Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

OTITIS MEDIA

Oleh :
Carla Pramudita Susanto
1115007

BAGIAN ILMU THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MARANATHA
RS IMMANUEL RS BHAYANGKARA SARTIKA ASIH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media akut (OMA) merupakan penyakit pada bagian ilmu THT yang
sering ditemukan, terutama pada anak-anak. Penegakkan diagnosis dan
manajemen pengelolaan OMA memberikan pengaruh yang signifikan pada
kesehatan anak, biaya perawatan dan penggunaan antibiotika secara keseluruhan.
Penyakit OMA juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan
pendidikan bagi anak-anak.
Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk


akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif.
Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa,
otitis media sifilitik, dan otitis media adhesiva.
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada
saluran pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan),
didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi
seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anakanak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak
mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya
25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.
Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain
usia <5 thn, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6
bln, 3 kali dalam 6 bln terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan laki-laki.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga Tengah
2.1.1 Anatomi Telinga Tengah

Gambar anatomi telinga


Telinga sendiri terbagi menjadi tiga bagian:
1. Telinga luar :
a. Daun telinga
b. Liang telinga luar
2. Telinga tengah
a. M. Timpani
d. Tuba auditiva
b. Cav. Timpani
e. Aditus ad trum
c. Osikula
f. Antrum + celulae
3. Telinga dalam
a. Labirin koklea
b. Labirin vestibuler
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh
membran timpani. Selain itu di daerah ini terdapat Eustachius tube yang
menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan
bagian atas.
2.1.2 Fisiologi Telinga Tengah
Telinga tengah seluruhnya dilapisi oleh mukosa yang merupakan
kelanjutan dan modifikasi dari mukosa saluran napas. Telinga tengah mempunyai
mekanisme pertahanan:

Palut lendir yg terus menerus diperbarui & mengandung lysosim

Bila ada invasi kuman, produksi mukus bertambah, disertai pengeluaran

sel2fagosit PMN ke dalam mukus --> mukopus.


Pembentukan spesifik antibodi terhadap benda asing yg masuk.

Fungsi Tuba Auditiva :


Ventilasi telinga tengah untuk me- nyeimbangkan tekanan udara dlm

cavum timpani dengan tekanan udara atmosfir


Proteksi dari sekret dan bunyi yang tercetus di nasofaring.
Drainase dan pembersihan sekret ke arah nasofaring

2.2 Otitis Media Akut (OMA)


2.2.1 Definisi
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa dari
selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel
mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif, dimana
masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk
kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media
spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media
adhesiva.
Otitis Media Akut adalah peradangan telinga tengah yang mengenai
sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.
Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam
keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada
nasofariong

dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan

penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu
halus yang dimiliki oleh tuba eustachii.
2.2.2

Etiologi
Otitis media akut terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung, hal

ini karena sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii yang merupakan faktor
utama terjadinya otitis media. Pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi
saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin
sering. Pada anak-anak, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,
lebar, dan letaknya agak horisontal.
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik:

2.2.3

Streptococcus Pneumoniae (38%)


Haemophilus Influenzae (27%)
Moraxella catarrhalis (11%)
Staphylococcus aureus (2%)

Epidemiologi
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada

saluran pernapasan atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan),
didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi
seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anakanak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak
mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir
setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya
25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.
Resiko kekambuhan otitis media terjadi pada beberapa faktor, antara lain
usia <5 thn, otitis prone (pasien yang mengalami otitis pertama kali pada usia <6
bln, 3 kali dalam 6 bln terakhir), infeksi pernapasan, perokok, dan laki-laki.
2.2.4

Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti

radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan
infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika
lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan
pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun
cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45
desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.

Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi
otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini
berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat,
pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.
2.2.5

Stadium Klinis OMA

OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:


1. Stadium oklusi tuba eustachius
a. Terdapat gambaran retraksi membran timpani.
b. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat.
c. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.
2. Stadium hiperemis
a. Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani.
b. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang
serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
a. Membran timpani menonjol ke arah luar.
b. Sel epitel superfisila hancur.
c. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani.
d. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di
telinga tambah hebat.
4. Stadium perforasi
a. Membran timpani ruptur.
b. Keluar nanah dari telinga tengah.
c. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium resolusi
a. Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan
normal kembali.
b. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering.
c. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan
2.2.6

daya tahan tubuh baik.


Diagnosis
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien.

Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh
tinggi serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur,
tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak
memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret

mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang. Pada anak
yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran dan rasa penuh dalam telinga.
Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan
keadaan membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian
membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi.
Perforasi yang terdapat pada membran timpani bermacam-macam, antara lain
perforasi sentral, marginal, atik, subtotal, dan total.
2.2.7

Penatalaksanaan
Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan

terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes
hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak <12 thn dan HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau
dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan
antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika
terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau
sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya
adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak
diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau
eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik
juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan
ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret
diduga telah terjadi mastoiditis.
2.2.8

Komplikasi

Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses
subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak.
Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen.
2.2.9

Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:


1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.
2.3 Otitis Media Akut Nekrotikan
Bentuk penyakit ini mempunyai ciri destruksi luas jaringan di telinga,
membran timpani dan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

merupakan

komplikasi morbili, influenza, dan pada masa lampau biasanya menyertai


penyakit scarlet fever.
Dasar patologi adalah infeksi nekrotis pada mukosa telinga tengah dan
mastoid yang berjalan cepat dengan bakteri penyebab utamanya adalah
Streptococcus beta hemoliticus. Perjalan penyakit yang cepat menyebabkan
penghancuran pars tensa membran timpani. Nekrosis mukoperiosteum sering
menyebabkan nekrosis bagian rangkaian tulang pendengaran yang tersering
adalah prosesus longus inkus. Adanya trombosis akaan menyebabkan daerah
sekuester dalam rongga mastoid. Tegmen lempeng sinus serta septum sel mastoid
dapat mengalami osteomielitis. Perluasan penyakit ini bergantung pada beratnya
infeksi dan daya tahan pasien.
Gejala klinis yang timbul mempunyai gejala yang sama dengan otitis media
lainnya hanya berlangsung lebih cepat dan lebih berat. Karena perforasi spontan,
membran timpani cepat terjadi maka gejala pertama yang mungkin timbul
keluarnya sekret telinga yang encer, purulen, dan kadang-kadang berbau.
Pada pemeriksaan fisik telinga akan ditemukan adanya perforasi sentral
membran timpani yang dapat makin meluas, sehingga hampir seluruhnya hilang.
Kadang-kadang sering pula dijumpai jaringan granulasi. Sekret yang keluar
biasanya mukopurulen.

Terapi antibiotika harus segera diberikan apabila diagnosis telah ditegakkan


dengan pemberian parenteral dosis tinggi. Pembedahan biasanya tidak dilakukan
pada stadium akut, tetapi mungkin diperlukan untuk membersihkan jaringan
nekrotik yang menyebabkan infeksi menetap dan keluarnya sekret.
Gejala sisa yang mungkin timbul pada penyakit ini antara lain perforasi
membran timpani yang luas dapat menjadi :
Sembuh dan tertutup oleh sikatrik yang tipis
Sembuh dengan hilangnya bagian osikula
Perforasi yang menetap
Perforasi sentral dengan riwayat keluarnya sekret kronis
Perforasi dan timbulnya kolesteatoma

2.4 Otitis Media Supuratif Kronis


2,4,1 Definisi
Otitis media adalah suatu inflamasi yang terjadi pada telinga tengah dan
kavum mastoid, tanpa memperhatikan etiologi maupun pathogenesisnya. Jika
prosesnya terjadi lebih dari 12 minggu maka disebut kronik. Namun ada pula
yang menyebutkan terminologi waktu yang lain. Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan perforasi membran timpani
dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.
Batasan waktu menurut kebanyakan ahli THT adalah 3 bulan, namun batasan
menurut WHO adalah 2 minggu untuk penegakan diagnosis OMSK dan masih
bervariasi diantara banyak negara dan para ahli.
Otorrhoe dan supurasi kronik telinga tengah pada pemeriksaan pertama
dapat menunjukkan sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umumnya
otorrhoe pada otitis media kronik bersifat purulen (kental, putih), atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Sekret mungkin juga
encer atau kental, bening atau berupa nanah.
2.4.2 Etiologi
Jenis bakteri yang paling banyak ditemukan pada OMSK adalah P.
Aeruginosa, S. Aureus, Corynebacterium, dan Klebsiella pneumoniae. Organisme
anaerobik seperti Peptostreptococcus, Fusobacterium species, Propionibacterium

acnes, dan Bacterioides species, juga umum ditemukan pada OMSK. Sedangkan
pada OMA, organisme anaerob hanya memainkan peranan kecil dalam
pathogenesisnya. Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran timpani
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih
dari dua bulan.
Faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan OMSK antara lain:

Hipertropi adenoid dan sinusitis kronik juga memberikan kontribusi


terhadap berkembangnya OMSK.

