Anda di halaman 1dari 29

Kamis, 06 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS


Pengertian
Meningitis bakterial adalah suatu keadaan dimana meningens atau selaput dari otak mengalami inflamasi
oleh karena bakteri (Marilynn E. Doenges, 2000;76).
Etiologi dan karakteristik
Infeksi/ keadaan inflamasi dari meningens ini lebih sering disebabkan oleh beberapa bakteri berikut, antara
lain; Haemophilus Influenzae (tipe B), naisseria meningitidis (meningococus), dan streptokokus (Marilynn
E. Doenges, 2000;76).
Bakterial meningitis adalah manifestasi yang muncul akibat adanya bakteri yang melakukan invasi didalam
selaput otak. Invasi bakteri ke otak dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Invasi bakteri
secara tak langsung dapat berupa adanya pencetus sebelumnya seperti pneumonia, otitis media, sinusitis
dimana bakteri ikut didalam aliran darah dan mencapai selaput otak serta mengadakan invasi.
Invasi bakteri dapat secara langsung misalnya adanya trauma kepala, luka tembus atau adanya intervensi
operasi sehingga bakteri dapat langsung mengenai selaput otak.
Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya infeksi general pada umumnya seperti
demam, mungkin juga didapati adanya sakit kepala yang hebat, photophobia, kaku kuduk, didapatinya
tanda kernig dan tanda brudzinski
Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO 2 dan air. Sel
dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +) dan sangat
sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -). Akibatnya konsentrasi ion
K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan
sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15
% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari
ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
1. Data subyektif
1.

Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan
apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
2. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal,
kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?

Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
2.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu
hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu
selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan
( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi
panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.

3.

Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi
dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah
panas yang dapat menimbulkan kejang.

4.

Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

5.

Riwayat kesehatan keluarga.


Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor
turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan terjadinya kejang demam.

6.

Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak ?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?

7.

Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan


Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :

Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari
makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
Pola Eliminasi :
BAK

: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah
terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.

BAB

: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir
?
Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari
berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?
Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan sebelum
tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2 Data Obyektif
1.

Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

2.

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda
kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.

Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau
tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ?
Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah
keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan
nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar sekret,
bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa
jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman,
adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi
atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik
usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Bagaimana keadaan turgor kulit ?

Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah
akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
3. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1. Darah

sa Darah

: Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)


: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian
obat.

olit

: K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 144 meq/dl )
2.

Cairan Cerebo Spinal

Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan

penyebab kejang.
3. Skull Ray

asi

Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap
dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.

: Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas
kejang, hasil biasanya normal.
: Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau
tanpa kontras.
2.3.2

Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,
membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data
adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.

Tabel.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam


NO

Pengelompokan Data

- Suhu Tubuh > Normal


t. 36,5 37,5 C (bayi)
t. 36 - 37,5 C(anak)
- Denyut nadi lebih cepat
N 110-120x/menit (bayi)
N 100-110x/menit (1 th )
N 80- 90x/menit (5-12th)
- Adanya riwayat kejang
demam
- Kulit teraba panas
- Frekwensi pernafasan meningkat
R.R 30-40x/menit (bayi)
R.R 24-28x/menit (anak )

- Capek
- Kelelahan
- Nyeri otot
- Penurunan kesadaran
- Riwayat kejang demam
- Hasil laboratorium glukosa darah
abnormal (< 80 gr)

Kemungkinan Penyebab
Hipertemia

Gangguan metabolisme otak

Perubahan keseimbangan dan sel


netron

Difusi ion kalium dan


natrium

Lepas muatan listrik

Kejang
(M.E. Sumijati, 2000;103)
Kejang

Berkurangnya koordinasi otot

trauma fisik
(ME. Sumijati, 2000;103)

Masalah
Resiko ke-jang
berulang

Resiko trauma
fisik

- Elektrolit abnormal
Na : N 135 144 meq/dl
K : N 3,80-5,00 meq/dl

- Suhu tubuh abnormal


> 37,5 C
- Kulit terasa panas
- Denyut nadi meningkat
- Riwayat infeksi pernafa-san atas, ostitis
media akut, pneumonia, saluran
kencing, pencernaan.
- Anak gelisah dan tidur terganggu

Kuman penyakit

infeksi

Thermoregulasi
(Hipothalamus)
tak efektif

hipertermi

- Keluarga sering bertanya tentang


penyakit anaknya, pengobatan dan
perawatannya

Kurangnya atau keterbatasan


informasi

sering bertanya
(Ngastiyah, 1997:230)

2.

Gangguan rasa
nyaman

Kurangnya
pengetahuan
keluarga

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

1.

Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.

2.

Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot

3.

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai :


1.

Suhu meningkat

2.

Anak tampak rewel


Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai : keluarga

4.

sering bertanya tentang penyakit anaknya.


3. Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu
dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan
arah pada kegiatan keperawatan.
1.
Tujuan

Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.


: Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

Kriteria hasil :
1.

Tidak terjadi serangan kejang ulang.

2.

Suhu 36,5 37,5 C (bayi), 36 37,5 C (anak)

3.

Nadi 110 120 x/menit (bayi)


100-110 x/menit (anak)

4.

Respirasi 30 40 x/menit (bayi)


24 28 x/menit (anak)

5.

Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :

1.
Rasional
2.

Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.


: proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
Berikan kompres dingin
Rasional

3.

Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)


Rasional

4.
Rasional

: perpindahan panas secara konduksi


: saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.

Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam


: Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.

5.
Rasional

Batasi aktivitas selama anak panas


: aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.

6.
Rasional

Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.


: Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

3.

Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot.
Tujuan

: Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

Kriteria Hasil

1.

Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

2.

Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.

3.

Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.


Rencana Tindakan :

1.

Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang

2.

Tinggalah bersama klien selama fase kejang..

Rasional : meningkatkan keamanan klien.


3.

Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.


Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.

4.

Letakkan klien di tempat yang lembut.

Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
5.

Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.

Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.

teria hasil

6.

Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang


Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

4.

Diagnosa Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.


Tujuan

: Rasa nyaman terpenuhi

: Suhu tubuh 36 37,5 C, N ; 100 110 x/menit,


RR : 24 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.

ncana Tindakan :

Rasional

asional

Rasional

asional

1. Kaji faktor faktor terjadinya hiperthermi.


: mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
2. Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekali
: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh normal
: suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan
mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
: proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.

njurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun

asional

: proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.

tur sirkulasi udara ruangan.


Rasional

: Penyediaan udara bersih.

Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum

asional

: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

Batasi aktivitas fisik

asional

: aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.


5.

Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan


informasi.

Tujuan

: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.

Kriteria hasil

:
1.

Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

2.

Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

3.

keluarga mentaati setiap proses keperawatan.


Rencana Tindakan :

1.

Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
2.

Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam

Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
3.

Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.

asional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan


4.

Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam, antara lain :

1.

Jangan panik saat kejang

2.

Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

3.

Kepala dimiringkan.

4.

Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.

5.

Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.

6.

Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum

7.

Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.

Rasional

: sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
5.

Rasional

Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
: mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.

6.

Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman
yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional

: sebagai upaya preventif serangan ulang

Rasional

7.

Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.

: imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam
ii. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan
kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
iii. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
( Santosa.NI, 1989;162).

LAPORAN KASUS

A.

Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Arif Muttaqin pada tanggal 14 April 2003 jam 11.00 WIB.
1.

Biodata/Identifitas

Nama anak

: An L

Umur

: 4 bulan

Jenis kelamin

: Perempuan

Nomor Register

: 10261115

Lahir

: Normal (Spontan B)

Tempat/tanggal lahir

: Surabaya, 3 Januari 2003

Diagnosa Medis

: Meningtis

Tanggal MRS

: 13 April 2003 jam 23.30 WIB

Nama Ibu

: Ny. H

Umur

: 34 tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: -

Penghasilan

: -

Alamat

: Pucang Jajar 42 Surabaya

Nama Ayah

: Tn. B

Umur

: 36 tahun

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Jawa/Indonesia

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

Alamat
2.

: Pucang Jajar 42 Surabaya


Riwayat Penyakit Sekarang

1.

Keluhan utama : Kejang

2.

Perjalanan penyakit sekarang


Tanggal 7-9-2001 jam 14.30 WIB Anak mulai panas lalu diberi obat penurun panas (Sirup Salmol) 1 kali
dan dikompres, disertai batuk dan pilek. Tetapi panas tidak turun. Muntah sebanyak 2 kali yaitu jam 23.30
WIB dan 01.30 WIB sebanyak 2-3 sendok makan dengan berisi makanan. Lalu kejang terjadi pada jam
02.30 WIB sebanyak 1 kali, lamanya 5-10 menit, tidak mengeluarkan busa dari mulut. Keadaan saat
kejang adalah mata melirik ke atas, kedua tangan fleksi, dan kedua kaki kaku (ekstensi). Setelah kejang
terjadi anak langsung menangis. Batuk tidak mengeluarkan dahak, suara grok-grok, konsistensi pilek agak
kental, jernih, dan keluar kadang-kadang, tetapi tidak sesak.
3.

