WTS Ikm
WTS Ikm
OLEH:
Muhammad Mursyid
1102100055
Nur Shadrina SY
1102090148
Ninik Solikah
1102080044
PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, SpOK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan
Tujuan
A. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) pada petugas instalasi gizi di Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar.
B. Tujuan Khusus
i.
Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas
ii.
instalasi gizi.
Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kesehatan kerja adalah merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat didalam suatu masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungannya.1
keselamatan
pasien,
pengunjung,
dan
masyarakat
serta
b.
Kacu (necktie)
Kacu terbuat dari kain yang tipis berbentuk segitiga sama kaki
dengan panjang 90-100 cm. Fungsinya adalah untuk mengisap
keringat yang timbul di daerah muka dan leher sehingga tidak jatuh
kedalam makanan yang sedang diolah.
c.
Kemeja (jacket)
Kemeja juru masak dibuat berlengan panjang, bagian dada
dibuat berlapis dua serta memiliki double breasted. Tujuannya adalah
untuk melindungi bagian dada dari panas api dan makanan yang
menyirami tubuh dan melindungi tangan dari barang panas.
d.
Celemek (apron)
Tujuan utama penggunaan apron adalah untuk melindungi tubuh
bagian bawah dari cairan seperti air, kaldu, atau saus panas yang
mungkin menyiram.
e.
Lap (towel)
Berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti
panci dan oven.
f.
g.
Masker (mask)
Berfungsi untuk mencegah terhirupnya bau yang menusuk
hidung, bersin dan penularan penyakit atau bakteri sehingga makanan
yang diolah tetap hygiene.
Pemeriksaan
kesehatan
sebelum
kerja
dilakukan
supaya
panas dan uap panas. Keduanya bisa menimbulkan akibat yang serius
dan menimbulkan rasa sakit.
b. Luka tergores atau terpotong benda tajam : Menjalankan dan
mengikuti peraturan yang diarahkan bagi keselamatan bersama
adalah tugas semua orang. Dengan demikian, kecelakaan bisa
dihindari atau paling tidak ditekankan seminimal mungkin agar
waktu dan jam kerja tidak terganggu
c. Kecelakaan karena gas : Gas yang dipergunakan sebagai bahan bakar
adalah gas elpiji (LPG) yaitu gas buatan yang tidak berwarna, tetapi
diberi ban yang spesifik sehingga mudah dikenal bila terjadi
kebocoran. Ledakan gas terjadi apabila ada gas terkumpul dalam
suatu ruangan, tidak terbakar, dan tiba-tiba ada panas yang
mempengaruhi ruangan tersebut. Panas yang menyambar gas akan
menyebabkan tekanan udara dalam ruang tersebut bertambah ringgi
dan akhirnya timbul ledakan
d. Kecelakan karena arus listrik : Suatu alat mungkin sudah dirancang
dan dipasang sedemikian rupa sehingga aman bagi pemakai. Namun,
karena suatu keadaan yang belum diketahui dan menyebabkan alat
tersebut mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut sering
menimbulkan kaget, shock, gerak refleks ataupun kecelakaan yang
fatal.
e. Kecelakaan
karena
bahan
kimia
Beberapa
bahan
kimia
penting, mungkin sepatu atau alas kaki pekerja yang tidak sesuai
dengan apa yang diinjak.
H. Upaya K3 lain yang Dijalankan
Kesehatan dan keselamatan kerja harus dijalankan pada setiap
rumah sakit karena menurut penelitian insiden terjadinya kecelakaan saat
bekerja mulai meningkat. Jadi setiap petugas di rumah sakit harus
dijelaskan mengenai K3. Dengan itu, pihak rumah sakit harus aktif
melakukan training kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit ini
kepada petugas-petugas di rumah sakit. Selain itu, pihak rumah sakit
perlu melakukan evaluasi terhadap tahap pengetahuan, sikap dan perilaku
pekerja terhadap aspek K3.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Cara
A. Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di
buat. Checklist ini dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan yang
menjadi tujuan survei ini dilakukan. Pada survei ini, informasi yang
diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang
digunakan, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat P3K di
tempat kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan
pimpinan tentang K3, keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan
upaya K3 lainnya yang dijalankan kepada petugas instalasi gizi di rumah
sakit Islam Faisal.
10
B. Cara
Cara yang digunakan adalah Walk through survey. Teknik Walk
through survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk
melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang
manejemen perencanaan yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan
survei, dan menerima keluhan-keluhan baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat
timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan walk
through survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan
bahaya terhadap pekerja dalam walk through survey memerlukan informasi
tentang bahan mentah dan bahan kimia tambahan yang digunakan, proses
kerja dan operasi, produk akhir dan produk sampingan yang dihasilkan.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan
monitoring survei untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau
kesehatan okupasi mengenai risk assessment.
Walk through survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses
produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu,
mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami
pekerjaan dan tugas-tugas pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi
bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di tempat kerja atau pada
petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan
mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.
3.2 Jadwal Survei
Tempat survei akan dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal dan
waktu penelitian adalah mulai tanggal 09 Februari hingga 13 Februari
2016.
11
No
.
Tanggal
Kegiatan
- Melapor ke bagian K3 RS Islam Faisal
- Pengarahan kegiatan
1.
28 Maret 2016
2.
29 Maret 2016
- Pemeriksaan proposal
- Walk through survey
- Penyusunan laporan walk through survey
3.
30 Maret 2016
- Walk through survey
4.
31 Maret 2016
12
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL
4.1 Hazard dalam Masing-Masing Ruangan
a. Ruang pengumpulan bahan makanan
13
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
ruang pengumpulan bahan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal
dari segi fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan mesinmesin dapur yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air dan
mesin pompa air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu
bermakna karena penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu
lampu saja. Kemudian, pada faktor fibrasi tidak tampak adanya resiko sebab
petugas yang mengumpulkan bahan makanan cukup jarang menggunakan blender
untuk bekerja. Terakhir, faktor temperatur memiliki potensi yang cukup berbahaya
karena tempat pengumpulan bahan makanan berdekatan dengan area memasak
yang cukup panas sehingga udara ditempat pengumpulan bahan makanan relatif
panas dibanding ruangan yang lain.
Selanjutnya dari faktor kimia, adanya kemungkinan zat-zat pestisida yang
ditemukan pada bahan makanan yang merupakan residu bahan kimia pada
pertanian, serta penggunaan gas elpiji saat memasak menjadi faktor pada gas
kimia. Dari segi faktor biologik, tidak menutup kemungkinan adanya jangkitan
kuman yang berada pada bahan makanan mentah (air, ikan, daging dan sayuran)
memiliki potensi yang cukup berbahaya. Dari segi ergonomik, pekerja umumnya
menggunakan postur yang salah saat mengangkat beban dari bahan-bahan mentah
tersebut untuk di sortir. Faktor psikososial, adanya pekerjaan yang berulang, kerja
bergilir, kerja berlebih serta gaji yang kurang menjadi faktor psikososial yang
menyebabkan pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah stres dalam
bekerja. Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai yang licin
karena lantai terbuat dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi pekerja
instalasi gizi untuk terpeleset saat bekerja.
b.Ruang pembersihan alat dan bahan makanan
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
bagian pembersihan alat dan bahan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam
Faisal dari segi fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan
14
mesin-mesin dapur yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air
dan mesin pompa air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu
bermakna karena penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu
lampu saja. Kemudian, pada faktor fibrasi tidak tampak adanya resiko sebab
petugas yang membersihkan alat dan bahan makanan cukup jarang menggunakan
blender untuk bekerja. Terakhir, faktor temperatur memiliki potensi yang cukup
berbahaya karena tempat pembersihan alat dan bahan makanan berdekatan dengan
area memasak yang cukup panas sehingga udara ditempat pembersihan alat dan
bahan makanan relatif panas dibanding ruangan yang lain.
Selanjutnya dari faktor kimia, adanya kemungkinan zat-zat pestisida yang
ditemukan pada bahan makanan yang dicuci merupakan residu dari bahan kimia
pada pertanian. Selain itu, penggunaan detergen pada proses pembersihan alat
memasak dapat menjadi faktor bahaya bagi kulit pekerja (iritasi kulit). Dari segi
faktor biologik, tidak menutup kemungkinan adanya jangkitan kuman yang berada
pada bahan makanan mentah saat dicuci (ikan, daging dan sayuran) sehingga
memiliki potensi yang cukup berbahaya untuk terjadinya infeksi. Dari segi
ergonomik, pekerja umumnya menggunakan postur yang salah saat mencuci alat
dan bahan makanan, serta mengangkat beban dari alat dan bahan makanan yang
dicuci. Faktor psikososial berupa adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir,
kerja berlebih serta gaji yang kurang menjadi faktor psikososial yang
menyebabkan pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah stres dalam
bekerja. Faktor lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai yang licin
karena lantai terbuat dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi pekerja
instalasi gizi terutama pembersih alat dan makanan untuk terpeleset saat bekerja.
c. Ruang pengolahan bahan makanan (Memasak)
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas dapur
bagian pengolahan bahan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal dari
segi fisik berupa adanya bising akibat peralatan dapur penggunaan mesin-mesin
dapur yang cukup banyak seperti kompor gas, blender, pemanas air dan mesin
15
pompa air. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu bermakna
karena penggunaan lampu dalam satu ruangan hanya diterangi oleh satu lampu
saja. Kemudian, pada faktor fibrasi tampak adanya resiko sebab petugas yang
mengolah bahan makanan sangat sering menggunakan blender untuk bekerja
sehingga lebih rentan terjadinya gangguan pada bagian tangan pekerja. Terakhir,
faktor temperatur memiliki potensi yang berbahaya karena pekerja yang mengolah
bahan makanan berada di area memasak yang cukup panas (4 kompor) sehingga
udara ditempat tersebut relatif panas dibanding ruangan yang lain. Selain itu,
adanya kipas penghisap yang hanya ada satu buah tidak cukup untuk
mengeluarkan seluruh uap panas diruangan pengolahan makanan yang memiliki 4
kompor gas. Kondisi saat memasak juga dapat berpotensi bahaya karena dapat
menyebabkan luka bakar akibat tumpahan air panas, minyak panas dan jilatan api
itu sendiri.
Selanjutnya dari faktor kimia, pekerja yang mengolah makanan sering
terpapar dengan gas elpiji saat memasak, sehingga pekerja selalu menghirup gas
dari elpiji tersebut. Dari segi faktor biologik, tidak menutup kemungkinan adanya
jangkitan kuman yang berada pada bahan makanan yang akan dimasak serta
adanya ventilasi yang kurang dan lembab sehingga memiliki potensi yang cukup
berbahaya untuk terjadinya infeksi. Dari segi ergonomik, pekerja umumnya
menggunakan postur yang salah (berdiri) saat memasak dan mengangkat beban
dari makanan yang telah dimasak. Kondisi ini mengakibatkan seringnya pekerja
mengalami nyeri pada punggung dan lelah saat bekerja. Faktor psikososial berupa
adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, kerja berlebih serta gaji yang
kurang menjadi faktor psikososial yang menyebabkan pekerja merasa tidak puas
dan cenderung kearah stres dalam bekerja. Faktor lingkungan yang cukup
berpengaruh adalah lantai yang licin karena lantai terbuat dari tehel halus,
sehingga sangat berpotensi bagi pekerja instalasi gizi terutama pengolah makanan
untuk terpeleset saat bekerja. Selain lantai yang licin, penggunaan benda tajam
seperti pisau juga dapat menjadi potensi terjadinya luka saat memotong-motong
bahan makanan.
16
e. Pendistribusian makanan
Bahaya potensial (faktor hazard) yang dapat dialami oleh petugas yang
mendistribusikan makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Faisal dari segi
faktor fisik yaitu faktor bising tidak begitu ditemukan adanya potensi berbahaya
karena pekerja berada cukup jauh dari daerah pengolahan dan pembersihan
makanan. Pada faktor pencahayaan, tidak ada pengaruh yang begitu bermakna.
Kemudian, pada faktor fibrasi tampak adanya resiko sebab petugas yang
mendistribusikan makanan menggunakan brankar makanan yang didorong untuk
bekerja. Hal ini dapat menyebabkan getaran diseluruh tubuh saat mendorong
brankar makanan seberat kurang lebih 20 kg tersebut. Terakhir, faktor temperatur
tidak begitu memiliki potensi yang cukup berbahaya karena makanan yang akan
dibagikan tidak dalam kondisi yang panas, sehingga apabila terkena dikulit, resiko
untuk terjadinya sakit sangat kurang.
Selanjutnya dari faktor kimia, tidak tampak adanya potensi yang cukup
berbahaya sehingga potensi terjadinya iritasi dan gangguan pada kulit sangat
minimal. Dari segi faktor biologik, tampak adanya resiko yang cukup berbahaya
karena pendistribusi makanan akan berinteraksi langsung dengan pasien-pasien
diperawatan, dan selanjutnya pendistribusi makanan jugalah yang akan
mengambil kembali peralatan dan sisa makanan yang dipakai untuk nantinya
dibersihkan sehingga mereka lebih rentan terinfeksi. Dari segi ergonomik, pekerja
umumnya menggunakan postur yang salah saat mengangkat beban dan
mendorong brankar makanan. Posisi yang salah tersebut akan meningkatkan
resiko terjadinya musculoskeletal disorder karena brankar yang dirorong tersebut
cukup berat dan harus didorong di 6 ruangan yang berbeda. Faktor psikososial,
adanya pekerjaan yang berulang, kerja bergilir, jumlah pekerja yang sedikit, kerja
berlebih serta gaji yang kurang menjadi faktor psikososial yang menyebabkan
pekerja merasa tidak puas dan cenderung kearah stres dalam bekerja. Faktor
lingkungan yang cukup berpengaruh adalah lantai yang licin karena lantai terbuat
dari tehel halus, sehingga sangat berpotensi bagi pekerja instalasi gizi untuk
terpeleset saat bekerja.
18
4.2 Alat Pelindung Diri yang Digunakan oleh Petugas Instalasi Gizi
Walaupun tidak begitu lengkap (tanpa masker, google, sarung tangan dan
sepatu boots) alat pelindung diri yang digunakan di instalasi gizi Rumah Sakit
Islam Faisal, yaitu pakaian yang terkesan cukup sederhana, namum memiliki
fungsi yang sangat penting dalam melindungi diri selama melaksanakan kegiatan
di dapur. Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Topi berfungsi untuk mencegah keringat agar tidak sampai jatuh ke
makanan.
2. Kemeja juru masak dibuat berlengan panjang, bagian dada dibuat
berlapis dua serta memiliki double breasted. Tujuannya adalah untuk
melindungi bagian dada dari panas api dan makanan yang menyirami
tubuh dan melindungi tangan dari barang panas.
3. Celemek untuk melindungi tubuh bagian bawah dari cairan seperti air,
kaldu, atau sauce panas yang mungkin menyiram.
4. Lap berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti
panci.
4.3 Ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas dapur di instalasi gizi
Rumah Sakit Islam Faisal
Pada bagian Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Faisal, terdapat kotak P3K
yang akan digunakan dalam kondisi darurat dan berisi kasa steril terbungkus,
plester, kapas, perban, mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai,
masker, bidai, pinset, lampu senter, sabun, aquades, povidon iodin, alkohol 70%,
dan buku panduan P3K umum.
4.4 Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan Rumah
Sakit Islam Faisal
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit termasuk
19
tenaga kerja di instalasi gizi, ada berbagai macam cara yang dilakukan salah
satunya yaitu pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk
menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (recognition)
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis
pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang
sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan awal (sebelum awal masuk bekerja),
pemeriksaan berkala (setiap 1 bulan) dan pemeriksaan berkala khusus
(pemeriksaan kesehatan diwaktu lain apabila pekerja mengalami gangguan
kesehatan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Amarudin.
Pengawasan
Kesehatan
dan
Lingkungan
Kerja.
2006
[cited;Availablefrom:http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/0
3/kesehatan-kerja-1.ppt
2. Depkes. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (K3-IFRS). Jakarta; 2006.
3. Depkes, editor. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(K3-IFRS). Jakarta; 2009.
4. Ferdianto, Hengki. Dermatitis Kontak Iritan Pada Petugas Laundry Rumah
Sakit
(Study
Kasus
Pengelolaan
Penyakit
Akibat
Kerja).
2011[cited;Availablefrom:http://www.slideshare.net/YoTama/savedfiles?
s_title=dermatitis-kontak-iritan-pada-petugas-laundry-rumahsakit&user_login=hengkiferdianto.
20
5. Alifah.
Penyuluhan
K3
Instalasi
Gizi.
2012
[cited;Availablefrom:https://www.scribd.com/doc/177300643/Penyuluh-k3Instalasi-Gizi#download]
6. Ishaq. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3). 2010
[cited;
Available
from:
http://bocahbancar.files.wordpress.com/2012/09/materi-training-smk3-by-mrishaq-pd-21-sept-2012.pptx
7. RSS. Sistem K3 di Instalasi Laundry RS (Kesmas, stase K3). 2012 [cited;
Available from: http://aneukngupi.wordpress.com/2012/11/29/sistem-k3-diinstalasi-laundry-rs-kesmas-stase-k3/
LAMPIRAN
CHECKLIST ASPEK K3 PADA KARYAWAN DI DAPUR RS ISLAM FAISAL
Bagian
Ya
Tidak
Uap panas
Ventilasi yang sangat kurang
21
2.
Faktor kimia
Jenis bahan
Cairan sabun cuci piring
dalam ruangan
Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok
baskom
Faktor fisik
Bising: - bunyi kompor gas, mesin air, mesin
(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender
Suhu : uap panas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan
5.
panas
Faktor biologi
22
Bagian
Ya
Tidak
uap panas
ventilasi yang sangat kurang
23
2.
Faktor kimia
Jenis bahan
Cairan sabun cuci piring
ruangan
Jalan masuk
Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat tidak
ada bangku
(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
Suhu : uappanas/ suhu tingi/ air panas/ peralatan panas
5.
Faktor biologi
Bakteri, jamur, viral yang terperangkap di ruangan yang
24
6.
Faktor psikososial
jam kerja yang agak lama
Bagian
Ya
Tidak
lantai licin
uap panas
25
2.
Faktor kimia
Jenis bahan
ruangan
Jalan masuk
Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat tidak
ada bangku
Mendorong troli makanan yang beratnya lebih 20kg ke 5
(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
5.
6.
26
Bagian
: Penyajian Makanan
Hari/ Tanggal
Checklist
Ya
Tidak
uap panas
27
2.
Faktor kimia
Jenis bahan
ruangan
Jalan masuk
Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat
(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
5.
6.
28
Bagian
: Pendistribusian Makanan
Checklist
Ya
Tidak
uap panas
29
2.
Faktor kimia
Jenis bahan
ruangan
Jalan masuk
Faktor ergonomic
Posisi tubuh saat bekerja: berdiri dan jongkok akibat tidak
ada bangku
Mendorong troli makanan yang beratnya lebih 20kg ke 5
(pisau)
Listrik : Kipas angin, blender,penghisap debu
5.
6.
30
Checklist
o
1.
2,
3.
4.
5.
6.
Masker
Penutup kepala
Sepatu boot
Goggle
Celemek
Sarung tangan karet
Ada
Tidak
Ya
Tidak
pengobatan
Jenis keluhan: pegal-pegal badan, sakit punggung, gatal-
Pertanyaan
Ya
Tidak
o
1
sakit
Informasi Tentang Pengorganisasian Pekerjaan Dan Budaya Kerja
N
Pertanyaan
Ya
Tidak
31
o
1
2
3
terdapat keluhan
Informasi Tentang Pengetahuan Dan Penyuluhan Yang Pernah Didapatkan
N
Pertanyaan
Ya
Tidak
o
1
Pertanyaan
o
1
2
3
4
Ya
Tidak
32
33
34
35
36