Bab I
Bab I
digalakan. Pemanfaatan objek sebagai bahan ajar pun semakin luas cakupannya,
mulai dari pemanfaatan alam sekitar hingga peralatan yang bersifat elektronik.
Pengembangan bahan ajar tentunya membutuhkan kreativitas yang tinggi dari
pengembangnya. Kemampuan memilih dan menempatkan karakteristik bahan ajar
yang dibutuhkan oleh guru dan siswa sangat diperlukan.
Pemilihan bahan ajar di Sekolah Dasar harus sesuai dengan karakteristik
siswa Sekolah Dasar karena Sekolah Dasar sebagai jenjang pendidikan formal
pertama dalam sistem pendidikan di Indonesia berfungsi untuk menanamkan
kemampuan dan keterampilan agar dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi lagi. Selain itu sekolah dasar juga berfungsi untuk memberi bekal
yang cukup kepada siswa dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi diri
dan lingkungan yang ada. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai luhur seperti
penanaman wawasan kearifan lokal kepada anak sangat penting dilakukan sejak
dini untuk memberikan bekal nilai-nilai moral yang akan dihadapi anak atau siswa
pada masa mendatang.
Pengembangan bahan ajar harus disesuaikan pada setiap jenjang
pendidikan agar bahan ajar tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa, guru, serta
kurikulum yang telah ditentukan. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan
berdasarkan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah cerita anak. Karena bacaan
cerita anak sangat penting peranannya dalam upaya menanamkan pendidikan
karakter kepada siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menekankan
pada pendidikan karakter anak. Oleh karena itu, pengembangan produk ini perlu
memperhatikan ciri sebuah cerita anak sehingga materi ajar cerita anak yang
dibuat tidak menyimpang dari karakteristiknya. Beberapa karakteristik cerita anak
adalah memiliki sudut pandang anak, mengandung emosi dan psikologi anak,
mengandung nilai karakter/moral, mengangkat dunia anak-anak dan aktivitasnya,
memiliki unsur instrinsik dan ekstrinsik yang saling mendukung, menggunakan
bahasa yang sederhana, dan membangkitkan motivasi dan imajinasi anak
(Nurgiyantoro, 2005; Bohlin, 2005; Sutherland, 1985; Winch, dkk, 2000). Cerita
anak sebagai karya sastra merupakan karya kreatif yang dibuat oleh pengarang
dalam upaya untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Pesan yang ada di
dalamnya beragam, antara lain pesan moral, pesan sosial, pesan politik, ekonomi,
dan lain-lain. Pesan ini sangat penting peranannya bagi pembaca dan
kehidupannya. Mosher (2011: 1) menyatakan bahwa sastra memainkan peranan
penting dalam kehidupan dan pengembangan karakter. Cerita yang menarik
memberikan peluang bagi pembaca untuk mengeksplorasi tiga komponen
karakter, yakni mengetahui moral, merasakan moral, dan melakukan perbuatan
atau perilaku yang bermoral (Mosher, ibid). Cerita (sastra) anak biasanya
didefinisikan sebagai cerita untuk anak (Winch, dkk., 2006: 393; Obi, dkk, 2010:
Dengan demikian, semua hal yang dikisahkan dalam cerita, baik budaya,
ideologi cerita dibuat untuk anak. Pada halaman 398, Winch, dkk (2006)
menyatakan bahwa cerita anak biasanya ditulis oleh orang dewasa diperuntukkan
kepada anak. Cerita anak dibuat untuk mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai
agama, moral, dan pendidikan. Cerita anak biasanya berbentuk prosa, seperti
cerpen, novel,dongeng, walaupun juga ada dalam bentuk puisi dan drama (ibid).
Menurut Obi, dkk., (2010:4), cerita anak memiliki beberapa ciri. Pertama, Sastra
anak menampilkan anak sebagai pahlawan (tokoh hero). Kedua, Ide atau
pemikiran, hubungan unsur didalamnya, dan bahasa yang digunakan sederhana.
Ketiga, Sastra anak memiliki tujuan untuk mengajarkan moral. Menurut
Sutherland (1985:1), cerita (sastra) anak merefleksikan pandangan-pandangan dan
asumsi-asumsi tentang kemanusiaan, organisasi sosial, tata perilaku, prinsip
moral, dan hal-hal yang penting dalam kehidupan yang diangkat oleh pengarang.
2. Identifikasi Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini agar menjadi jelas maka perlu
diidentifikasi. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
a.
b.
Belum tersedianya buku cerita anak yang mencerminkan karakterkarakter dan sikap-sikap yang baik dicontoh oleh siswa.
3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Bahan ajar yang
siswa SD untuk
6. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat penelitian ini terdiri atas dua hal yaitu: manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
a.
Secara Teoritis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai pedoman
atau acuan bagi penelitian selanjutnya. Dengan adanya penelitian ini,
diharapkan dapat menjadi tolok ukur dalam melakukan penelitian yang
sejenis. Selain itu, bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan
tentang
pembelajaran
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia,
khususnya
Secara Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti.
1) Bagi Siswa
Penelitian ini dapat menumbuhkan minat siswa dalam proses
pembelajaran karena dengan bantuan buku cerita anak ini proses
pembelajaran yang tercipta akan lebih menarik dan sesuia dengan
karakteristik mereka.
2) Bagi Guru
Penelitian ini memberikan alternatif pemilihan media pembelajaran
yaitu buku cerita anak bermuatan kurikulum 2013
yang dapat
keadaan cerita itu. Kalau semua pengetahuan itu tidak disimpan dalam bentuk
cerita, tidak akan bisa diingat (Subyantoro 2007:9). Itulah sebabnya manusia
senang menyimpan cerita-cerita hidupnya bahkan orang lain dalam wujud tertulis,
agar dapat diambil manfaatnya oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan akhirnya
cerita-cerita tersebut menjadi
(2007)
menyebutkan ada dua kategori teks kesastraan dan juga dua disiplin keilmuan
yang tidak selalu sama, yaitu sastra dewasa (adult literature) dan sastra anak
(children literature). Lebih lanjut Nurgiyantoro menyebutkan jika selama ini
sastra anak terkesan diabaikan. Namun, kini sastra anak dipandang memiliki
kontribusi terhadap perkembangan kepribadian dan atau pembentuk karakter anak.
Sastra anak, diyakini mampu sebagai salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan
untukmendidik anak lewat bacaan. Rampan (dalam Subyantoro 2007:10)
mendefinisikan cerita anak-anak sebagai cerita yang sederhana yang kompleks.
Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas
tinggi, namun tidak ruwet, sehingga komunikatif.
Di samping itu pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anakanak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak harus berbicara tentang kehidupan
anak-anak dengan segala aspek yang berada danmempengaruhi mereka. Cerita
anak dikatakan kompleks karena cerita anak tidak hanya bercerita tentang
kehidupan anak-anak, namun juga dunia diluarnya seperti dunia remaja bahkan
orang dewasa. Cerita anak adalah cerita yang isinya dikonsumsi oleh anak-anak.
Cerita anak ini memiliki faktor fantasi, yaitu dunia yang tidak dimiliki oleh orang
dewasa (Sarumpaet 1976:25). Ia menambahkan kodrat fantasi pada umumnya
bersumber pada keinginan akan kebebasan dan merupakan kelanjutan dari hasrathasrat atau kebutuhan tertentu yang ada dalam diri anak. Fantasi kreatif anak-anak
yang terwujud dalam eksplorasi yang serba tahu itu, bersifat antropomorfis.
Artinya, segala yamg serba mungkin itu diterjemahkan anak-anak kedalam dunia
kasat mata yang hidup. Anak-anak begitu senang dengan dunia mereka, dengan
fantasi yang mereka miliki seolah-olah benda-benda mati dan binatang di
sekitarnya menjadi hidup serta dapat berbicara kepada mereka. Untuk itu Huck at
al (dalam Subyantoro 2007) menyatakan bahwa ciri esensial sastra anak, termasuk
cerita anak ialah penggunaan pandangan anak atau kacamata anak dalam
menghadirkan cerita atau dunia imajiner. Cerita anak memiliki sifat identifikasi.
Anak-anak biasanya memiliki tokoh idola dalam hidupnya. Baik itu ibu, ayah,
guru, atau orang lain yang ingin ditirunya kelak ia dewasa. Dalam perkembangan
kehidupan anak-anak ada satu proses identifikasi. Sarumpaet (1976:26)
menjelaskan bahwa anak menemukan kemungkinan identifikasi yang berada
dekat langsung padanya, yang konkret sifat dan perwujudannya sebagai pribadi.
Dengan ditemukannya kemungkinan identifikasi, maka anak akan memperoleh
pegangan nilai-nilai tertentu yang bersifat konkret. Cerita anak memiliki sifat khas
dibandingkan dengan cerita fiksi orang dewasa. Ciri khas tersebut antara lain
adanya sejumlah pantangan, penyajian dengan gaya langsung, dan adanya fungsi
terapan ( Sarumpaet 1976:24). Ia juga menjelaskan ciri khas cerita anak tersebut
sebagai berikut:
1) Unsur pantangan , unsur ini khusus untuk tema dan amanat cerita.
Tema-tema yang lazim disajikan untuk pembaca dewasa belum tentu
tepat bila disajikan untuk pembaca anak-anak, dan sebaliknya.
2)
3) Unsur terapan, adanya hal-hal yang informatif, oleh adanya elemenelemen yang bermanfaat, baik pengetahuan umum atau keterampilan,
maupun untuk pertumbuhan anak-anak.
b) Unsur-unsur Cerita Anak
Unsur cerita anak berdasarkan pandangan Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111121):
1) Tema
Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema
mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah
yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan
kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema
jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang
ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus
bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu,
tema disampaikan kepada anak secara tersamar. Jadi, jika nilai moral
hendak disampaikan pada anak, tema harus tersusun dalam bahan cerita
yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik
atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.
2) Tokoh
Tokoh adalah pemain dari sebuah cerita. Tokoh yang
digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau
bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tidak akan
menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak
mereka gandrungi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah
penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu
pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari
penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah
perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan
baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita.
3) Latar
Latar waktu dan tempat pada cerita anak harus mudah difahami
oleh anak, karena anak masih cenderung rumit membayangkan masa
lampau dan masa yang akan datar. Setting tempat juga harus disesuaikan
dengan daya fikir anak seperti yang ada dikeliling anak sehingga anak
dengan mudah memahaminya.
4) Gaya Bahasa
Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut
dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah
cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa atau
tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan
haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata
akan menimbulkan efek tertentu seperti masalah kalimat. Kalimat dalam
cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus
menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks
cerita anak-anak yang tumbuh dari lapisan masyarakat sejak zaman dahulu,
contoh: dongeng, mitologi, fabel, dan legenda, (2) cerita anak-anak idealistis yaitu
cerita anak-anak harus bersifat patut dan universal dalam arti didasarkan pada
bahan-bahan terbaik yang diambil dari zaman yang telah lalu dan karya-karya
penulis masa kini,(3)cerita anak-anak popularitas yaitu cerita anak-anak yang
bersifatmanghibur, tentang sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak, contoh:
komik, dan (4) cerita anak teoretis yaitu cerita anak-anak yang dikonsumsi anakanak dengan bimbingan dan pengarahan anggota-anggota keluarga yang lebih
dewasa, penulisan cerita tersebut ditulis oleh orang dewasa.
Dari pembagian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak terdiri dari
berbagai macam jenis berdasarkan isi dan ciri cerita, yang pasti semuanya dapat
membawa nilai edukasi yang baik bagi anak.
e) Langkah-langkah Menulis Cerita Anak
Langkah dan hal penting yang harus diperhatikan dalam menulis cerita
anak:
1)Langkah-langkah Menulis Cerita Anak
(a) Mencari dan menentukan topik pembicaraan
(b) Menyusun pokok-pokok cerita
(c) Mengembangkan cerita
(d) Merevisi cerita
(e) Pemberian judul dapat dilakukan diawal maupun akhir pembuatan cerita.
2) Hal-hal yang diperhatikan dalam menulis cerita anak secara umum :
(a) Pilihlah kata-kata sederhana atau kalimat tunggal
(b) Hindarkan penggunaan kata-kata asing
(c) Hindarkan bahasa yang mengumpat, kasar, sadis dan jorok
(d) Tema cerita jangan terlalu besar, sajikan yang hanya dapat diterima oleh nalar
anak-anak.
dapat dengan mudah memahami apa maksud dan tujuan dari isi cerita tersebut.;
Terlebih dalam kaitannya dengan pembelajaran mengapresiasi cerita anak
kemasan cerita dalam suatu bahan ajar yang menarik sangat dibutuhkan. Bahan
ajar cerita anak ini juga diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan
berkaitan dengan proses pembelajaran yang inovatif di dalam kelas. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, diperlukan adanya pengembangan bahan ajar cerita anak
bermuatan kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Sesuai
dengan tuntuttan kurikulum 2013 yaitu mengharapkan agar siswa memiliki
karakter yang baik dan berbudi luhur maka bahan ajar cerita anak ini harus
dikemas sedemikian rupa dengan memperhatikan bagaimana mengembangkan
karakter siswa dengan baik. Sehingga bahan ajar cerita anak tersebut dapat
dimanfaatkan
dalam
proses
pembelajaran
dikelas
secara
efektif
dan
menyenangkan.
4. Hipotesis
Berdasarkan masalah yang ada dan kajian pustaka yang telah dipaparkan,
maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah
pengembangan buku cerita anak bermuatan kurikulum 2013 tema Peristiwa Alam
akan sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran siswa
SD sehingga akan tercipta siswa yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.