DISUSUN OLEH:
HUSNA ARDIANA
NIM 13152343061
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolik dan
kematian. Sebab lain kematian pada DBD adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan sistem
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang
tebukti terganggu oleh aktifasi sistem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada
DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat (Mansjoer, Arif . 2009).
1.5 WOC
terjadi
sebagai
komplikasi
syok
yang
berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdarahan,
dapat
menjadi
penyebab
terjadinya
ensefalopati.
Melihat
Terapi cairan :
1) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10
kg bersama sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyakbanyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun
waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
a) 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
b) 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 30 kg.
c) 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 40 kg.
d) 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 50 kg.
e) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk
anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
b. Dengan Renjatan (Grade III) :
1) Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan
dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan
infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan
dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi
renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai
berikut :
a) 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
b) 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 30 kg.
c) 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 40 kg.
d) 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 50 kg.
2) Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin
maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran
L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum
membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat
mengatasi renjatan.
3) Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan
nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh
plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg
BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu
24 jam.
Bila pasien sudah masuk dalam tahap DSS (Dengue Syok Syndrom) yaitu
pada grade 3 atau 4 maka penatalaksanaan yang terpenting adalah
pengelolaan cairan diantaranya adalah : Resusitasi volume pada DSS adalah
Pilihan cairan colume intra verkuler dan kemampuan menyumpal vaskuler.
Cepat mempertahankan volume vaskuler, bertahan lama didalam intra
vaskuler sehingga cepat mengatasi syok.
Hal hal yang perlu dipertahankan dalam tubuh / cairan pada DSS :
1) Kristaloid
a) R / C
b) NacL 0,9%
Tujuan : memperbaiki volume extra vaskuler seperti pada diare akut dengan
dehidrasi.
2) Koloid
a) HES
b) Wida HES
c) Voluven
d) Fima HES, dll.
Efek yang menguntungkan :
a) Dapat meningkatkan ankotik plasma.
b) Dapat meningkatkan volume darah.
c) Dapat membatasi kebocoran vaskuler
3) Kolaborasi Medis Pemberian terapi /oksigen.
4) Transfusi komponen darah
a) Komponen yang biasa dipakai FFP : 15 cc / kg BB.
DSS
Oksigenasi (berikan 02 2-4 liter/menit Penggantian volume plasma segera
(cairan kristaloid isotonis) RL/NaCl 0,9% 10-20 ml/kgBB secepatnya
(bolus dalam 30 menit)
Evaluasi 30 menit, apakah syok teratasi ?
Pantau tanda vital tiap 10 menit, catat balans cairan
selama pemberian cairan intravena
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Kesadaran menurun
Distres pernafasan/sianosis
Ekstrimitas hangat
Diuresis cukup 1
ml/kgBB/jam
Ekstrimitas dingin
Tambahkan koloid/plasma
Evaluasi ketat
Tanda vital
Dekstran/FFP
Tanda perdarahan
Diuresis
Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
Syok teratasi
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Ht turun
2. Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
a. Identitas : Umur, Alamat (daerah endemis, lingkungan rumah / sekolah ada yang
terkena DB)
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas,
muntah, epistaksis, pendarahan gusi.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit) : kapan mulai panas?
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic
atau tidak)
5) Riwayat tumbuh kembang: adakah keterlambatan tumbuh kembang?
6) Riwayat imunisasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang
badan, usia)
2) Pemeriksaan per system
a) System persepsi sensori :
Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal
Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak lembab/kering
perut?
Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,
manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mudah
memar, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II
: Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai perdarahan
spontan dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari tempat
lain.
3) Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan
terdapat kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau hipotensi,
disertai kulit dingin dan sembab atau gelisah.
4) Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak
teraba.
NIC:
Electrolyte Monitoring
1)
2)
3)
4)
5)
Electrolyte Management
1)
2)
3)
4)
5)
b.
NIC:
Hypertermia Treatment
1) Monitor TTV
2) Menjauhkan pasien dari sumber panas
3) Menggunakan metode penghilang panas dari luar (kompres pasien di leher,
dada, ketiak, lipatan dada)
4) Tingkatkan hidrasi oral
5) Monitor hasil laboratorium
6) Monitor urine output
c.
Intake nutrisi
Intake makanan dan cairan
Energi
Body Mass
Berat Badan
NIC:
Nutrition Management
1)
2)
3)
4)
5)
6)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.