkin bisa
disebut think tank center, atau apalah, terserah. Yang penting ini bukan
sembarangan geng. Bukan melakukan hal yang ecek-ecek. Maka didirikanlan
Geng Sepuluh. Walau sejak tamat SMA, kami berpisah dengan menempuh karier
masing-masing, bukan berarti kami putus hubungan. Lewat sosial media,
chatting, forum diskusi, kami tetap berkomunikasi dan bertukar pikiran mengenai
beberapa persoalan. Sampai akhirnya.., secara fisik kami dipertemukan kembali
di Universitas Harapan ini. Kini Geng 10bersatu kembali. Beraksi kembali!
Sebagai sebuah bentuk kekuatan yang telah utuh kembali, tentu kami
membutuhkan sesuatu untuk menyalurkan energi yang meledak-ledak ini. Kami
ingin melakukan kembali hal yang biasa kami, Geng 10, lakukan dulu. Dan
dikampus Universitas Harapan, pada situasi Ospek inilah, dimulainya first case
kami......
38

Tunggu!, Coki memotong. Biarkan gue berpikir dulu, kawan kita


memegang kepalanya dengan jari-jarinya.
Elo..! maksudnya, kalian...., masih menganggap pembelot ini bagian dari
geng kalian? Coki menunjuk kearah Efni.
Justino tersenyum, begitu juga Efni.
Samar...
Penuh misteri...
Polos dan naif sekali. Sepertinya elo memandang sesuatu secara hitam
dan putih. Sadar gak lo, kalo di antara hitam dan putih ada abu-abu. Wilayah
yang tidak jelas berada disisi mana sebenarnya, karena bisa saja berada disisi
mana saja, atau berada tetap ditengah-tengah.
Elo sepertinya tidak menyimak omongan gue, kalo Geng 10 itu
terbentuk karena perasaan cocok satu sama lain, saling percaya, saling
membutuhkan, saling merasa senasib sepenanggungan. Itu poinnya. Memang
aksi yang kami lakukan kemarin, telah menarik simpatisan bergabung dengan
kami. Ingat! Mereka simpatisan dari Aksi 10, bukan merupakan bagian dari
Geng 10. Aksi 10 hanya sandi dari gerakan kami, jadi bedakan keduanya.
Kami masih meragukan loyalitas para simpatisan ini, karena ada
kecurigaan satu atau beberapa dari mereka sengaja dikondisikan merapat dalam
barisan kami oleh panitia, dalam rangka inflintrasi dan sabotase agenda Aksi 10.
Untuk mengetahui siapa orangnya, tidak ada jalan lain selain menempatkan
orang juga sebagai virus di tengah-tengah mereka. Itu kerjaan si Efni. Untuk
kelancaran misinya, kami perlu mempersiapkan skenario agar keberadaan Efni
tidak dicurigai. Tidak ada jalan selain mencitrakan Efni sebagai pembelot. Agak
sulit memang, karena semua orang sudah melihat Efni identik dengan Aksi 10.
Rasanya sungguh tak bisa dipercaya ia mampu melakukan semua itu, jika tanpa
dilandasi alasan yang kuat. Tapi ya itu..., operasi dengan segala kerumitan
rekayasanya sukses juga. Maka resmilah Efni sebagai pengkhianat dan jadi
musuh nomor satu Aksi 10, dengan keputusannya yang kontroversial
menyeberang ke barisan peserta pro panitia. Dari hasil kerjaannya nguping
sana sini, didapat info memang benar ada virus yang sengaja ditanamkan
39

dalam barisan simpatisan, dengan misi seperti yang di indikasikan semula.


Kondisi yang berbahaya sekali, jika mereka mengetahui a, b, c, d rencana Aksi
10 secara detail. Tentu mereka akan menyiapkan amunisi yang ampuh untuk
memblokade langkah kami. Untuk membabat virus ini sangat riskan, karena
belum tentu efektif. Tapi membiarkannya lama-lama bercokol menyadap setiap
gerakan Aksi 10 juga berbahaya. Situasi ini krusial, perlu segera ada langkah
antisipasi. Maka..., dengan resiko kemungkinan flop, kami melakukan rekayasa
pengalihan isu lewat posting opini, artikel dan polling di media sosial, macam
Fesbuk, Kaskus..
Tunggu...Tunggu! Coki memotong. Postingan kalian itu......, Cuma
rekayasa?
Yup, benar. Cuma pengalihan isu. Dengan asumsi semua kegiatan kami
bakal terus dimata-matai, kami kemudian merekayasa seolah-olah semua aksi
kami dimedia sosial tidak mendapat dukungan disana sini. Kami juga merasa
perlu mengumpulkan semua anggota dalam rapat, menyampaikan data-data yang
kami manipulasi, agar sandiwara kami lebih meyakinkan. Dan virus ini
termakan pancingan kami. Apa yang dilaporkan sesuai dengan skenario kami.
Taufik cs merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gerakan kami hanya
dianggap riak kecil yang tidak perlu diberi perhatian serius. Mereka merasa
diatas angin. Mereka jadi lengah. Sistem keamanan mereka terbuka. Itulah
yang kami tunggu-tunggu...
Coki memperhatikan cerita Justino dengan hati berdebar. Gila!! Strategi
mereka ini..., bahkan kawan kita ini sama sekali tidak menyangka......
Efni jadi leluasa bergerak melancarkan misi inflintrasi, agitasi dan
provokasinya. Dalam hitungan 24 jam terakhir ini, sebagian peserta dan sebagian
panitia sudah terkena infeksi sistem pola pikirnya. Secara tidak sadar mereka
telah menjadi sel-sel yang bergerak untuk kepentingan kami. Besok adalah
penentuan, dimana elo bakal lihat para panitia bertekuk lutut dan mengikuti apa
yang jadi mau kami.
Setelah lama diam, Efni ikutan nimbrung.
Ini beberapa fakta yang mendukung kesuksesan aksi kami.Efni
40

memaparkan beberapa hal yang membuat Coki hanya terdiam.


Jadi walaupun kami tidak menginfeksi mereka juga, gerakan kami sudah
positif berhasil. Tapi kami ingin memperkuat daya gedor sehingga membuat
Taufik cs shock.
Sunyi....
Ketiga-tiganya saling bertatapan....
Bertemu dalam satu titik....
Saling mencoba menerka isi pikiran masing-masing lawan bicara.
Apa kalian sedang menginfeksi gue? tanya Coki.
Justino, juga Efni tidak menjawab pertanyaan Coki.
Si Coki mengambil smartphone Justino yang masih tergeletak di meja.
Ditatapnya lagi display yang masih menunjukkan situs Universitas Harapan yang
telah diretas.
Lama sekali......
Situs ini....., rasanya terlalu berlebihan sekali tindakan kalian melakukan
ini hanya untuk memaksa Panitia Ospek agar memenuhi tuntutan kalian.
Kecuali....
Paras Coki berubah.
Tunggu........!!!
Tujuan kalian sebenarnya bukan ini, kan? Mengacaukan pelaksanaan
Ospek itu mengalihkan perhatian semua orang. Elo.. elo... semua ingin
mengkudeta kepengurusan BEM sekarang?
Sunyi..
Dipecahkan oleh tawa keras Justino dan Efni.
Gak salah elo rekomen buat sohiban ama dia. Otaknya encer. Cepet
nangkepnya, tukas Justino.
Yah benar.., Cok Jawab Justino disela tawanya. Seratus persen benar
jawaban elo. Kalo tujuannya cuma buat ngacak-ngacak Ospek, kami gak
mungkin ampe bela-belain ngehack website. Tekor itung-itungannya. Kami
minta lebih.
Terdiam sebentar...
41

Kita sama-sama maklum kalo BEM itu wilayah yang sangat menarik
untuk di eksplore lebih lanjut. Banyak memiliki peluang, banyak tantangan dan
tentu saja banyak keuntungan yang bakal di keruk. Dalam perkembangan
beberapa tahun terakhir ini, BEM ini dimonopoli oleh rezim yang sering kalian
juluki Geng Mafia Serasan. Kue kekuasaan ini berputar-putar dipegang dan di
nikmati oleh sekelompok orang yang itu-itu saja. Kalian melongo, bengong,
cuma jadi penonton tanpa dapat kesempatan untuk ikutan mencicipi.
Jujur lo ama gue, elo kepingin masuk kedalam lingkaran kekuasaan
utama itu kan? Ayo ngaku, jangan munafik! Ngapain coba lu bertahan di BEM,
kalo cuma pingin dilempar orang di Divisi Perlengkapan, tanpa ngarepin yang
lebih dari itu. Ngaku nggak Lo!
..................
Ya..., suara Coki tertahan hampir gak kedengaran. Gue gak pengen di
BEM, cuma jadi penggembira, tanpa bisa berbuat apa-apa....
Oke, Oke!, Justino diam sejenak. Begini...., Gimana kalo kita bikin
kesepakatan? Elo bantu kami nendang itu rezim Mafia Serasan dari kursinya.
Dimulai dari Ospek ini. Kita acak-acak, bikin gak berkutik boneka-bonekanya
nggak cuma di kepanitiaan ini saja, tapi juga diberbagai even lain yang penting.
Sehingga mereka hilang pengaruh dalam pengambilan setiap keputusan. Bikin
gerakan yang bisa menarik simpatisan sebanyak-banyaknya . Itu berarti lumbung
suara yang bisa mempermulus langkah kita menuju Pemilihan BEM mendatang.
"Sebagai imbalan atas semua bantuan lo, kita berbagi kekuasaan.
Coki diam sejenak, tak mengerti.
Ya, berbagi kekuasaan! Justino kembali menunjukkan smartphonenya
yang menampilkan web site kampus yang diretas. Ini wilayah lo. Elo diberi
otoritas buat mengelolanya. Gue lihat situs kita bisa dikembangkan menjadi
media propaganda untuk corong kepentingan dan bargaining position yang bagus
bagi kelompok kita. Gue udah baca artikelmu. Itu udah nunjukkin yang nulis
punya pandangan yang visioner dan transeden. Gue punya feeling, jika elo diberi
wewenang itu pada saatnya, bakalan dashyat nantinya."
"Seperti sebuah konspirasi...." ujar Coki tertahan.
42

Justino mengangkat kedua tangannya sambil menyeringai.


"Ya..anggap saja ini sebuah konspirasi. Dunia ini memang penuh
konspirasi. Nyadar

gak kalo sebagian peristiwa sejarah yang ada didunia,

tercipta karena hasil dari konspirasi."


"Tanpa konspirasi, hidup jadi gak asyik. Tanpa greget. Gak ada suspense.
Tidak memacu adrenalin. Itu yang membuat kehidupan jadi memungkinkan dan
menarik sampai hari ini."
Justino mengeluarkan dompet, mengeluarkan sejumlah uang, lalu bangkit
dari tempat duduknya.
"Gue tahu elo masih ragu, dan kami tidak perduli. Elo punya waktu dua
jam dari sekarang buat menentukan sikap berada dibarisan mana lo berpihak.
Ikut kami, pilih mereka, atau cuma duduk dipojokan sambil makan cemilan
layaknya massa mengambang. Itu terserah lo. Yang jelas ada atau tidak ada lo,
nggak ngaruh bagi kami. Kami yakin bakal menang perang, dan besok elo bisa
buktikan."
Coki masih terdiam, saat Justino dan Efni pergi meninggalkan dirinya.
Lama.....
Tanpa kata-kata.......
****

Rapat dadakan digelar. Panitia yang mengundurkan diri dihubungi lagi.


Beberapa yang mempunyai latar belakang organisasi berbeda diajak berdiskusi
buat merumuskan kembali konsep kegiatan.
Saat Coki sampai ditempat rapat, dia tidak menemukan lagi kesan arogan
dimata Taufik cs. Entah jika tidak ada kejadian seperti ini, masihkah telinga
mereka mau mendengar? Atau cuma dianggap sekedar angin lalu saja?
Kami sudah bermufakat tentang hal ini dan memutuskan untuk
memperhatikan aspirasi dari kawan-kawan Camaba. Beberapa poin yang yang
kami sepakati,yaitu:
Satu, perlakuan yang sama buat semua peserta tanpa ada diskriminasi
Dua, memperhatikankan kembali konsep kegiatan yang sesuai dengan
43

juklak kegiatan
Ketiga, meminimalkan praktek perploncoan yang mengarah pada
kekerasan.
Rada ngambang sih poin kesepakatannya, bahkan cenderung bisa di
interprestasikan sesuka hati. Tapi tak apalah. Tak mungkin semuanya bisa
berubah drastis hanya dalam waktu 2 jam rapat darurat. Anggap saja ini baru
kemenangan awal. Selanjutnya, mesti berjuang lebih keras buat penyelenggaraan
Ospek yang lebih baik lagi.
Dampak positif lain bagi Coki, dan juga semua anggota Seksi
Perlengkapan, Seksi Penyambutan, serta Seksi Keamanan, melimpahnya logistik
yang disediakan untuk kebutuhan perut mereka. Bahkan cenderung seperti
berlebihan. Coki menyebutnya sebagai penyogokan terselubung.
Susu, kopi, mie instan, minuman suplemen, bejibun. Bahkan bir disiapkan
satu dus. Dulu mau minta tambahan logistik aja seperti ngemis aja rasanya.
Akhirnya diputuskan, kelebihan logistik dibagi-bagi kesemua anggota
ketiga seksi. Maklum,mereka rata-rata anak kos. Lumayanlah pengiritan buat
pengeluaran bulanan.
Malam ini semua pada terkapar bergelimpangan, teler berat abis pesta bir.

44

BAGIAN
DELAPAN

"Kak, ini minumannya.sekalian..,"Shanti, selain memberikan dua botol


minuman suplemen pada Coki,juga memberikan sebuah bungkusan, ini..,
kuenya
Eh, iya ya..., jadi gak enak ni! kata Coki .
"Kak Coki, gitu deh. Biasa aja lagi.."
Sejenak keduanya terdiam.
Dari kejauhan tampak kawan Coki dari Seksi Perlengkapan menghampiri
mereka berdua.
"Ehm, ya udah, kak. Shanti.., mau ke ruangan dulu ya?
"Eh, iya iya.., ini.., makasih ya? Jadi merepotkan..,"Coki tersadar dari
diamnya
"Dah..," Shanti melambaikan tangannya
Dah..
"Cie..cie.., yang baru dapat sesuatu.., suara Edi Sadiman mengejutkan
kawan kita ini.
"Eh, kau, Di! ngagetin aja
Coki dirubungi kawan-kawannya.
Sadiman, hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah cewek tadi
barusan.
Ini cewek.., gayanya menantang banget. Menantang untuk digoda,
he..he, Sadiman terkekeh-kekeh.
Kamu ini, Man! Pikiran mu kayak gitu terus bawaannya, Coki
menyikut rusuk Sadiman.
Cowok berkulit hitam(tapi tidak manis!) ini tambah ngakak.
Lha, Cok! Wanita itu diciptakan memang untuk digoda,membuat kita
tergoda, dan akhirnya pun kita menggoda!, kata Sadiman.
45

Dikasih lagi, Cok?, tanya Holmes


Coki mengangguk.
Udah tiga hari ini, cewek ini selalu kasih jatah preman sama kawan kita.
Awalnya sih dari keisengannya ingin memalak peserta Ospek. Shanti,
fakultashukum, yang mendapat julukan kentang gosong, kebetulan adalah target
mangsa Coki.
Saat itu ni cewek termasuk peserta yang di hukum, karena atributnya gak
komplet. Coki melihat ini sebuah kesempatan dengan memanfaatkan kesalahan
yang diperbuat Shanti untuk mencari keuntungan bagi dirinya. Maka, terjadilah
tawar menawar.
"Jadi, bagaimana?"
"Bagaimana apanya, kak?"
"Kok, bagaimana sih? Mau dihukum apa mau damai?"
"Kalau sama kakak, Shanti dihukum apa aja mau kok, kak!"
Menantang.....
Dengan gaya....
Menantang juga.....
......................................
Maksudnya dengan gaya menggoda gitu....
Entah apa maksudnya cewek itu berkata seperti itu. Coki langsung to the
point.
"Besok bawa dua botol minuman adu banteng. Sekalian bawa roti. Kalo
lupa hukumannya dobel," kata Coki dengan gaya diserem-seremin.
"Minuman adu banteng? Minuman apaan itu kak?" Kening Shanti
berkerut.
"Ya kamu pikir aja sendiri. Masak nggak ngeh sih minuman merk
begitu?"

46

Ada lampu menyala di pikiran si kentang. Persis kayak di film-film


kartun gitu.
"Oke deh, kakak. Sekarang aja kalo mau, Santi beliin. Minta yang lain
juga boleh.."
Deg
Cewek ini...
Bikin gue jadi....
Hadeeh...
Serasa gimana gitu...
Jadi ngiluu.....
Tak berhenti sampai disitu saja. Kadang-kadang nih cewek suka bikin
ulah buat narik perhatian Coki. Waktu apel pagi, pas istirahat, apa lagi ya? Jelas
aja kawan kita ini jadi bahan ledekan sesama Seksi Perlengkapan.
Dehhh, ada yang dicari kentang gosong tuh... !!
..............
Lama-lama jadi gak enak juga.....
"Seharusnya

cewek ne dikasih nama keripik kentang," celoteh Edi

Sadiman lagi.
Kenapa, bro?
"Soalnya krenyes-krenyes sih!"
Kriuk-kriuk kalee!
Semuanya tertawa.
Harus diakui, Shanti memang menarik. Penampilan oke, dapat tujuh
setengahlah nilainya. Cuma satu yang mengganggu. Shanti kurang tinggi. Nggak
47

proporsional dengan badannya, sehingga terlihat gemuk. Coba kalo tinggi


badannya kayak Ulfa.
Pasti ......
Lho kok malah ngomongin Ulfa sih?
Cok, mending sudah Ospek si Shanti lu jadiin aja. Tuh cewek udah
ngasih sinyal suka ke elo. Tinggal eksekusi aja. Jangan pake lama-lama, nanti
keburu diembat orang. Kalo gue yah, gak perlu mikir-mikir. Langsung tembak
aja, saran Medi.
"Ya udah elu aja sendiri yang nembak!"
"Yeeh, entu mah kalo dia nya mau. Sekarang ini si Shanti kasih hope ke
elu. Ya udah, tunggu apa lagi? Hajar aja, bro!"
"Entahlah....., gue belum kepikiran......."
"Ya elah, Cok! Jarang- jarang elo didemenin ama cewek. Yang ada elo
nya yang sering dikacangin ama cewek!"
"Kampret lu! Kayak segitu-gitunya gue nggak lakunya!"
"Emang gitu..."
"Eh elo jangan ngomongin orang ya? Elo sendiri gimana? Emangnya
selama elo kuliah disini udah berapa cewek yang udah elu gandeng? Kambing
kali yang elu gandeng!"
Blaa..bla... bla....
Bla..bla.. bla..

....................................................................................
....................................................................................
Well, sepertinya acara cela-celaannya bakalan belum selesai....

48

BAGIAN
SEMBILAN

Jam 11 siang,
Terik-terik begini, dua puluh lima orang peserta Ospek pada di setrap.
Dijemur dilapangan. Ada Angel ikut juga..
???
Selesei sesi kuliah umum, Tiara, dari Seksi Acara langsung cuap-cuap
dipodium.

Dalam waktu 30 menit, kalian ditugaskan untuk mengumpulkan tanda


tangan panitia minimal 43 buah. Sebagai informasi, panitia pelaksana mulai dari
ketua hingga seksi-seksi berjumlah 100 orang. Mereka semua memakai badge
kepanitiaan sebagai tanda pengenal. Jika ada yang tanda tangannya kurang dari
syarat minimal, akan dihukum!
Dua puluh menit? Wah!
Rupanya panitia dari kelompok Elit ingin menegakkan kembali
wibawanya dimata para peserta, setelah beberapa hari yang lalu luluh lantak
diacak-acak oleh Aksi 10.

Mereka terpaksa mengikuti alur permainan dari

Justino dan kawan-kawan.


Dan kini....
Kelompok Elit ingin kembali menjadi selebriti di Panggung yang
mereka bangun sendiri. Para CAMA dan CAMI rela deh melakukan apa saja,
termasuk yang aneh-aneh, asalkan..
Kakak, tolong minta tanda tangan dong?, cewek yang dijuluki
Virus(Nama aslinya sih Fairuz Roza), mencoba meruntuhkan keimanan
Sadiman.
Tapi gak cuma-cuma, lho?, tukas Edi Sadiman.
49

Aduh kakak! Plisss!!! Waktunya cuma 30 menit. Nanti Fairuz


dihukum.
Itukan masalah elo. Kalo misalnya, bukunya kakak tahan mau apa
sekarang? Atau kakak bilang sama yang lain, biar pada gak mau tanda tangan,
gimana coba?
Ya deh! Kakak mau apa? Fairuz cariin. Tapi jangan yang susah ya?
Nggak susah kok. Cuma kamu cium pipi kakak dulu!
Secara spontan, Edi Sadiman punya pikiran nakal tersebut. Cewek
didepan mata, mumpung daya tawar menguntungkan dirinya, kenapa gak
dimanfaatin aja.
Ya kakak? Minta yang lain aja ya?
Waktu terus berjalan lho?
Terpaksa deh....
Dengan wajah masam, si Virus mencium pipi Sadiman.
Sialll!! Mimpi apa semalam sampe harus nyium si cemong! Gerutu si
cewek dalam hati.
Pipi satunya lagi!
Celaka dua belas!!
Mesti mandi kembang tengah malam nih buat buang sial...
SiAngel.....,
Dia sih tidak menemui kesulitan saat meminta tangan dari panitia cowok.
Semuanya tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku, dengan sukarela
membubuhkannya di buku Ulfa.
Tinggal lima belas tanda tangan lagi.
Pas berurusandengan panitia cewek, ups, ternyata tak semudah
membalikkan telapak tangan. Si Angel tidak bisa menggunakan pesona
kecantikannya atau rayuan maut, untuk menaklukkan hati panitia cewek.
Panitia cewek tuh. pada muak dengan kelakuan caper Ulfa, yang selalu
tebar pesona sehingga bikin kinerja panitia cowok pada menurun. Saatnya untuk
memberi pelajaran pada cewek satu ini.
Angel tak punya pilihan. Dilihatnya beberapa panitia cowok sejumlah
50

sisa tanda tangan yang perlu digenapi, sudah penuh dikerubuti peserta lain,
sehingga tak memungkinkan dirinya menyerobot lebih dahulu. Bisa-bisa yang
lain pada marah.
Angel hanya bisa mengeluh dalam hati, saat dipermalukan dihadapan
semua orang, waktu disuruh goyang itik di atas meja.
Bayangkan!! Goyang sambil nungging-nungging gitu..., ditonton oleh
semua orang ...
Merah padam jadi mukanya....
Waktu habis!! Silakan kumpulkan bukunya kesumber suara! Cepat!
cepat!
Akhirnya saudara-saudara, seperti yang dijelaskan dimuka, Justino cs plus
si Angel termasuk dalam peserta yang dijemur dilapangan, karena gak komplit
tanda tangan artisnya.
Udah jam 11 siang gini? Mana panas minta ampun. Karena tak tahan,
Ulfa tumbang
Jatuh pingsan......
Minggir! Minggir! Biar panitia yang tangani. Kalian tetap ditempat.
Serentak, tanpa dikomando semua panitia cowok pada menghambur
kelapangan, terutama si Heri yang tampaknya sangat bernafsu sekali.
Para panitia(Cowok) pada berebutan untuk membopong Ulfa ke aula.
Saling sikut. Saling dorong. Semuanya berusaha terlihat jadi pahlawan disiang
bolong gini. Padahal yang ditolong lagi pingsan kan? Mana dia tahu siapa yang
nolong.....
Para peserta......., entah heran..., mungkin sinis kali.., melihat panitia tibatiba sigap terhadap kesusahan peserta, dalam tanda kutip untuk yang satu ini
Namun bagi Aksi 10, photo Ulfa pingsan dikerubuti panitia bisa jadi
bahan yang bagus bikin citra rezim sekarang terjun bebas, saat photonya
diupload massal diberbagai sosial media dengan judul yang besar- besar, seperti
ehmmm, Ospek Universitas Harapan Menelan Korban atau apa kek judul-judul
yang bombastis gitu, dan konten yang juga bombastis serta bernada provokasi
pula.
51

Mana Sie P3K- nya? Ada orang pingsan ini!?!? teriak Heri.
Renata Widya, Seksi Kesehatan kayaknya tidak kelihatan dari tadi. Mau
Heri teriak ampe ndower, nggak bakalan muncul tuh cewek.
Lebay banget si Heri. Menjurus agak sotoy mungkin. Melarang yang lain
buat nolong, sementara ini orang sendiri gak berbuat apa-apa.
Atau lebih tepatnya gak tau harus ngapain. Padahal nih yang pingsan
kudu ditolong. Kasih pertolongan pertama gitu, kasih napas buatan kek.....

.............................
TIIINGG!!!
Kenapa gak terpikir dari tadi....
Setelah memepertimbangkan agak lama, Coki memberanikan diri ke
tekape. Tidak lupa ambil minyak angin sebagai modus.
Kalau gak sekarang kapan lagi...
Baru mau jongkok, udah di cegah Heri.
Sudah!! Biar gue yang tanganin. Mana sih sie kesehatannya? Lelet
amat?!!
Coki menepiskan tanggan Heri.
Kamu itu .., orang pingsan bukannya ditolong, malah dibiarkan aja.
Orang mau bantu, malah gak boleh. Kalo ada apa-apa, gimana? Mau tanggung
jawab?
Heri Terdiam.
Coki mengeluarkan minyak angin, menuangkan isinya, lalu mengoleskan
dikening, diantara hidung dan bibir, serta bagian lain yang diperlukan.
Bau aromatik bertebaran....
Belum ada tanda tanda...
Jadi gimana ini?
Kalo gak sekarang kapan lagi?
Eh, elo mau apa?, tanya Heri curiga, melihat Coki mendekatkan
wajahnya kewajah Ulfa.
Kasih napas buatan lah! Mau ngapain lagi? Begitu prosedur nangani
52

orang pingsan.
Coki gak menghiraukan Heri. Si doski sih masih coba menghalangi. Tapi
gerakannya agak lemah. Antara perasaan ragu untuk ...
Baru mau memonyongkan mulutnya, mata cewek itu terbuka...
Terdengar erangan halus.
Yahh, udah keburu sadar ceweknya. Gagal deh....
Ulfa kenapa kak?
Tadi kamu pingsan. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi kamu juga agak
baikan,kok, Coki menoleh kearah Eti, anggota Seksi Konsumsi. Ti, Eti!
Tolong buatin teh hangat. Cepet sedikit ya?
Kawan kita ini membantu Ulfa duduk dikursi.
Iya kak. Beberapa hari ini, Ulfa nggak sempat sarapan pagi. Nggak
keburu sih? Takut telat!, alasan Ulfa.
Ya udah. Kamu ngaso-ngaso aja dulu. Sebentar lagi istirahat. Kamu
makan ya? Jangan sampai telat. Nah ini tehnya sudah datang. Diminum dulu gih.
Biar perutnya hangat, kata Coki.
Terima kasih kak

53

BAGIAN
SEPULUH

Waktu menunjukkan jam 12 siang. Waktunya istirahat dan makan-makan.


Asyik!!
Saat Coki mau makan dengan teman satu Seksi Perlengkapan , datang
Ulfa menghampiri.
Kak, makan siang bareng Ulfa, yuk?
Glekk!!!!
Si Coki serasa keselek biji kedondong waktu mendengar ajakan si cantik.
Kagak salah denger, nih?
Suatu tawaran mengejutkan. Apalagi datang dari cewek bernama Ulfa.
Sama sekali tidak terbayangkan. Apalagi terpikirkan.
Kak!
Eh.. anu.., iya... ya.., Coki kelihatan gugup dalam menanggapi ajakan
cewek oke satu ini. Kelihatan tidak siap menghadapi situasi yang tidak biasa
ditemui. Jadinya kayak orang linglung.
Baru mau melangkah, Coki teringat kalo dia tadi sebenarnya mau makan
bareng sama kawan-kawannnya.
Edi Sadiman memahami situasi.
Ya, udah Cok, kalau kamu mau makan bareng Ulfa, kata Sadiman.
Ya tapi..,
Udah sono. Kami nggak apa-apa kok. Ya kan bro?, Sadiman
mengedipkan mata memberi isyarat pada Doni.
Doni cepat tanggap.
Ya sudah, buruan! Nanti keburu jam istirahatnya habis lho?, kata Doni.
Kalau gitu.., gue jalan dulu ya?.., kata Coki.
Mari kak..?, kata Ulfa.
54

Ya, mari..
Doni memandang kepergian Coki dan Ulfa, sambil geleng-geleng kepala.
Busyet tuh anak. Dikejar si kentang kecantol si Ulfa..
Tapi, belum tentu juga sih mereka bakal jadian, sela Holmes. Bisa saja
Ulfa hanya menganggap Coki sebagai teman. Tidak lebih
Tapi serius ini, tambah Doni. Kampus kita bakalan heboh kalo mereka
bener jadian. Bakalan banyak hater-hater bertebaran yang gak terima kenyataan.
Tahun ini memang tahun emasnya Coki. Sekian lama dikacangin,
akhirnya ada cewek yang berani ambil keputusan yang tidak populis buat
merapat ke Coki. Kemarin disenggol Shanti, sekarang gak nanggung-nanggung
malah dipepet Ulfa. Kaliber tinggi, cing. Secara Ulfa gitu lho? Mau cari pacar
yang kualitasnya empat kali lipat dari sobat kita, rasanya gak bakalan susah. Tapi
nemplok ke Coki? Gak masuk dipikiran gue kata Holmes.
Eh, kalian jangan gitu. Harusnya kita itu ikut seneng, kalo ada kawan
kita yang hepi. Sekaligus menunjukkan kepada semua orang, bahwa setiap orang
berhak untuk dicintai dan disayang oleh siapa saja. Tidak pilih-pilih. Tinggal
kitanya sendiri yang berusaha.. bela Edi Sadiman.
Iya sih. Kita berharap yang terbaik. Takutnya gak sesuai dengan
kenyataan
Makanya dukung terus perjuangan Coki dengan mengirim SMS
sebanyak-banyaknya, biar tidak tereliminasi, Edi ngebanyol.
Emangnya lo pikir reality show?

Ya, kita lihat aja nanti

55

BAGIAN
SEBELAS

Pucuk dicinta, ulampun tiba. Suatu kejutan yang tidak disangka-sangka


dan diluar perkiraan sebelumnya. Dipondok kosong dalam kebun kampus, jauh
dari lokasi kegiatan OSPEK, Coki bersama Ulfa. Mana sepi begini, nggak ada
orang. Pintar juga cewek satu ini memilih tempat dan suasana yang pas untuk
berdua-duaan. Ya.., hanya berdua.. tidak ada yang tahu. Apalagi kalau pas
Kakak sudah semester berapa?, Tanya Ulfa.
Eh.. anu.., baru semester empat, kok!, Coki belum bisa mengatasi rasa
nervousnya.
Dag dig dug getar jantung....
Gilaaa!!! Kenapa bisa jadi beginii!!
Semua kata-kata ...
Segala yang telah dirangkai dalam kerangka pikiran....
Buyarrrr.... byarr.byarrr.
Semrawut kesana kemari saat pandangan mata ini..
Bersiborok dengan pandangan mata beloknya..
Jadi tak tahu harus berbuat apa...
Saat senyuman manis itu menghiasi bibirnya yang tipis merah merona...
Mempesona..
Jadi inilah sosok yang secara keseluruhan telah membuat para cowok
dikampus ini jadi kebat-kebit hatinya.
Arrggggggh!!
Kepala ini jadi pusing...
Disini gimana sih kak?
Maksudnya yang gimana itu..., apanya? (mendadak lemot mode on)
Ya

...

itu..,

kampusnya..,
56

suasananya..,

orang-orangnya..mata

kuliahnya..., pokoknya yang begitu itu?


Oo..., yaa.., baik. Maksudnya ..., anu.., ehemmm..., Asyik-asyik gitu.
Kamu pasti bakalan betah. Nggak lama kamu pasti bisa beradaptasi dengan
lingkungan kampus ini.
Bahaya nih!
Coki mulai terjangkit sindrom hipokrit. Penyakit yang diderita para
oportunis, kutu loncat, para caper....
Selalu mengatakan yang baik-baik saja dengan menyembunyikan fakta
sesungguhnya demi tercapainya sebuah tujuan.
Eng.., kalau Ulfa, kesulitan dalam masalah kuliah, bolehkan Ulfa
minta tolong sama kakak..?
O, ya boleh dong? Saya pasti bantu. Cukup tepuk tangan dan sebut nama
saya tiga kali. Wusss!! Langsung deh saya muncul .
Ulfa tertawa.
Kayak jin dong?
Suasana yang semula kaku, mulai cair. Coki sudah bisa menyesuaikan
diri, bahkan sesekali melontarkan joke-joke segar, sehingga obrolan jadi nggak
garing. Terkadang Ulfa mencubit Coki, jika ada lelucon kawan kita bikin cewek
ini gemes.
Melihat Ulfa yang agresif, Coki makin berani. Mulai begini..., mulai
begitu..., jadinya, ya.. gitu deh...
Ehm rupanya tak sesulit yang diduga...
Mulanya dikira cewek ini bakalan marah, jika diperlakukan seperti itu.
Biasanya nih kalo cewek merasa dilecehkan dari segi apapun, keluar tuh jurus
dewa tabok. Ternyata....
Tapi kok, jadi gampangan gitu ya kesannya?

57

BAGIAN
DUA BELAS

Eh, itu ada orangnya, Bowo dari Sie Acara berseru saat Coki Lewat.
Selain ada Bowo, ada Andi Sutowo, Thoriq dan Akbar. Heri juga ada disitu.
Weiss, selamat ya Cok, Bowo menyalami Coki.
Selamat buat apaan?
Ah.., suka gitu deh. Gak usah belagak pilon lah! Kita-kita disini udah
pada tau kok!
Tau apaan? Serius nih, aku bener-bener gak tau apa yang elo omongin!
Alah Cok. Kita-kita udah pada tau kok, kalo elo jalan ama si Ulfa,
serobot Andi. Gosip-gosipnya elo malah udah jadian. Ada tuh yang lihat kalo
elo dua-duaan di kebun belakang. Mau ngeles apa lagi sekarang?
Cuma bengong........
Pokoknya gak ada yang bisa ditutup-tutupi deh disini. Cepet atau lambat
bakal tau juga, kata Bowo lagi.
Diam.....
Gila ya! Gak nyangka aja. Cowok-cowok yang ngiderin kan banyak, eh
kecantolnya ama elo
Cok, bagi-bagi dong tipsnya gimana. Kami mau dong kayak gitu!
celetuk Thoriq.
Heri yang dari tadi Cuma diam, tiba-tiba nyeletuk.
Tapi elo mesti tahu, kalo si Ulfa itu tipe cewek yang berselera tinggi.
Lihat aja penampilannya, cara bergaulnya, yakin elo bisa ngimbangin dia?
Ada nada sinis....
Coki terdiam....
Atau..., Heri mendekati Coki. Mungkin dia sebenarnya iseng aja ama
elo. Gak ada niat buat seriusan. Secara apa iya ada cewek yang yang naksir
58

kayak elo, apalagi sekelas Ulfa? Nggak yakin gue!


Makin lama kedua kepalan tangan Coki makin mengeras. Ingin di
hantamkan pada wajah yang menyebalkan yang ada di hadapannnya.
Namun di urungkan. Kalo dipikir-pikir apa manfaatnya coba?
Pelan-pelan emosinya diturunkan.
Coki tidak menjawab. Dia menatap Heri tajam. Lama sekali. Sementara
yang ditatap menepuk-nepuk bahu Coki, lalu meninggalkan tempat itu.
Kawan kita menghela napas panjang. Tampaknya persoalan ini bakal
menyulut permusuhan antara dia dan panitia tersadis itu.
Dari dalam aula, tampak terdengar suara Fairuz membacakan surat cinta
yang ditulisnya buat Fauzan Zandri, salah satu panitia. Pagi ini waktunya sesi
acara pembacaan surat cinta dari peserta yang ditujukan pada panitia yang
dipilih, sebelum siangnya acara terakhir dengan penyiraman peserta dengan air
kembang sebagai tanda resmi menjadi mahasiswa, dan malamnya acara
inaugurasi.

Yang maniess iyut kiyut


Kakak Fauzan
Di
mana aja

Salam muaach buat kakakku chayanx,


Ini udah dari kemaren adex mau omong-omong ciyus ama kakak.
Ngapa cie tiap ketemu jarang hello-hellooan
Sombong ya kakak nie?
Adex khan mo kenalan

Kakak ini gimana sie orangnya?


Gemes deh kalo ngeliat kakak lama-lama
Serasa bagaimana gitu..
59

Rasa di pok pok hati ini saat mendengar suara mu

Tapi jangan keseringan somse gitu dong


Aku kan jadi dongkol dongkol rindu
Ciyus lho kakak Virus pengen nembak....
Nembak dengan sepenuh hatiku
Agar menghujam kehatimu juga
Kita ngedate aja yuk?

Salam maniezz

Virus

Tawa riuh terdengar mengiringi pembacaan surat cinta yang kelihatan


serius dan puitis diawal-awalnya, tapi menggelikan pada akhirnya. Ya..,
sebenarnya penulisan surat cinta untuk senior tersebut, hanya bersifat hiburan
untuk melepaskan ketegangan. Kebanyakan juga surat-surat cinta yang dibuat
peserta jarang yang isinya serius., dan lebih banyak humornya.
Untuk sementara, Coki merasa terhibur dan melupakan peristiwa di toilet
tadi.

60

Untuk
Kakak Heri Mahroni
diTempat

Dear kakak,
Sudah lama aku merasakan ada getar yang aneh menelusup kedalam
hatiku. Entah kapan tepatnya. Mungkin sejak pertama Ospek dimulai.
Serasa ingin menyapa, tetapi entah mengapa ada ragu mendera. Apakah
memang seperti terlihatnya, atau ada yang tersembunyi diantaranya.
Tapi hati ini tak mungkin lagi menahan rasa. Untuk mengungkapkan
perasaan sayang yang membuncah kemana-kemana
Perasaan.......
Ah, malu mengatakan berulang kali...
Kakakku tersayang
Samakah perasaanku itu kepadaku sekarang?

Yang menanti

Ulfa

Coki tersenyum setelah Ulfa selesai membacakan surat cintanya. Dia


tahu surat itu bukan seperti kelihatannya. Dia merasa surat itu di tujukan pada
dirinya.

61

BAGIAN
TIGA BELAS

Akhirnya
Sepuluh hari sudah Ospek dilalui dengan segala dinamika dan romantisme
yang ada didalamnya.
Mungkin ada yang merasa hepi, mungkin ada yang merasa sebel,
mungkin..
Siang ini, kegiatan Ospek diakhiri dengan ritual mandi kembang, sebagai
aksi simbolik diterimanya mereka menjadi bagian dari keluarga besar Universitas
Harapan.
Sebelumya, mereka kudu berkeringat dan kotor-kotoran dulu melewati
segala macam halang rintang sebelum menuju tempat pemandian. Mirip seperti
aktivitas outbond gitu. Memanjat jaring, melewati titian balok, merayap dilumpur,
dan akhirnya... sampai juga ketujuan.
Satu per satu pada nyebur kedalam lima bak dari fiberglass, berisi air
dengan aroma yang unik, perpaduan antara bau comberan, kembang tujuh rupa,
kaporit dan bau bangkai tikus.
Hoekk!!
Bertambah lagi baunya, dari muntahan salah seorang peserta di bak nomor
3 dan 4, karena tak tahan akan bau yang tidak mengenakkan tadi. Beruntunglah
lima peserta terakhir dari enam puluh peserta, yang merasakan sensasi aroma
tersebut.
Saat dihadapkan pada bendera merah putih, pataka universitas dan pataka
fakultas-fakultas, ada rasa sesak didada. Haru mungkin. Kini mereka sudah
menyandang predikat mahasiswa Universitas Harapan.
Sudah jadi tradisi, malamnya bakal di adakan acara penutupan dan malam
62

inaugurasi. Seperti yang sudah-sudah, mulai dari kepanitiaan, konsep acara, ampe
dananya, semuanya ditimpakan kepada peserta yang baru menyandang sebagai
mahasiswa baru ini.
Konsep acaranya ya.., kayak tahun kemarin.

Skenarionya, pas acara

puncak akan ada penyalaan api unggun, berikut pembakaran atribut yang dipakai
peserta, sebagai simbol berakhirnya kegiatan OSPEK ini. Sesudahnya acara hepihepi.
Tapi Justino yang ditunjuk sebagai ketua pelaksana, ingin agar acaranya
agak dimodifikasi buat penyegaran. Dia tak ingin acara yang dipegang terlalu
mengekor sama pendahulunya, kecuali hal-hal yang baku.
Sejak jam tiga, dia tampak sibuk berkoordinasi kesana kemari, memonitor
setiap pekerjaan yang telah dilakukan. Beberapa truk tampak memasuki komplek
universitas, mengangkut peralatan yang dibutuhkan.
Lapangan bola disulap jadi arena api unggun. Kayu bakar sudah disusun
bertumpuk tumpuk di tengah. Area sudah disterilisasi dari kemungkinan hal-hal
yang bisa mengakibatkan bahaya kebakaran.
Truk-truk ternyata membawa peralatan panggung, seperti tenda, kursi,
lighting, buat dipasang didepan aula. Satu truk lagi datang terlambat, membawa
peralatan musik..
Busyett!!!
Nggak salah nih? Ternyata untuk hiburan, Justino memesan Bukit Asam
Band. Perlu diketahui ini Bukit Asam ini adalah band musik dengan bayaran
termahal di Muara Enim. Hanya level perusahaan sama orang berkantong tebal
yang mampu menyewanya. Dana dari hasil kumpul-kumpul para peserta Cuma
bisa buat ngadain acara pake hiburan standar, dengan menyewa organ tunggal
sekelas tarkam.
Pemilihan band musik, penataan panggung dan pencahayaan yang
tampaknya sekelas festival, menunjukkan bahwa acaranya digarap dengan serius.
Coki mulai menebak-nebak, siapa sebenarnya Justino itu? Dari awal bersama
gengnya, dia selalu bikin kejutan yang tak disangka-sangka.
Menjelang maghrib, persiapan sudah seratus persen. Tenda sudah
63

dipasang, kursi sudah disusun, lighting sudah oke , sound engineer Bukit Asam
sudah menyetel peralatannya.
Jam 7 teng!
Para undangan dibuat terkesan dengan penyambutan ala red carpet, waktu
memasuki lokasi. Masing masing di antar ketempat duduk masing-masing.
Yang hadir rektor universitas, dekan-dekan fakultas, beberapa dosen, pejabat
pemerintahan, tokoh masyarakat dan media massa. Mereka silau melihat
kemegahan penataan panggung tempat mereka berada.
Uppss...
Siapa yang rombongan muncul paling akhir?
Ternyata yang datang adalah petinggi BEM yang sering dijuluki Mafia
Serasan.
Kejutan lagi!!
Tidak biasanya mereka hadir dalam acara seperti ini. Apalagi dalam
formasi lengkap. Biasanya cukup wakil dari divisi dibawahnya yang datang.
Acara dimulai dengan(lagi-lagi) seremonial yang menyebalkan. Sambutan
dari petinggi universitas, sambutan dari anu, sambutan dari ini...
Membosankan...,
Kayak copy paste dari tahun-tahun sebelumnya, karena emang itu itu aja
yang di omongin.
Saya harap..., semuanya bisa menahan diri. Jika ada apa-apa, bisa
dimusyawarahkan secara baik-baik. Bukannya malah bikin statemen tidak perlu
diluaran. Persoalan kecil harusnya jangan dibesar-besarkan, karena dampaknya
bisa mempengaruhi citra universitas.
Tampaknya rektor sedang menyinggung masalah yang timbul belakangan
ini, sebagai imbas sikap kontra sebagian peserta Ospek terhadap implementasi
Ospek yang menyimpang dari konsep dasar.
Ospek tahun-tahun yang lalu sih juga ada resistensi. Tapi masih mampu
diredam gejolaknya, hingga tidak terkuak kemana-mana. Tahun ini, panitia kena
batunya.
Pelan-pelan gelembung persoalan itu ditiup kepermukaan, digiring kesana
64

kemari biar menarik perhatian. Dan ketika tiba waktunya......


Efek ledakannya luar biasa.
Ulfa makin populer. Photo dia pas pingsan wara-wiri nampang diberbagai
sosial media, dengan tagline bernada provokotif. Rektorpun mengkoleksinya dan
itu dipamerin sama undangan, terkhusus kepada oknum yang bertanggung jawab
memblow up hal ini kepermukaan.
Dari matanya yang cekung, rupanya bapak ini kerepotan siang malam
menghadapi respon-respon negatif dari followernya. Belum lagi telepon dari
pihak-pihak yang ingin mengklarifikasi persoalan ini.
SafrudinHendaknya kita bersama-sama mempertahankan tatanan nilai yang sudah
ada. Terbukti solid dan telah teruji. Masukan dari luar bisa dilakukan tapi dalam
kerang memperkokoh lagi yang sudah ada. Bukan untuk membuat tatanan nilai
baru lagi. Tentu butuh waktu lama lagi buat beradaptasi dalam menerima hal yang
baru.
Statemen Safrudin erat kaitannya dengan pemilihan Presiden Mahasiswa
enam bulan lagi. Pernyataannya ingin menegaskan pada konstituen, tentang
ambisinya mempertahankan hegemoni kekuasaan yang dipegangnya. Dia.., juga
lainnya, tidak akan rela tampuk kekuasaannya di ambil alih.
Sebuah pesan terselubung juga pada konstituen, agar mereka tetap satu
barisan dengan rezim sekarang.
Oh, rupanya ini semua tentang kekuasaan. Jika bukan tentang kekuasaan,
ngapain Safrudin dan kawan-kawannya mau menampakkan hidungnya?
Suasana terasa kental nuansa persaingan perebutan pengaruh, saat ketua
pelaksana Inaugurasi, Justino, menyampaikan sambutannya.
Justino: Hendaknya kita mencoba suatu sudut pandang yang berbeda yag
kita harapkan lebih baik dari sudut pandang yang lama. Tatanan yang sudah lama
bukan berarti tidak memiliki persfektif yang positif, tapi jika ada tatanan atau
persfektif yang lebih efektif dan efisien, kenapa tidak?
Saya percaya itu bukan suatu hal yang tidak mungkin, tapi merupakan
sebuah keniscayaan. Kita sudah melewati serangkaian kegiatan yang sudah kita
65

jalani belakangan, yaitu Ospek, dan kita sudah membuktikan bahwa..., eh...,
bukan suatu hal yang tidak mungkin, jika..., suatu persfektif baru yang ditawarkan
bisa berjalan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Jadi, bagaimana? Beranikah kita memulainya?
Dan genderang pertarunganpun sudah ditabuh!
Dan begitulah saudara-saudara! Hampir setengah acara di isi sambutansambutan. Mantan peserta Ospek sudah menunjukkan gejala tidak sabar.
Cepetan deh ngomongnya! Sudah bete ngedenger segala macam omong
kosong . Kami mau hepi-hepi nih! Print memory aja deh!
Saat pemberian penghargaan buat panitia versi peserta, ada tiga kategori
penilaian, yaitu Terbaik, Terfavorit, dan Tersadis. Taufik Hidayat mendapat award
Panitia Terbaik karena kapasitasnya selaku ketua yang memang ingin agar
kegiatan yang digawanginya berjalan baik dan sukses, Awam Febrizal sebagai
Panitia Terfavorit karena wajah cutenya digilai peserta cewek, dan Panitia
Tersadis tetap dipegang oleh Heri Mahroni. Entah sampai kapan predikat itu
melekat padanya.
Taufik Hidayat menutup OSPEK secara resmi dengan menyalakan api
unggun, diikuti peserta yang menyanyikan Lagu Nasional Syukur, sambil
mengelilingi api unggun. Mereka membakar atribut yang dipakai selama
penyelenggaraan kegiatan(kecuali pakaian, he..he..) dalam kobaran api itu.
Klik !
Saatnya hiburan dimulai. Pemain musik memainkan

Biduan beraksi.

Serentak semua peserta berhamburan keaula. Semuanya bergoyang mengikuti


irama dangdut koplo.
Coki kaget saat Ulfa menarik tangannya untuk ikut larut dalam
kegembiraan ini. Suasana jadi syahdu saat lagu Going Home dimainkan.
Ah..., lagu itu memang favorit, dan akan selalu dikenang. Kenny G
memang pintar dalam menciptakan lagu romantis. Semuanya berdansa dengan
pasangan masing-masing. Ulfa makin mengeratkan pelukannya ketubuh Coki,
sepanjang lagu mengalun. Tak ada kata yang terucap dan memang tak perlu kata,
untuk mengungkapkan perasaan hati. Hanya bahasa tubuh yang mengisyaratkan,
66

bahwa ada getar yang merasuk didada mereka.


Bulan purnama muncul menampakkan dirinya dibalik awan. Sebenarnya
udah dua hari bulan dalam keadaan sempurna penuh ini. Tapi, bagi Coki bulan
purnama malam ini serasa lain, karena ada Ulfa dalam pelukannya saat keindahan
pancaran sinarnya yang lembut itu dinikmati.
Sementara itu dari kejauhan Santi melihat kemesraan Coki dan Ulfa
dengan hati terluka.
****

Jreng...jreng...jreng...
Udahan dulu ya? Nanti kita sambung lagi ceritanya di jilid dua. Terus
pantau, bro
Selesai

67

Anda mungkin juga menyukai