PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
Sebuah Organisasi lahir ketika beberapa individu dan entrepreneur terpanggil
untuk mengetahui dan kemudian mengambil manfaat dari adanya peluang dalam
menggunakan keahlian dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai. Mereka
mengaklukan peluang tersebut dengan mendirikan sebuah organisasi untuk
menghasilakn sesuatu, baik berupa produk atau jasa. Peluang itu perlu di manage dan
dipelihara dengan baik, jika menginginkan kelangsungan untuk sustainabilitas dari
masa hidup organisasi tersebut.
Baru terbentuknya organisasi merupakan suatu tahap yang berbahaya dari
siklus hidup organisasi dan ia selalu berhubungan dengan kesempatan terbesar yang
bisa berujung kegagalan dari organisasi tersebut. Permasalahan sesaat setelah
organisasi itu terbentuk adalah bertahan dari kerentanan kelahiran organisasi.
Permasalahan lain timbul pada saat organisasi tumbuh, dan ketika organisasi dewasa,
permasalahan-permasalahan tersebut harus dikelola untuk menghindari awal
kemunduram atau kematian.
Untuk tetap bertahan dan berhasil, organisasi harus dapat berubah dalam
merespon berbagai kekuatan atau tekanan baik dari segi internal maupun eksternal.
Suatu organisasi harus mampu untuk membuat perubahan terhadap sktruktur maupun
budayanya pada titik kritis dalam siklus hidupnya. Suatu organisasi harus terbiasa
dengan ketidakpastian lingkungan yang sering berubah-ubah dan mampu mengatasi
kelembamam yang senantiasa mengancam organisasi untuk dapat berubah.
1. 2
1. 3
Rumusan Masalah
Bagaimana siklus hidup sebuah organisasi ?
Apa perubahan yang dilakukan organisasi ?
Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sembilan tahapan yang dirinci di atas dalam tulisan ini yang akan diuraikan
hanya 7 (tujuh) tahap yang paling penting.
Masa Pengenalan ( Courtship)
Ciri utama organisasi pada masa pengenalan adalah, banyaknya ide atau
gagasan yang ingin diwujudkan, meskipun organisasi belum berdiri. Banyak sekali
gagasan-gagasan tentang masa depan, tanpa adanya kegiatan yang nyata. Karenanya
pada tahap ini antusiasme sangat tinggi dan ketertarikan secara emosional yang
sangat tinggi itulah yang membangkitkan komitmen.
Perkembangan dalam masa pengenalan menunjukkan ciri-ciri normal yaitu;
apabila komitmen disertai dengan uji kenyataan secara realistis dan risiko
diperhitungkan secara moderat. Sedangkan ciri-ciri abnormal yaitu gagasan tidak
diuji secara realistis dan sesuai dengan kenyataan dan risiko tidak diperhitungkan
secara moderat.
Gagasan-gagasan yang tidak realistis dan berisiko tinggi, memungkinkan organisasi hanya berwujud dalam gagasan dan angan-angan. Dalam bahasa yang lain,
organisasi akan mengalami keguguran sebelum lahir.
Masa Bayi (Infant Periode)
Gagasan-gagasan dan ide yang dibangun pada tahap pengenalan apabila
disertai ke-mampuan untuk mewujudkannya merupakan siklus awal dari kehidupan
organisasi. Tentu saja tidak semua gagasan dapat diwujudkan, karena hal itu berkaitan
langsung dengan ketersediaan dan kemampuan sumberdaya organisasi, baik
sumberdaya manusia (SDM) maupun sumberdaya lainnya.
Meskipun risiko telah diperhitungkan secara moderat, organisasi pada tahap
awal membutuhkan kerja keras dan aktivitas-aktivitas berkelanjutan yang dilakukan
oleh pendiri atau penggagas.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada tahap ini aktivitas organisasi masih bertumpu pada pimpinan atau pendiri (baik dalam komitmen maupun dalam pengambilan keputusan). Oleh karenanya sistem dan prosedur masih sederhana,
pengelolaan serta struktur hirarkinya sempit.
Tanpa komitmen dari pendiri untuk memberikan kasih sayang kepada organisasi (dalam bentuk perhatian, tenaga, bahkan uang), maka organisasi akan mati
dikala masih bayi (infant mortality).
Masa Anak-Anak (Go-Go)
Organisasi yang berhasil mewujudkan gagasan dalam bentuk yang nyata
dianggap telah melewati masa awal. Dalam jumlah terbatas, ide-ide dapat
dilaksanakan dan mulai menunjukkan aktivitas walaupun dalam skala terbatas.
Keberhasilan dalam masa ini akan mendorong pendiri untuk memperbanyak
ide dan mencoba untuk mewujudkan setiap ide yang muncul dalam angan-angan.
Akhirnya banyak sekali ide yang ingin direalisasikan. Setiap peluang dan kesempatan
Organisasi yang berhasil melewati masa dewasa akan mencapai masa puncak
organ-isasi. Hal ini ditandai dengan sasaran-sasaran yang secara realistis ditetapkan
berhasil dicapai dengan baik.
Organisasi dapat dikendalikan dengan baik karena sistem dan prosedur, serta
mekanisme pengambilan keputusan telah tersusun dengan baik serta diterapkan secara konsekwen. Kendati, organisasi secara ketat menjalankan sistem dan prosedur,
organisasi tetap fleksibel dalam arti masih mampu mengadopsi berbagai perubahanperubahan yang terjadi di lingkungan.
Oleh karena itu tahap ini disebut pula sebagai tahap Go-Go kedua atau second
birth new infant. Organisasi secara agresif mencari berbagai peluang dan kesem-patan
untuk memperluas usaha dan diversifikasi berbagai bidang usaha), namun dibarengi
dengan
perhitungan
dan
prediksi
secara
ketat
dan
pengendalian
dalam
implementasinya.
Masa Stabilitas Organisasi
Apabila organsisasi secara konsisten mampu mempertahankan masa puncak
selama beberapa periode tertentu, maka dapat dikatakan bahwa organisasi itu
mengalami atau berada pada posisi kestabilan. Tentu saja pada tahap ini banyak sekali
godaan dan tantangan yang muncul secara internal maupun eksternal.
Masa Penurunan dan Kematian Organisasi
Secara internal godaan yang muncul adalah munculnya rutinitas pekerjaan
sehingga mematikan kreativitas dan inovasi. Setiap gagasan atau inovasi muncul
selalu akan mengganggu kestabilan. Jargon jangan mengganggu suasana yang
sudah kondusif merupakan senjata untuk mematikan setiap inovasi dan kreativitas.
Jika situasi ini terus berlanjut, maka lama kelamaan akan memunculkan kubukubu yang saling berseberangan, atau bahkan saling bermusuhan secara terangterangan maupun sembunyi-sembunyi (konflik). Dari segi analisa struktur organisais,
konflik merupakan suatu ciri dimana struktur yang ada sudah tidak efektif atau deficiency ( Daft, 1992) dan manakala ini terjadi, maka suasana saling curiga-mencurigai
akan terjadi.
Setiap
orang
selalu
berancang-ancang
untuk
menjatuhkan
lawan
konsisten
Memilih pengurus yang tidak loyal dan bukan dalam kompetensinya
Tidak ada agenda/program kerja yang jelas dan terarah
Timbulnya egoisme dari setiap anggotanya
Minimnya anggaran dana karena miss manajemen keuangan/tidak adanya
kegiatan, dan teknologi yang digunakan. Faktor eksternal yaitu politik, pendidikan,
ekonomi, sosial, kebudayaan, dan teknologi.
Dalam model Nadler Tushman tentang perubahan organisasi terdapat empat macam
tipe, yakni:
a. Perbaikan terus-menerus (turing)
Merupakan tipe perubahan yang beresiko paling kecil, yang bersifat paling
kurang intens, dan yang paling umum. Nama-nama lainnya untuk mencakup istilah
pemeliharaan preventif dan konsep jepang Kaizen (Perbaikan terus-menerus)
Simbol jepang yang berarti kaizen, berarti perbaikan terus-menerus, atau
mencapai hasil besar dengan jalan mengurai detil terkecil suatu operasi. Para manajer
yang mengacu pada falsafah demikian, tidak pernah puas dengan apa yang sudah
dicapai. Meraka bukan saja mengekspetasikan perubahan keorganisasian, tetapi
mereka justru mengupayakannya. Mereka mengantisipasi dan mehoreksi problemproblem sebelum problem yang lainnya muncul.
b. Adaptasi (adaption)
Adaptasi mencakup perubahan - perubahan incremental. Tetapi, kini
perubahan-perubahan yang terjadi berupa reaksi terhadap problem-problem eksternal,
kejadian-kejadian, atau tekanan-tekanan yang dihadapi organisasi yang bersangkutan
c. Reorientasi (reorientation)
Nadler dan Tushman menamakan reorientasi mengubah frame (frame
branding) karena organisasi yang bersangkutan secara signifikan diubah. Misalnya
Kodak sedang melakukan investasi dalam teknologi pemotretan, generasi berikut
yang dinamakan fotografi elektronik. Sekalipun demikian, Kodak menetapkan
strategi yang tetap saja yang berpusat pada bidang fotografi.
d. Re-kreasi (re-creation)
10
Target Perubahan
-
Tugas: sifat dasar pekerjaan yang ditunjukkan oleh misi, tujuan dan strategi
mendukungnya.
Budaya: sistem nilai yang dimiliki organisasi secara keseluruhan serta norma
BAB III
PENUTUP
11
3.1 Kesimpulan
-
12