Anda di halaman 1dari 36

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

WALK THRU SURVEY


MARET 2016

ASPEK K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) PADA


PETUGAS INSTALASI GIZI DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL
MAKASSAR

OLEH:
Muhammad Mursyid

1102100055

Nur Shadrina SY

1102090148

Ninik Solikah

1102080044

PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, SpOK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat


pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan
sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau
lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh
bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif, higine, penyesuaian faktor manusia
terhadap pekerjaannya dan sebagainya.1
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila
didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
kerja. Lingkungan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang
sehat dan produktif antara lain: suhu ruangan yang nyaman, penerangan
atau pencahayaan yang cukup, bebas dari debu, sikap badan yang baik,
alat-alat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh atau anggotanya
(ergonomic ) dan sebagainya. 1
Dasar hukum sistem managemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) tercantum dalam undang-undang keselamatan kerja no.1 tahun
1970 tentang keselamatan kerja. Dalam undang-undang no.23 tahun 1992

tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa K3 harus diselenggarakan di


semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit sepuluh orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas
maka jelaslah rumah sakit, termasuk kedalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja dirumah sakit,
tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit sehingga sudah
seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan upaya-upaya K3 di
rumah sakit. Instalasi gizi merupakan bagian dari rumah sakit yang
mempunyai resiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa
resiko bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit.2
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan dan meminimalisirkan dan bila mungkin meniadakannya.
Oleh karena itu perlu diadakannya sistem K3 di instalasi gizi agar
penyelenggaraan K3 tersebut lebih efektif, efisien dan terpadu.
1.2.

Tujuan
A. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) pada petugas instalasi gizi di Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar.
B. Tujuan Khusus
i.
Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas
ii.

instalasi gizi.
Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat

iii.

mengganggu kesehatan petugas instalasi gizi.


Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri (APD) yang

iv.

digunakan petugas instalasi gizi.


Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K) di tempat kerja petugas instalasi gizi.

v.

Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan


sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada

vi.

petugas instalasi gizi.


Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan rumah sakit Islam

vii.

Faisal tentang K3 di tempat kerja.


Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang

viii.

berhubungan dengan pekerjaan pada petugas instalasi gizi.


Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya
penyuluhan, pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan

ix.
x.

tentang hazard yang pernah diadakan).


Untuk mengetahui konstruksi bangunan instalasi gizi
Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan kebakaran di
instalasi gizi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungannya.1

Keselamatan kesehatan kerja adalah merupakan multidisplin ilmu yang


terfokus pada penerapan prinsip alamiah dalam memahami adanya risiko
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia dalam lingkungan
industri ataupun lingkungan diluar industri, selain itu keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan profesionalisme dari berbagai disiplin ilmu yaitu
fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku yang diaplikasikan dalam manufaktur,
transportasi, penyimpanan dan penanganan bahan berbahaya.3
Program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan
melindungi

keselamatan

serta meningkatkan produktifitas pekerja,

pasien,

pengunjung,

dan

masyarakat

serta

lingkungan sekitar rumah sakit.3


2.2 Petugas Instalasi Gizi
A. Faktor Hazard
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja dapat berupa
kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatur ekstrim. Faktor-faktor ini
penting diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap
kesehatan pekerja dapat berlangsung dengan segera maupun secara
kumulatif. Faktor-faktor yang membahayakan pekerja (faktor hazard)
perlu dijelaskan kesan-kesan penggunaannya. Faktor hazard bisa
didapatkan dari kotoran pada cucian alat-alat makan atau di tempat
bertugas. Faktor tersebut bisa dibagi menjadi beberapa faktor yakni faktor
biologi (debu dari tempat tugasan yang mengandung virus, sisa-sisa
makanan), faktor fisik (suhu panas), faktor kimia (detergen, bahan
masakan) dan faktor ergonomic (posisi kerja berdiri selama proses kerja
sampai selesai). 4
B. Alat Kerja
Pada umumnya, instalasi gizi di rumah sakit digunakan untuk
membuat dan menyediakan makanan, mencuci alat-alat makanan yang
sudah dipakai oleh pasien rumah sakit. Beberapa bahan kimia

dipergunakan juga dalam pengolahan makanan, misalnya untuk pembersih,


pengawet ataupun pemberantas hama/tikus.4
Alat-alat yang digunakan adalah pisau, kompor, oven, gas,
peralatan makan dan sebagainya.
C. Alat Pelindung
Alat pelindung diri yang digunakan di dapur yaitu perlengkapan
pakaian yang ditentukan dan penggunaan sarung tangan pada waktu
tertentu. Penggunaan pakaian / seragam ini memang terkesan sederhana,
namum memiliki fungsi yang sangat penting dalam melindungi diri selama
melaksanakan kegiatan di dapur. Adapun perlengkapan tersebut adalah
sebagai berikut :5
a. Topi
Topi juru masak berbentuk silinder, lurus ke atas dan bagian
atasnya tidak tertutup sehingga sirkulasi udara dapat terjadi dengan
baik untuk mencegah kerontokan rambut. Topi juga berfungsi untuk
mencegah keringat agar tidak sampai jatuh ke makanan.

b.

Kacu (necktie)
Kacu terbuat dari kain yang tipis berbentuk segitiga sama kaki
dengan panjang 90-100 cm. Fungsinya adalah untuk mengisap
keringat yang timbul di daerah muka dan leher sehingga tidak jatuh
kedalam makanan yang sedang diolah.

c.

Kemeja (jacket)
Kemeja juru masak dibuat berlengan panjang, bagian dada
dibuat berlapis dua serta memiliki double breasted. Tujuannya adalah

untuk melindungi bagian dada dari panas api dan makanan yang
menyirami tubuh dan melindungi tangan dari barang panas.
d.

Celemek (apron)
Tujuan utama penggunaan apron adalah untuk melindungi tubuh
bagian bawah dari cairan seperti air, kaldu, atau saus panas yang
mungkin menyiram.

e.

Lap (towel)
Berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti
panci dan oven.

f.

Sarung tangan (hand gloves)


Sarung tangan dibutuhkan dalam proses pengolahan makanan
agar tangan dan makanan tetap hygiene atau bersih sehingga
mencegah penyebaran bakteri berbahaya.

g.

Masker (mask)
Berfungsi untuk mencegah terhirupnya bau yang menusuk
hidung, bersin dan penularan penyakit atau bakteri sehingga makanan
yang diolah tetap hygiene.

D. Kesediaan Obat P3K


Kotak pertolongan pertama kecelakaan (P3K) seharusnya wajib
dimiliki di setiap tempat pekerjaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam
keadaan darurat ataupun kecelakaan. Tujuan dari P3K adalah untuk
menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian, mencegah cacat yang
lebih berat dan menunjang penyembuhan.6
E. Pemeriksaan Kesehatan
Rumah sakit harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus
oleh dokter yang telah memiliki sertifikasi. 7

Pemeriksaan

kesehatan

sebelum

kerja

dilakukan

supaya

memastikan pekerja sehat secara fisik dan mental untuk melakukan


pekerjaannya serta tidak menderita penyakit menular yang dapat
mempengaruhi pekerja lain. Pemeriksaan sebelum bekerja meliputi
pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.7
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh dokter sekurang-kurangnya
setahun sekali.
Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan oleh dokter untuk pekerja
tertentu yang melakukan pekerjaan dengan resiko-resiko tertentu.
Pemeriksaan kesehatan khusus juga dilakukan kalau pekerja mengeluh
tentang masalah kesehatan yang mereka derita.7
F. Peraturan Pimpinan Rumah Sakit Tentang K3
Sistem management K3 adalah bagian dari sistem manajemen yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, prosedur, sumber
daya, dan tanggungjawab organisasi. Tujuan dari sistem manajemen K3
RS adalah menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat supaya tenaga
kerja produktif disamping dalam rangka akreditasi rumah sakit itu
sendiri. Prinsip yang digunakan dalam sistem manajemen K3 adalah
AREC (Anticipation, Recognition, Evaluation dan Control) dari metode
kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja.7
G. Keluhan atau Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan
tersebut.
Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap
kesehatan petugas tersebut. Pada petugas instalasi gizi di rumah sakit,
terdapat beberapa kecelakaan yang perlu diwaspadai, antara lain :5
a. Luka bakar akibat terkena uap panas atau api : Di dapur, terdapat dua
macam penyebab luka karena panas. Pertama burn disebabkan oleh
panas yang kering misalnya pan yang panas, oven, dan sebagainya.
Sedangkan scald disebabkan oleh panas yang basah misalnya air

panas dan uap panas. Keduanya bisa menimbulkan akibat yang serius
dan menimbulkan rasa sakit.
b. Luka tergores atau terpotong benda tajam : Menjalankan dan
mengikuti peraturan yang diarahkan bagi keselamatan bersama
adalah tugas semua orang. Dengan demikian, kecelakaan bisa
dihindari atau paling tidak ditekankan seminimal mungkin agar
waktu dan jam kerja tidak terganggu
c. Kecelakaan karena gas : Gas yang dipergunakan sebagai bahan bakar
adalah gas elpiji (LPG) yaitu gas buatan yang tidak berwarna, tetapi
diberi ban yang spesifik sehingga mudah dikenal bila terjadi
kebocoran. Ledakan gas terjadi apabila ada gas terkumpul dalam
suatu ruangan, tidak terbakar, dan tiba-tiba ada panas yang
mempengaruhi ruangan tersebut. Panas yang menyambar gas akan
menyebabkan tekanan udara dalam ruang tersebut bertambah ringgi
dan akhirnya timbul ledakan
d. Kecelakan karena arus listrik : Suatu alat mungkin sudah dirancang
dan dipasang sedemikian rupa sehingga aman bagi pemakai. Namun,
karena suatu keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat
tersebut mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut sering
menimbulkan kaget, shock, gerak refleks ataupun kecelakaan yang
fatal.
e. Kecelakaan

karena

bahan

kimia

Beberapa

bahan

kimia

dipergunakan juga dalam pengolahan makanan, misalnya untuk


pembersih, pengawet ataupun pemberantas hama/tikus.
f. Kebakaran : Kebakaran di dapur rentan terjadi karena sikap manusia
itu sendiri, disamping pengawasan yang kurang terhadap penggunaan
peralatan atau barang yang dapat menimbulkan api, misalnya alat
g.

pemanas, peralatan listrik, puntung rokok, dan ledakan gas.


Terpeleset atau terjatuh : Terpeleset atau terjatuh dapat menimbulkan
sesuatu yang fatal, misalnya jika kepala atau bagian badan yang lain
terbentur sesuatu. Terpeleset terjadi karena beberapa hal, yaitu karena
keseimbangan yang kurang, lantai yang licin atau yang jauh lebih

penting, mungkin sepatu atau alas kaki pekerja yang tidak sesuai
dengan apa yang diinjak.
H. Upaya K3 lain yang Dijalankan
Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap
rumah sakit karena menurut penelitian insiden terjadinya kecelakaan saat
bekerja mulai meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus
dijelaskan mengenai K3. Dengan itu, pihak rumah sakit harus aktif
melakukan training kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit ini
kepada petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak rumah sakit
perlu melakukan evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan perilaku
pekerja terhadap aspek K3.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Cara
A. Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di
buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan yang
menjadi tujuan survei ini dilakukan. Pada survei ini, informasi yang
diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang
digunakan, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat P3K di
tempat kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan
pimpinan tentang K3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan
upaya K3 lainnya yang dijalankan kepada petugas instalasi gizi di rumah
sakit Islam Faisal.

10

B. Cara
Cara yang digunakan adalah Walk through survey. Teknik Walk
through survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk
melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang
manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan
survei, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat
timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan walk
through survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan
bahaya terhadap pekerja dalam walk through survey memerlukan informasi
tentang bahan mentah dan bahan kimia tambahan yang digunakan, proses
kerja dan operasi, produk akhir dan produk sampingan yang dihasilkan.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan
monitoring survei untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau
kesehatan okupasi mengenai risk assessment.
Walk through survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses
produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu,
mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami
pekerjaan dan tugas-tugas pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi
bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di tempat kerja atau pada
petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan
mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.
3.2 Jadwal Survei
Tempat survei akan dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal dan
waktu penelitian adalah mulai tanggal 09 Februari hingga 13 Februari
2016.

11

No
.

Tanggal

Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Islam Faisal
- Pengarahan kegiatan

1.

28 Maret 2016

- Penyusunan tinjauan pustaka


- Penyusunan proposal

2.

29 Maret 2016

- Pemeriksaan proposal
- Walk through survey
- Penyusunan laporan walk through survey

3.

30 Maret 2016
- Walk through survey

4.

31 Maret 2016

- Penyusunan laporan walk through survey


- Presentasi laporan Walk Through Survey

BAGAN ALUR KEGIATAN PETUGAS INSTALASI GIZI


Alur kegiatan pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian makanan dapat
digambarkan sebagai berikut:

12

Bagan 1. Alur kegiatan pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian makanan di


Rumah Sakit Islam Faisal Makassar.

BAB IV
PEMBAHASAN HASIL
4.1 Hazard dalam Masing-Masing Ruangan
a. Ruang pengumpulan bahan makanan

13

Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
ruang pengumpulan bahan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal
dari segi fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan mesinmesin dapur yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air dan
mesin pompa air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu
bermakna karena penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu
lampu saja. Kemudian, pada faktor fibrasi tidak tampak adanya resiko sebab
petugas yang mengumpulkan bahan makanan cukup jarang menggunakan blender
untuk bekerja. Terakhir, faktor temperatur memiliki potensi yang cukup berbahaya
karena tempat pengumpulan bahan makanan berdekatan dengan area memasak
yang cukup panas sehingga udara ditempat pengumpulan bahan makanan relatif
panas dibanding ruangan yang lain.
Selanjutnya dari faktor kimia, adanya kemungkinan zat-zat pestisida yang
ditemukan pada bahan makanan yang merupakan residu bahan kimia pada
pertanian, serta penggunaan gas elpiji saat memasak menjadi faktor pada gas
kimia. Dari segi faktor biologik, tidak menutup kemungkinan adanya jangkitan
kuman yang berada pada bahan makanan mentah (air, ikan, daging dan sayuran)
memiliki potensi yang cukup berbahaya. Dari segi ergonomik, pekerja umumnya
menggunakan postur yang salah saat mengangkat beban dari bahan-bahan mentah
tersebut untuk di sortir. Faktor psikososial, adanya pekerjaan yang berulang, kerja
bergilir, kerja berlebih serta gaji yang kurang menjadi faktor psikososial yang
menyebabkan pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah stres dalam
bekerja. Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai yang licin
karena lantai terbuat dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi pekerja
instalasi gizi untuk terpeleset saat bekerja.
b.Ruang pembersihan alat dan bahan makanan
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
bagian pembersihan alat dan bahan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam
Faisal dari segi fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan

14

mesin-mesin dapur yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air
dan mesin pompa air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu
bermakna karena penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu
lampu saja. Kemudian, pada faktor fibrasi tidak tampak adanya resiko sebab
petugas yang membersihkan alat dan bahan makanan cukup jarang menggunakan
blender untuk bekerja. Terakhir, faktor temperatur memiliki potensi yang cukup
berbahaya karena tempat pembersihan alat dan bahan makanan berdekatan dengan
area memasak yang cukup panas sehingga udara ditempat pembersihan alat dan
bahan makanan relatif panas dibanding ruangan yang lain.
Selanjutnya dari faktor kimia, adanya kemungkinan zat-zat pestisida yang
ditemukan pada bahan makanan yang dicuci merupakan residu dari bahan kimia
pada pertanian. Selain itu, penggunaan detergen pada proses pembersihan alat
memasak dapat menjadi faktor bahaya bagi kulit pekerja (iritasi kulit). Dari segi
faktor biologik, tidak menutup kemungkinan adanya jangkitan kuman yang berada
pada bahan makanan mentah saat dicuci (ikan, daging dan sayuran) sehingga
memiliki potensi yang cukup berbahaya untuk terjadinya infeksi. Dari segi
ergonomik, pekerja umumnya menggunakan postur yang salah saat mencuci alat
dan bahan makanan, serta mengangkat beban dari alat dan bahan makanan yang
dicuci. Faktor psikososial berupa adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih serta gaji yang kurang menjadi faktor psikososial yang
menyebabkan pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah stres dalam
bekerja. Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai yang licin
karena lantai terbuat dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi pekerja
instalasi gizi terutama pembersih alat dan makanan untuk terpeleset saat bekerja.
c. Ruang pengolahan bahan makanan (Memasak)
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
bagian pengolahan bahan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal dari
segi fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan mesin-mesin
dapur yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air dan mesin

15

pompa air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu bermakna
karena penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu lampu
saja. Kemudian, pada faktor fibrasi tampak adanya resiko sebab petugas yang
mengolah bahan makanan sangat sering menggunakan blender untuk bekerja
sehingga lebih rentan terjadinya gangguan pada bagian tangan pekerja. Terakhir,
faktor temperatur memiliki potensi yang berbahaya karena pekerja yang mengolah
bahan makanan berada di area memasak yang cukup panas (4 kompor) sehingga
udara ditempat tersebut relatif panas dibanding ruangan yang lain. Selain itu,
adanya kipas penghisap yang hanya ada satu buah tidak cukup untuk
mengeluarkan seluruh uap panas diruangan pengolahan makanan yang memiliki 4
kompor gas. Kondisi saat memasak juga dapat berpotensi bahaya karena dapat
menyebabkan luka bakar akibat tumpahan air panas, minyak panas dan jilatan api
itu sendiri.
Selanjutnya dari faktor kimia, pekerja yang mengolah makanan sering
terpapar dengan gas elpiji saat memasak, sehingga pekerja selalu menghirup gas
dari elpiji tersebut. Dari segi faktor biologik, tidak menutup kemungkinan adanya
jangkitan kuman yang berada pada bahan makanan yang akan dimasak serta
adanya ventilasi yang kurang dan lembab sehingga memiliki potensi yang cukup
berbahaya untuk terjadinya infeksi. Dari segi ergonomik, pekerja umumnya
menggunakan postur yang salah (berdiri) saat memasak dan mengangkat beban
dari makanan yang telah dimasak. Kondisi ini mengakibatkan seringnya pekerja
mengalami nyeri pada punggung dan lelah saat bekerja. Faktor psikososial berupa
adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, kerja berlebih serta gaji yang
kurang menjadi faktor psikososial yang menyebabkan pekerja merasa tidak puas
dan cenderung kearah stres dalam bekerja. Faktor lingkungan yang cukup
berpengaruh adalah lantai yang licin karena lantai terbuat dari tehel halus,
sehingga sangat berpotensi bagi pekerja instalasi gizi terutama pengolah makanan
untuk terpeleset saat bekerja. Selain lantai yang licin, penggunaan benda tajam
seperti pisau juga dapat menjadi potensi terjadinya luka saat memotong-motong
bahan makanan.

16

d.Ruang penyajian makanan


Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
bagian penyajian makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal dari segi
fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan mesin-mesin dapur
yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air dan mesin pompa
air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu bermakna karena
penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu lampu saja.
Kemudian, pada faktor fibrasi tidak tampak adanya resiko sebab petugas yang
menyajikan makanan cukup jarang menggunakan blender untuk bekerja. Terakhir,
faktor temperatur memiliki potensi yang berbahaya karena pekerja yang
menyajikan makanan dapat berpotensi bahaya karena dapat menyebabkan luka
bakar akibat tumpahan air panas dan minyak panas. Untuk suhu didalam ruangan,
penyaji makanan berada dalam kondisi yang tidak begitu panas karena dalam
ruangan penyajian makanan terdapat AC yang befungsi untuk menyejukkan
ruangan.
Selanjutnya dari faktor kimia, pekerja yang meyajikan makanan cukup
jarang terpapar dengan gas elpiji saat pekerja yang mengolah makanan sementara
memasak diruangan yang lain. Dari segi faktor biologik, tidak menutup
kemungkinan adanya jangkitan virus dan kuman karena adanya ventilasi yang
kurang dan lembab sehingga memiliki potensi yang cukup berbahaya untuk
terjadinya infeksi. Dari segi ergonomik, pekerja umumnya menggunakan postur
yang salah (berdiri) dalam waktu yang lama saat menyajikan makanan dan
mengangkat beban dari makanan yang telah disajikan. Kondisi ini mengakibatkan
seringnya pekerja mengalami nyeri pada punggung dan lelah saat bekerja. Faktor
psikososial berupa adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, kerja berlebih
pegawai yang jumlahnya sedikit, serta gaji yang kurang menjadi faktor
psikososial yang menyebabkan pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah
stres dalam bekerja. Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai
yang licin karena lantai terbuat dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi
pekerja instalasi gizi terutama pengolah makanan untuk terpeleset saat bekerja.
17

e. Pendistribusian makanan
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas yang
mendistribusikan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal dari segi
faktor fisik yaitu faktor bising tidak begitu ditemukan adanya potensi berbahaya
karena pekerja berada cukup jauh dari daerah pengolahan dan pembersihan
makanan. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu bermakna.
Kemudian, pada faktor fibrasi tampak adanya resiko sebab petugas yang
mendistribusikan makanan menggunakan brankar makanan yang didorong untuk
bekerja. Hal ini dapat menyebabkan getaran diseluruh tubuh saat mendorong
brankar makanan seberat kurang lebih 20 kg tersebut. Terakhir, faktor temperatur
tidak begitu memiliki potensi yang cukup berbahaya karena makanan yang akan
dibagikan tidak dalam kondisi yang panas, sehingga apabila terkena dikulit, resiko
untuk terjadinya sakit sangat kurang.
Selanjutnya dari faktor kimia, tidak tampak adanya potensi yang cukup
berbahaya sehingga potensi terjadinya iritasi dan gangguan pada kulit sangat
minimal. Dari segi faktor biologik, tampak adanya resiko yang cukup berbahaya
karena pendistribusi makanan akan berinteraksi langsung dengan pasien-pasien
diperawatan, dan selanjutnya pendistribusi makanan jugalah yang akan
mengambil kembali peralatan dan sisa makanan yang dipakai untuk nantinya
dibersihkan sehingga mereka lebih rentan terinfeksi. Dari segi ergonomik, pekerja
umumnya menggunakan postur yang salah saat mengangkat beban dan
mendorong brankar makanan. Posisi yang salah tersebut akan meningkatkan
resiko terjadinya musculoskeletal disorder karena brankar yang dirorong tersebut
cukup berat dan harus didorong di 6 ruangan yang berbeda. Faktor psikososial,
adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, jumlah pekerja yang sedikit, kerja
berlebih serta gaji yang kurang menjadi faktor psikososial yang menyebabkan
pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah stres dalam bekerja. Faktor
lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai yang licin karena lantai terbuat
dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi pekerja instalasi gizi untuk
terpeleset saat bekerja.
18

4.2 Alat Pelindung Diri yang Digunakan oleh Petugas Instalasi Gizi
Walaupun tidak begitu lengkap (tanpa masker, google, sarung tangan dan
sepatu boots) alat pelindung diri yang digunakan di instalasi gizi Rumah Sakit
Islam Faisal, yaitu pakaian yang terkesan cukup sederhana, namum memiliki
fungsi yang sangat penting dalam melindungi diri selama melaksanakan kegiatan
di dapur. Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Topi berfungsi untuk mencegah keringat agar tidak sampai jatuh ke
makanan.
2. Kemeja juru masak dibuat berlengan panjang, bagian dada dibuat
berlapis dua serta memiliki double breasted. Tujuannya adalah untuk
melindungi bagian dada dari panas api dan makanan yang menyirami
tubuh dan melindungi tangan dari barang panas.
3. Celemek untuk melindungi tubuh bagian bawah dari cairan seperti air,
kaldu, atau sauce panas yang mungkin menyiram.
4. Lap berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti
panci.

4.3 Ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas dapur di instalasi gizi
Rumah Sakit Islam Faisal
Pada bagian Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Faisal, terdapat kotak P3K
yang akan digunakan dalam kondisi darurat dan berisi kasa steril terbungkus,
plester, kapas, perban, mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai,
masker, bidai, pinset, lampu senter, sabun, aquades, povidon iodin, alkohol 70%,
dan buku panduan P3K umum.
4.4 Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan Rumah
Sakit Islam Faisal
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit termasuk

19

tenaga kerja di instalasi gizi, ada berbagai macam cara yang dilakukan salah
satunya yaitu pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan awal (sebelum awal masuk bekerja),
pemeriksaan berkala (setiap 1 bulan) dan pemeriksaan berkala khusus
(pemeriksaan kesehatan diwaktu lain apabila pekerja mengalami gangguan
kesehatan).

DAFTAR PUSTAKA
1. Amarudin.

Pengawasan

Kesehatan

dan

Lingkungan

Kerja.

2006

[cited;Availablefrom:http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/0
3/kesehatan-kerja-1.ppt
2. Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2006.
3. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3-IFRS). Jakarta; 2009.
4. Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah
Sakit

(Study

Kasus

Pengelolaan

Penyakit

Akibat

Kerja).

2011[cited;Availablefrom:http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?
s_title=dermatitis-kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumahsakit&user_login=hengkiferdianto.
20

5. Alifah.

Penyuluhan

K3

Instalasi

Gizi.

2012

[cited;Availablefrom:https://www.scribd.com/doc/177300643/Penyuluh-k3Instalasi-Gizi#download]
6. Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3). 2010
[cited;

Available

from:

http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-by-mrishaq-pd-21-sept-2012.pptx
7. RSS. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3). 2012 [cited;
Available from: http://aneukngupi.wordpress.com/2012/11/29/sistem-k3-diinstalasi-laundry-rs-kesmas-stase-k3/

LAMPIRAN
CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI DAPUR RS ISLAM FAISAL

Bagian

: Pengumpulan bahan makanan

Hari/ Tanggal: Selasa, 29 Maret 2016


No Checklist
1
Faktor lingkungan kerja
Lantai licin

Ya

Tidak

Uap panas
Ventilasi yang sangat kurang

Ruang kurang pencahayaan

Tidak ada pendingin

21

2.

Faktor kimia
Jenis bahan
Cairan sabun cuci piring

Uap dari asap makanan

Gas kompor gas

Padat dari bahan masakan seperti terigu, debu

dalam ruangan

Pestisida dari makanan mentah


Jalan masuk
Inhalasiudara pengap akibat tidak ada ventilasi

Terlalu lama terpajan sabun dan air sehingga


menimbulkan iritasi kulit
3.

Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok

akibat tidak ada bangku


Mendorong troli makanan yang beratnya lebih

20kg ke 5 perawatan di RS Islam Faisal


Mengangkat bahan masakan yang berat setiap hari

Pekerjaan yang memerlukan pergerakan tangan

yang berulang seperti memotong bahan masakan,


mengaduk bahan masakan
Peralatan yang digunakan berat dan besar seperti
4.

baskom
Faktor fisik
Bising: - bunyi kompor gas, mesin air, mesin

pemanas air, blender berintensitas tinggi dalam


jangka lama lebih 2 jam setiap hari
Suhu tinggi : kompor gas yang banyak suhu > 55oc

Peralatan : kompor gas, alat memasak, benda tajam

(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender
Suhu : uap panas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan
5.

panas
Faktor biologi

22

bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan


6.

yang tidak ada ventilasi dan lembap


Faktor psikososial
jam kerja yang agak lama

jumlah karyawan yang kurang

stress beban kerja yang berat, setiap karyawan

mengerjakan semua pekerjaan dalam satu masa

pekerjaan yang banyak dan membebankan

karyawan dalam kondisi lingkungan kerja yang


tidak mendukung

CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI DAPUR RS ISLAM FAISAL

Bagian

: Pembersihan Bahan dan Alat Makan

Hari/ Tanggal: Selasa, 29 Maret 2016


Hazard Umum Pada Karyawan Di Dapur RS Islam Faisal
No Checklist
1
Faktor lingkungan kerja
lantai licin

Ya

Tidak

uap panas
ventilasi yang sangat kurang

ruang kurang pencahayaan

tidak ada pendingin

23

2.

Faktor kimia
Jenis bahan
Cairan sabun cuci piring

Uap dari asap makanan

Gas kompor gas

Padat dari bahan masakan seperti terigu, debu dalam

ruangan
Jalan masuk

Inhalasiudara pengap akibat tidak ada ventilasi

Terlalu lama terpajan sabun dan air sehingga


menimbulkan iritasi kulit
3.

Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat tidak

ada bangku

Mendorong troli makanan yang beratnya lebih 20kg ke 5


lantai di RS Islam Faisal

Mengangkat bahan masakan yang berat setiap hari

Pekerjaan yang memerlukan pergerakan tangan yang


berulang seperti memotong bahan masakan, mengaduk
bahan masakan
4.

Alatan yang digunakan berat dan besar seperti baskom


Faktor fisik
Bising: - bunyi kompor gas, blender berintensitas tinggi

dalam jangka lama lebih 2 jam setiap hari


Suhu tinggi : kompor gas yang banyak suhu > 55oc

Peralatan : kompor gas, alat memasak, benda tajam

(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
Suhu : uappanas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan panas
5.

Faktor biologi
Bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan yang

tidak ada ventilasi dan lembap

24

6.

Faktor psikososial
jam kerja yang agak lama

jumlah karyawan yang kurang

stress beban kerja yang berat, setiap karyawan

mengerjakan semua pekerjaan dalam satu masa

pekerjaan yang banyak dan membebankan karyawan

dalam kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung

CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI DAPUR RS ISLAM FAISAL

Bagian

: Pengolahan Bahan Makanan (Masak)

Hari/ Tanggal: Selasa, 29 maret 2016


Hazard Umum Pada Karyawan Di Dapur RS Islam Faisal
No Checklist
1
Faktor lingkungan kerja

Ya

Tidak

lantai licin

uap panas

ventilasi yang sangat kurang

ruang kurang pencahayaan

tidak ada pendingin

25

2.

Faktor kimia
Jenis bahan

Cairan sabun cuci piring


Uap dari asap makanan

Gas kompor gas

Padat dari bahan masakan seperti terigu, debu dalam

ruangan
Jalan masuk

Inhalasi udara pengap akibat tidak ada ventilasi

Terlalu lama terpajan sabun dan air sehingga


menimbulkan iritasi kulit
3.

Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat tidak

ada bangku
Mendorong troli makanan yang beratnya lebih 20kg ke 5

lantai di RS Islam Faisal


Mengangkat bahan masakan yang berat setiap hari

Pekerjaan yang memerlukan pergerakan tangan yang

berulang seperti memotong bahan masakan, mengaduk


bahan masakan
4.

Alatan yang digunakan berat dan besar seperti baskom


Faktor fisik

Bising: - bunyi kompor gas, blender berintensitas tinggi

dalam jangka lama lebih 2 jam setiap hari


Suhu tinggi : kompor gas yang banyak suhu > 55oc

Peralatan : kompor gas, alat memasak, benda tajam

(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
5.

6.

Suhu : uappanas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan panas


Faktor biologi

Bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan yang

tidak ada ventilasi dan lembap


Faktor psikososial

26

jam kerja yang agak lama

jumlah karyawan yang kurang

stress beban kerja yang berat, setiap karyawan

mengerjakan semua pekerjaan dalam satu masa

pekerjaan yang banyak dan membebankan karyawan

dalam kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung

CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI DAPUR RS ISLAM FAISAL

Bagian

: Penyajian Makanan

Hari/ Tanggal

: Selasa, 29 Maret 2016

Hazard Umum Pada Karyawan Di Dapur RS Islam Faisal


N
No
1

Checklist

Ya

Tidak

Faktor lingkungan kerja


lantai licin

uap panas

ventilasi yang sangat kurang

ruang kurang pencahayaan

tidak ada pendingin

27

2.

Faktor kimia
Jenis bahan

Cairan sabun cuci piring


Uap dari asap makanan

Gas kompor gas

Padat dari bahan masakan seperti terigu, debu dalam

ruangan
Jalan masuk

Inhalasi udara pengap akibat tidak ada ventilasi

Terlalu lama terpajan sabun dan air sehingga


menimbulkan iritasi kulit
3.

Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat

tidak ada bangku


Mendorong troli makanan yang beratnya lebih 20kg ke 5

lantai di RS Islam Faisal


Mengangkat bahan masakan yang berat setiap hari

Pekerjaan yang memerlukan pergerakan tangan yang

berulang seperti memotong bahan masakan, mengaduk


bahan masakan
4.

Alatan yang digunakan berat dan besar seperti baskom


Faktor fisik

Bising: - bunyi kompor gas, blender berintensitas tinggi

dalam jangka lama lebih 2 jam setiap hari


Suhu tinggi : kompor gas yang banyak suhu > 55oc

Peralatan : kompor gas, alat memasak, benda tajam

(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
5.

6.

Suhu : uappanas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan panas


Faktor biologi

Bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan yang

tidak ada ventilasi dan lembap


Faktor psikososial

28

jam kerja yang agak lama

jumlah karyawan yang kurang

stress beban kerja yang berat, setiap karyawan

mengerjakan semua pekerjaan dalam satu masa

pekerjaan yang banyak dan membebankan karyawan

dalam kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung

CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI DAPUR RS ISLAM FAISAL

Bagian

: Pendistribusian Makanan

Hari/ Tanggal: Selasa, 29 Maret 2016


Hazard Umum Pada Karyawan Di Dapur RS Islam Faisal
N
o
1

Checklist

Ya

Tidak

Faktor lingkungan kerja


lantai licin

uap panas

ventilasi yang sangat kurang

ruang kurang pencahayaan

tidak ada pendingin

29

2.

Faktor kimia
Jenis bahan

Cairan sabun cuci piring


Uap dari asap makanan

Gas kompor gas

Padat dari bahan masakan seperti terigu, debu dalam

ruangan
Jalan masuk

Inhalasi udara pengap akibat tidak ada ventilasi

Terlalu lama terpajan sabun dan air sehingga


menimbulkan iritasi kulit
3.

Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat tidak

ada bangku
Mendorong troli makanan yang beratnya lebih 20kg ke 5

lantai di RS Islam Faisal


Mengangkat bahan masakan yang berat setiap hari

Pekerjaan yang memerlukan pergerakan tangan yang

berulang seperti memotong bahan masakan, mengaduk


bahan masakan
4.

Alatan yang digunakan berat dan besar seperti baskom


Faktor fisik

Bising: - bunyi kompor gas, blender berintensitas tinggi

dalam jangka lama lebih 2 jam setiap hari


Suhu tinggi : kompor gas yang banyak suhu > 55oc

Peralatan : kompor gas, alat memasak, benda tajam

(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
5.

6.

Suhu : uappanas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan panas


Faktor biologi

Bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan yang

tidak ada ventilasi dan lembap


Faktor psikososial

30

jam kerja yang agak lama

jumlah karyawan yang kurang

stress beban kerja yang berat, setiap karyawan

mengerjakan semua pekerjaan dalam satu masa

pekerjaan yang banyak dan membebankan karyawan

dalam kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung


Alat Pelindung Diri yang Dipakai Karyawan di Dapur RS Islam Faisal
N

Checklist

o
1.
2,
3.
4.
5.
6.

Masker
Penutup kepala
Sepatu boot
Goggle
Celemek
Sarung tangan karet

Ada

Tidak

Keluhan yang Dialami Karyawan di Dapur RS Islam Faisal


No. Checklist
1.
Pernah izin kunjungi klinik atau rumah sakit atau balai

Ya

Tidak

pengobatan
Jenis keluhan: pegal-pegal badan, sakit punggung, gatal-

gatal, sesak napas, terpeleset dan jatuh, terkena minyak


panas, tersiram air panas.
Informasi Tentang Pemeriksaan dan Upaya Pengobatan Bila Sakit
N

Pertanyaan

Ya

Tidak

o
1

Apakah karyawan sering mengunjungi dokter setiap kali

timbul keluhan atau sakit


Apakah karyawan sering membeli obat-obatan tanpa ada

resep dari dokter disaat sakit


Apakah karyawan sering tidak melakukan apa-apa di saat

sakit
Informasi Tentang Pengorganisasian Pekerjaan Dan Budaya Kerja
N

Pertanyaan

Ya

Tidak
31

o
1
2
3

Apakah karyawan dibenarkan istirahat jika sudah lelah


Apakah karyawan disediakan makanan saat istirahat
Apakah karyawan sering bertemu dengan atasan jika

terdapat keluhan
Informasi Tentang Pengetahuan Dan Penyuluhan Yang Pernah Didapatkan
N

Pertanyaan

Ya

Tidak

o
1

Apakah karyawan pernah mengikuti penyuluhan tentang

kesehatan dan keselamatan kerja di dapur


Apakah karyawan tahu tentang dampak penggunaan

sabun cuci yang terlalu sering pada kulit

Informasi Tentang Kotak P3k


N

Pertanyaan

o
1
2
3
4

Apakah terdapat kotak P3K di dapur


Apakah karyawan pernah menggunakan kotak P3K
Apakah karyawan tahu isi isi kotak p3
Apakah karyawan tahu kepentingan kotak P3K

Ya

Tidak

32

33

34

35

36

Anda mungkin juga menyukai