Kamis, 06 Desember 2012: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Meningitis
Kamis, 06 Desember 2012: Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Meningitis
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15
% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
1. Data subyektif
1.
Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan
apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
2. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal,
kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
2.
3.
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi
dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah
panas yang dapat menimbulkan kejang.
4.
Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
5.
6.
Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak ?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
7.
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari
makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
Pola Eliminasi :
BAK
: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah
terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB
: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir
?
Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari
berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan sebelum
tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2 Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda
kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau
tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ?
Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah
keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan
nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret,
bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa
jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman,
adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi
atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik
usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah
akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
3. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
sa Darah
olit
: K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 144 meq/dl )
2.
penyebab kejang.
3. Skull Ray
asi
Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap
dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
: Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas
kejang, hasil biasanya normal.
: Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau
tanpa kontras.
2.3.2
Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,
membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data
adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.
Pengelompokan Data
- Capek
- Kelelahan
- Nyeri otot
- Penurunan kesadaran
- Riwayat kejang demam
- Hasil laboratorium glukosa darah
abnormal (< 80 gr)
Kemungkinan Penyebab
Hipertemia
Kejang
(M.E. Sumijati, 2000;103)
Kejang
trauma fisik
(ME. Sumijati, 2000;103)
Masalah
Resiko ke-jang
berulang
Resiko trauma
fisik
- Elektrolit abnormal
Na : N 135 144 meq/dl
K : N 3,80-5,00 meq/dl
Kuman penyakit
infeksi
Thermoregulasi
(Hipothalamus)
tak efektif
hipertermi
sering bertanya
(Ngastiyah, 1997:230)
2.
Gangguan rasa
nyaman
Kurangnya
pengetahuan
keluarga
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1.
2.
3.
Suhu meningkat
2.
4.
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1.
Rasional
2.
3.
4.
Rasional
5.
Rasional
6.
Rasional
3.
Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot.
Tujuan
Kriteria Hasil
1.
2.
3.
1.
Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2.
4.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
5.
teria hasil
6.
4.
ncana Tindakan :
Rasional
asional
Rasional
asional
njurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
asional
: proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
asional
asional
Tujuan
Kriteria hasil
:
1.
2.
3.
1.
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
2.
Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
3.
Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam, antara lain :
1.
2.
3.
Kepala dimiringkan.
4.
Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
5.
Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
6.
Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
7.
Rasional
: sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
5.
Rasional
Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
: mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
6.
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman
yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional
Rasional
7.
Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.
: imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam
ii. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan
kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
iii. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
( Santosa.NI, 1989;162).
LAPORAN KASUS
A.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Arif Muttaqin pada tanggal 14 April 2003 jam 11.00 WIB.
1.
Biodata/Identifitas
Nama anak
: An L
Umur
: 4 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Nomor Register
: 10261115
Lahir
: Normal (Spontan B)
Tempat/tanggal lahir
Diagnosa Medis
: Meningtis
Tanggal MRS
Nama Ibu
: Ny. H
Umur
: 34 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: -
Penghasilan
: -
Alamat
Nama Ayah
: Tn. B
Umur
: 36 tahun
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
2.
1.
2.
Sebelumnya anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma kepala, radang selaput otak,
ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita anak yaitu panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi.
4.
1. Prenatal
: selama hamil sehat tidak ada kelainan seperti pendarahan dan sakit panas, Ibu hanya minum obat yang
diberikan bidan. Ibu tidak minum jamu.
2. Natal
: melahirkan usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak ada kelainan, anak langsung menangis keras, BB : 3300
gr PB : 48cm.
3. Post Natal : bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas hari ke 7.
4.
Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.
Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan meminum obat
yang diberikan petugas kesehatan.
5.
1.
Anak mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih ngompol dan belum bisa memberi
tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
2.
Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan menarik kursi, dapat mengerjakan
perintah secara sederhana.
3.
4.
Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa, memanggil kakaknya (Iza), dan
memanggil binatang peliharaan (anjing), minum, dll.
Kesimpulan : Tidak ada kelainan dalam perkembangan.
6.
Ayah
: tidak ada keluarga yang menderita penyakit epilepsi, kelainan syaraf, penyakit menular ataupun menurun
dari ayah.
Ibu
: ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan ibu menderita penyakit diabetes mellitus sejak tahun 1992,
dari keluarga ibu tidak ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.
Anak
Riwayat Sosial
1.
Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang lain.
2.
Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja dengan ibunya. Biasanya anak
bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Kakaknya
berusia 9 tahun, sudah kelas 4 SD.
3.
Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah bersama ibunya. Kadang-kadang
anak bermain dengan teman sebayanya yang dekat dengan rumahnya.
4.
Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu, ganti celana setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.
Setelah sakit
: mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti baju tiap pagi dan sore dan celana ganti tiap ngompol.
Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada keluarga yang kejang. Keluarga
tidak tahu cara pencegahan dan pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa ke dokter atau
rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak sembuh. Anak bila sakit rewel, sering
minta digendong. Anak tampak takut bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/
tindakan medik.
2.
Sebelum sakit
Pola Nutrisi
: makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecil habis, tidak ada pantangan dalam makanan,
komposisinya nasi tim dan lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu, tempe, ikan laut, telur dan daging
kadang-kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya seperti bayam, sup, soto, dan
lain-lain.
Minum : air putih 3 5 gelas (ukuran 100 cc), anak masih menetek.
Selama sakit
: sehari makan 3 kali/hari, porsi yang disediakan rumah sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim,
lauk, sayur, dan buah. Anak lebih sering menetek. Minum air putih 4 6 kali/100 cc, pasi (SGM 2) baru
diberikan 2 sendok lalu dimuntahkan.
3.
Sebelum sakit
Pola Eliminasi
: BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek,
warna kuning.
Selama sakit
: BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.
4.
Sebelum sakit
: Bermain bersama kakaknya 4 5 jam sehari, waktu terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadang
kadang, antara 3 4 jam. Biasanya anak juga bermain sendiri sambil melihat TV atau mendengarkan
musik sambil menari.
Selama sakit
: aktivitas anak menjadi menurun karena terpasang infus di tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.
5.
Sebelum sakit
: tidur malam antara jam 20.00 05.00 WIB, siang tidur antara jam 12.00 15.00 WIB, terbangun bila
ngompol.
Selama sakit
: pada siang hari tidurnya sulit - 1 jam, tidurnya sering terbangun dan rewel minta digendong. Pada
malam hari tidurnya jam 01.00 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya sering terjaga.
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum
: lemah
2. Kesadaran
: composmentis
3. Tekanan darah
:-
132 kali/menit
pirasi
s gizi
: 30 kali/menit
: 38,2 C
4. BB / TB
9 kg / 77 cm
: 2n + 8
2(1,5) + 8 = 11 kg
9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi kurang)
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Kepala
Tak ada tanda tanda mikrochepali ataupun makrochepali, lingkar kepala 46 cm, ubun ubun besar
menutup, bentuk kepala normal.
2. Rambut
Warna pirang, rambut tidak mudah dicabut, ketebalan rambut cukup, tidak terdapat kutu.
3. Muka / wajah
Tidak ada rhisus sardonicus, simetris, tidak terdapat oedema, wajah tidak tampak pucat.
4. Mata
Ketajaman penglihatan baik, palpebra simetris, tak ada midriasis atau miosis, sklera tidak ikterus,
konjungtiva tak anemis, pergerakan normal, tak ada strabismus.
5. Hidung
Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret berwarna kental dan jumlahnya
sedikit, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.
6. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7. Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat stomatis,
tak ada strismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah
8. Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.
9. Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak ada
wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan / tumor,
gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit teraba panas.
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas: tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus sejak 8 september 2001, tak ada
tanda tanda flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.
Vulva
: kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.
Anus
Leukosyt
Trombosyt
PCV
Glukosa darah acak
Elektrolit
ungsi)
Data Lain
Therapi yang diberikan :
8-9-2001
: Ampicilin 3x300 mg IV
Paracetamol 3x100 mg P.O
Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)
Infus D5 S 500 cc/24 jam.
Pengelompokan data
Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB
Kemungkinan Penyebab
Hipertermia
gangguan metabolisme
otak
Perubahan keseimbangan
dari sel neuron
kejang
Diagnosa/masalah
Potensial kejang
ulang
Hb : 12 gr %
(N : 11,4-15,1)
Leucocyt : 9x109/L
(N : 4,3-11,3)
Trombocyt : 173x109/L
(N : 150-350)
PCV : 0,35
(N : 0,38-0,42)
Glukosa darah acak :
288 mq/dl
(N kurang dari 200)
Elektrolit :
- Kalium : 3,6 meq/L (N : 3,8-5)
- Natrium : 133 meq/L (N : 1352
144)
Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB
Proses penyakit
(faringitis)
Gangguan
pemenuhan nutrisi
Lila : 14 cm
Tanggal 8-9-2001 jam 11.00
WIB
Kurangnya atau
keterbatasan informasi
Kurangnya
pengetahuan
sering bertanya
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang ditandai dengan porsi
makan tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak tidak mau PASI.
3.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai dengan keluarga
sering bertanya tentang penyakit anaknya.
3.4
Perencanaan
Tabel 3.1 Perencanaan Pada Kasus Kejang Demam
No.
Rencana
Rasional
1.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
2
1.
2.
3.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
3.5 Pelaksanaan
Tabel 3.3 Pelaksanaan Pada Kasus Kejang
Demam
Tanggal / Jam
Tanggal 8-9-2001
Jam 11.30 WIB
Pelaksanaan
Tanggal 8-9-2001
BB : 9 kg
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang dan badannya masih panas, anak masih
rewel, ibu sudah membersihkan bibir anaknya dan mengolesi dengan madu.
O : Kejang ulang tidak terjadi, badan teraba panas akral hangat, turgor kulit baik, anak tampak rewel,
kelembaban bibir cukup, bibir tampak bersih.
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 38oC N : 128 x/mnt RR : 28 x/mnt
A : Tujuan belum berhasil
P : Rencana dipertahankan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Diagnosa / masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak mau minum PASI 2 - 3 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral tidak pucat, konjungtiva tidak anemi, PASI yang diberikan diminum 2 3
x 100cc
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.10 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis,, PASI yang diberikan
diminum 5 6 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih menetek, anak
tampak ceria kembali
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis PASI yang diberikan
diminum 5 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih menetek, anak
tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang
3.
S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penyakit anaknya dan cara pencegahannya.
O : Ibu / keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan
Keluarga mau dan mampu diikutsertakan dalam proses perawatan,
Keluarga tidak sering bertanya lagi tentang penyakit anaknya,
Keluarga mentaati setiap proses perawatan
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta