Anda di halaman 1dari 3

Kifosis

Merupakan angulasi konveks yang bertambah secara tidak normal pada kurvatura
tulang torakal. Kifosis dapat terjadi sekunder terhadap proses penyakit seperti
tuberculosis, arthritis kronik, osteodistrofi, atau fraktur kompresi tulang torakal.
Bentuk kifosis yang paling umum adalah postural. Anak-anak, khususnya selama
masa pertumbuhan tulang rangka melebihi pertumbuhan otot, rentan terhadap
kifosis normal yang berlebihan. Posisi berdiri dan duduk mereka tidak normal.
Kifosis postural hampir selalu disertai dengan lordosis postural kompensasi, suatu
cekungan pada kurvatura lumbal yang berlebihan dan abnormal. Terapinya terdiri
atas latihan postural untuk menguatkan otot-otot bahu dan abdomen serta
pemasangan korset untuk deformitas yang mencolok. Terapi dengan memasang
korset diindikasikan hingga skeletal matur, dan penyatuan dengan pembedahan
dipertimbangkan untuk lengkung kifosis yang parah, sangat nyeri atau progresif.

Lordosis
Adalah penekanan kurvatura servikal dan lumbal melebihi batas fisiologis. Lordosis
dapat merupakan komplikasi sekunder dari proses penyakit, akibat trauma atau
idiopatik. Lordosis sering terjadi terkait dengan kontraktur fleksi pinggul, obesitas,
dislokasi pinggul congenital. Selama lonjakan pertumbuhan pubertas, lordosis
dengan derajat tertentu dapat diamati pada remaja, khususnya perempuan. Pada
anak obes, bobot lemak abdomen mengubah pusat gravitasi, yang menyebabkan
lordosis kompensasi. Tidak seperti kifosis, lordosis yang parah biasanya disertai
nyeri.
Terapinya meliputi penatalaksanaan penyebab, jika mungkin, seperti pengurangan
berat badan dan koreksi deformitas. Latihan postural dan/atau garmen penopang
sangat membantu dalam mengurangi gejala pada beberapa kasus, namun hal ini
biasanya tidak mempengaruhi pengobatan secara permanen.

Skoliosis
Adalah deformitas spinal yang kompleks dalam tiga taraf, biasanya mengenai
kurvatura lateral, rotasi spinal yang menyebabkan asimetri iga, dan hiperkifosis
torasik. Skoliosis merupakan deformitas spinal yang paling umu ditemui. Skoliosis
daap ersifat congenital atau terjadi selama masa bayi atau masa kanak-kanak,
tetapi paling lazim terjadi selama lonjakan pertumbuhan pada masa remajaawal.
Skoliosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan dan dapat muncul sendiri atau
terkait dengan penyakit lain, terutama kondisi neuromuscular. Pada kebanyakan
kasus, tidak ada penyebab yang jelas, sehingga deformitas ini disebut skoliosis
idiopatik.

Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis dibuat dengan observasi radiograf berdiri yang menegaskan derajat
kurvatura. Bservasi dilakukan diblakang anak yang berdiri tanpa pakaian, dengan
memerhatikan asimetri tinggi bahu, bentuk scapula atau badan, atau tinggi pinggul.
Apabila anak membungkuk dengan lengan tergantung, asimetri iga dan badan
dapat terlihat.
Penatalaksanaan
Pilihan penatalaksanaan meliputi observasi disertai evaluasi klinik dan radiografik
berkala, intervensi ortotik(pemasanagn korset), dan penyatuan spinal dengan
pembedahan. Terapi diberikan berdasarkan pada keparahan, lokasi, dan tipe
lengkungan;usia dan maturitas skeletal anak; dan proses penyakit yang mendasari.
a. Pemasangan korset dan latihan
Untuk mengatasilengkung pada anak dan remaja yang sedang tumbuh,
pemasangan korset merupakan terapi terbaik. Penting diketahui bahwa
pemasangan korset bukanlah tindakan kuratif tetapi bertujuan
memperlambat pelengkungan agar memungkinkan pertumbuhan dan
maturitas skeletal. Ada dua tipe pemasangan korset:
1) Korset boston, ortosis ketiak yang terbuat dari kerangka plastic yang
dapat dipasang bagian-bagiannya, yang memberikan daya korektif
untuk setiap pasien karenadilengkapi oleh bantalan lateral dan
menurunkan lordosis lumbal
2) TLSO (thoracalumbosacral orthotic) yakni ortosis ketiak yang
dipasangkan dengan bentuk tubuh dan kemudian dicetak untuk
mengoreksi atau menahan deformitas. Korset milwauke,merupakan
korset yang disesuaikan dengan individu yang dilengkapi cincin leher,
tetapi jarang digunakan pada skoliosis, meski kadang-kadang
digunakan untuk terapi kifosis.
b. Pembedahan
Intervensi bedah diperlukan untuk mengoreksi lengkungan yang parah.
Derajat lengkungan dan penyebabnya menentukan dilakukannya
embedahan. Pemasangan korset dan latihan kurang efektif untuk mengatasi
lengkungan lebih dari 40 derajat dan jika akhirnya terjadi lengkung paralitik
dan congenital, maka penanganan terbaik adalah dengan stabilisasi dini
dengan pembedahan jika status kesehatan anak memungknkan untuk
pembedahan mayor. Usia nak dan lokasi terjadinya pelengkungan
mempengaruhi keuputusan untuk pembedahan, dan pelengkungan progresif
atu parah yang tidak membaik dengan tindakan ortotik konservatif
memerlukan koreksi bedah. Kesulitan dalam keseimbangan atau duduk,
ekskursi pernapasan, atau nyeri juga menjadi pertimbangan.
Teknik bedah terdiri atas penjajaran kembali dan pelurusan dengan cara
fiksasi internal dan instrumentasi dan penyatuan(artrodesis) tulang belakang.
Tujuan intervensi bedah adalah engoreksi lengkungan bidang sagital dan

koronal dan mendapatkan penyatuan yang kokoh dan bebas nyeri dalam
torso yang seimbang dan menghasilkan mobilitas maksimum dari segmen
spinal yang tersisa.

Anda mungkin juga menyukai