Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan luka merupakan bagian dari ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan yang telah memperoleh banyak perhatian sejak dahulu. Dengan
makin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk perawatan
luka tersebut membuktikan bahwa metode perawatan luka telah berkembang.
Perubahan profil pasien mendukung kompleksitas perawatan luka dimana pasien
dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak
ditemukan dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan
luka bisa tercapai dengan optimal.
Peran perawat sangat dibutuhkan pada cara kerja asepsis yang berhubungan
dengan perawatan luka dan cara melakukan tindakan dengan cara steril. Perawat
dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait
dengan proses perawatan luka. Manajemen keperawatan luka tersebut harus
mengedepankan pertimbangan biaya (cost effectiveness), kenyamanan (comfort)
dan keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat
ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi,
yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perawatan luka ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada perawatan luka ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Mengetahui konsep dasar perawatan luka.
2) Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka.
3) Menjelaskan asuhan keperawatan pada perawatan luka.
1.3.2
Tujuan Khusus
1) Untuk memenuhi tugas makalah tentang perawatan luka.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Perawatan Luka
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Rambut
velus
halus
dan
kurang
berpigem
Klasifikasi Luka
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat
proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu. Ada beberapa cara menentukan klasifikasi luka.
Sistem klasifikasi luka memberikan gambaran tentang status integritas
kulit, penyebab luka, keparahan atau luasnya cedera atau kerusakan
jaringan, kebersihan luka, atau gambaran kualitas luka, misalnya warna.
Berbagai klasifikasi ini tumpang tindih. Misalnya, luka penetrasi akibat
pisau disebut luka terbuka, dan luka kontusio disebut luka tertutup.
Adanya berbagai klasifikasi luka memudahkan perawat memahami risiko
yang berhubungan dengan luka dan implikasi keperawatannya. Misalnya,
luka terbuka menimbulkan risiko infeksi yang lebih besar dari pada luka
tertutup, sedangkan luka abrasi hanya membutuhkan sedikit balutan
dibandingkan dengan luka penetrasi yang dalam.
b. Penyembuhan sekunder
Bila luka mengalami banyak kehilangan jaringan, maka
penyembuhan luka akan memerlukan waktu yang lebih lama. Luka
terbuka yang besar biasanya lebih banyak mengeluarkan cairan
daripada luka tertutup. Inflamasi
kronik dan jaringan yang rusak lebih banyak dipenuhi oleh jaringan
granulasi yang rapuh daripada dipenuhi oleh kolagen. Jaringan
granulasi merupakan salah satu bentuk jaringan konektif atau
penyambung yang memiliki lebih banyak suplai darah daripada
kolagen. Karena lukanya lebih luas, maka jumlah jaringan perut
penyambung menjadi lebih luas.
Bila sel epitel dan jaringan menyambung tidak mampu menutup
defek luka maka akan terjadi kontraksi. Kontraksi luka meliputi
pergerakan dermis dan epidermis pada setiap sisi luka. Mekanisme
kontraktur belum sepenuhnya dimengerti. Tetapi diketahui bahwa
kolagen tidak berperan penting dan setiap kejadian yang mengganggu
kemampuan hidup sel yang berada di tepi luka akan menghambat
kontaksi. Kontraksi luka dimulai pada hari ke-empat dan terjadi
secara
simultan
terjadinyakontraksi
dengan
adalah
epitelisasi.
Sel
miofibroblast.
yang
mendorong
Kontaksi
luka
10
daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera
ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal
saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah
luka.
4) Jaringan parut
Luka yang sembuh, kadang tidak dapat kembali seperti semula
dan meninggalkan jaringan parut. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya jaringan parut ini, antara lain luka yang lebar
dan
dalam,
luka
yang
memerlukan
banyak
tindakan
untuk
11
2)
3)
4)
5)
6)
2.3.2
a. Slough (yellow)
b. Necrotic tissue (black)
c. Infected tissue (green)
d. Granulating tissue (red)
e. Epithelialising (pink)
Lokasi ukuran dan kedalaman luka
Eksudat dan bau
Tanda-tanda infeksi
Keadaaan kulit sekitar luka
Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan integritas
kulit
berhubungan
dengan
luka
yang
terkontaminasi.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan luka traumatik
yang terkontaminasi.
3) Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan
perubahan bentuk tubuh.
2.3.3
Intervensi keperawatan
Dx.
Tujuan
o
1.
Keperawatan
Kerusakan
TU : tidak terjadi
integritas
kulit kerusakan
berhubungan
dengan
Intervensi
luka
yang
terkontaminasi.
1. Jaga
luka
integritas kulit.
agar 1. Penyembuhan
bersih
dan kering.
atau
maserasi.
luka
bergantung
pada keadaan
TK : integritas
KH : luka bersih
Rasional
sesuai
program
termasuk
debridemen
dan
yang
bersih
dan
lembab
untuk
epitelisasi.
2. Penggantian
balutan
mencegah
adanya
mikroba
12
proses
pemberian
obat-obatan.
3. Instruksi
bersarang.
3. Pengkajian
luka dan kulit
klien
atau
disekitarnya
orang
yang
secara teratur
penting bagi
dan
klien
merupakan hal
untuk
mengkaji dan
yang
merawat
dalam
luka.
dan
akurat
penting
askep
manajemen
luka (Cooper,
2.
Risiko
tinggi TU:
1992)
1. Untuk
1. Pantau
kondisi luka
mengidentifika
berhubungan
serta
si
dengan
luka infeksi.
traumatik yang
terkontaminasi.
suhu
setiap 4 jam.
indikasi
adanya infeksi.
2. Pembersihan
TK : luka bersih
tidak
dan pelepasan
terkontaminasi
dan
terhindar
dari infeksi.
KH
indikasi-
:tidak
demam
ada
dan
adanya
jaringan
2. Bersihkan
area
luka
setiap
hari
dan lepaskan
jaringan
nekrotik.
pembentukan
nekrotik
meningkatkan
pembentukan
granulasi.
3. Antibiotik
/antimikroba
topikal
jaringan
membantu
granulasi
mencegah
3. Hilangkan
13
krim
lama
infeksi.
sebelum
Mengikuti
pemberian
prinsip aseptik
krim
melindungi
baru.
Gunakan
klien
sarung tangan
dan
berikan
dari
infeksi.
4. Membantu
dokter
krim
menuliskan
antibiotik
resep
secara
menyeluruh
yang
sesuai
karena
drainase
dan rata.
purulen
dan
bau
4. Beri
tahu
dokter
bila
an
adanya
infeksi.
5. Teknik
demam
drainase
dan
purulen
bau
mengindikasik
atau
busuk
steril
tindakan
perawatan
perlindungan
lain
melindungi
pasien
terhadap
infeksi.
6. Untuk
melindungi
14
5. Gunakan
terhadap
linen
tempat
tetanus.
tidur
steril,
handuk
skoet
dan
untuk 7. Ahli
klien.
diet
adalah
spesialis nutrisi
yang
dapat
mengevaluasi
6. Bila
riwayat
paling
baik
status
nutrisi
klien
dan
imunisasi tak
merencanakn
adekuat,
diet
berikan
memenuhi
globulin imun
kebutuhan
tetanus
nutrisi.
untuk
manusia
sesuai
pesanan.
7. Mulai rujukan
pada ahli diet
untuk
memberikan
makanan yang
3.
Risiko
sesuai.
tinggi TU : klien tidak 1. Sediakan
terhadap
mengalami
waktu
gangguan
gangguan konsep
klien
konsep
berhubungan
dengan
perubahan
diri diri.
TK
klien
mampu
mengungkapakan
15
1. Mengekspresik
untuk
dan
an
perasaan
membantu
orang terdekat
memudahkan
untuk
koping,
mengekspresi
pengetahuan
kan perasaan.
klien
bentuk tubuh.
positif
tentang
diri.
KH
adanya
membantu
klien terhadap
memudahkan
kedalaman
transisi melalui
area luka.
2. Anjurkan
penerimaan
terhadap
Informasikan
diri
proses
pada
berduka.
klien 2. Untuk
untuk
gerak
mendcegah
aktif setiap 2
pengencangan
jam sekali.
jaringan parut
progresif
3. Anjurkan
klien
untuk
melakuakn
aktifitas
kehidupan
sehari-hari.
Bantu sesuai
kebutuhan.
dan
kontraktur.
3. Melakuakn
aktifitas seharihari
memberikan
latihan
aktif,
memudahkan
pemeliharaan
fleksibilitas
sendi
dan
tonus
otot.
Juga
ini
meningkatkan
sirkulasi
sehingga
terjadi
penyembuhan
luka.
2.3.4
16
dipakai
Hydrogel,
hydrofibre,
alginate,
hydrocolloids.
Bertujuan
untuk
17
tanda radang, tidak ada perdarahan, luka dlm keadaan bersih & tidak
ada keloid/skiatrik.
2) Evaluasi penyembuhan luka secara terus menerus yang dilakukan
selama mengganti balutan, saat terapi diberikan & saat klien berusah
amelakukan sendiri perawatan lukanya.
3) Evaluasi setiap intervensi yang dilakukan untuk mempercepat
penyembuhan luka & membandingkan kondisi luka dengan data
pengkajian.
4) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh lain(Kozier, 1995). Luka yang terjadi pada seseorang memerlukan
perhatian khusus agar tidak terjadi komplikasi seperti infeksi yang menghambat
penyembuhan luka. Perawat harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis
untuk memberikan perawatan luka yang berkualitas. Selain itu perawat juga perlu
memperhatikan prinsip dalam perawatan luka, karena perawat harus bisa
memberikan perawatan dengan tetap menjaga kesterilannya.
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Penggunaan ilmu dan
teknologi harus tetap memperhatikan prinsip utama dalam manajemen perawatan
luka yaitu pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan
klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3.2 Saran
Dengan adanya pengetahuan mengenai konsep perawatan luka ini
diharapkan makalah ini dapat dijadikan pedoman dan sumber pengetahuan untuk
diri kita sendiri maupun untuk merawat orang lain.
Selain itu sebagai seseorang yang berprofesi sebagai perawat, sebaiknya kita
cukup pengetahuan untuk menjelaskan kepada klien mengenai tujuan perawatan
18
dan proses penyembuhan luka agar klien sadar akan pentingnya diberikan
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
Morton, Patricia Gonce. dkk. 2012. Volume 2 Keperawatan Kritis Edisi 8. Jakarta:
EGC.
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia:
Potter dan Perry. 2009. Fundamental of Nurisng 7th Edition. Singapore: Elsevier.
19