PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyakit Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui
berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di
hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya
yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular
umumnya bersifat mendadak dan menyerang semua lapisan masyarakat.
Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa
menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit
menular
merupakan
hasil
perpaduan
berbagai
faktor
yang
saling
mempengaruhi.
Penyebab (agent) penyakit menular adalah unsur biologis yang
bervariasi mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme
yang paling kompleks yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Dimana proses agent penyakit dalam menyebabkan penyakit pada manusia
memerlukan berbagai cara penularan khusus (mode of transmission) serta
adanya sumber penularan (reservoir) penyakit seperti manusia dan binatang.
Salah satu penyakit menular yang angka kesakitannya dan kematiannya cukup
tinggi adalah penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus.
B. Virus Avian Influenza
Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas
penular tersebut ialah burung, bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh
beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut, ikan paus, dan
musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh
dan burung onta. Selain itu penyakit flu burung merupakan penyakit zoonosis
yaitu suatu penyakit pada hewan (unggas) yang dapat menular kepada
manusia. Pola penularan dari sumber utamanya (unggas) adalah kontak
langsung dan lingkungan udara atau peralatan yang tercemar AI (Depkes RI,
2004).
Virus influenza merupakan virus RNA yang termasuk dalam famili
Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8
segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza
mempunyai selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan
karbohidrat. Virus ini mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk
menempel pada reseptor yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat
menginfeksi sel. Terdapat 2 jenis spikes yaitu yang mengandung
hemagglutinin (HA) dan yang mengandung neuraminidase (NA), yang
terletak terluar dari virion (Horimoto T, Kawaoka Y. 2001). Hemagglutinin
(HA) mempunyai aktifitas dalam
pelekatan
reseptor,
sedangkan
Danau Qiangli Cina dan pada pasien di Turki yang meninggal (Aditama,
2007) dalam (Budiman, Tanpa Tahun).
Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan
(virulensi) yang membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya
(HIV/AIDS, Malaria, dan lain-lain). Tingkat kematian akibat penyakit flu
burung mencapai 55% dan masa inkubasi penyakit flu burung pada manusia
sangat cepat yaitu 1-10 hari.
sehingga penanganan yang serius perlu segera diambil agar KLB flu burung
tidak bermutasi menjadi flu yang menular dari manusia ke manusia dan
menjadi wabah pandemi influenza. Menurut WHO, terdapat enam fase global
pandemi influenza berdasarkan faktor epidemiologi pada manusia sebelum
suatu pandemi ditetapkan. Flu burung berdasarkan data yang diperoleh dari
WHO masuk pada fase ke-3 yaitu periode kewaspadaan terhadap pandemi.
Unggas juga dapat terinfeksi jika bersentuhan langsung dengan hewan
pembawa virus, atau kotoran hewan lain yang membawa virus, atau
bersentuhan dengan benda-benda yang tercemar bahan mengandung virus.
Sekali virus menginfeksi kawanan unggas, LPAIV tidak harus mengalami
suatu fase adaptasi pada spesies unggas tersebut sebelum dikeluarkan lagi
dalam jumlah yang cukup besar untuk dapat menular secara horisontal ke
unggas lain, baik dalam kawanan sendiri atau ke kawanan yang lain.
Demikian pula sekali HPAIV berkembang dari kawanan unggas yang
terinfeksi LPAIV, virus juga dapat menular dengan cara yang sama.
Lingkungan fisik lainnya yang merupakan faktor risiko penularan penyakit flu
burung adalah pasar unggas. Menurut Bulaga et al, (2003), pasar unggas yang
menjual unggas dalam jumlah besar dan ditempatkan secara saling
berdesakan, merupakan multifaktor penyebaran penularan penyakit flu
burung. Bahkan Yuen, et al (1998) menyatakan kasus-kasus yang pertama kali
ditemukan adanya hubungan antara HPAIV H5N1 garis Asia dengan penyakit
pernafasan pada manusia di Hongkong pada tahun 1997 yang secara
epidemiologik berhubungan dengan kejadian wabah H5N1 yang sangat
patogen di pasar unggas hidup.
9
untuk manusia telah dan sedang dilakukan. Sebagai upaya pencegahan, WHO
merekomendasikan untuk orang-orang yang mempunyai risiko tinggi kontak
dengan unggas atau orang yang terinfeksi, dapat diberikan terapi profilaksis
dengan 75 mg oseltamivir sekali sehari, selama 7 sampai 10 hari. Beberapa hal
yang patut diperhatikan untuk mencegah semakin meluasnya infeksi H5N1
pada manusia adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan, menjaga
kebersihan diri, gunakan penutup hidung dan sarung tangan apabila memasuki
daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung, dan amati
dengan teliti kesehatan kita apabila telah melakukan kontak dengan
unggas/burung, segeralah cari perhatian medis apabila timbul gejala-gejala
demam, infeksi mata, dan/atau ada gangguan pernafasan WHO (2005) dalam
Radji (2006).
11
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai
media unsur biologis yang bervariasi mulai dari partikel virus yang paling
sederhana sampai organisme yang paling kompleks yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia.
2. Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas serta
bersifat zoonosis.
3. Virus influenza memiliki 2 jenis spikes yang mengandung hemagglutinin
(HA) dan neuraminidase (NA). Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen
yang
terdiri
dari
protein
nukleokapsid
(NP),
Hemaglutinin
(HA),
DAFTAR PUSTAKA
13
14