Penyakit Riwayat Dahulu

Sebelumnya anak tidak pernah menderita/mengalami kejang, epilepsi, trauma kepala, radang selaput otak,
ostitis media akut. Penyakit yang pernah diderita anak yaitu panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi.
4.

1. Prenatal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

: selama hamil sehat tidak ada kelainan seperti pendarahan dan sakit panas, Ibu hanya minum obat yang
diberikan bidan. Ibu tidak minum jamu.

2. Natal

: melahirkan usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak ada kelainan, anak langsung menangis keras, BB : 3300
gr PB : 48cm.

3. Post Natal : bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat lepas hari ke 7.
4.

Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap.
Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan meminum obat
yang diberikan petugas kesehatan.
5.

1.

Riwayat Perkembangan Anak

Riwayat personal sosial :

Anak mudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Anak masih ngompol dan belum bisa memberi
tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.
2.

Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan menarik kursi, dapat mengerjakan
perintah secara sederhana.

3.

Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-coret.

4.

Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata, misalnya : mama, papa, memanggil kakaknya (Iza), dan
memanggil binatang peliharaan (anjing), minum, dll.
Kesimpulan : Tidak ada kelainan dalam perkembangan.
6.

Ayah

Riwayat Kesehatan Keluarga

: tidak ada keluarga yang menderita penyakit epilepsi, kelainan syaraf, penyakit menular ataupun menurun
dari ayah.

Ibu

: ibu menderita hipotensi. Orang tua perempuan ibu menderita penyakit diabetes mellitus sejak tahun 1992,
dari keluarga ibu tidak ada yang menderita kelainan syaraf, epilepsi.

Anak

: kakaknya menderita sakit batuk dan pilek selama satu minggu


7.

Riwayat Sosial

1.

Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun orang lain.

2.

Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja dengan ibunya. Biasanya anak
bermain bersama kakak apabila ditinggal ibu memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Kakaknya
berusia 9 tahun, sudah kelas 4 SD.

3.

Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah bersama ibunya. Kadang-kadang
anak bermain dengan teman sebayanya yang dekat dengan rumahnya.

4.

Pembawaan secara umum


Anak tampak gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta digendong, anak sangat manja kepada
ibunya.
Pola Kebiasaan dan Fungsi
1.

Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat

Sebelum sakit : mandi 2 kali/hari, keramas 2 kali/minggu, ganti celana setiap ngompol, baju ganti tiap pagi dan sore.

Setelah sakit

: mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti baju tiap pagi dan sore dan celana ganti tiap ngompol.

Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada keluarga yang kejang. Keluarga
tidak tahu cara pencegahan dan pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa ke dokter atau
rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak sembuh. Anak bila sakit rewel, sering
minta digendong. Anak tampak takut bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/
tindakan medik.
2.

Sebelum sakit

Pola Nutrisi

: makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecil habis, tidak ada pantangan dalam makanan,
komposisinya nasi tim dan lauknya bervariasi tiap hari yaitu tahu, tempe, ikan laut, telur dan daging
kadang-kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api. Sayurnya seperti bayam, sup, soto, dan
lain-lain.
Minum : air putih 3 5 gelas (ukuran 100 cc), anak masih menetek.

Selama sakit

: sehari makan 3 kali/hari, porsi yang disediakan rumah sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim,
lauk, sayur, dan buah. Anak lebih sering menetek. Minum air putih 4 6 kali/100 cc, pasi (SGM 2) baru
diberikan 2 sendok lalu dimuntahkan.
3.

Sebelum sakit

Pola Eliminasi

: BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek,
warna kuning.

Selama sakit

: BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada. BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.
4.

Sebelum sakit

Pola Aktivitas dan Latihan

: Bermain bersama kakaknya 4 5 jam sehari, waktu terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadang
kadang, antara 3 4 jam. Biasanya anak juga bermain sendiri sambil melihat TV atau mendengarkan
musik sambil menari.

Selama sakit

: aktivitas anak menjadi menurun karena terpasang infus di tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.
5.

Sebelum sakit

Pola Tidur dan Istirahat

: tidur malam antara jam 20.00 05.00 WIB, siang tidur antara jam 12.00 15.00 WIB, terbangun bila
ngompol.

Selama sakit

: pada siang hari tidurnya sulit - 1 jam, tidurnya sering terbangun dan rewel minta digendong. Pada
malam hari tidurnya jam 01.00 04.00 WIB, anak rewel dan tidurnya sering terjaga.
Pemeriksaan Umum

1. Keadaan umum

: lemah

2. Kesadaran

: composmentis

3. Tekanan darah

:-

132 kali/menit

pirasi

s gizi

: 30 kali/menit
: 38,2 C
4. BB / TB

9 kg / 77 cm

: 2n + 8
2(1,5) + 8 = 11 kg
9/11 x 100 % = 81,8 % (gizi kurang)
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Kepala
Tak ada tanda tanda mikrochepali ataupun makrochepali, lingkar kepala 46 cm, ubun ubun besar
menutup, bentuk kepala normal.
2. Rambut
Warna pirang, rambut tidak mudah dicabut, ketebalan rambut cukup, tidak terdapat kutu.
3. Muka / wajah
Tidak ada rhisus sardonicus, simetris, tidak terdapat oedema, wajah tidak tampak pucat.
4. Mata
Ketajaman penglihatan baik, palpebra simetris, tak ada midriasis atau miosis, sklera tidak ikterus,
konjungtiva tak anemis, pergerakan normal, tak ada strabismus.
5. Hidung
Bentuk normal, tidak terdapat epistaksis, nampak keluar sekret berwarna kental dan jumlahnya
sedikit, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung.
6. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran normal, tak tampak keluar cairan.
7. Mulut
Simetris, tak tampak cyanosis, gigi berjumlah 8 buah, tak ada karies, lidah bersih, tidak terdapat stomatis,
tak ada strismus, bibir tampak kering dan pecah-pecah
8. Tenggorokan
Tonsil tak tampak kemerahan dan tak tampak pembesaran, faring tampak kemerahan, tak ada eksudat.

9. Leher
Tak ada kaku kuduk, tak ada pembesaran kelenjar tiroid, tak ada pembesaran vena jugularis, tak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
10. Dada / Thorax
Lingkar dada 46 cm, bentuk dada normal, tak ada refraksi intercostal, tidak terdapat ronchi, tak ada
wheezing, pernaasan cepat dan iramanya teratur.
11. Jantung
Detak jantung normal dan frekwensinya teratur
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal, tidak teraba benjolan / tumor,
gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit teraba panas.
14. Ekstrimitas

Ekstrimitas atas: tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan kiri terpasang infus sejak 8 september 2001, tak ada
tanda tanda flebitis, akral hangat, lila = 14 cm.

Ekstrimitas bawah: tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.


15. Genetalia

Vulva

: kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema maupun iritasi.

Anus

: kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak.


Pemeriksaan Penunjang
Data Laboratorium
Laboratorium 8 9 2001 jam 03.30
Pemeriksaan darah
HB

12,00 gr % (P 11,4 15,1)

Leukosyt

19 x 109/L (P 4,3 11,3)

Trombosyt

173 x 109/L (150 350)

PCV
Glukosa darah acak

0,35 (P 0,38 0,42)


:

288 mq/dl (< 200)

Elektrolit

Kalium = 3,60 meq/L (3,8 - 5)


Natrium = 133 meq/L (135 - 144)

ungsi)

Keluarga menolak walaupun sudah

diberikan penjelasan tujuan dan prosedurnya.

Data Lain
Therapi yang diberikan :
8-9-2001

: Ampicilin 3x300 mg IV
Paracetamol 3x100 mg P.O
Diazepam 2,7 mg IV (bila kejang)
Infus D5 S 500 cc/24 jam.

2. Analisa dan Sintesa Data


Tabel Analisa dan Sintesa Data
No
1

Pengelompokan data
Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan bahwa

Kemungkinan Penyebab
Hipertermia

gangguan metabolisme

anaknya masih panas dan

otak

rewel minta menetek terus,

sebelumnya anak tidak pernah


sakit kejang.
O : keadaan composmentis
Tanda vital :
S : 38,2oC
N : 132x/mnt
RR : 30x/mnt
Kulit terasa panas, akral
hangat, anak tampak rewel dan
sedang menetek. Bibir tampak
kering dan pecah-pecah ,
turgor kulit cukup.
Pemeriksaan laboratorium:

Perubahan keseimbangan
dari sel neuron

difusi ion kalium dan


natrium

Lepas muatan listrik

kejang

Diagnosa/masalah
Potensial kejang
ulang

Hb : 12 gr %
(N : 11,4-15,1)
Leucocyt : 9x109/L
(N : 4,3-11,3)
Trombocyt : 173x109/L
(N : 150-350)
PCV : 0,35
(N : 0,38-0,42)
Glukosa darah acak :
288 mq/dl
(N kurang dari 200)
Elektrolit :
- Kalium : 3,6 meq/L (N : 3,8-5)
- Natrium : 133 meq/L (N : 1352

144)
Tanggal 8-9-2001
jam 11.00 WIB

Proses penyakit
(faringitis)

S : Ibu mengatakan porsi dari

rumah sakit dihabiskan

kesulitan dalam menelan

separuh, pasi (SGM 2) baru


diberikan 2 sendok, lalu

Gangguan
pemenuhan nutrisi

asupan nutrisi berkurang

dimuntahkan, anak sering


menetek, dan minum air putih +
4 - 6x/100cc
O : turgor kulit cukup, wajah dan
telapak tangan tidak pucat.
Konjungtiva tidak anemis.
BB : 9 kg (N : 11 kg)
Status gizi kurang
3

Lila : 14 cm
Tanggal 8-9-2001 jam 11.00
WIB

Kurangnya atau
keterbatasan informasi

Kurangnya
pengetahuan

S . Ibu bertanya mengapa bisa

terjadi kejang padahal

sering bertanya

sebelumnya anak tidak pernah


kejang dan panasnya belum
turun setelah diberi obat
penurun panas.
O : Ibu tampak khawatir dengan
keadaan anaknya. Ibu sering
bertanya tentang keadan
anaknya dan setiap tindakan
yang akan dilakukan.
3. Diagnosa Keperawatan
Dari analisa dan sintesa data di atas maka dapat diambil diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1.

Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi

2.

Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan yang ditandai dengan porsi
makan tidak dihabiskan, BB kurang dari normal, anak tidak mau PASI.

3.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai dengan keluarga
sering bertanya tentang penyakit anaknya.

3.4

Perencanaan
Tabel 3.1 Perencanaan Pada Kasus Kejang Demam
No.

Rencana

Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB


Diagnosa / masalah : potensial kejang
berulang berhubungan dengan hiperthermi
Tujuan : kejang ulang tidak terjadi dalam waktu
2x24 jam
Kriteria :
Tidak terjadi serangan ulang
Suhu tubuh normal (36-37,5oC)
Nadi (100-110 x /mnt)
RR (24-28 x /mnt)
Kesadaran composmentis
Rencana :

Rasional

1.

4.

Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis


yang menyerap keringat
1. Proses konveksi akan terhaalang oleh pakaian
Berikan kompres dingin pada kepala dan ketat dan tidak menyerap keringat
ketiak
2. Perpindahan panas secara konduksi
Berikan ekstra cairan (pasi, asi, sari buah, dan
lain-lain)
3. Saat demam kebutuhan akan cairan tubuh
Cairan: 11501300 cc/24 Jam
semakin meningkat
Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
4.
Pemantauan yang teratur menentukan
Batasi aktivitas selama anak panas
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
5. Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
sehingga meningkatkan suhu tubuh
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai
advise dokter
6. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
Valium 2,7 mg IV (bila kejang)
dan sebagai propilaksis
Ampicillin 3 x 300 mgIV
Paracetamol 3 x 100 mg (per oral)
7. Berikan health education kepada keluarga
tentangpersonal hygene: membersihkan
7. Menjaga kebersihan dan kelembaban bibir
daerah bibir dengan air hangat 2 x/hari
dan mengolesi bibir dengan madu
Tanggal 8-9-2001 jam 11.10 WIB
Diagnosa / masalah :
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan
dengan nyeri saat menelan
Tujuan : nutrisi terpenuhi dalam 2x24 jam
Kriteria :
porsi makan yang disediakan dihabiskan
anak mau minum pasi
BB anak meningkat
turgor kulit baik, konjungtiva tidak anemis
Rencana :
Beri penjelasan pada keluarga tentang
penyebab gangguan pemenuhan nutrisi,
pentingmya nutrisi bagi tubuh dan cara
mengatasinya
Berikan health educational kepada keluarga
tentang :
berikan makanan pada anak dengan porsi
kecil dan frekuensinya sering
1.
Dengan pemberian penjelasan keluarga
berikan pasi ditambah dengan madu secara diharapkan mengerti, dan dapat mendukung
bertahap
program perawatan yang diberikan
Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian
diit :
2. Untuk mengurangi nyeri saat menelan dan
TKTP 900 kalori, 20 gr protein
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
PASI 6 x 100 cc
Observasi intake dan output

5.

Lakukan penimbangan BB tiap hari

2.
3.
4.
5.

6.

2
1.

2.

3.

3.

Sebagai fungsi dependen perawat/bidan

dengan ahli lain.

4.

Mengetahui keseimbangan jumlah nutrisi


tubuh.
5.
deteksi perubahan BB sebagai evaluasi
pemberian diit
3

Tanggal 8-9-2001 jam 11.30 WIB


Masalah : kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit berhubungan dengan
keterbatasan informasi
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
tentang penyakit anaknya dalam 24 jam
Kriteria :
keluarga tidak sering bertanya tentang
penyakit anaknya
keluarga mampu diikutsertakan dalam proses
perawatan
keluarga mentaati setiap proses perawatan
Rencana :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2.

3.

4.

5.

6.

Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang


Beri penjelasan tentang penyakit yang diderita dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang
anak dan semua prosedur perawatan yang didapat
akan dilakukan
Agar keluarga dapat menerima informasi
dengan mudah dan tepat sehingga tidak timbul
Berikan health education cara menolong anak kesalahpahaman sehingga keluarga lebih
kejang dan mencegah kejang :
kooperatif
jangan panik saat kejang
Sebagai upaya alih informasi dan mendidik
baringkan anak di tempat rata dan lembut
keluarga agar mandiri dalam mengatasi
kepala dimiringkan
masalah kesehatan
pasang gagang sendok di mulut yang telah
dibungkus kain bersih
setelah kejang berhenti dan anak sadar
segera minumkan obat dan tunggu sampai
keadaan tenang
jika suhu tinggi, lakukan kompres dingin dan
beri minum banyak
segera bawa ke RS bila kejang lama
Berikan helath education agar selalu sedia
obat penurun panas (sesuai dengan anjuran
dokter) bila anak panas segera bawa RS bila
suhu belum turun 24 jam berikutnya
Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena Mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
penyakit infeksi dengan menghindari penderita serangan kejang ulang
penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu
Beritahu keluarga agar memberikan informasi
pada petugas imunisasi bahwa anaknya
Sebagai upaya preventif serangan kejang

pernah mendapat serangan kejang sehingga ulang


pemberian imunisasi DPT tidak diberikan
pertusis, hanya DT saja
Imunisasi pertusis memberikan reaksi panas
yang dapat menyebabkan kejang ulang

3.5 Pelaksanaan
Tabel 3.3 Pelaksanaan Pada Kasus Kejang
Demam
Tanggal / Jam
Tanggal 8-9-2001
Jam 11.30 WIB

Jam 11.31 WIB


Jam 11.32 WIB

Jam 11.35 WIB

Jam 11.40 WIB


Jam 07.00 WIB
Jam 15.00 WIB
Jam 23.00 WIB

Jam 11.50 WIB

Pelaksanaan

Diagnosa : potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi


Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
Memberikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
Memberikan ekstra cairan :
infus : D5 S . 500 cc/24 jam,ASI
minum pasi : anak menolak (dimuntahkan)
Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
N : 132x/mnt
RR : 30x/mnt
Taxila : 38,2oC
Membatasi aktivitas selama anak panas. Terapi : bed rest
Memberikan antipiretika dan pengobatan sesuai advise :
Terapi :
Valium 2,7 mg IV (bila kejang)
Ampicillin 3x300 mgIV
Paracetamol 3x100 mg (per oral)
Memberikan health education kepada keluarga tentang personal hygiene :
membersihkan daerah bibir dengan air hangat 2 x/hari, dan mengolesi bibir dengan
madu
Diagnosa/masalah : ganggguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat
menelan
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang penyebab gangguan pemenuhan
nutrisi, pentingnya nutrisi bagi tubuh dan cara mengatasinya
Memberikan health education kepada keluarga tentang :
Berikan makanan kepada anak dengan porsi kecil dan frekuensinya sering
Berikan pasi ditambah dengan madu secara bertahap
Melakukan kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit.
TKTP : 900 kalori, 20 gr protein
PASI : 6 x 100 cc/24 jam
Mengobservasi intake dan output.
PASI : diberi 2-3 sendok lalu dimuntahkan
Melakukan penimbangan BB tiap hari

Tanggal 8-9-2001

BB : 9 kg

Jam 11.45 WIB

Jam 11.50 WIB

Jam 11.52 WIB

Jam 12.00 WIB

Jam 11.55 WIB


Tanggal 8
Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan
September 2001 dengan keterbatasan informasi.
1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga.
2. Memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita anak dan semua prosedur
perawatan yang akan dilakukan
3.
Memberikan
health education cara menolong anak kejang dan mencegah kejang :
Jam 11.55 WIB
1. Jangan panik saat kejang
Jam 12.00 WIB 2. Baringkan anak di tempat rata dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang batang sendok di mulut yang telah dibungkus kain bersih.
5. Setelah kejang berhenti dan anak sadar segera minumkan obat dan tunggu sampai
keadaan tenang.
Jam 12.05 WIB 6. Jika suhu tinggi, lakukan kompres dingin dan beri minum banyak.
7. Segera bawa ke RS bila anak kejang.
4. Memberikan health education agar selalu sedia obat penurun panas (sesuai dengan
advis) bila anak panas, segera bawa ke RS bila suhu belum turun 24 jam
berikutnya.
5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari
penderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
6. Memberitahukan keluarga agar memberikan informasi pada petugas imunisasi
bahwa anaknya pernah mendapat kejang sehingga pemberian imunisasi DPT tidak
diberikan pertusis, hanya DT saja.

Jam 12.10 WIB

Jam 12.15 WIB

Jam 12.20 WIB

3.6 Evaluasi dan Catatatan Perkembangan


1.

Diagnosa / masalah : potensial terjadi kejang berulang berhubungan dengan hiperthermi


Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang dan badannya masih panas, anak masih
rewel, ibu sudah membersihkan bibir anaknya dan mengolesi dengan madu.
O : Kejang ulang tidak terjadi, badan teraba panas akral hangat, turgor kulit baik, anak tampak rewel,
kelembaban bibir cukup, bibir tampak bersih.
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 38oC N : 128 x/mnt RR : 28 x/mnt
A : Tujuan belum berhasil
P : Rencana dipertahankan
1.

Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat

2.

Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak

3.

Berikan ekstra cairan


Infus : D5 S 500cc / 24 jam, ASI, PASI : 6 x 100cc

4.

Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

5.

Batasi aktivitas selama anak panas

6.

Berikan pengobatan sesuai dengan advis dokter.


Terapi

: Valium 2,7 mgIV (bila kejang)

Ampicilin 3 x 300 mgIV


Paracetamol 3 x 100 mg per oral
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang, badannya tidak panas lagi, anak tidak rewel
dan bisa tidur nyenyak, anak kembali ceria lagi.
O : Kejang ulang tidak terjadi kulit tidak teraba panas, turgor kulit baik anak tampak ceria, infus dilepas sejak
jam 09.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 37,2oC N : 100 x/mnt RR : 25 x/mnt
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
2.

Diagnosa / masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB

S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak mau minum PASI 2 - 3 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral tidak pucat, konjungtiva tidak anemi, PASI yang diberikan diminum 2 3
x 100cc
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.10 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis,, PASI yang diberikan
diminum 5 6 x 100cc

O : BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih menetek, anak
tampak ceria kembali
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana no. 4 dan 5 dipertahankan
4. Obserasi intake dan output
5. Lakukan penimbangan BB tiap hari
Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan habis PASI yang diberikan
diminum 5 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, anak masih menetek, anak
tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang
3.

Diagnosa / masalah : kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan


keterbatasan informasi
Evaluasi
Tanggal 8-9-2001 jam 12.30 WIB

S : Ibu mengatakan sudah mengerti tentang penyakit anaknya dan cara pencegahannya.
O : Ibu / keluarga dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan
Keluarga mau dan mampu diikutsertakan dalam proses perawatan,
Keluarga tidak sering bertanya lagi tentang penyakit anaknya,
Keluarga mentaati setiap proses perawatan
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC, Jakarta
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai