Anda di halaman 1dari 40

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan pada


segala bidang, dan juga merupakan negara yang memiliki berbagai potensi, baik potensi sumber
daya alam dan energi, maupun sumber daya manusia. Salah satu bidang pembangunan yang paling
diharapkan adalah bidang ekonomi dan salah satu sektor dalam bidang ekonomi adalah sektor
industri.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Salah satu sub sektor industri adalah sub sektor industri kimia, yang diharapkan dapat
berkembang pesat guna mengimbangi kebutuhan yang semakin berkembang dan meningkat sesuai
dengan kemajuan perekonomian bangsa. Di Indonesia masih sedikit terdapat industri yang
menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku yang diproses untuk menghasilkan suatu
produk. Minyak kelapa sawit dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan,
penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached and Deodorized Palm Oil). Salah
satu industri yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku adalah industri pembuatan
sabun transparan. Selain RBDPO, minyak kelapa (VCO) juga sering ditambahkan dalam pembuatan
sabun transparan, meski kadar nya jauh lebih sedikit dari minyak sawit (RBDPO). Virgin Coconut
Oil atau yang lebih dikenal dengan VCO adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar.
Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak dengan penambahan kimia atau pun
proses yang melibatkan panas yang tinggi. Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO memiliki asam
lemak yang tidak terhidrogenasi seperti minyak kelapa biasa. VCO menjadi populer karena
manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Maka dari itu VCO sangat baik dijadikan bahan baku dalam
industri pembuatan sabun transparan.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)

Sabun transparan dibuat dengan menambahkan alkohol, larutan gula, dan gliserin
untuk menghasilkan kondisi transparan dari sabun. Gliserin baik untuk kulit karena berfungsi
sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan atau disebut juga sabun gliserin adalah jenis sabun mandi yang dapat
menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakanya berkilau jika dibandingkan dengan jenis
sabun yang lain seperti sabun mandi biasa (opaque) dan sabun translucent.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)

Sabun transparan merupakan salah satu produk industri kimia yang sangat dibutuhkan
masyarakat konsumen Indonesia, namun untuk memenuhi kebutuhan itu masih dilakukan
dengan mengimpor sabun transparan, diantaranya dari negara Hongkong, Japan, Taiwan,
Singapore, dan Malaysia.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabuntransparan-dari-vco.html)
1.2

Tujuan
1.
2.

Dapat mengetahui cara membuat sabun transparan


Dapat mengetahui cara membuat sabun transparan menggunakan VCO

BAB II
DASAR TEORI

2.1
Sejarah Sabun Transparan
Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah ditemukan. Pada tahun
2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium yang digunakan
untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium
karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang
berhubungan dengan kedokteran. (Unilever, 2009)
Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa
Latin sapo yang pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat
sabun dari campuran tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech yang dapat
digunakan sebagai pewarna rambut. (Unilever, 2009)
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang,
detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu cuci.
(sabun-wikipedia.com, 2009)
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali pada suhu 80C 100C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh
basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan
adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu. Sabun dapat
dibuat pula dari minyak tumbuhan seperti minyak zaitun.
(http://dwinidika.wordpress.com/2011/04/10/sabun-transparan/)
Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan di
Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama Pears transparant soap
dikenal di Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya
di Marseilles pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak berkembangnya
proses Le Blanc pada abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku
pembuatan sabun. (Unilever, 2009)
Nama Sapo/soap/sabun menurut legenda Romawi kuno (2800 SM) berasal dari
Gunung Sapo, di mana binatang dikorbankan untuk acara keagamaan. Lemak yang berasal
dari binatang tersebut (kambing) dicampur dengan abu kayu untuk menghasilkan sabun atau
sapo, pada masa itu.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Ketika hujan, sisa lemak dan abu kayu tersebut mengalir ke Sungai Tiber yang berada
di bawah Gunung Sapo. Ketika orang orang mencuci pakaian di sungai Tiber mereka

mendapati air tersebut berbusa dan pakaian mereka lebih bersih. Sejak saat itulah asal usul
sabun dimulai.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Produk hilir minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) berupa produk-produk
kosmetik telah dikembangkan di negara-negara penghasil kelapa. Di antaranya sampo, krim
antiseptik, baby oil, lotion, sabun termasuk sabun transparan, dan sebagainya.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan merupakan salah satu produk kosmetik yang sedang trendy. Pilihan
VCO sebagai bahan baku sabun
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Para peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB
Pascapanen) sudah melakukan penelitian untuk menentukan formulasi dasar sabun transparan
dari bahan VCO.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Untuk itu dilakukan pula analisis terhadap beberapa parameter yang dipandang
penting yang mengacu pada produk sabun transparan komersial karena standar mutu khusus
sabun transparan belum ada pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sabun mandi.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Informasi BB Pascapanen lebih menyatakan bahwa parameter mutu yang dianalisa
adalah kemasaman (pH), karakter kekerasan, kadar asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA),
nilai ketengikan, kadar air, dan bilangan penyabunan.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Mengenai pH, diketahui sabun transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam
formulasi sabun transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah
penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin sedikit etanol yang
dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa
pemakaian yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967
hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila
etanol yang digunakan semakin murni.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
2.2
Teknik Pembuatan Sabun Transparan
Sabun transparan dapat digunakan untuk membasmi kuman. Sabun ini sejenis sabun
biasa tetapi dalam bentuk transparan. Sabun transparan dapat dibuat dari minyak goreng yang
bening atau VCO.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)

Sabun transparan dapat dibuat dengan biaya murah. Bahannya selain dari minyak
goreng atau VCO bisa juga dari buah kelapa sawit.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Sabun transparan dibuat dengan mencampur stearin sawit, minyak inti sawit yang
telah melalui proses pemucatan dan asam stearat dengan perbandingan masing-masing 80 :
15 : 5 b/b sebanyak 100 gram. Campuran ini kemudian ditambahkan dengan NaOH 30%
sebanyak 98,3 gram pada suhu 90 - 100C.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Formulasi sabun transparan dibuat dengan cara mencampur stok sabun dengan
gliserin, alkohol, sukrosa, dan trietanolamin pada suhu 90 - 100C selama 30 menit didalam
refluk. Formulasi sabun transparan dilakukan dengan dua variasi. Formula pertama
menggunakan dua konsentrasi pada sukrosa, dan formula kedua menggunakan dua
konsentrasi pada gliserin, sehingga menghasilkan sabun dengan tingkat transparasi terbaik.
(http://klikpertanian.blogspot.com/2010/10/formulasi-sabun-transparan-dari-vco.html)
Untuk mengetahui karakteristik sabun yang dihasilkan,

digunakan analisis fisik kimia sabun. Sifat kimia sabun yang diamati antara lain kadar air,
asam lemak, alkali bebas, dan lemak yang tidak tersabunkan. Sedangkan sifat fisik yang
diamati adalah tingkat kekerasan dan diukur dengan menggunakan alat penetrometer.

Gambar 2.2.1 Alat Pengukur tingkat kekerasan (Penetrometer)

Reaksi dasar pembuatan sabun adalah saponifikasi yaitu 3Na OH +


( C17H35COO)3C3H5 ) 3C17H35COONa + C3H5 (OH)3
SODA

GLYCERYL STEARAT

SODA STEARAT

GLYCERIN.

Atau reaksi :
C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O
STEARIC ACID

SODA

SODA STEARAT

AIR

Yaitu dengan tersabunnya asam lemak dan alkali baik asam yang terdapat dalam
keadaan bebas atau asam lemak yang terikat sebagai minyak atau lemak ( gliserida ).
(https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
Lemak dan minyak tidak terkomposisi dari gliserida yang hanya berisi satu asam
lemak saja, tetapi merupakan campuran atau kombinasi. Tersedia asam lemak dengan dengan
kemurnian 90% atau lebih yang merupakan hasil dari produksi khusus saja.
(https://sites.google.com/site/sabuntransparan/)
2.3
Kandungan Sabun Transparan
1. Minyak Sawit
Sering di pakai dalam pembuatan sabun, namun beberapa dari kita ada yang alergi
dengan minyak kelapa sawit karena ada reaksi minyak wangi dengan minyak kelapanya atau
cenderung pemakai tidak tahan fragrantnya (minyak wangi sintetis), dengan minyak kelapa
menghasilkan busa yang banyak.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)

2. Sodium Hidroksida.
Sabun terbuat dari sodium hidroksida dimana sangat kaustik, sampai selesainya reaksi dengan
minyak kemudian menjadi sabun dikenal dengan nama reaksi saponifikasi. Sodium harus
terurai sempurna dalam proses saponifikasi minyak, oleh karena itu tidak akan ada bahan
kaustik yang tertinggal dalam sabun. Agar produk sabun sempurna maka sabun harus
dicuring dan rebatching sebelum penambahan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Fully Curing berarti sodium hidroksida benar benar terurai sempurna selama proses
saponifikasi dan tidak bereaksi dengan emollien, moisturizer dan minyak essensial.
Rebatching berarti sabun base diparut, dilelehkan kemudian ditambah bahan lainnya,
selanjutnya dimasukkan dalam cetakkan. Dengan cara begitu akan menghasilkan produk
sabun yang lebih baik dari pada proses yang tidak menggunakan rebatching.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
3. Alkohol
Adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun, agar sabun menjadi bening atau
transparan. Kemurnian alkohol 95% yang mempunyai titik nyala yang rendah maka tidak

sulit untuk menyalakannya. Penggunaan kompor gas dan kompor listrik harus dengan hati
hati, karena dapat membakar alkohol langsung. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar
larut. Alkohol dengan level yang tinggi dan kandungan air yang rendah menghasilkan produk
sabun yang lebih jernih.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
4. Glyserin
Sudah lama digunakan sebagai humectan (penjaga kelembaban kulit) dan sampai saat ini
digunakan secara meluas oleh pembuat sabun. Apabila didehidrasi dan dideodorisasi, glyserin
menjadi cairan tak berwarna dan tak berbau. Glyserin kurang menentukan kejernihan sabun,
rasanya manis membakar.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
5. Gula
Bersifat humectan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula akan
semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun menjadi
lengket , pada permukaan sabun keluar gelembung kecil kecil. Gula yang paling baik untuk
sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti gliserin, karena
warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir. Gula lokal yang berwarna
agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa warna tetapi juga agak
kecoklatan. Penggunaan gula sebagai penjernih sabun harus memperhatikan reaksi yang
terjadi. Beberapa reaksi yang dapat menyebabkan gula menjadi tidak jernih adalah :
Karamelisasi, pemanasan gula sampai suhu tinggi.
Reaksi Maillard, reaksi antara gula, asam amino dan panas.
Reaksi dengan vitamin C.
Ketiga reaksi diatas akan merubah sabun menjadi agak coklat hal tersebut dapat diatasi
dengan penambahan bahan squesteran.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
6. Stearic Acid.
Membantu untuk mengeraskan sabun, khususnya minyak dari tumbuhan yang digunakan.
Penggunaannya dengan mencairkan dahulu dalam minyak kemudian dicampur sodium
hidroksida untuk saponifikasi. Penggunaan terlalu banyak menyebabkan sabun kurang
berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak keras.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
7. Pewarna

Perlu di pertimbangkan untuk penggunaan pigmen mineral (ocher atau oksida) pewarna kain
atau sintetik , hal itu dapat tidak sejalan dengan pewarnaan kulit, karena : Pigmen
dan ocher adalah oksida logam dan mineral yang di tambahkan ke sabun, lotion, cream agar
warnanya seragam. Hal itu kan beracun masuk ke dalam kulit. Dyes lilin atau pewarna
malam di gunakan juga untuk mewarnai sabun khususnya gliserin, penggunaan warna itu
akan merugikan kulit. Pewarna kain sudah jelas bersifat karsinogenik bagi kulit. Jadi bahan
yang aman dalm pewarnaan adalah pewarna makanan, minuman, kosmetik.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
8. Pewangi
Fragran merupakan pewangi sintetik di desain secara kimia dengan kata lain di rancang di
laboratorium kimia tidak asli dari alam, namun beberapa dari kita alergi terhadap fragran
sintetik oleh karena itu masyarakat kebanyakan memilih sabun tanpa pewangi tubuh. Sabun
tanpa pewarna dan pewangi digunakan untuk merawat wajah.
(http://freecochemistryone.blogspot.com/2012/11/jurnal-pembuatan-sabun-transparan.html)
9. Coco DEA (TEA)
Cocamide DEA digunakan untuk meningkatkan kualitas foaming (busa yang terbentuk) serta
menstabilkan busa, selain itu cocamide DEA membantu mengentalkan produk seperti
shampo, handsoap, serta sediaan kosmetik yang lain.
(http://www.scribd.com/doc/92485207/Cocamide-DEA)

2.4
Manfaat Sabun Transparan
Menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.
Mencegah kulit menjadi kusam, layu dan keriput.
Menjaga kelembaban, kekenyalan dan kehalusan kulit, menstabilkan pH kulit serta

membantu regenerasi sel kulit.


Mencegah timbulnya jerawat.
Dapat membunuh bakteri dan jamur.
Aman digunakan oleh semua umur : untuk bayi, remaja, dewasa atau bagi usia lanjut.
Dapat digunakan setiap hari sebagai sabun mandi yang aman untuk kulit.
(http://minyak-kelapa.blogspot.com/2005/08/manfaat-lengkap-minyak-vco-minyak.html)

2.5
Parameter Kualitas Sabun dan Perhitungan Rendemen
1. Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah milligram alkali (potassium hidroksida) yang
dibutuhkan untuk menyabunkan tiap gram lemak atau minyak. Suatu ukuran berat molekul

rata-rata dari asam lemak yang ada. Bilangan penyabunan ini dapat digunakan untuk semua
minyak dan lemak.
Tabel 2.5.1 Bilangan Penyabunan dari Berbagai Jenis Minyak
Asam Lemak

Bilangan Penyabunan

Palm Oil

190 202

Palm Stearine

193 206

Tallow

192 202

Palm Kernel Oil

240 255

Coconut Natural Oil

250 264

Minyak Jarak

176 187

2. Bilangan Iodine
Bilangan iodine menyatakan ukuran keberadaan ketidak jenuhan, terutama asam oleat dan
linoleat. Asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang lebih lembut dan lebih larut.
Sedangkan minyak laurat mengandung asam lemak rantai pendek, membuat sabun keras dan
mudah larut.
Tabel 2.5.2 Bilangan Iodine dari berbagai jenis minyak
Asam Lemak

3.

Bilangan Iodine

Palm Oil

51 55

Palm Stearine

22 48

Tallow

40 56

Palm Kernel Oil

16 - 20

Coconut Natural Oil

7 - 12

Minyak Jarak

81- 98

Rumus Menghitung Rendemen Sabun

BAB III
PROSES PRODUKSI
3.1

Waktu dan Tempat Produksi


Hari / Tanggal : Kamis / 14 Februari 2013
Waktu
: 08.00 WIB s.d. selesai
Tempat
: Laboratorium Kimia
3.2
3.2.1 Alat

Alat dan Bahan

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

3.2.2

Nama Alat
Kaca arloji d=10 cm
Beaker glass
Hot plate
Gelas ukur
Pipet tetes
Timbangan digital
Termometer skala
Cetakan sabun
Batang pengaduk
Magnetic stirrer
Corong kaca
Cawan porselen
Kain kasa
Spatula
Statif

Bahan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama Bahan
VCO
NaOH 30%
Gliserin
Gula pasir
Etanol 96%
Asam stearat
NaCl
Asam sitrat
Pewarna cosmeticgrade
TEA (Coco DEA)
Pewangi

Satuan
gram
ml
ml
gr
gr
gr
gr
gr
gr
gr
ml

Jumlah
25
12,5
20
20
20
12,5
0,1
0,1
0,05
12,5
1

3.3
Langkah Kerja
1) Memanaskan VCO dalam gelas kimia 250 ml diatas hot plate sampai suhu 60 65C
2) Memanaskan asam stearat pada suhu 60C
3) Memasukkan asam stearat dalam minyak yang sudah dipanaskan, mengaduk dengan stirer,
suhu dijaga 70C
4) Memasukkan NaOH sampai terbentuk reaksi saponifikasi
5) Memasukkan alkohol, TEA, NaCl, Asam sitrar, gula, dan gliserin, mengaduk sampai
homogen, kemudian mendinginkan sampai suhu 40C
6) Menambahkan pewarna dan parfum secukupnya
7) Menuang ke dalam cetakan dan didinginkan sampai lebih kurang 24 jam
8) Mengeluarkan dari cetakan dengan hati-hati dan dikemas

3.4
a.

Data Pengamatan
Organoleptik
No.
1
2
3
4

Uji
Warna
Transparan
Perabaan
Kekerasan

Hasil
Cerah
Transparan
Kesat
Keras

Keterangan
++++
++++
+++
++++

Hasil
9

Keterangan
++++

b. pH
No.
1
c.

Uji
pH

Rendemen
Berat Sabun
Berat Bahan Baku

54,96 gram
110 gram

= 45,69 %

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam praktik pembuatan sabun transparan yang telah dilakukan dengan bahan
minyak kelapa sebanyak 5 gram dan diperoleh hasil sabun sebanyak 54,96 gram. Sabun
transparan tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Bentuk
: Padat
Warna
: Hijau transparan
Aroma
: Khas buah apel
pH
:9
Perabaan
: Kesat
Rendemen
: 45,69 %
Dalam proses pembuatan sabun ini terjadi reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah, misalnya NaOH.
Pada pembuatan sabun transparan penimbangan bahan sangat berpengaruh pada
produk akhir yang dihasilkan. Terutama saat mengukur etanol dan NaOH, karena
mempengaruhi proses saponifikasi.
Pemanasan minyak pada hot plate harus dijaga suhunya, yaitu pada suhu 60C.
Pemanasan asam stearat dilakukan sampai asam stearat meleleh pada suhu 60C, agar

mempermudah dalam proses pencampuran dengan minyak. Setelah minyak dan asam stearat
bercampur secara homogen suhu dinaikan sampai 70C kemudian NaOH dimasukkan.
Larutan terus diaduk sampai terjadi reaksi saponifikasi dan menjadi kalis.
Setelah terjadi reaksi sponifikasi, masukkan alkohol dan diaduk sampai larut dan
menjadi larutan yang bening. Setelah itu gula, gliserin, TEA, NaCl, Asam sitrat dimasukkan
dan dicampur sampai homogen, agar setelah dikeluarkan dari catakan tidak terdapat endapan
bahan. Setelah semua bahan tercampur, suhu harus dijaga 70C dan pengadukan dilakukan
secara continue agar larutan tidak mengeras.
Sabun yang sudah dicetak didiamkan selama 24 jam agar dapat mengeras. Sabun
yang perabaannya berminyak, dikarenakan dalam pencampuran suhu tidak dijaga 70C.
pH dari sabun yang dihasilkan adalah 9. Karena pH untuk sabun adalah basa, yaitu
sekitar 8-10.
Rendemen pada sabun yang dihasilkan adalah 45,69%. Hal ini dikarenakan banyak
sabun yang tersisa pada kasa, beaker glass, atau corong kaca.

BAB V
PENUTUP
5.1

Simpulan
Dalam pembuatan sabun transparan ini menggunakan proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemak, misalnya NaOH.
Dalam proses pembuatan sabun tidak terlalu sulit, hanya perlu ketelitian dalam
menjaga suhu. Sabun yang telah dihasilkan dalam praktik ini memiliki pH 9 dan rendemen
45,69%.

a.
b.
c.
d.

5.2
Saran
Teliti dalam penimbangan bahan
Pengadukan dilakukan secara continue agar tidak terjadi pengerasan
Suhu selalu dijaga
Penambahan etanol sebaiknya dilakukan setelah reaksi saponifikasi terjadi sempurna

Sabun merupakan benda wajib yang kita pakai setiap hari. Tanpa sabun,
mandi terasa tidak bersih karena sabun berfungsi untuk mengangkat
kotoran yang menempel di tubuh kita.
Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu pada
jaman Babilon kuno. Beragam jenis sabun digunakan secara berbeda di
tiap kebudayaan. Orang Mesir kuno menggunakan campuran minyak
hewan, tumbuhan dan garam sebagai sabun. Sedangkan orang Yunani
kuno membersihkan tubuh dengan tanah liat, pasir, batu apung, dan abu.
Lalu menyiram tubuh mereka dengan minyak dan untuk menghilangkan

minyak yang melekat dan kotoran digunakan alat dari metal yang
disebutstrigil.

Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak
alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan
bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat
kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian.
Dewasa ini pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit makin menjadi trend dan
beragam. Keragaman sabun yang dijual secara komersial terlihat pada jenis, warna,
wangi dan manfaat yang ditawarkan. Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas
dua macam yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair.
Sabun transparan adalah sabun mandi yang berbentuk batangan dengan tampilan
transparan, menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih
berkilau dibandingkan jenis sabun lainnya. Tampilan sabun transparan yang menarik
mewah dan berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang
relatif lebih mahal. Pendirian industri sabun transparan merupakan salah satu jenis
usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar sabun transparan belum jenuh dan
masih terbuka lebar.
B. Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta diklat dapatmembuat sabun
transparan dengan kriteria sebagai berikut:
Tekstur padat dan lembut di kulit

Kenampakan transparan

Aroma sesuai dengan pewangi (parfum) yang ditambahkan

Warna jernih

II. LEMBAR INFORMASI


Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara
umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah
tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan, bekerja
dengan
bantuan
air.
Sedangkan
surfaktan
merupakan
singkatan
dari surface active agents, bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu
cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) sehingga
mempermudah penyebaran dan pemerataan.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam
lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya
digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potasium

hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang
kemudian dinamakan sabun.
2.1 Klasifikasi Sabun :
1. Sabun Cair
Bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar
2. Sabun Lunak/ Krim
Seperti pasta dan sangat mudah larut
3. Sabun Keras/ Padat
Dibuat dari lemak yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses
hidrogenasi, Asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM tinggi, Sukar larut dalam
air
Sabun padat (batangan) dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
Sabun opaque ( tidak transparan )
Sabun translucent ( agak transparan )
Sabun transparan (sangat transparan)
2.2 Efek Pengaruh Alkali
Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan
sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH,KOH)
mempunyai nilai pH 9.0 -10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah
NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 -9,5.
Hingga saat ini beraneka sabun telah diproduksi secara modern. Untuk
membuat sabun sendiri tidaklah sulit. Bahan kimia dan cara
pembuatannya cukup mudah sehingga dapat dibuat untuk skala rumah
tangga dengan peralatan yang biasa digunakan sehari-hari.
Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang
mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun,. oleh
karena itu tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun yang mempunyai nilai
lebih, seperti pelembut kulit, antioksidan, mencegah gatal-gatal dan pemutih dengan
penampilan (bentuk, aroma, warna) yang menarik.
Pengetahuan mengenai bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan dalam
proses pembuatan sabun akan mempengaruhi mutu produk sabun yang dihasilkan.
2.3 Bahan Baku Sabun
1. Minyak dan Lemak
Jenis minyak yang dapat digunakan pada proses pembuatan sabun adalah minyak
kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak jagung, minyak kedelai dan minyak
lainnya.
Tabel 1. Kandungan asam lemak yang dominan pada beberapa jenis minyak

No

Jenis Minyak

Asam Lemak yang Dominan

Jumlah

Minyak Kelapa

Asam Laurat

44 - 53 %

Minyak Sawit

Asam Palmitat
Asam Oleat

40 - 46 %
39 - 45 %

Minyak jarak

Asam Risinoleat

86 %

Minyak jagung

Asam Linoleat
Asam Oleat

56,3 %
30,1 %

Minyak Kedelai

Asam Linoleat
Asam Oleat

15 64 %
11 60 %

Minyak dan lemak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman,
perbedaan mendasar antara lemak hewani dan lemak nabati adalah : Lemak hewani
mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol, Kadar
lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati
Zat warna dalam minyak dan lemak dibedakan menjadi dua yaitu warna alamiah dan
warna akibat oksidasi atau degradasi komponen kimia yang terdapat dalam minyak.
Zat warna alamiah terdapat secara alamiah dalam bahan dan ikut terekstraksi
bersama minyak dalam proses ekstraksi, zat warna tersebut antara lain alfa dan
beta karoten, xanthofil dan anthosianin. Zat warna ini menyebabkan warna kuning ,
kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Sedangkan warna akibat
oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat pada minyak antara lain:
warna gelap disebabkan oleh oksidasi tokoferol (vitamin E).
Bau amis pada minyak atau lemak disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida
dengan ikatan rangkap dari minyak tak jenuh. Trimetil amin berasal dari pemecahan
ikatan C-N dari cholin dalam molekul lesitin kemudian ikatan C-N ini diuraikan oleh
zat pengoksidasi seperti gugus peroksida dalam lemak, sehingga menghasilkan
trimetil-amin.
Odor dan flavor pada minyak umumnya disebabkan oleh komponenbukan minyak,
misalnya bau khas dari minyak kelapa sawit disebabkan oleh beta-ionone,
sedangkan bau khas dari minyak kelapa disebabkan oleh nonyl methylketon
(Ketaren, 1986). Selain terdapat secara alami odor dan flavor juga terjadi karena
pembentukan asam-asam lemak berantai pendek sebagai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak.
2. Natrium Hidroksida ( NaOH )
Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau soda api
yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam.
NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan. Natrium
hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan
saponifikasi.

3. Asam Stearat
Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang bersifat jenuh
karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam stearat dapat
berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat
berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa.
4. Etanol
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa
organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan sabun
digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
5. Gliserin
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan
air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada
kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas.
Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.
6. Coco dietanolamida (Coco-DEA)
Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam
formula sediaan kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa.
Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat
untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.
7. Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak berwarna
dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan untuk
pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai
dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat
sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.
8. Gula Pasir
Gula pasir berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun transparan, gula
pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun.
Penambahan gula pasir dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.
9. Asam Sitrat
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai agen pengelat
(chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu
mencegah terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga
dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH.
11. Pewarna

Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk


sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan
pewarna untuk kosmetik grade.
12. Pewangi
Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi
pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan sabun
adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga,
tanaman herbal dan lain-lain).
2.4 Tahapan Pembuatan Sabun transparan
1. Persiapan Bahan
Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam membuat sabun adalah
mempersiapkan bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan untuk
memproduksi sabun transparan. Bahan baku yang diperlukan adalah asam stearat,
minyak (kelapa, sawit, jarak, jagung kedelai dll), NaOH, gliserin, etanol, gula pasir,
Coco DEA. Adapun bahan tambahan yang harus disiapkan adalah NaCl, Asam
Sitrat, pewarna dan pewangi.
2. Penimbangan Bahan
Bahan-bahan yang telah disiapkan kemudian ditimbang sesuai dengan formula yang
telah ditentukan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan seteliti mungkin. Jika
keliru dalam menimbang bahan baku dan bahan tambahan berdampak pada
terjadinya perbedaan karakteristik, sehingga karakteristik produk sabun transparan
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.
3. Pemanasan Bahan
Pemanasan dilakukan untuk melelehkan bahan yang berbentuk padatan agar dapat
dengan mudah dicampur dengan bahan lain yang berbentuk cairan. Bahan yang
perlu dilelehkan adalah asam stearat, dilelehkan pada suhu 60 oC.
4. Pencampuran ( Blending)
Proses pencampuran dilakukan setelah bahan baku berbentuk padat dilelehkan.
Hasil pelelehan kemudian dicampur dengan bahan bahan lain yang berbentuk
cairan maupun dengan bahan yang berbentuk padat lainnya yang tidak perlu
dilelehkan terlebih dahulu. Pencampuran bahan-bahan dilakukan pada suhu sekitar
70 80 oC, kecuali pada penambahan pewarna dan pewangi yang dilakukan pada
suhu 40 oC.
5. Pengadukan
Selama proses pencampuran berlangsung, pengadukan harus dilakukan secara
kontinyu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan sabun
transparan yang homogen. Apabila tidak dilakukan pengadukan secara kontinyu

beberapa bahan yang dicampurkan menjadi tidak merata dan menggumpal. Hal
tersebut akan mempengaruhi tampilan sabun transparan.
6. Pencetakan
Proses pencetakan dilakukan dengan menuangkan sediaan sabun transparan ke
dalam cetakan sabun. Bahan cetakan sabun dapat berupa stainless steel, plastik,
kayu, fiber dll. Model cetakan disesuaikan dengan bentuk sabun yang akan
dihasilkan, misalnya bulat oval, persegi dan sebagainya.
Setelah dituangkan ke dalam cetakan, sediaan sabun dibiarkan selama beberapa
saat supaya sabun mengeras sempurna. Proses pengerasan (aging) dilakukan pada
suhu kamar selama 1 bulan.
7. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan menggunakan bahan kemasan plastik atau kertas.
Untuk bahan plastik digunakan jenis plastik wrapping yang elastis. Untuk bahan
kertas digunakan jenis kertas yang tipis. Pengemasan sabun transparan dapat
dilakukan secara manual.

Menurut cara pembuatan dan bahan pembuatan, sabun didefinisikan sebagai garam alkali dari rantai
panjang trigliserida (asam lemak). Reaksi yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah
saponifikasi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa bahan dasar sabun adalah asam lemak dan
alkali. Kedua bahan tersebut direaksikan sehingga membentuk garam (padatan). Pada awalnya alkali
yang digunakan adalah sodium hidroksida dan sabun yang terbentuk adalah sabun padat. Namun
belakangan digunakan alkali lain yaitu kalium hidroksida (KOH) sehingga sabun yang dihasilkan
berbentuk cair. Namun seiring perkembangan jaman, sabun dasar jarang digunakan. Sebagai
gantinya digunakan turunan dari sabun dasar berupa surfaktan (bahan aktif permukaan). Surfaktan
dipandang lebih praktis dalam aplikasi pembuatan pembersih termasuk sabun, terutama deterjen.
Sabun adalah salah satu produk yang sangat penting serta diperlukan pada kehidupan sehari-hari.
Sabun juga mempunyai pengertian sebagai bahan pembersih yang dapat digunakan dengan air untuk
membersihkan serta mencuci pada setiap hari. Pada dasarnya sabun terbuat dari bahan dasar dari
lemak (fatty acid) serta basa kuat yang melalui proses uji kimia yang biasanya disebut reaksi
substitusi. Reaksi substitusi ini merupakan sebuah reaksi atom/gugus atom, secara khusus reaksi
dari substitusi pada proses pembuatan sabun ini di sebut Reaksi saponifikasi atau yang biasa disebut
penyabunan. Sabun merupakan salah satu kelengkapan mandi yang harus ada di dalam kamar
mandi. Hampir setiap orang mempunyai sabun mandi dirumahnya masing-masing dan hampir semua
orang bisa dipastikan selalu menggunakan sabun mandi ketika ia mandi. Berikut ini saya akan
mengulas tentang macam-macam bentuk sabun.

Macam-Macam Bentuk Dari Sabun :


1.

Sabun dengan bentuk batang atau cetakan yang padat adalah bentuk sabun seca
ra umum. Biasanya sabun inikita gunakan untuk mandi sehari-hari.

2.

Sabun berbentuk cair : biasanya sabun ini digunakan untuk cuci piring, cuci tanga
n serta untuk anak-anak.
3.
Sabun dengan bentuk busa atau biasa disebut foam : sabun yang satu ini biasany
a digunakan untuk membersihkan wajah.
4.
Sabun dengan bentuk krim atau gel : sabun ini biasanya digunakan untuk mencuc
i peralatan dapur, sabun colek serta sabun untuk mencuci wajah.
5.
Sabun dengan bentuk serbuk atau yang biasanya sering kita sebut sebagai deterg
en : sabun ini biasanya digunakan untuk mencuci pakaian. Kandungan asam benzen
e sulfonat merupakan bahan dasar untuk membuat sabun ini

Jenis-Jenis Sabun :

Sabun transparan : sabun yang satu ini mempunyai kadat yang sangat ringan, se

hingga sabun ini sangat cocok sekali digunakan untuk semua kulit. Sabun ini juga m
empunyai sifat yang mudah larut jadi sangat cocok sekali digunakan dalam kehidupa
n sehari-hari.
sabun Foam : sabun yang satu ini mempunyai manfaat untuk membersihkan waja

h secara sempurna. Kemasan sabun ini sangatlah fleksibel sehingga sangat nyaman
untuk dibawa sehari-hari.
Sabun scrub : sabun ini mempunyai tekstur scrub yang sedikit kasar. Sabun ini me

mpunyai manfaat untuk membersihkan serta mengangkat sel kulit mati, sehingga w
ajah anda akan nampak semakin cerah. Namun jangan memakai sabun ini terlalu se
ring karena dapat membuat kulit muka menjadi kering.
Sabun Acne : sabun ini sangat cocok bagi anda yang sedang mengalami masalah

jerawat. Karena sabun ini memang diformulisasikan secara khusus untuk membunuh
sel jerawat yang membandel.
Sabun natural atau alami : sabun ini berbahan dasar dari tumbuhan yang alami se
perti kandungan buah-buahan, aloe vera serta minyak essensial (Purwanto 2015).

Pengertian

Sabun

Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan
Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan
rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatik) panjang dengan jumlah atom
C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau Ion
Ammonium.
Pembuatan sabun melibatkan teknologi kimia yang dapat mengontrol sifat fisika alami
yang terdapat pada sabun. Saponifikasi pada minyak dilihat dari beberapa perubahan
fasa untuk menghilangkan impurity (zat pengganggu) dan uap air serta dilihat dengan
recovery gliserin sebagai produk samping dari reaksi saponifikasi. Sabun murni terdiri
dari 95% sabun aktif dan sisanya air, gliserin, garam dan impurity lain.
Perubahan lemak hewan (misalnya lemak kambing, Tallow) menjadi sabun menurut cara

kuno adalah dengan cara memanaskan dengan abu kayu (bersifat basa), hal ini telah
dilakukan sejak 2300 tahun yang lalu oleh bangsa Romawi kuno
Ada beberapa karaktersitik yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dasar sabun

antara lain:

Warna

Lemak dan minyak yang berwarna terang merupakan minyak yang bagus untuk
digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.

Angka

Saponifikasi

Angka saponifikasi adalah angka yang terdapat pada milligram kalium hidroksida yang
digunakan dalam proses saponifikasi sempurna pada satu gram minyak. Angka
saponifikasi digunakan untuk menghitung alkali yang dibutuhkan dalam saponifikasi

secara sempurna pada lemak atau minyak.

Bilangan

Iod

Bilangan iod digunakan untuk menghitung katidakjenuhan minyak atau lemak, semakin
besar angka iod, maka asam lemak tersebut semakin tidak jenuh. Dalam

pencampurannya, bilangan iod menjadi sangat penting yaitu untuk mengidentifikasi


ketahanan sabun pada suhu tertentu.
2.3
Sifat-Sifat
Sabun
Sifat

sifat

sabun

yaitu

a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga
akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.
CH3(CH2)16COONa
+
H2O

CH3(CH2)16COOH
+
NaOH
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan
menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun
dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.
CH3(CH2)16COONa
+
CaSO4
Na2SO4
+
Ca(CH3(CH2)16COO)2
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid,
sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat
polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul
sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang
bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+
sebagai
Non

kepala yang
polar

bersifat hidrofilik (suka


:
CH3(CH2)16

(larut
dalam
miyak,
memisahkan
kotoran

hidrofobik,
non
polar)

air) dan
Polar

(larut
dalam
memisahkan

larut
:

dalam air.
COONa+

air,
hidrofilik,
kotoran
polar)

Molekul-molekul sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang dengan satu gugus
ionik yang sangat polar pada salah satu ujungnya. Ujung ini bersifat hidrofilik (tertarik
atau larut dalam air) dan ujung rantai hidrokarbon bersifat lipofilik (tertarik atau larut
dalam minyak dan lemak). Pengotor umumnya melekat pada pakaian atau badan dalam
bentuk lapisan minyak yang sangat tipis. Jika lapisan minyak ini dapat dibuang, partikelpartikel pengotor dikatakan telah tercuci. Dalam proses pencucian, lapisan minyak

sebagai pengotor akan tertarik oleh ujung lipofilik sabun, kemudian kotoran yang telah
terikat dalam air pencuci karena ujung yang lain (hidrofilik) dari sabun larut dalam air
Sifat-sifat fisik sabun yang perlu diketahui oleh design engineer dan kimiawi adalah
sebagai berikut:
1. Viskositas
Setelah minyak atau lemak disaponifikasi dengan alkali, maka akan dihasilkan sabun
yang memiliki viskositas yang lebih besar dari pada minyak atau alkali. Pada suhu di atas
75o C viskositas sabun tidak dapat meningkat secara signifikan, tapi di bawah suhu 75o C
viskositasnya dapat meningkatkan secara cepat. Viskositas sabun tergantung pada
temperature sabun dan komposisi lemak atau minyak yang dicampurkan.

2. Panas Jenis
Panas jenis sabun adalah 0,56 Kal/g.

3. Densitas
Densitas sabun murni berada pada range 0,96g/ml 0,99g/ml.
2.2 Reaksi Dasar Pembuatan Sabun
1. Saponifikasi
Pembuatan sabun tergantung pada reaksi kimia organik, yaitu saponifikasi. Lemak
direaksi dengan alkali untuk menghasilkan sabun dan gliserin. Persamaan reaksi dari
saponifikasi adalah:
C3H3(O2CR)3 + NaOH 3RCOONa + C3H5(OH)3

Lemak minyak Alkali Sabun Gliserin


Saponifikasi merupakan reaksi ekstern yang menghasilkan padan sekitar 65 kalori per
kilogram minyak yang disaponifikasi. pada rumus kimia diatas, R dapat berupa rantai
yang sama maupun berbeda-beda dan biasanya dinyatakan dengan R1, R2, R3. rantai R
dapat berasal dari laurat, palmitat, stearat, atau asam lainnya yang secara umum di
dalam minyak disebut sebagai eter gliserida. Struktur gliserida tergantung pada
komposisi minyak. Perbandingan dalam pencampuran minyak dengan beberapa gliserida
ditentukan oleh kadar asam lemak pada lemak atau minyak tersebut. Reaksi saponifikasi

dihasilkan dari pendidihan lemak dengan alkali dengan menggunakan steam terbuka.
2. Hidrolisa Lemak dan Penetralan dengan Alkali
Pembuatan sabun melalui reaksi hidrolisa lemak tidak langsung menghasilkan sabun.
Minyak atau lemak diubah terlebih dahulu menjadi asam lemak melalui proses Splitting
(hidrolisis) dengan menggunakan air, selanjutnya asam lemak yang dihasilkan dari reaksi
hidrolisis tersebut akan dinetralkan dengan alkali sehingga akan dihasilkan sabun.
Hidrolisa ini merupakan kelanjutan dari proses saponifikasi. Secara kimia rekasi
pembuatan sabunnya adalah :
(i) C3H5(O2CR)3 + 3H2O 3RCO2H + C3H5(OH)3
Lemak/ Minyak Air Sabun Gliserida

(ii) 3RCOOH + 3NaOH 3RCOONa + 3H2O


Air yang digunakan pada proses hidrolisis dapat berupa air dingin, panas atau dalam
bentuk uap air panas (steam). Pada proses hidrolisa lemak, air yang digunakan berada
pada tekanan dan temperatur yang tinggi, supaya reaksi hidrolisa dapat terjadi dengan
cepat. Jika natrium karbonat (Na2CO3) digunakan sebagai penetralan asam lemak, maka
selama reaksi saponifikasi akan mengahsilkan CO2 dan menyebabkan massa bertambah
sehingga material yang ada di dalam reaksi akan tumpah karena melebihi kapasitas
reaksi yang digunakan. Dengan alasan ini, maka Na2CO3 digunakan pada reaksi yang

berada pada reactor yang memiliki kapasitas yang cukup besar.


2.3
Bahan
Mentah
Pembuat

Sabun

Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat sabun.
Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan

mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan
sabun antara lain:
1.
Minyak
atau
Lemak

Tallow

(Lemak

Hewan)

Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan merupakan hasil pencampuran
Asam Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%), stearat (15-20%). Sabun yang berasal dari
Tallow digunakan dalam industri sutra dan industri sabun mandi. Pada indsutri sabun
mandi, tallow biasanya dicampurkan dengan minyak kelapa dengan perbandingan 80%

tallow dan 20% minyak kelapa.

Minyak

Kelapa

Minyak kelapa merupakan komponen penting dalam pembuatan sabun, kerena harga
minyak kelapa cukup mahal, maka tidak digunakan untuk membuat sabun cuci. Minyak

kelapa ini berasal dari kopra yang berisikan lemak putih dan dileburkan pada suhu 15oC.

Minyak
Inti
Sawit
Minyak inti sawit memiliki karekteristik umum, seperti minyak kelapa dan dapat
dijadikan sebagai substituen dari minyak kelapa di dalam pembuatan sabun mandi.

Dengan warna minyak yang terang, minyak inti sawit dapat digunakan langsung untuk
membuat sabun tanpa perlakuan pendahuluan terlebih dahulu.

Minyak
Sawit
(Palm
Oil)
Dalam pembuatan sabun, minyak sawit dapat digunakan dalam berbagai macam bentuk,
seperti Crude Palm Oil, RBD Palm Oil (minyak sawit yang telah dibleaching dan
dideorisasi), Crude Palm falty Acid dan asam lemak sawit yang telah didestilasi. Crude
Plam Oil yang telah dibleaching digunakan untuk membuat sabun cuci dan sabun mandi,
RBD Palm Oil dapat digunakan tanpa melalui Pre-Treatment terlebih dahulu. Minyak

sawit yang dicampurkan dalam pembuatan sabun sekitar 50% atau lebih tergantung pada
kegunaan sabun yang diproduksi.

Marine
Oil.
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki

kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi
parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

Castor
Oil
(minyak
jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun

transparan.

Olive

oil

(minyak

zaitun).

Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang

keras tapi lembut bagi kulit.

Campuran

minyak

dan

lemak.

Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak
dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki
sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan

stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
2.
Alkali
Bahan terpenting lainnya dalam pembuatan sabun adalah alkali seperti NaOH, KOH, dan
lain-lain. NaOH biasanya digunakan untuk membuat sabun cuci, sedangkan KOH
digunakan untuk sabun mandi. Alkali yang digunakan harus bebas dari kontaminasi

logam berat karena mempengaruhi nama dan struktur sabun serta dapat menurunkan
resistansi terhadap oksidasi.
3.
Bahan
Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi
produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-

bahan aditif.

NaCl.

NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam
sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air
garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya
yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan

magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

Bahan

aditif.

Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan
untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan

aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
2.4
Proses
Pembuatan
Sabun

Dalam pembuatan sabun terdapat beberapa metoda untuk proses pembuatan sabun
secara umum adalah sebagai berikut :/p>
1.
Hidrolisa
a.

Proses

Batch

Pada proses batch lemak atau minyak yang dipanaskan di dalam reaktor batch dengan
menambahakn NaOH, lemak tersebut dipanaskan sampai bau NaOH tersebut hilang.
Seletah terbentuk endapan lalu didinginkan kemudian endapan dimurnikan dengan
menggunakan air dan diendapkan lagi dengan garam, kemudian endapan tersebut

direbus dengan air sehingga terbentuk campuran halus yang membentuk lapisan
homogen yang mengapung dan terbentuklah sabun murah.
b.
Proses
Kontinue
Pada proses kontinue secara umum yaitu lemak atau minyak dimasukkan kedalam
reaktor kontinue kemudian dihidrolisis dengan menggunakan katalis sehingga
menghasilkan asam lemak dengan gliserin. Kemudian dilakukan peyulingan terhadap

asam lemak dengan menambahkan NaOH sehingga terbentuk sabun.


2.5
Metode
pembuatan

Berdasarkan reaksi yang terjadi, ada 4 macam proses pembuatan sabun yaitu sebagai
berikut (Y.H.Hui,1996) :
1. Proses pendidihan penuh

sabun

Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch yaitu minyak/lemak
dipanaskan di dalam ketel dengan menambahkan NaOH yang telah dipanaskan,
selanjutnya campuran tersebut dipanaskan sampai terbentuk pasta kira-kira setelah 4
jam pemanasan. Setelah terbentuk pasta ditambahkan NaCl (10-12%) untuk
mengendapan sabun. Endapan sabun dipisahkan dengan menggunakan air panas dan

terbentuklah produk utama sabun dan produk samping gliserin.


2. Proses semi pendidihan
Pada proses semi pendidihan, semua bahan yaitu minyak/lemak dan alkali langsung
dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaaan. Terjadilah reaksi saponifikasi.
Setelah reaksi sempurna ditambah sodium silikat dan sabun yang dihasilkan berwarna
gelap.
3. Proses dingin
Pada proses dingin semua bahan yaitu minyak, alkali, dan alkohol dibiarkan didalam
suatu tempat/bejana tanpa dipanaskan (temperatur kamar,250C). Reaksi antara NaOH
dan uap air (H2O) merupakan reaksi eksoterm sehingga dapat menghasilkan panas.
Panas tersebut kemudian digunakan untuk mereaksikan minyak/lemak dan
NaOH/alkohol. Proses ini memerlukan waktu untuk reaksi sempurna selama 24 jam dan
dihasilkan sabun berkualitas tinggi.
Adapun syarat-syarat terjadinya proses dingin adalah sebagai berikut :
Minyak/lemak yang digunakan harus murni
Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti
Temperatur harus terkontrol dengan baik
4. Proses netral
Prinsip dasar dari proses netral adalah minyak/lemak ditambah NaOH sehingga terjadi
reaksi saponifikasi dan dihasilkan sabun dan gliserin. Sabun yang dihasilkan tidak

bersifat netral sehingga tidak dapat menghasilkan busa yang banyak. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penetralan dengan menambahkan Na2CO3.
2.6
Proses
Komersil
Pembuatan
Sabun

Direct
Saponification
Saponifikasi langsung lemak dan minyak adalah proses tradisional yang digunakan untuk
produksi sabun. Secara komersial, hal ini dilakukan melalui proses kettle boiling batch
atau

Kettle

proses
Boiled

Batch

kontinu.
Process

Proses ini menghasilkan sabun dalam jumlah besar, menggunakan tangki baja terbuka
yang dikenal dengan ketel yang dapat menyimpan hingga 130.000 kg bahan. Ketel
dengan dasar kerucut ini yang berisi koil uap terbuka untuk pemanasan dan agitasi.
Untuk membuat sabun oleh proses lemak, dan minyak, soda kaustik, garam, dan air
secara bersamaan ditambahkan ke ketel. Untuk menyelesaikan proses penyabunan, batch
sabun dipanaskan untuk jangka waktu tertentu menggunakan steam sparging
Setelah menyelesaikan reaksi penyabunan, garam tambahan akan ditambahkan ke dalam
ketel yang dipanaskan dengan uap untuk mengubah campuran dari fase campuran neatsabun ke campuran curd soaplye seat biphasic. Proses ini biasanya disebut dengan
membuka butir sabun. Dadih sabun yang tersisa di ketel biasanya dicuci beberapa kali
dengan menambahkan air untuk mengubahnya kembali ke neat sabun dan mengulangi
penambahan
garam,
mendidihkan,
dan
proses
pemisahan.
Proses mencuci memberikan yang lebih baik menghilangkan kotoran dari gliserol dan
sabun. Setelah pencucian akhir, tingkat air di dalam sabun dadih yang tersisa dalam ketel
disesuaikan untuk mencapai sifat-sifat fisik yang tepat untuk pengolahan tambahan.
Proses ini, disebut sebagai fitting. Produk yang tersisa dalam ketel adalah sabun murni

dengan konsentrasi 70% dengan garam dan gliserol tingkat rendah. Proses ini memakan
waktu lama
dan memerlukan
beberapa hari untuk menyelesaikannya.

Continuous
Saponification
Systems
Sebuah inovasi yang relatif baru dalam produksi sabun, sistem ini telah menghasilkan
efisiensi pengolahan yang lebih baik dan waktu pengolahan yang jauh lebih pendek. Ada
beberapa sistem komersial yang tersedia, bahkan walaupun sistem ini berbeda dalam
aspek desain atau operasi-operasi tertentu, semua proses saponifikasi lemak dan minyak
untuk
sabun
sama
dengan
proses
umum.(Gambar
).
Umpan berupa campuran lemak dan minyak terus dimasukkan ke dalam pressurized,
heated vessel yang biasa disebut sebagai autoclave, bersama dengan sejumlah kaustik
soda, air, dan garam. Pada suhu (120o C) dan tekanan (200 kPa) waktu yang digunakan
untuk reaksi saponifikasi lebih cepat (<30 menit). Setelah dikontakkan dengan waktu
kontak yang relatif singkat pada autoclave, neat sabun dan campuran alkali dipompakan
ke dalam cooling mixer denagn suhu di bawah 100oC. Hasil produk kemudian
dipompakan ke dalam static separator dimana campuran alkali dengan kandungan
gliserol (2530%) dipisahkan dari neat sabun menggunakan pengaruh gravitasi atau
settling
(pengendapan).
Neat sabun kemudian dicuci dengan larutan alkali dan garam. Hal ini sering dilakukan
dalam sebuah kolom vertikal, yang merupakan suatu tabung yang terbuka berupa proses
mixing or baffle stages. Neat sabun dimasukkan ke bagian bawah kolom dan alkali atau
larutan garam dipompakan dari atas. Neat sabun yang masih bisa direcovery berada di
atas kolom sedangkan alkali atau larutan garam berada di bawah. Proses pencucian
menghilangkan impurities dan menghasilkan gliserol yang akan diproses lanjut. Proses
pemisahan akhir menggunakan centrifugal, setelah dipisahkan, residu alkali dalam neat
soap dinetralisasi melalui penambahan asam lemak yang akurat dalam steam-jacketed
mixing vessel (crutcher). Sabun kini siap untuk digunakan dalam pembuatan sabun

batang.
Netralisasi Asam Lemak
Pendekatan lain untuk memproduksi sabun adalah melalui netralisasi asam lemak
dengan kaustik. Pendekatan ini membutuhkan proses bertahap di mana asam lemak
diproduksi melalui hidrolisis lemak dan minyak dengan air, diikuti dengan netralisasi
berikutnya dengan kaustik. Pendekatan ini memiliki sejumlah keuntungan lebih
dibanding proses saponifikasi secara umum.
Tahap Hidrolisis
Tahapan hidrolisis lemak dan minyak dengan air membutuhkan pencampuran yang baik
dimana secara normal keduanya merupakan fasa yang tidak saling larut. Reaksi
dilakukan di bawah kondisi dimana air memiliki kelarutan yang cukup tinggi yaitu
sekitar 10 25% dalam lemak dan minyak. Dalam prakteknya, proses ini dicapai di
bawah tekanan tinggi yaitu sekitar 4-5.5 MPa (580psi-800 psi) dan dengan suhu tinggi
(240OC-270OC) pada kolom stainless steel. (Gambar). ZnO kadang-kadang ditambahkan
sebagai katalis dengan lemak bahan baku dan minyak untuk mempercepat reaksi.
Bahan baku lemak dan minyak yang dimasukkan di bagian bawah dan air dimasukkan di
bagian atas kolom. Kolom didesain terbuka atau berisi baffle untuk meningkatkan
pencampuran yang lebih baik melalui aliran turbulen. Steam bertekanan tinggi

ditempatkan pada ketinggian tiga atau empat di kolom yang berbeda untuk pemanasan
awal. Desain ini menetapkan pola aliran lawan dengan air bergerak melalui kolom dari
atas ke bawah dan lemak dan minyak arah yang berlawanan. Sebagai bahan-bahan ini
dicampurkan pada suhu dan tekanan tinggi .Keterkaitan ester dalam lemak dan minyak
dihidrolisis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol. Asam lemak yang terbentuk
dilanjutkan melalui kolom bagian atas, sedangkan gliserol yang dihasilkan dilakukan
pencucian melalui bagian bawah dengan fase air. Karena ini merupakan reaksi reversibel,
penting untuk menghilangkan gliserin dari campuran melalui proses pencucian.
Asam lemak yang dihasilkan pada bagian atas kolom mengandung air, lemak yang tidak
terhidrolisis, dan Zn sisa sebagai katalis. Produk ini kemudian dilewatkan ke tahap
pengeringan vakum dimana air tersebut dihilangkan melalui penguapan dan asam lemak
didinginkan sebagai hasil dari proses penguapan. Produk kering aliran ini kemudian
diteruskan ke sistem distilasi. Sistem distilasi memungkinkan untuk perbaikan kualitas
asam lemak, yaitu, bau dan warna, melalui pemisahan asam lemak dari lemak yang
safonisasi sebagian dan minyak, yang masih mengandung katalis Zn. Hal ini dicapai
dengan pemanasan produk steam dalam penukar panas dengan suhu sekitar 205oC232oC dan dimasukkan ke ruang hampa (flash still) pada tekanan 0,13kPa-0,8 kPa atau
(1 6 mm Hg) tekanan absolut .
Asam lemak yang diuapkan pada kondisi ini akan dihilangkan dari bahan-bahan yang
tidak diinginkan seperti trigliserida terhidrolisis sebagian. Asam lemak yang menguap
kemudian melewati serangkaian kondensor air dingin untuk fraksionasi .Sistem
bervariasi dalam jumlah kondensor tetapi sistem tiga-kondensor adalah system yang
umum digunakan. Asam lemak biasanya dipisahkan menjadi heavy cut, mid-cut, dan
very light cut. Light cut sering dihilangkan karena mengandung banyak zat yang
menyebabkan bau yang tidak enak pada asam lemak.
Asam lemak yang diperoleh dari proses tersebut dapat digunakan secara langsung atau
dimanipulasi lebih lanjut untuk diperbaiki atau diubah kinerja dan stabilitas. Hardening
adalah operasi dimana beberapa ikatan tak jenuh yang terdapat di dalam asam lemak
dieliminasi melalui proses hidrogenasi atau penambahan H2 di karbon-karbon ikatan
rangkap. Proses ini pada awalnya dimaksudkan untuk meningkatkan bau dan
memperbaiki warna asam lemak melalui eliminasi dari ikatan rangkap tak jenuh.
Namun, seiring perkembangan dalam penggunaan asam lemak, hidrogenasi merupakan
proses komersial penting untuk mengubah sifat fisik dari asam lemak.
Hardering biasanya dicapai dengan melewatikan asam lemak yang telah dipanaskan
melalui serangkaian tubes packed dengan katalis dengan kehadiran gas hidrogen. Katalis
yang paling sering digunakan adalah Ni. Hardering ditentukan oleh jumlah hidrogen,
suhu reaksi, tekanan, dan waktu tinggal. Asam lemak yang telah melewati proses
hardering kemudian disaring untuk menghilangkan sisa katalis dan selanjutnya
didinginkan dalam flash tank dimana kelebihan gas hidrogen dihilangkan. Selain
pengurangan tingkat ketidakjenuhan dalam asam lemak, proses juga dapat mengkonversi
beberapa konfigurasi cis asam lemak tak jenuh ke dalam konfigurasi trans. Konversi
dapat mempengaruhi sifat produk jadi dan biasanya dikendalikan untuk spesifikasi yang
diinginkan.

Netralisasi
Tahap pembentukan sabun dari asam lemak dicapai melalui reaksi asam lemak dengan
kaustik yang sesuai. Reaksi ini berlangsung sangat cepat untuk beberapa kaustik yang
banyak digunakan, misalnya, NaOH atau KOH, dan memerlukan perhitungan yang tepat
dan pencampuran yang akurat untuk memastikan efektivitas proses. Meskipun relatif
mudah, dalam prakteknya, beberapa pertimbangan proses harus ditangani dengan baik.
Pertama, perbandingan yang tepat dari lemak asam, kaustik, air, dan garam harus dijaga
untuk menjamin pembentukan fase neat sabun yang diinginkan. Proses ini dikontrol
untuk menghindari terbentuknya sabun menengah, yang memiliki viskositas tinggi dan
tidak menghilang dengan cepat. Kedua, pencampuran yang baik antara minyak dan air
diperlukan untuk memastikan terbentuknya fase campuran neat sabun yang baik. Ketiga,
karena panas yang dibebaskan dari reaksi, temperatur proses harus dipertahankan dalam
batas-batas tertentu agar tidak terlalu panas dan mendidih atau berbusa.
Ada berbagai proses komersial untuk tahap netralisasi. Umumnya, asam lemak
dipanaskan pada (50 o C-70o C) dan dicampurkan dengan kaustik-garam-air (25o C-30o
C) Steam dialirkan ke dalam sebuah high shear mixing system, umumnya disebut sebagai
neutralizer. Campuran dipanaskan dengan suhu antara 85oC dan 95oC kemudian
dipompakan ke dalam tangki penerima yang efektif untuk mencampurkan sabun baik
melalui sistem resirkulasi dan agitasi. Setelah dikontakkan dengan waktu tinggal pendek
di tangki penerima untuk memastikan komposisi seragam, sabun yang dihasilkan
dipompakan ke tangki penyimpanan atau dilanjutkan ke proses finishing.
Pemurnian Sabun
Pemurnian sabun adalah suatu perlakuan untuk menghilangkan impurities yang terlarut
dalam larutan alkali dan mengcover lagi gliserin yang terbebas pada saat reaksi
saponifikasi. Asumsi tentang pemurnian sabun yaitu :
Giserol merupakan jumlah total pelarut dalam pencucian larutan alkali.
Gliserol ada pada sabun yang dilarutkan dalam larutan alkali.
Ketika sabun dicampurkan dengan pencucian larutan alkali, gliserol pindah dari larutan
alkali pada sabun menjadi pencucian alkali sampai konsentrasi keduanya stabil.
Bila campuran tadi dibiarkan di stele kemudian dipisahkan menjadi dua lapisan bagian
yaitu lapisan atasnya adalah sabun dan lapisan bawahnya untuk pencucian alkali.
Ketika pencucian meningkat, kebanyakan gliserol diekstrak pada saat banyaknya
larutan alkali yang dikorbankan.
Secara umum proses pencucian sabun yaitu :
Proses pembasahan, perlakuan terhadap kotoran dan lemak-lemak
Proses menghilangkan kotoran dari permukaan

Mengatur kotoran-kotoran supaya tetap stabil dari larutannya atau suspensinya.


Finishing
Finishing merupakan langkah akhir pada proses pembuatan sabun, yang meliputi
beberapa tahap, yaitu:
1) Crutching
Jika sabun murni yang berasal dari ketel atau proses lainnya akan dicampurkan dengan
menggunakan bahan lain, maka sebelum dibentuk atau dikeringkan, dilakukan
pencampuran terlebih dahulu. Campuran itu dilarutkan di dalam mesin crutcher dahulu.

Crutcher adalah bejana yang berbentuk silindris dengan ukuran kecil, kapasitasnya 6802279 dan dilengkapi dengan pengaduk. Crutcher juga digunakan di dalam pencampuran
alkali dengan lemak di dalam pembuatan sabun dengan proses pendinginan.
2) Framming
Metode yang digunakan untuk mengubah sabun murni atau cairan sabun panas menjadi
padatan yang mudah dibentuk menjadi batangan atau disebut dengan framming.
Framming dilakukan pada cairan sabun yang berada pada suhu 57-62oC didalam suatu
frame yang memiliki berat 454 545 kg berbentuk persegi. Untuk memadatkan sabun
murni diperlukan waktu 3-7 hari. Sabun yang telah dicetak dapat dipotong menjadi
bagian kecil. Penambahan zat adiktif antioksidan stabilizer dan farfum dilakukan pada
saat crutching sebelum framming.
3) Drying
Berbagai macam metoda pembuatan sabun dengan menggunakan reaksi saponifikasi
yang menghasilkan sabun murni mengandung air sekitar 30-35%. Sabun murni tersebut
diubah menjadi sabun chip dengan kandungan 5-15% air. Proses pengeringan yang
sederhana dikenal dengan spray drying proses. Sabun yang mengandung air dilewatkan
melalui spary nozzles. Partikel-partikel kecil ini dikeluarkan oleh spray nozzles dalam
bentuk kering. Pengeringan juga daapt dilakukan pada vakum atau di dalam atmospherik
flash drying.
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang umumnya
dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30
35% pada sabun murni menjadi 8 18% pada sabun butiran atau lempengan. Jenis
jenis vakum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem, semuanya dapat
digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum spray dryer sistem
tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun
dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Sabun yang sudah
dipanaskan terlebih dahulu disemprotkan di atas dinding ruang vakum melalui mulut
pipa yang berputar. Lapisan tipis sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan
tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga
jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer
dengan multi sistem, yang merupakan versi pengembangan dari dryer sistem tunggal,
memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien daripada

dryer sistem tunggal.


2.7 Kegunaan Sabun
Sebagian besar kegunaan sabun di dalam kehidupan sehari-hari adalah bahan pencuci.
Sedangkan di dalam industri kosmetik sabun memiliki kegunaan tergantung pada
komposisi yang terkandung di dalam sabun itu sendiri.
Asam lemak seperti asam stearat atau asam aleat sebagian besar dikonversi menjadi
sabun dengan mereaksikannya dengan alkali (NaOH, KOH) maupun dengan
alkalominida. Asam lemak banyak digunakan di dalam pembuatan cream cukur, cream
wajah, hand body lotion, dan pewarna rambut.
Sabun stearat digunakan sebagai pengemulsi antara mineral minyak, lemak ester dan air
di dalam pembuatan hand and body lotion.

2.8 Klasifikasi Sabun


Berdasarkan penggunaannya, sabun dapat diklasifikasi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Laundry Soap; untuk sabun cuci.
2. Toilet soap; yang digunakan untuk mandi dan perawatan kulit, termasuk juga disini
medicine soap.
3. Textile soap, yang digunakan untuk pada proses scouring textile, proses degumming

sutera dll.
2.9 Proses Kontrol
Untuk memproduksi sabun yang berkualitas, penting bila dilakukan kontrol terhadap
proses pembuatan sabun, baik pada proses pre-treatment terhadap minyak atau lemak
yang digunakan maupun terhadap proses pembuatan sabun hingga proses akhir.
Beberapa hal yang diperlukan dalam kontrol proses pembuatan sabun adalah:
a. Kontrol minyak atau lemak yang dimasukkan
Kualitas sabun ditentukan oleh komposisi minyak yang dicampurkan dalam pembuatan
sabun tersebut. Jika komposisi pencampuran dikontrol secara akurat maka kualitas
sabun yang dihasilkan akan baik.
b. Warna dasar sabun
Warna dasar sabun dapat dikontrol di dalam reflektometer, pengamatan langsung
maupun dengan membandingkan sampel yang memiliki warna standar. Pada sabun
mandi, warna dasar sabun dapat dikoreksi dengan penambahan Natrium Hidrosulfat
pada dosis tertentu dalam proses finishing sabun di dalam ketel mendidih.
c. Alkali bebas dan klorida
Untuk mengontrol alkali bebas dan klorida di dalam sabun biasanya digunakan inhibitor
pheoftalein.
d. Lemak yang tidak tersaponifikasi
Jika prosedur pembuatan sabun sudah benar, maka dapat dihasilkan reaksi saponifikasi
yang sempurna dan sangat kecil kemungkinan terjadinya lemak yang tidak tersafonifikasi
pada proses batch, safonifikasi memerlukan waktu yang lebih lama sedangkan pada
proses kontinue, waktu safonifikasi lebih pendek dengan menggunakan temperatur dan
tekanan yang tinggi, dan minyak dapat tersafonifikasi dengan sempurna.
e. Gliserol di dalam sabun
Gliserin merupakan komoditas yang mahal kedua setelah asam lemak. Oleh karena itu
perlu dilakukan recovery gliserin. Recovery gliserin dilakukan pencucian terhadap sabun
dari gliserol setelah safonifikasi. Gliserin merupakan produk komersial yang merupakan

hasil samping dari safonifikasi.

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan
Alkali yang juga merupakan garam-garam Monofalen dari Asam Karboksilat dengan
rumus umumnya RCOOM.
Bahan mentah pembuatan sabun: Minyak atau lemak, Alkali, bahan tambahan.

Reaksi pembuatan sabun:

Saponifikasi
Hidrolisa Lemak dan Penetralan
Metode pembuatan sabun:
1. Proses pendidihan penuh
2. Proses semi pendidihan
3. Proses dingin
4. Proses Netral.
Proses pembuatan sabun secara komersil:
1. Direct Saponification yang terdiri dari Kettle Boiled Batch Process atau Continuous
Saponification Systems,
2. Netralisasi Asam Lemak.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Maine, Sandy. 1995. Simple Herbal Recipes. Interweave Press.
Hui, Y. H. 1996. Baileys Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. New York: Jhon
Willey & Sons Inc.
Hart, Suminar. Kimia Organik S buatu Kuliah Singkat edisi 6. Erlangga:Jakarta.
Lehninger, A.L. 1987. Biochemistry. Worth Pub. Inc. New York.
Arifin, Simson. 2007.Sabun. http://majarimagazine.com/2007/12/che-around-ussabun/. Diakses pada 3 Mei 2011.
Suheri, Fauzan. 2010. Pembuatan
Sabun.http://blog.unsri.ac.id/suherifauzan/ kampus/pembuatan-sabun/. Diakses pada 3
Mei 2011.
Lutfi, Ahmad. 2009. Sabun dan Detergen. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran_lingkungan/sabun-dan-deterjen/.
Diakses pada 3 Mei 2011.
Luthana, Yissa. 2010. Bahan bahan Pembuatan
Sabun. http://yissaprayogo.wordpress.com/2010/05/07/bahan-bahan-dalampembuatan-sabun/. Diakses pada 3 Mei 2011.
Kelapa

adalah

satu

jenis

tumbuhan

yang

tergolong

dalam

suku Arecaceae dan

anggota

tunggal

dari

marga Cocos(wikipedia, 2010). Tanaman kelapa ini memiliki pohon yang bisa mencapai ketinggian 30 meter. Kelapa merupakan
pohon multi fungsi bagi masyarakat tropis karena hampir semua bagiannya bisa dimanfaatkan orang seperti batangnya
sebagai kayu dan papan untuk membuat rumah, daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan, dan buah kelapa
merupakan bagian yang bernilai ekonomis karena dapat menghasilkan minyak.

B.

Definisi VCO
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa yang berasal dari buah kelapa yang tua dan segar yang diolah pada
kondisi suhu rendah, melalui pemanasan, penyaringan, peragian atau fermentasi, pemakaian zat tambahan lainnya dan tanpa
bahan kimia. Pengertian lain menyangkut VCO ini adalah minyak kelapa kualitas tinggi karena tidak mengandung kolesterol,
kadar air, dan asam lemak bebas yang kecil serta kandungan asam laurat yang tinggi (sekitar 53 %). Asam laurat adalah asam
lemak jenuh rantai sedang, apabila dikonsumsi tubuh maka akan terbakar sehingga menghaasilkan energi dan dapat
menciptakan kenetralan terhadap kolesterol. VCO juga merupakan sebagai minyak kelapa yang sangat aman karena tidak

mengandung asam lemak trans dan benar-benar murni, disebabkan VCO tidak mengalami kontak ataupun penambahan bahan
kimia lain.

C.

Sabun
Sabun termasuk kebutuhan pokok manusia. Sabun digunakan sebagai pembersi baik untuk tubuh atau peralatan
lainnya. Sabun dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu sabun cream, sabun batang, dan sabun cair. Sabun batang
dikelompokkan menjadi tiga yaitu sabunopaque, sabun transparan, dan sabun translucent. Ketiga jenis ini dibedakan
berdasarkan penampakannya. Sabun transparan merupakan sabun yang penampakannya paling terang dan tembus pandang
dan sabun translucent memiliki penampakan yang mengabur (tidak transparan). Sedangkan sabun opaque adalah sabun yang
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai sabun mandi.(Prihandana, Rama dkk : 2007)

D.

Sabun transparan
Sabun transparan adalah sabun batangan dengan

penampilan (performance) transparan atau tembus pandang.

Secara umum sabun ini dibuat dengan melarutkan sedian minyak dan basa untuk membentuk stok sabun. Selanjutnya stok
sabun dilarutkan dengan alkohol pada kondisi panas untuk membentuk larutan jernih, kemudian baru ditambah bahn lain
seperti penyeras, pewangi, dan pewarna. Sabun transparan terkadang disebut juga dengan sabun gliserin, karena dalam
pembuatannya ditambahkan gliserin yang berfungsi sebagai pelembab pada kulit.(Erliza Hambali, dkk : 2005)

E.
1.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan VCO dan sabun transparan


VCO
Bahan utama dalam pembuatan VCO adalah daging buah kelapa. Daging buah kelapa diparut dan dijadikan santan.
Kualitas kelapa yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas VCO yang dihasilkan. Semakin baik kualitas kelapa yang
digunakan maka semakin baik pula VCO yang dihasilkan, disamping itu rendemennya juga tinggi, demikian sebaliknya.
Kelapa yang baik digunakan adalah kelapa yang merupakan varietas kelapa lokal, berusia 11-13 bulan, di koclak akan
terdengar bunyi nyaring, kulit sabut bewarna coklat, belum berkecambah, dan ketebalan dagingnya berkisar antara 10-15 mm.

2.

Sabun transparan
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sabun transparan adalah sebagai berikut.(Erliza Hambali, dkk : 2005)

a.

Minyak
Kelompok minyak yang bisa digunakan adalah minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak jagung dan minyak
lainnya. Dalam laporan ini minyak yang dipakai adalah minyak kelapa murni (VCO) yang kandungan dominannya adalah asam
laurat (44-53%).

b.

Natrium Hidroksida (NaOH)


Natrium hidroksida sering kali disebut sebagai soda kaustik atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat
basa dan bisa menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dan bersifat higroskopis (mudah menyerap kelembapan).

c.

Gliserin
Gliserin merupakan produk samping dari hidrolisis antara minyak nabati dan air dalam menghailkan asam lemak. Gliserin
berfungsi sebagai pencipta kelembapan pada kulit. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.

d.

Gula Pasir
Gula pasir berbentuk kristal putih. Penambahan gula pasir ini berfungsi untuk membentuk transparansi pada sabun dan
membantu perkembangan kristal pada sabun.

e.

Etanol

Etanol berbentuk cair, jernih, dan tidak bewarna. Etanol dengan rumus kimia C 2H5OH digunakan sebagai pelarut karena
sifatnya mudah larut dalam air dan lemak.

f.

Asam Stearat
Asam stearat dapat ditemukan pada minyak hewan dan nabati. Asam stearat ini dapat berwujud cair dan padat. Pada
pembuatan sabun transparan ini asam stearat yang digunakan berbentuk kristal putih. Asam stearat berfungsi sebagai
pengeras sabun dan penstabil busa.

g.

TEA
Penggunaan TEA pada pembuatan sabun transparan berfungsi sebagai bahan pembantu pembeningan. TEA merupakan
cairan kental yang bewarna kecoklatan.

h.

Pewarna
Pewarna ditambahkan dalam pembuatan sabun ini bertujuan untuk memberikan cita ragam warna. Pewarna yang
digunakan adalah pewarna yang tidak memberikan efek samping terhadap produk. Pewarna yang baik digunakan adalah
pewarna untuk kosmetik grade.

i.

Pewangi
Pewangi ditambahkan bertujuan untuk memberikan efek wangi pada produk sabun yang dihasilkan. Sama dengan
pewarna, pewangi yang dibutuhkan tidak boleh memberikan efek yang berlawanan terhadap transparansi sabun.

E.

Kandungan gizi dalam VCO


VCO dapat dijadikan sebagai obat berbagai penyakit yang berasal dari virus dan yang belum ditemukan obatnya,
seperti flu burung, HIV/AIDS, hepatitis dan lain-lain. Komponen utama dalam VCO adalah asam lemak jenuh (90 %) dan asam
lemak tak jenuh (10 %). Dalam VCO banyak terdapat MCFA (Medium Chain Fatty Acid). MCFA merupakan komponen asam
lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain dapat merangsang produksi insulin sehingga proses
metabolisme glukosa berjalan normal.Selain itu MCFA juga berfungsi bermanfaat dalam mengubah protein menjadi energi.
Asam lemak yang utama dalam VCO (asam laurat) berperan positif dalam pembakaran nutrisi makanan menjadi energi,
dan berfungsi sebagai antibakteri, antiprotozoa, dan antivirus.

F.

Manfaat VCO dan sabun transparan


1. VCO
a. Bagi manusia
Kandungan asam laurat dan asam lemak jenuh lainnya yang tinggi dalam VCO dapat digunakn untuk mengatasi
berbagai penyakit, seperti :

1)

infeksi bakteri, virus, dan jamur

2)

menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah

3)

mengobati oesteoporosis

4)

mencegah obesitas

5)

mengobati dan mencegah kanker

6)

mencegah kerusakan yang ditimbulkan radiasi sinar ultra violet pada kulit dan memperbaiki pendayagunaan asam lemak
esensial dan melindungi dari oksidasi, dan lain-lain.

b. Bagi industri
Selain itu, VCO sangat bermanfaat bagi dunia industri baik sebagai bahan baku atau lainnya seperti:
1)

Industri farmasi

2)

Industri kosmetik

3)

Industri Minyak goreng berkualitas tinggi

4)

Industri susu formula

5)

Pembuatan minyak telon dan lain-lain.

2.

Sabun transparan
Sabun transparan yang telah diberi aditif tertentu dapat dimanfaatkan sebagai anti jerawat, memutihkan kulit, serta
dapat mengencangkan kulit. Hal utama yang harus diperhatikan adalah pemilihan jenis minyak atsirinya sebagai farfum.
Sebagai contoh minyak tanaman teh bisa berfungsi sebagai antiseptik dan anti jerawat.

G.

Metoda dalam pembuatan VCO dan sabun transparan

1.

VCO
Proses pembuatan VCO bisa dilakukan dengan berbagai metode yaitu sebagai berikut.

a.

Pemanasan
Pada prinsipnya, pembuatan VCO dengan pemanasan sama seperti cara tradisional. Pada tahap awal, daging kelapa
diparut dan dijadikan santan dengan perbandingan 500 gram daging kelapa dan 500 mL air. Selanjutnya santan didiamkan
selama 1 jam untuk memisahkan krim dan air. Dari dua komponen yang ada diambil adalah krimnya dan dilakukan pemanasan
pada suhu 55-70 C sampai dihasilkan minyak. Setelah itu minyak dipanaskan pada suhu 60-70 C sampai dihasilkan minyak
kelapa murni.
Kelebihan cara ini adalah :

1.

Waktu pembuatan VCO relatif singkat.

2.

Minyak yang dihasilkan beraroma khas.

3.

Biaya produksi murah.


Kelemahan dari cara ini adalah :

1. Jika pemanasan terlalu tinggi maka santan akan rusak sehingga khasiat VCO akan berkurang.
2. Tidak tahan lama.
3. Mudah berbau tengik.

b.

Fermentasi
Prinsip pembuatan VCO melalui fermentasi memiliki kesamaan pada tahap awal, yaitu pembuatan santan dengan
perbandingan daging kelapa dan air 500 : 500. Setelah itu santan dibiarkan selama 1-2 jam hingga krim dan air terpisah. Krim
yang diperoleh difermentasi selama 1-2 hari dengan menambahkan enzim secara langsung (mikroba penghasil enzim) atau
dengan menambahkan ragi.
Proses fermentasi dikatakan berhasil jika menghasilkan tiga lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak murni, bagian
tengah berupa blondo, dan bagian bawah air. Untuk menghilangkan bau dan kadar air pada minyak, maka haarus dipanaskan
pada suhu 60 C.
Kelebihan cara fermentasi adalah :

1. Biaya pembuatannya VCO murah.


2. VCO yang dihasilkan bewarna bening.

Kekurangan cara fermentasi adalah :


1. Minyak yang dihasilkan beraroma agak keras.
2. VCO yang dihasilkan sulit stabil karena tidak dapat mengontol bakteri yang aktif.
3. Waktu pembuatan produknya lama.

c.

Pancingan
Penggunaan pancingan ini dilakukan setelah daging kelapa diubah menjadi santan dan dipisahkan antara air dan
krimnya. Krim yang diperoleh dicampurkan dengan VCO dengan perbandingan tertentu sembari diaduk-aduk, kemudian
didiamkan selama 7-8 jam. Indikator keberhasilannya akan terbentuk tiga lapisan, yaitu minyak, blondo, dan air. Minyak yang
didapat dimurnikan dari air dengan pemanasan pada suhu 60 C.

d.

Enzimatis
Pembuatan VCO secara enzimatis merupakan pemisahan minyak dalam santan tanpa pemanasan. Enzim yang
digunakan bisa berupa enzim bromelin (pada nanas), enzim papain(daun papaya), enzim protease (kepiting sungai).
Pembuatan secara enzimatis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pembuatan santan, pembuatan VCO, dan penyaringan.
Keunggulan VCO yang dihasilkan adalah warnanya yang bening seperti kristal karena tidak melalui pemanasan,
kandungan asam lemak dan antioksidannya tidak banyak berubah, dan peralatan yang sangat sederhana.
Sedangkan kelemahannya adalah waktu yang lama dalam proses denaturasi untuk memisahkan minyak dari ikatan
yaitu sekitar 2 jam, dan sulit dalam menghasilkan enzim yang dibutuhkan.

e.

Sentrifugasi
Sentifugasi digunakan pada proses pemisahan antara minyak dengan air dan air dengan santan. Teknologi ini akan
menghasilkan produk berkualitas.
Keunggulannya proses pembuatan ini adalah waktu yang relatif singkat dalam menghasilkan minyak, aroma yang khas,
kadar air yang sangat kecil, dan VCO yang bermutu.
Kelemahan yang ada pada proses ini adalah biaya produksi yang mahal dan peralatan yang digunakan sulit serta
harganya mahal.

2.

Sabun transparan
Proses pembuatan sabun transparan adalah proses pemanasan, pengadukan dan pendinginan. Tahap pertama minyak
dipanaskan hingga mencapai 60 C sambil diaduk menggunakan stirer dan ditambahkan basa (NaOH) sedikit demi sedikit
hingga terjadi proses penyabunan. Pengadukan terus dilakukan sekitar 10 menit untuk memastikan penyabunan berjalan
sempurna. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan asam stearat yang telah dilelehkan kedalam stok sabun yang terbentuk
dengan pengadukan yang terus berlangsung. Setelah itu disusul dengan menambahkan alhohol, larutan gula, TEA, dan gliserin
(pengocokan tetap dilakukan). Setelah semua homogen suhu pada campuran diturunkan dengan menghentikan pemanasan
dan ditambah dengan pewarna serta farfum sesuai selera. Langkah terakhir adalah dengan menuangkan larutan kedalam
ccetakan dan dibiarkan mengeras. Setelah mengeras dilakukan proses pembongkaran dari cetakan dan siap digunakan.

H.

Definisi massa jenis


Massa jenis adalah pengukuran setiap satuan volume benda. Pengertian lainnnya adalah suatu besaran turunan yang
diperoleh dengan membagi massa dan volume. Massa jenis merupakan ciri khas sebuah benda. Zat yang sama akan memiliki
massa jenis yang sama walau volumenya berbeda. Adapun rumus dalam penentuan massa jenis adalah :

I.

Metoda pengujian massa jenis


Metode yang digunakan dalam mengukur massa jenis adalah metoda piknometer. Air digunakan sebagai pembanding
massa jenis VCO.

J.

Definisi Asam lemak bebas


Asam lemak bebas adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Asam lemak
dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh dengan perbedaan jenis ikatan rantainya.
Asam lemak yang terkandung dalam minyak kelap adlah asam lemak jenuh. Terdiri dari asam lemak jenuh berantai
pendek (C2-C6), lemak kenuh berantai sedang (C 8-C12), dan lemak jenuh berantai panjang(C 14-C24). Asam lemak yang banyak
terkandung dalam minya kelapa adalah asam lemak jenuh rantai sedang yaitu asam laurat. Keunikan dari asam lemak yang
terkandung dalam VCO adalah dapat bersifat sebagai antibakteri, menyehatkan, dapat mengurangi obesitas, dan dapat tahan
lama.

K.

Metode pengujian Asam Lemak Bebas


Metode pengujian massa jenis yang dipakai adalah metida titimetri. Prinsip dasarnya adalah melarutkan VCO di dalam
pelarut organik tertentu (biasanya alkohol netral) dilanjutkan dengan mentitrasi menggunakan basa (NaOH atau KOH).

L.

Definisi pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu larutan. pH didefinisikan sebagai logaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak
dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat

relatif

terhadap

sekumpulan

larutan

standar

yang

pH-nya

ditentukan

berdasarkan

persetujuan

internasional (wikipedia : 2010).

M.

Metode pengujian pH
Pengujian pH adalah parameter pengujian mutu dari sabun transparan. Pengukurannya dengan melarutkan sabun
didalam air dan diukur menggunakan indikator universal.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

Alat yang digunakan

1.

Pembuatan VCO
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan VCO dengan metoda pemanasan adalah corong pisah, gelas piala, gelas
ukur, hot plate, saringan, kertas saring, kain belacu, dan botol reagen.

2.

Pengujian parameter mutu VCO


Gelas piala, erlenmeyer, gelas ukur, hot plate, pipet gondok, pipet tetes, piknometer, penangas air, neraca, oven,
desikator, dan tabel massa jenis

3.

Pembuatan sabun transparan


Gelas piala, termometer, neraca, stirer, hot plate, batang pengaduk, dan cetakan.

4.

Pengujian parameter mutu sabun transparan

Pengujian mutu sabun transparan kususnya transparansi dan kekerasan dilakukan secara manual, sehingga tidak
menggunakan bahan lain (langsung melalui produk yang dihasilkan) kecuali pH yang diukur menggunakan indikator universal.

B.

Bahan yang digunakan

1.

Pembuatan VCO
Bahan yang digunakan dalam pembuatan VCO adalah kelapa parut sebanyak 500 gram dan air 500 mL.

2.

Pengujian parameter mutu VCO


Dalam pengujian parameter mutu VCO (asam lemak bebas dan massa jenis) bahan yang digunakan meliputi VCO,
alkohol, NaOH, aquades, dan indikator pp.

3.

Pembuatan sabun transparan


Bahan pembuatan sabun transparan yang digunakan meliputi VCO, NaOH 30 %, asam stearat, alkohol 98 %, larutan gula,
TEA, dan gliserin.

4.

Pengujian parameter mutu sabun transparan


Dalam pengujian parameter sabun transparan yang dipakai hanya sabun dan sedikit air.

C.

Prosedur percobaan

1.

Pembuatan VCO
Santan yang diperoleh dari 500 gram kelapa dan 500 mL air dimasukkan kedalam corong pisah dan didiamkan 1 jam
agar krim dan air terpisah. Selanjutnya air dan krim dipisahkan dan air dibuang. Krim yang ada dituang kedalam gelas piala dan
dipanaskan pada suhu 50-70 C. Untuk mencek suhu digunakan termometer, dan pemanasan dilakukan sampai terbentuk
minyak yang tidak bewarna dan blondo. Setelah itu minyak dipisahkan dari blondo dengan menggunakan kain belacu sehingga
didapat VCO kasar. Setelah itu VCO yang ada disaring menggunakan kertas saring untuk mengurangi kadar kotoran yang
terkandung dalam VCO. Setelah disaring VCO dipanaskan pada suhu 60C agar tidak mengandung air lagi.

2.
a.

Pengujian parameter mutu VCO


Asam lemak bebas
Lima gram VCO ditimbang dengan neraca analitik dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambahkan 10 mL
alkohol netral dan dipanaskan selama lima menit. Setelah selesai dipanaskan ditambahkan tiga tetes indikator pp, kemudian
dititasi dengan NaOH yang telah distandardisasi sampai tepat timbul warna merah muda yang tidak hilang dengan pengocokan
selanjutnya.
Kadar asam lemak bebas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

V NaOH x N NaOH x 200


% FFA

----------------------------------

x 100%

Berat sampel

Keterangan :
V

NaOH

: Volume natrium hidroksida terpakai

NaOH

: Konsentrasi tepat NaOH

200

b.

Massa jenis

: Berat ekivalen dari VCO

Piknometer dicuci bersih dengan air dan dikeringkan dalam desikator menggunakan oven. Piknometer yang telah
dipanaskan kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang piknometer kosong (A gram). Untuk B gram piknometer
diisi penuh dengan air dan ditimbang. Selanjutnya temperatur air diukur dan dicocokkan dengan tabel massa jenis air.
Kemudian piknometer diisi penuh dengan VCO dan ditimbang (C gram).
Massa jenis dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

B gram A gram
Volume piknometer =

-------------------------------------Massa jenis air

C gram B gram
Massa jenis VCO

-------------------------------------Volume piknometer

3.

Pembuatan sabun transparan


VCO ditimbang sekitar 25 gram dan dipanaskan didalam gelas piala hingga pada suhu 60C sambil diaduk terus
menerus menggunakan stirer. Setelah itu ditambahkan sedikit demi sedikit NaOH 30 % sebanyak 18,8 gram dan diaduk hingga
reaksi penyabunanannya sempurna ( 10 menit). Dalam keadaan masih diaduk tambahkan asam stearat yang telah dicairkan
sebelumnya. Setelah itu ditambahkan lagi alkohol 98 %, TEA, larutan gula dan gliserin. Jika campuran sudah homogen maka
pemanasan dihentikan namun tetap diaduk dan dibiarkan suhunya menurun. Saat suhunya mencapai 40-50C ditambahkan
pewarna dan pewangi dan diaduk hingga homogen. Tahap terakhir adalah menuangkan kedalam cetakan yang disediakan dan
ditunggu mengeras. Setelah keras maka dikeluarkan dari cetakan dan siap untuk digunakan.

4.

Pengujian parameter sabun transparan


Untuk pengujian transparansi dilakukan dengan menggunakan visual saja. Sedangkan tingkat kekerasannya cukup
dengan cara manual yaitu menggunakan tangan saja. Berbeda dengan pengukuran pH yaitu dengan melarutkan sedikit sabun
( 0,5 gram) menggunakan pelarut universal (air) dan dicek menggunakan indikator universal. pH yang baik berkisar antara 810.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Rendemen dan parameter pengujian mutu VCO

1.

Rendemen VCO
Dari kelapa parut sebanyak 500 gram dan air sebanyak 500 mL didapatkan santan pekat yang didiamkan selama satu
jam sehingga krim dan air terpisah. Kemudian dilanjutkan dengan pemanasan hinga didapatkan minyak kelapa dengan volume
yang cukup banyak (rendemen yang banyak) yaitu mencapai lebih dari 80 mL.

2.
a.

Parameter pengujian mutu VCO


Asam lemak bebas
Standardisasi
Data :

Gram of Oxalat 1

: 0.0063 gram = 6.3 mgram

Gram of Oxalat 2

: 0.0065 gram = 6.5 mgram

BE oxalat

: 63

V NaOH 1

: 6.0 mL

V NaOH 2

: 7.2 mL

Perhitungan =

= 0.0125 N

Perhitungan angka asam :


Data :
N NaOH

: 0.0125 N

VCO 1

: 5.0201 gram

VCO 2
Mr VCO

: 5.0131 gram
: 200

V NaOH 1 : 1.0 mL
V NaOH 2 : 0.5 mL
Perhitungan

x 100 %

= 0.3736 %

b.

Massa jenis
Data

:
A gram

: 10.1987 gram

B gram
C gram
C gram2

: 15.4896 gram
1

: 15.0578 gram

: 15.0586 gram

Dari hasil VCO yang didapat dan setelah dilakukan analisa parameter mutu, dapat dirangkum data-data dalam bentuk
tabel di bawah ini.

No.

Berat kelapa (g)

1.

B.

500

Banyak air

Santan

Krim

VCO

FFA

Massa jenis

Rendemen

(mL)

(mL)

(mL)

(mL)

(%)

(g/mL )

(mL)

500

720

320

82

0.37

0.9166

82

Hasil dan parameter pengujian sabun transparan


Setelah didapatkan produk sabun transparan dapat dilihat bahwa sabun yang dihasilkan memiliki transparansi yang
cukup bagus, begitu juga kekerasannya yang sudah mencukupi. Sedangkan untuk pH sabun yang dihasilkan memiliki pH 9, dan
berada didalam range standar.

C.

Pembahasan

1.

Pembuatan VCO
Pada proses pembuatan VCO pemerasan dilakukan secara maksimum agar sari kelapa tersebut keluar dengan
sempurna, dan dilanjutkan dengan proses pendiaman selama satu jam untuk memisahkan antara krim dan air. Semakin lama
pengendapan maka semakin bagus karena air dan krim akan terpisah sempurna. Krim yang didapatkan dipanaskan pada suhu
50-70C. Jika menggunakan suhu yang terlalu tinggi maka kualitas dari VCO akan berkurang. Selain itu hal-hal yang
mempengaruhi kualitas VCO antara lain :

a.

Jenis kelapa
Jenis kelapa yang digunakan adalah kelapa yang tidak terlalu tua dan tidak muda. Karena jika kelapa masih dalam
keadaan muda maka rendemen minyak yang dihasilkan sedikit dan jika terlalu tua maka minyak yang ada telah dirubah
menjadi karbohidrat, dengan demikian rendemennya juga akan sedikit.

b.

Pemisahan krim
Dalam pemisahan krim sebaiknya menggunakan wadah yang cukup luas agar pemisahan berlansung cepat dan
sempurna. Jika pemisahan berlangsung sempurna maka kadar air yang tertinggal semakin sedikit dan pemanasan tidak akan
lama.

c.

Pengadukan
Pengadukan yang tidak konstan akan menyebabkan pemanasan yang tidak stabil yang bisa menyebabkan blondo
menjadi hangus dan mempengaruhi warna VCO.

d.

Suhu pemanasan
Suhu sangat berperan dalam pembuatan VCO karena jika suhu terlalu tinggi maka blondo akan hangu dan
menyebabkan warna VCO menjadi kuning dan buram.

e.

Penyaringan
Setelah dilkukannya pemisahn blondo dan minyak hendaknya dilakukan penyaringan secara bertingkat (2 Kali) agar
mengurangi kesempatan kotoran masih terbawa bersama VCO.

2.

Pengujian asam lemak bebas dan massa jenis VCO


Pengujian asam lemak bebas dan massa jenis VCO membutuhkan ketepatan dalam pengukuran dan penimbangan.
Ketepatan ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam menganalisa parameter mutu VCO agar menghasilkan data yang
tepat. Dari pengujian asam lemak bebas VCO didapatkan kadar asam lemak bebas sebanyak 0.37 % yang berada di bawah
standar yaitu maksimal 0.8 %. Sedangkan massa jenis VCO yang diperoleh adalah 0.9166 g/mL. Jika dibandingkan dengan
standar yaitu 0.908-0.921 g/mL, massa jenis VCO berada pada range yang ada.

3.

Pembuatan sabun transparan


Dari proses pembuatan sabun transparan yang perlu diperhatikan adlah reaksi penyabunannya. Jika reaksi
penyabunannya sempurna maka akan menghasilkan sabun yang bagus pula. Selain itu ketepatan formula juga menentukan
dari segi mutu sabun yang dihasilkan karena masing-masing bahan memiliki fungsi yang penting dalam pembentukan sabun
yang keras, transparan, dan berpenampilan elegan.

4.

Pengujian transparansi, kekerasan dan pH sabun transparan


Berpegang pada parameter mutu, sabun transparan yang dihasilkan jika dinilai dari transparansi sudah memenuhi. Ini
terlihat dari tampilannya yang tembus pandang. Dan dari segi kekerasannya sudah bisa dikatakan hampir sempurna karena
dengan hitungan jam saja sudah mengeras dan bisa digunakan walaupun sebenarnya masih perlu masa aging beberapa
minggu untuk mendapatkan kekerasan yang maksimal. Sedangkan masalah pH, sabun transparan yang dihasilkan berada
dalam range standar.

BAB V
KESIMPULAN

A.

Kesimpulan
Dari proses pembuatan dan pengujian mutu VCO dan sabun transparan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1.

Rendemen VCO yang dihasilkan dari percobaan menggunakan metode pemanasan cukup tinggi yaitu lebih dari 80 mL.

2.

VCO yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun transparan sebagai salah satu perpanjangan
rantai pengolahan kelapa, dengan hasil yang bagus.

3.

VCO dan sabun transparan yang dihasilkan sudah berada pada range standar, yaitu sebagai berikut.

a.

Asam lemak bebas VCO adalah 0.37 %.

b.

Massa jenis VCO adalah 0.9166 g/mL

c.

Transparansi dan kekerasan sabun transparan sudah bagus

d.

pH sabun yang dihasilkan adalah 9.

B.

Saran
Untuk mencapai hasil yang lebih maksimal dan lebih sempurna sehingga bisa meyakinkan dan bisa dipublikasikan
kepada masyarakat disarankan beberapa hal sebagai berikut.

1.

Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi kelapa yang digunakan kelapa yan g tidak terlalu tua atau kelapa yang muda, tetapi
kelapa yang berunur sekitar 11-13 bulan (belum terlalu tua).

2.

Agar VCO dan sabun transparan yang diperoleh bisa diakui dan diterima orang banyak serta bisa memberikan sebuah
penyeleseian dalam meningkatkan perekonomian, perlu adanya pembuktian kualitas dengan parameter lain dan penyuluhan
yang terorganisir kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai