Anda di halaman 1dari 9

STATUS MAHASISWA BAGIAN THT

RSUD dr. SLAMET GARUT


NAMA
UMUR
PEKERJAAN
SUKU BANGSA
ANAMNESA

:
:
:
:

Ny. SARI
30tahun
Ibu rumah tangga
Sunda

NO CM
TANGGAL
KASUS KE
PEMERIKSA

:
:
:
:

01.19.15.34
02 Jun. 09
Mohammad Ridwan

: Penderita sendiri tanggal 02 Jun. 09

KELUHAN UTAMA : Sering sulit menelan


ANAMNESA KHUSUS :
Seorang wanita berumur 30tahun datang ke poliklinik THT RSU dr. Slamet Garut.
Pasien mengeluh ada kesulitan dalam menelan dan nyeri jika menelan yang dirasakan hilang
timbul. Keluhan lainnya adalah kepala sering pusing, demam (jika amandelnya kambuh) dan
kesulitan bernafas jika tidur, untuk itu pasien sering memakai lebih dari 1 bantal agar pasien
dapat bernafas . Dan keluhan ini dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu.
Pasien mengatakan bahwa pasien pernah berobat ke tabib tetapi hasilnya tidak
memuaskan (tidak membaik). Pasien akhirnya berobat ke puskesmas dan dokter puskesmas
mengatakan bahwa pasien menderita penyakit amandel lalu diberi obat dan ada perbaikan.
Tetapi pasien mengatakan bahwa penyakitnya sering kambuh dan berulang kali (5x) berobat
ke puskesmas dan dokter puskesmas menyarankan kepada pasien agar berobat ke poliklinik
RSUD dr SLAMET GARUT. Riwayat alergi, nyeri telinga, merokok disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit ini beberapa tahun yang lalu dan berobat ke dokter
puskesmas tetapi sering kambuh.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Didalam keluarga pasien ada yang memiliki keluhan yang sama yaitu adik pasien
tetapi adik pasien sudah menjalani operasi dan sudah sembuh.

STATUS GENERALIS
Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan Umum :
Tensi

: 120/100

BB

Nadi

: 68 x / menit

Suhu : Afebris

Pernafasan : 16 x / menit

Gizi

: 45 Kg
: Cukup

Kepala
Mata

: Konjungtiva Anemis - /-, sklera ikterik - / -

Hidung : Tidak ada kelainan Epistaksis (-)


Mulut

: Tidak ada kelainan

Leher

: Trakea Deviasi (-) Pembesaran KGB (+)

Cor

: Bj I-II reguler murni, murmur (-).

Pulmo

: Gerak Hemitorak kanan dan kiri Simetris.

Thorax

Abdomen
Hati

: Tidak teraba pembesaran

Lien

: Tidak teraba pembesaran

Extremitas:
Atas

: Aktif

Bawah : Aktif

STATUS LOKALIS
1. TELINGA
TELINGA KANAN

Daun telinga

TELINGA KIRI

Normal
Normal:
Liang Telinga

: Tenang, nyeri tekan (-)

Tenang, nyeri tekan (-)

Gendang Telinga

: Intak (+), Reflek cahaya (+)

Intak (+), Reflek cahaya

Daerah Retro Aurikuler

: Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

TEST PENALA

RINNE

: Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

WEBER

: Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

SCWABAH

: Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

TEST BERBISIK

: Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

AUDIOGRAM

: Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

(+)

2. HIDUNG
2.1. Rhinoskopi Anterior

Hidung Luar

: Simetris

Vestibuler

: Tenang, Silia +/+

Lubang Hidung

: Tenang

Rongga Hidung

: Tenang

Septum

: Deviasi (-)

Konka Inferior

: Eutrofi

Meatus Inferior

: Sekret -/-

Pasase Udara
2.2.

Rhinoskopi Posterior
Koana

: +/+
: Tidak Dilakukan
:

Septum Bagian Belakang :


Sekret

Konka

Muara Tuba Eustachius

Torus Tubarius

Fossa Rosenmuller

Adenoid

2.3. Transiluminasi

: Tidak dilakukan

3. FARING

Arkus faring

: Hiperemis (+)

Uvula

: Deviasi (-)

Dinding Faring

: Hiperemis (-)

Tonsil

: T2b-T2b, Kripta melebar +/+,


Detritus +/+, hiperemis (+)

Palatum

: Gerak simetris

Post Nasal drip

: -

Reflek Muntah

: +

4. LARING
Laringoskopi Indirek

: Tidak dilakukan

Epiglotis

Plika Ariepiglotika

Pita Suara Asli

Pita Suara Palsu

Aritenoid

Rima Glotia

Fossa Piriformis

Trakhea

5. MASKILOFASIAL

Simetris

Parese N. VII (-)

Ada pembesaran KGB

Massa (-)

6. LEHER DAN KEPALA

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG : -Pem.lab darah lengkap


-Rontgen thorax
8. DIAGNOSA KERJA

: Tonsilitis kronis

9. D/D

: Peritonsiler Abses

10. PENGOBATAN
Medikamentosa

: -

Non Medikamentosa

: -

11. RENCANA OPERASI

: Tonsilektomi

12. PROGNOSA
Quo ad Vitam

: Ad Bonam

Quo ad functionam : Dubia Ad Malam

INSTRUKTUR

PENILAIAN : A, AB, B, BC, C, CD, D


TANDA TANGAN :

PEMBAHASAN
TONSILITIS KRONIS
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal ( adenoid ), tonsil
palatine dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin
Waldeyer. Tonsil Palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil . fosa
tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan arcus faring posterior. Pada kutub atas tonsil
seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub
bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka
ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel
skuamosa yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit,
epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah karana
infeksi. Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun,
dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi menderita
tonsillitis jika memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak
menguntungkan akibat tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok
(faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang
menyebabkan tonsil menjadi mudah diinvasi bakteri).
Etiologi tonsilitis kronis.
Tonsilitis kronis disebabkan oleh kuman penyebab tonsilitis akut (bakteri gram
positif). Namun kadang-kadang bakteri gram positif ini berubah menjadi bakteri gram negatif.
Faktor predisposisi tonsilitis kronis antara lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu,

higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut
yang tidak adekuat.

Patologi tonsilitis kronis.


Radang berulang akan mengikis epitel mukosa tonsil dan jaringan limfoid. Selama
proses penyembuhan, jaringan limfoid akan terganti oleh jaringan parut yang akan mengkerut
sehingga melebarkan kripti yang terisi oleh detritus. Bila keadaan ini (proses radang) terus
berlangsung maka dapat menembus kapsul tonsil sehingga melekatkan dengan jaringan sekitar
fosa tonsilaris. Anak disertai oleh pembesaran kelenjar submandibula.
Gejala & tanda tonsilitis kronis.
Tonsilitis kronis memiliki tanda berupa pembesaran tonsil yang permukaannya tidak
rata, pelebaran kriptus, dan sebagian kripti terisi oleh detritus. Gejala tonsilitis kronis berupa
tenggorok rasa mengganjal & kering dan napas berbau.
Terapi tonsilitis kronis.
Tonsilitis kronis dapat diatasi dengan menjaga higiene mulut, obat kumur, obat hisap,
dan tonsilektomi.
Indikasi tonsilektomi :
1. Gejala sumbatan :

Sumbatan jalan napas akibat hiperplasia tonsil.

Sleep apnea.

Gangguan menelan dan berbicara.

Cor pulmonale.

2. Infeksi :

Infeksi telinga tengah berulang

Rinitis dan sinusitis yang kronis

Peritonsiler abses

Abses kelenjar limfa leher yang berulang


7

Tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorokan yang menetap

Tonsilitis denga nafas bau

3. Adanya kecurigaan tumor jinak atau ganas


Komplikasi tonsilitis kronis.
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rinitis kronis, sinusitis, otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara
hematogen atau limfogen dan dapat menimbulkan endokarditis, artritis, miositis, nefritis,
dermatitis, urtikaria dan furunkulosis.

DAFTAR PUSTAKA
Boeis, Adam, BOEIS, Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Tahun 1997. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Staff Pengajar THT FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, Edisi 5. Tahun 2001, Balai Penerbit FKIU.

Anda mungkin juga menyukai