Otitis media akut yang terlambat mendapat pengobatan

Otitis media akut yang tidak mendapat pengobatan antibiotik yang cukup
dan tepat.

Radang saluran pernafasan bagian atas yang berulang

Daya tahan tubuh yang rendah akibat penyakit-penyakit malnutrisi,


anemia, gangguan pada sistem imun tubuh.

Virulensi kuman.

Predisposisi genetik yang secara tipikal berhubungan dengan disfungsi


tuba eustachius. Disfungsi ini terlihat dalam berbagai populasi, seperti
suku Eskimo, dan orang Indian-Amerika, seperti juga yang ditemukan
pada orang dengan kelainan berupa palatoschisis.

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan otitis media akut (OMA) yang
prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah
terapi yang terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi,
daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut
Otitis Media Subakut.
Dalam kepustakaan yang lain dikatakan bahwa dalam keadaan normal, tuba
Eustachius dapat mencegah akumulasi cairan dalam telinga tengah dengan cara
membiarkan cairan tersebut mengalir keluar dari telinga tengah melalui tuba.
Dalam beberapa waktu, otitis media kronik dapat berkembang, dan biasanya
didahului oleh efusi (cairan) dalam telinga tengah yang tidak segera sembuh atau
membaik. Cairan yang persisten ini kemudian terkontaminasi oleh bakteri, dan

bakteri yang ditemukan pada otitis media kronik berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media akut.
OMSK dapat terjadi akibat tidak terjadinya resolusi pada OMA. Dimana
dalam hal ini akan terjadi perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu
setengah bulan atau dua bulan. Maka keadaan ini disebut sebagai otitis media
supuratif kronis (OMSK). Perforasi ini dapat terjadi karena trauma, iatrogenik,
atau karena otitis media akut dengan pengobatan yang lambat. Dengan demikian,
maka segala sesuatu yang bisa menimbulkan gangguan fungsi tuba eustachius
dapat pula mendorong terjadinya otitis media supuratif kronik (OMSK).
2.4.3 Klasifikasi
Ada dua jenis klasifikasi yang sering dipergunakan pada OMSK yaitu
OMSK dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu OMSK tipe jinak dan OMSK tipe bahaya,
serta ada pula klasifikasi berdasarkan aktivitas sekret yang keluar yaitu OMSK
aktif dan OMSK tenang.
OMSK tipe jinak (benigna) adalah tipe tubotimpanik karena biasanya
didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan di kavum
timpani, antrum, dan celluae mastoidae disebut juga tipe mukosa karena proses
peradangannya biasanya hanya di mukosa telinga tengah dan biasanya tidak
mengenai tulang, perforasi terletak di sentral, tidak terdapat kolesteatoma, serta
disebut juga tipe aman karena jarang menimbulkan komplikasi berbahaya. OMSK
tipe bahaya (maligna) yaitu OMSK yang disertai kolesteastoma, perforasi
letaknya di daerah marginal atau atik dan menimbulkan komplikasi. Nama lain
dari OMSK tipe bahaya adalah atiko antral karena biasanya prosesnya dimulai di
daerah atik dan disebut juga tipe tulang karena penyakit ini menyebabkan erosi
tulang terutama kerusakan pada tulang-tulang pendengaran, cellulae mastoidea,
aditus dan antrum mastoid.
Sedangkan klasifikasi berdasarkan atas sekret yang keluar yaitu OMSK
aktif dan OMSK tipe tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang
keluar dari kavum timpani secara aktif, dan OMSK tipe tenang adalah OSMK
dengan keadaan kavum timpani yang terlihat basah atau kering.

.Membrana
Timpani dan Tulang-tulang Pendengaran
2.4.4 Patogenesis
2.4.4.1 OMSK Tipe Benigna
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan
multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh, lingkungan dan sosial ekonomi. Oleh karena proses patologi
telinga tengah pada tipe ini didahului oleh kelainan fungsi tuba, maka disebut juga
sebagai penyakit tubotimpanik.
Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba
anak yang berbeda dengan dewasa serta kekebalan tubuh belum berkembang
sempurna sehingga bila terjadi infeksi saluran nafas atas, maka otitis media
merupakan komplikasi yang sering terjadi. Fokus infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke
telinga tengah melalui perforasi membran timpani sehingga terjadilah proses
inflamasi. Bila terbentuk pus maka pus akan terperangkap di dalam kantong
mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat dan dengan
perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti
dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-kadang terbentuk
jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan

mukosa yang keduanya harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik,
kelainan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi.
Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan yang besar untuk kembali
normal. Bila terjadi perforasi membran timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar oleh dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi
berulang setiap waktu. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap
kering dan pasien tidak sadar akan penyakitnya. Bila tidak terjadi infeksi maka
mukosa telinga tengah tampak tipis dan pucat. Berenang, kemasukan benda yang
tidak steril ke liang telinga, atau oleh karena adanya fokus infeksi di saluran nafas
bagian atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan
sekresi dari sekret yang mukoid atau mukopurulen, dan pulsasi di dekat tuba
eustachius. Episode berulang dari otorea dan perubahan mukosa menetap ditandai
juga dengan osteogenesis, erosi tulang dan osteitis yang mengenai tulang mastoid
dan osikel. Pada kasus-kasus yang tidak ditangani dengan baik, akan terjadi otitis
eksterna yang menyebabkan membran timpani sukar dilihat sehingga menyulitkan
diagnosis.
2.4.4.2 OMSK Tipe Maligna
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai
kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya di marginal atau di
atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi
subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK
tipe maligna.
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus sehingga kolesteatoma bertambah besar.
Beberapa ahli mengajukan teori terbentuknya kolesteatoma diantaranya yaitu teori
invaginasi, teori imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi. Menurut Gray
(1964), kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing stratified
squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terpapar ke dunia
luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac, sehingga
apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka

epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap
sehingga membentuk kolesteatoma.
Kolesteatoma dibagi atas dua jenis yaitu kongenital dan aquisita (didapat).
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman, kuman yang
paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Pembesarannya akan lebih cepat
apabila disertai infeksi, kolesteatoma akan mendesak dan menekan organ di
sekitarnya serta menimbulkan nekrosis tulang. Hal ini akan diperhebat oleh proses
terbentuknya asam akibat pembusukan bakteri. Proses ini kemudian akan
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.
2.4.5 Diagnosis
Pada prinsipnya penegakan diagnosis OMSK berpedoman atas hasil dari
pemeriksaan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) serta dapat dibantu dengan
pemeriksaan penunjang lain. Dari anamnesis didapatkan riwayat otorea menetap
atau berulang lebih dari 2 bulan. OMSK yang terbatas di telinga tengah hanya
menyebabkan tuli konduktif. Bila terdapat tuli campur dapat menandakan
komplikasi ke labirin.
Pada OMSK tipe mukosa ( OMSK tipe benigna), karakteristik perforasi
yang terjadi di sentral membrane timpani dan dalam pemeriksaan foto tulang
mastoid tampak suram atau clowding, hal ini sangat berbeda dengan OMSK tipe
tulang (OMSK tipe maligna) dimana perforasi yang terjadi terlokalisasi di tepi
atas (epitimpani), serta ditemukan supurasi yang berbau busuk. Jika dihubungkan
dengan test konduksi audiometri, maka biasanya akan ditemukan kegagalan
mekanisme konduksi suara. Test ini dapat dilengkapi dengan pemeriksaan
radiografi pada tulang mastoid posisi schuller tampak gambaran radiolusen yang
bersangkutan/terdekat. Pada beberapa kasus dengan komplikasi, maka CT scan
akan sangat berguna untuk memungkinkan diagnosis yang lebih lengkap.
2.4.6 Komplikasi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) yang tidak mendapat pengobatan yang
tepat dapat mengalami komplikasi yang bervariasi mulai dari komplikasi ringan

sampai komplikasi berat yang akan dialami sepanjang hidupnya. Komplikasi ini
dapat dibagi menjadi 2 subgroup yaitu intratemporal dan intrakranial.

Komplikasi intratemporal meliputi petrositis, paralysis facial, dan


labirintitis.

Komplikasi intrakranial meliputi tromboplebitis sinus lateral, meningitis,


dan abses intrakranial.

Sedangkan sekuele yang ditimbulkan dapat meliputi hilangnya fungsi


pendengaran, kolesteatoma aquired, dan timpanosklerosis.

Petrositis terjadi jika infeksi berkembang sampai mengenai tulang


petrosus. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa Sindrome Gradenigo.
Sindrome Gradenigo yaitu nyeri retroorbita, discharge dari telinga, dan
kelumpuhan nervus abduscen. CT scan dapat membantu diagnosis.
Pengobatan dengan pemberian antibiotik sistemik dan petrosectomy.

Paralisis nervus fasialis dapat terjadi baik pada OMSK dengan


kolesteatoma maupun tanpa kolesteatoma. Tindakan yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi komplikasi ini yaitu dengan melakukan eksplorasi
pembedahan secara hati-hati pada mukosa yang sakit, jaringan granulasi,
pus yang sulit didrainase (biasanya melalui mastoidektomi).

Labirinitis terjadi oleh karena infeksi yang menyebar sampai ke telinga


bagian dalam (ruang perilimfa), yang dapat terjadi segera ataupun setelah
waktu yang lama dengan gejala vertigo dan tuli saraf. Terdapat dua bentuk
labirinitis yaitu labirinitis serosa (labirinitis serosa difus dan labirinitis
serosa sirkumskripta) dan labirinitis supuratif (labirinitis supuratif akut
difus dan labirinitis supuratif kronik difus). Pada kedua bentuk labirinitis
harus dilakukan operasi untuk menghilangkan infeksi pada telinga tengah,
drainase nanah dari labirin untuk mencegah meningitis, serta pemberian
antibiotika yang adekuat untuk OMSK dengan atau tanpa kolesteatoma.

Tromboplebitis sinus lateralis terjadi jika infeksi menyebar melalui tulang


mastoid menuju sinus sigmoidalis ataupun sinus lateralis. Trombus yang
terinfeksi ini akan menimbulkan suatu emboli yang septik, sehingga terjadi
infark pada daerah distal. Pasien dapat mengalami perubahan status

mental, kejang, dan demam. Penatalaksanaan awal dari keadaan ini


meliputi mastoidektomi untuk membuang sumber infeksi di sel-sel
mastoid, jika sudah terjadi trombus harus dilakukan drainase sinus dan
mengeluarkan trombus, dan juga dilakukan kultur untuk dapat mengetahui
jenis antibiotika yang sensitif.

Meningitis merupakan komplikasi yang terjadi akibat penyebaran infeksi


langsung secara hematogen. Jika hal ini dicurigai telah terjadi, maka
sebaiknya dilakukan punksi lumbal diikuti dengan kultur kuman. Setelah
pasien stabil, maka segera lakukan operasi untuk membersihkan
kolesteatoma ataupun infeksi telinga tengah yang lainnya.

Abses intrakranial yang terjadi mungkin saja ekstradural, subdural, atau


parenkimal.
Abses ekstradural gejalanya dapat meliputi gejala
dan tanda perangsangan meningeal, tetapi mungkin
pula asimptomatik.
Pasien dengan abses subdural akan sangat mengeluh
kesakitan, dengan tanda perangsangan meningen,
mungkin saja akan kejang, dan hemiplegi.
Abses parenkim terjadi jika infeksi menyebar
melalui

segmen

timpani

ataupun

segmen

mastoideum menuju ke lobus temporal dari


serebellum.
2.4.7 Penatalaksanaan
2.4.7.1 OMSK Tipe Jinak ( OMSK Tipe Benigna)
OMSK benigna dibagi menjadi fase tenang dan aktif. Fase tenang jika
OMSK tersebut adalah OMSK tipe mukosa dalam keadaan kering. Pada keadaan
ini diusahakan epitelisasi tepi perforasi melalui tindakan yang melukai pinggir
perforasi secara tajam atau dengan mengoleskan zat kaustik seperti nitras argenti
25%, asam trichlor asetat 12%, alkohol absolut, dll. Bila terdapat tuli konduktif
apalagi bila perforasi menetap maka idealnya dilakukan timpanoplasti dengan atau

tanpa mastoidektomi (Gambar 5). Alogaritma penatalaksanaan OMSK benigna


tersaji dalam (Gambar 6).

Timpanoplasti
2.4.7.2 OMSK Tipe Bahaya (OMSK Tipe Maligna)
Prinsip terapi pada OMSK adalah pembedahan yaitu mastoidektomi,
dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa
hanyalah bersifat sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Pengobatan yang harus dilakukan adalah dengan operasi untuk eradikasi
kolesteatoma. Teknik operasi yang dipilih tergantung luas kerusakan dan pilihan
ahli bedah. Tindakan atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih sangat
terbatas di atik. Bila kolesteatoma tidak dapat dibersihkan secara total dengan
tindakan tersebut, dapat dipilih berbagai variasi teknik eradikasi kolesteatoma,
biasanya diikuti dengan rekontruksi fungsi pendengaran pada saat yang sama,
misalnya timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty) atau
mastoidektomi dinding utuh (canal wall up tympanoplasty) tau atikoplasti atau
timpanoplasti buka-tutup (open and close method tympanoplasty) dan sebagainya.

Benigna Tanpa Kolesteatoma

tenang
Stimulasi epitelisasi tepi perforasi

Perforasi menutupPerforasi menetap

aktif

Cuci telinga, Ab sistemik, Ab topikal

Otore stop

Otore menetap >1mg

Ab bdsk px MO

Tuli
kon
duk
tif
(-)

Ro.Mastoid, Audiogram
Tuli konduktif (+)

Otore stop

Otore menetap >3

Ideal: mastoidektomi+timpanop

Ideal: timpanoplasti dengan atau tanpa mastoidektomi

Algoritma penatalaksanaan OMSK benigna


2.4.7.3 OMSK dengan Komplikasi Intratemporal
Pasien ini harus segera dirawat inap dan dibarikan antibiotika dosis tinggi
secara intravena. Perlu diperiksa sekret telinga untuk pemeriksaan mikrobiologi.
Pasien selanjutnya dipersiapkan untuk operasi mastoidektomi sebagai drainase
materi purulen disertai dekompresi nervus fasialis atau petrosektomi, sesuai
komplikasi yang ada.
2.4.7.4 OMSK dengan Komplikasi Intrakranial
Pasien harus segera dirawat dan dirujuk ke dokter spesialis saraf atau saraf
anak dan bedah saraf. Antibiotik dosis tinggi yang dapat menembuh sawar darah
otak diberikan secara intravena selama 7-15 hari dan periksa mikrobiologi sekret
telinga. Tergantung dari kondisi pasien, dapat dilakukan drainase materi purulen
secara mastoidektomi dalam anestesi lokal ataupun umum yang dapat pula disertai
tindakan operasi bedah saraf.

2.4.8 Prognosis
Prognosis pada OMSK tipe benigna dapat diobati dengan pengobatan
lokal dan otorea dapat mengering. Tetapi sisa perforasi sentral yang
berkepanjangan memudahkan infeksi dari nasofaring atau bakteri dari meatus
eksterna khususnya yang terbawa oleh air, sehingga operasi penutupan membrane
timpani dapat disarankan. OMSK tipe aman ini mempunyai prognosis yang lebih
baik karena jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Prognosis OMSK tipe maligna dengan kolesteatoma yang tidak diobati akan
berkembang menjadi meningitis, abses otak, paralisis fasialis atau labirinitis
supuratif yang merupakan komplikasi yang fatal. Sehingga OMSK tipe maligna
harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.
2.5 Otitis Media Serosa
2.5.1 Definisi
Otitis media serosa adalah peradangan non bacterial mukosa kavum
timpani yang ditandai dengan terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous
atau mucus).
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang nonpurulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan ditelinga tengah
dengan membrane timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi disebut juga
otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa
dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue
ear).
Sinonimnya otitis media efusa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, glue
ear.
2.5.2 Etiologi
Gangguan fungsi tuba eustachius merupakan penyebab utama. Gangguan tersebut
dapat terjadi pada:
-

Peradangan kronik rongga hidung, nasofaring, faring misalnya oleh alergi


Pembesaran adenoid dan tonsil
Tumor nasofaring
Celah langit-langit.

2.5.3 Patofisiologi

Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma
yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi
akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media
mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar
dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan
rongga mastoid. Faktor yang berperan utama dalam keadan ini adalah
terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai
penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate),
tumor di nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau
metabolic. Keadaan alergik sering berperan sebagai factor tambahan dalam
timbulnya cairan di telinga tengah (efusi ditelinga tengah).

Gambar: Patofisiologi Otitis media


Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan
infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Gambar: Patofisiologi otitis media


Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga
dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan
halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan
pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga
juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut
akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Gambar: Patofisiologi otitis media

2.5.4 Klasifikasi
1. Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di
telinga secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba.
-

Kadaan akut ini dapat disebakan antara lain oleh:


Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh

tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotraumas.


Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan

infeksi virus pada jalan nafas atas


Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan

keadaan alergi pada jalan nafas atas


Idiopatik

Gambar: Otitis media serosa akut

2. Otitis media serosa kronik


Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya
secret. Pada otitis media serosa akut secret terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis
secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada
telinga yang berlangsung lama.
Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan
otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media
serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu
difikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.
Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka
disebut glue ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala
sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

Gambar: Otitis media serosa kronik


2.5.5 Diagnosis
1. Anamnesa
a. Telinga terasa penuh, terasa ada cairan (grebeg-grebeg)
b. Pendengaran menurun
c. Terdengar suara dalam telinga sewaktu menelan atau menguap
2. Pemeriksaan fisik :
a. pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga
pada

penilaian

otoskop

pneumatik.

Setelah

otoskop

ditempelkan rapat-rapat pada liang telinga, diberikan tekanan


positif dan negative. Jika terdapat udara dalam tympanum,
maka udara itu akan tertekan sehingga membrana timpani akan

terdorong ke dalam pada pemberian tekanan positif, dan keluar


pada tekanan negatif. Gerakan menjadi lamban atau tidak
terjadi pada otitis media serosa atau mukoid. Pada otitis media
serosa, membrane timpani tampak berwarna kekuningan,
sementara pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan
keruh. Maleus tampak pendek, retraksi dan berwarna putih
kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung otitis
media serosa dapat tampak lewat membrane timpani yang
semitransparan. Membrane timpani dapat berwarna biru atau
keunguan bila ada produk-produk darah dalam telinga
- otitis media serosa akut : pada otoskopi terlihat mebrana
timpani retraksi. Kadang- kadang tampak gelembung udara
(air bubles) atau permukaan cairan dalam kavum timpani
-

(air-fluid level).
otitis media serosa kronik : pada otoskopi terlihat mebrana
timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau

keabu-abuan.
b. reflek cahaya berubah atau menghilang
c. garpu tala : untuk membuktikan adanya tuli konduksi
3. Pemeriksaan penunjang (bila tersedia sarana)
a. Audiogram : tuli konduktif
b. Timpanogram : mengukur gerakan gendang telinga, ketika
cairan didalam telinga tengah, gerakan gendang telinga akan
terbatas
2.5.6 Penatalaksanaan
Pengobatan pada kedua kondisi ini mula-mula bersifat medis dan
kemudian jika perlu, secara bedah. Pengobatan medis termasuk antibiotik,
antihistamin, dekongestan, latihan ventilasi tuba eustakius dan hiposensitisasi
alergi. Hiposensitisasi alergi hanya dilakukan pada kasus-kasus yang jelas
memperlihatkan alergi dengan tes kulit. Bila terbukti alergi makanan, maka diet
perlu di batasi. Antihistamin hanya diberikan pada anak-anak atau dewasa dengan
kongesti hidung atau sinus penyerta. Antihistamin maupun dekongestan tidak
berguna bila tidak ada kongesti nasofaring. Pasien kemudian dinilai akan adanya

gangguan penyerta lain seperti sinusitis kronik, polip hidung, obstruksi hidung,
dan hipertrofi adenoid. Penatalaksanaan medis pada otitis media serosa diteruskan
selama 3 bulan. Dalam jangka waktu tersebut, cairan telah menghilang pada 90
persen pasien. Cairan yang tetap bertahan merupakan indikasi koreksi bedah.
Koreksi ini terdiri dari suatu insisi miringotomi, pengeluaran cairan, dan
seringkali juga pemasangan suatu tuba penyeimbang tekanan. Tuba penyeimbang
tekanan ini berfungsi sebagai ventilasi yang memungkinkan udara masuk ke
dalam telinga atengah, dengan demikian menghilangkan keadaan vakum, dan
membiarkan cairan mengalir dan diabsorpsi.

Gambar: Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa


Antibiotik yang digunakan:
- Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi,
-

Eritromycin 333 mg p.o 7-10 hari


Lini kedua
: Augmentin (amoxicillin dan asam clavulanic ) 875
mg 7-10 hari atau Pediazole (Pediatrics) atau Sefalosporin generasi

3.
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan
lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya

gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali


bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran
minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan
pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membrane timpani,
retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan
indikasi untuk miringotomi segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya
sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun.
Sayangnya karena cairan sering kali berulang, beberapa anak memerlukan tuba
yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan
tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas.
Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan membenarkan
membrane timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan
negative yang menetap.

Gambar: Miringotomi Dan Pemasangan Tuba


Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga
agar tetap kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat
telinga. Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan
pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba

bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas
atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasuskasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada
kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes
telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih
terpasang. Gagalnya penanganan dengan cara ini mengharuskan radiogram
mastoid dan penilaian lebih lanjut.
Dengan sering infeksi hidung dan tenggorokan, kelenjar adenoid dapat
menjadi membesar, menghalangi pernapasan hidung. Karena adenoid yang di
sebelah area tuba eustakius, pembesaran atau infeksi dapat menyebabkan masalah
telinga berulang. Salah satu cara untuk memperkirakan ukuran kelenjar adenoid
adalah dengan sinar-X. X-ray ini sangat berguna dalam menilai apakah kelenjar
adenoid yang menghalangi daerah eustakius. Sebuah perkiraan kasar dari ukuran
adenoid juga dapat diperoleh dengan mencatat ukuran amandel. Jika amandel
sangat besar, adenoid biasanya membesar.

Gambar: Adenoidektomi
Manfaat adenoidektomi pada otitis media serosa kronik masih
diperdebatkan. Tentunya tindakan ini cukup berarti pada individu dengan adenoid
yang besar sehingga menyebabkan obstruksi hidung dan nasofaring. Namun
sebagian besar anak tidak memenuhi kategori tersebut. Manfaat adenoidektomi
pada anak dengan jaringan adenoid berukuran sedang dan dengan infeksi berulang
masih dalam penilaian. Penelitian mutakhir (Gates) melaporkan bahwa

adenoidektomi terbukti menguntungkan sekalipun jaringan adenoid tersebut tidak


menyebabkan obstruksi.
Cairan di telinga tengah juga dapat terjadi pada orang dewasa. Paling
sering, masalah cairan pada orang dewasa mengikuti infeksi pernafasan atas:
sinusitis, alergi berat, atau terbang dengan pilek. Sebuah kombinasi dekongestan
dan antibiotik biasanya akan membersihkan infeksi dan memungkinkan cairan
mengalir. Pada beberapa orang dewasa, terutama mereka dengan kondisi hidung
atau sinus yang mendasari, cairan mungkin tidak jelas. Pengobatan tambahan
diperlukan oleh pasien. Obat yang mengandung kortison, seperti Prednison atau
Medrol, dapat diberikan selama enam atau tujuh hari. Mereka sering efektif dalam
membersihkan cairan ketika pengobatan lain gagal.
2.5.7 Diagnosis banding
Otitis media supuratif akut tipe kataral
2.5.8 Komplikasi
-

Infeksi akut telinga


Kista di telinga tengah
kerusakan tetap pada telinga dengan kehilangan pendengaran

parsial atau lengkap


Jaringan parut dari gendang telinga (timpanosklerosis)
Bicara terlambat (jarang)

2.5.9 Prognosis
Otitis media dengan efusi (Ome) adalah penyebab utama gangguan
pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan
bahasa pada anak-anak muda tertunda dari 10 tahun, dan kehilangan
pendengaran konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel
(dB), tetapi otitis media dengan efusi juga telah dikaitkan dengan hilangnya
pendengaran sensorineural. Kedua prostaglandin dan leukotrien telah
ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada efusi telinga tengah (MEE). Paparan
kronis ini metabolit asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran sementara dan kadang-kadang permanen sensorineural.
Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama
beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses ini. Ome
biasanya tidak mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak mengalami

kerusakan pada pendengaran jangka panjang mereka atau kemampuan


berbicara, bahkan ketika cairan tetap selama berbulan-bulan.
2.5.10 Pencegahan
Modifikasi berikut dapat membantu mengurangi frekuensi otitis media dengan
efusi (OME):
Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba

eustakius.
Identifikasi dan menghindari allergen yang dapat menyebabkan Ome anak

Anda.
Cuci tangan dan mainan
Gunakan filter udara dan mendapatkan udara segar untuk membantu

menurunkan paparan terhadap kuman udara.


Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan

antibiotik keturunan bakteri semakin resisten.


Menyusui akan membuat anak kurang rentan terhadap infeksi telinga

selama bertahun-tahun.
Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling
umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan OME). Vaksin
flu juga dapat membantu.

BAB III
KESIMPULAN

Otitis Media merupakan penyakit infeksi yang sering ditemukan, terutama

pada anak-anak.
Diperlukan penegakkan diagnosis dan manajemen pengelolaan OM yang
adekuat agar memberikan pengaruh yang signifikan pada kesehatan anak,
biaya perawatan dan penggunaan antibiotika secara keseluruhan. Sehingga
penyakit OM tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangan sosial dan

pendidikan bagi anak-anak.


Tindakan preventif terhadap OM sangat diperlukan untuk mencegah Otitis
Media yang berulang dan kronis, serta mencegah adanya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Otitis Media Akut. Accessed:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm.
Revai, Krystal et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis
Complicating Upper Respiratory Tract Infection: The Effect of Age.

PEDIATRICS Vol. 119 No. 6 June 2007, pp. e1408-e1412.


Moses, Scott. 2008. Otitis Media. Accessed: www.fpnotebook.com.

Djaafar, ZA. 2006. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Telinga Hidung


Tenggorokan, cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai