Anda di halaman 1dari 16

A.

Judul: Pengembangan Buku Cerita Anak Bermuatan Kurikulum 2013


Tema Peristiwa Alam
B. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta
didik dengan pendidik (guru) dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam proses interaksi tersebut salah satunya akan terjadinya komunikasi baik
antar guru dengan siswa maupun antar siswa dengan sumber belajar. Kegiatan
komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari pihak pemberi informasi
ke pihak penerima informasi. Selain itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai
proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan
pikiran, dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara
tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap,
pandangan, atau perilaku (Effendi dalam Wartitin 2006 :2). Komunikasi ini akan
terjadi disetiap hubungan sosial termasuk juga dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran berlangsung hubungan komunikasi, yakni interaksi pendidikan
antara guru dengan siswa dalam proses berinteraksi. Agar tujuan dan maksud dari
komunikasi itu dapat tercapai dengan baik, terutama untuk komunikasi antara
guru dan siswanya maka diperlukan adanya sarana dan prasarana. Penanaman
nilai-nilai luhur dapat dilakukan melalui upaya komunikasi. Hubungan
komunikasi tersebut akan berjalan lancar dan mendapat hasil yang maksimal,
apabila didalam komunikasi tersebut menggunakan alat bantu yang disebut media
pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi ( Sadiman, dkk 1990:7). Dalam era pembelajaran
yang semakin inovatif saat ini, kehadiran media pembelajaran merupakan sesuatu
yang bisa dikatakan wajib. Para pengembang pendidikan menyadari bahwa
pembelajaran akan lebih efektif jika memanfaatkan media pembelajaran. Oleh
karena itu, pengembangan bahan ajar sebagai media pembelajaran semakin

digalakan. Pemanfaatan objek sebagai bahan ajar pun semakin luas cakupannya,
mulai dari pemanfaatan alam sekitar hingga peralatan yang bersifat elektronik.
Pengembangan bahan ajar tentunya membutuhkan kreativitas yang tinggi dari
pengembangnya. Kemampuan memilih dan menempatkan karakteristik bahan ajar
yang dibutuhkan oleh guru dan siswa sangat diperlukan.
Pemilihan bahan ajar di Sekolah Dasar harus sesuai dengan karakteristik
siswa Sekolah Dasar karena Sekolah Dasar sebagai jenjang pendidikan formal
pertama dalam sistem pendidikan di Indonesia berfungsi untuk menanamkan
kemampuan dan keterampilan agar dapat melanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi lagi. Selain itu sekolah dasar juga berfungsi untuk memberi bekal
yang cukup kepada siswa dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi diri
dan lingkungan yang ada. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai luhur seperti
penanaman wawasan kearifan lokal kepada anak sangat penting dilakukan sejak
dini untuk memberikan bekal nilai-nilai moral yang akan dihadapi anak atau siswa
pada masa mendatang.
Pengembangan bahan ajar harus disesuaikan pada setiap jenjang
pendidikan agar bahan ajar tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa, guru, serta
kurikulum yang telah ditentukan. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan
berdasarkan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah cerita anak. Karena bacaan
cerita anak sangat penting peranannya dalam upaya menanamkan pendidikan
karakter kepada siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menekankan
pada pendidikan karakter anak. Oleh karena itu, pengembangan produk ini perlu
memperhatikan ciri sebuah cerita anak sehingga materi ajar cerita anak yang
dibuat tidak menyimpang dari karakteristiknya. Beberapa karakteristik cerita anak
adalah memiliki sudut pandang anak, mengandung emosi dan psikologi anak,
mengandung nilai karakter/moral, mengangkat dunia anak-anak dan aktivitasnya,
memiliki unsur instrinsik dan ekstrinsik yang saling mendukung, menggunakan
bahasa yang sederhana, dan membangkitkan motivasi dan imajinasi anak
(Nurgiyantoro, 2005; Bohlin, 2005; Sutherland, 1985; Winch, dkk, 2000). Cerita
anak sebagai karya sastra merupakan karya kreatif yang dibuat oleh pengarang
dalam upaya untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Pesan yang ada di
dalamnya beragam, antara lain pesan moral, pesan sosial, pesan politik, ekonomi,

dan lain-lain. Pesan ini sangat penting peranannya bagi pembaca dan
kehidupannya. Mosher (2011: 1) menyatakan bahwa sastra memainkan peranan
penting dalam kehidupan dan pengembangan karakter. Cerita yang menarik
memberikan peluang bagi pembaca untuk mengeksplorasi tiga komponen
karakter, yakni mengetahui moral, merasakan moral, dan melakukan perbuatan
atau perilaku yang bermoral (Mosher, ibid). Cerita (sastra) anak biasanya
didefinisikan sebagai cerita untuk anak (Winch, dkk., 2006: 393; Obi, dkk, 2010:
Dengan demikian, semua hal yang dikisahkan dalam cerita, baik budaya,
ideologi cerita dibuat untuk anak. Pada halaman 398, Winch, dkk (2006)
menyatakan bahwa cerita anak biasanya ditulis oleh orang dewasa diperuntukkan
kepada anak. Cerita anak dibuat untuk mengajarkan dan menyebarkan nilai-nilai
agama, moral, dan pendidikan. Cerita anak biasanya berbentuk prosa, seperti
cerpen, novel,dongeng, walaupun juga ada dalam bentuk puisi dan drama (ibid).
Menurut Obi, dkk., (2010:4), cerita anak memiliki beberapa ciri. Pertama, Sastra
anak menampilkan anak sebagai pahlawan (tokoh hero). Kedua, Ide atau
pemikiran, hubungan unsur didalamnya, dan bahasa yang digunakan sederhana.
Ketiga, Sastra anak memiliki tujuan untuk mengajarkan moral. Menurut
Sutherland (1985:1), cerita (sastra) anak merefleksikan pandangan-pandangan dan
asumsi-asumsi tentang kemanusiaan, organisasi sosial, tata perilaku, prinsip
moral, dan hal-hal yang penting dalam kehidupan yang diangkat oleh pengarang.
2. Identifikasi Masalah
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini agar menjadi jelas maka perlu
diidentifikasi. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
a.

Terbatasnya buku cerita anak yang bemuatan kurikulum 2013 khususnya


tema Peristiwa Alam.

b.

Belum tersedianya buku cerita anak yang mencerminkan karakterkarakter dan sikap-sikap yang baik dicontoh oleh siswa.

3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Bahan ajar yang

sesuai dengan karakteristik

siswa SD untuk

mengembakan karakter siswa sesuai tuntutan kurikulum 2013.


b. Proses pengembangan cerita anak yang bermuatan kurikulum 2013.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah karakteristik pengembangan buku cerita anak bermuatan
kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa, untuk
digunakan dalam proses pembelajaran tema Peristiwa Alam?
b. Bagaimanakah prinsip pengembangan buku cerita anak bermuatan
kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa pada tema
Peristiwa Alam?
c. Bagaimanakah proses penyusunan buku cerita anak bermuatan kurikulum
2013 pada tema Peristiwa Alam?
5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui karakteristik pengembangan buku cerita anak
bermuatan kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa,
untuk digunakan dalam proses pembelajaran tema Peristiwa Alam.
b. Untuk mengetahui prinsip pengembangan buku cerita anak bermuatan
kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa pada tema
Peristiwa Alam.
c. Untuk mengetahui proses penyusunan buku cerita anak bermuatan
kurikulum 2013 pada tema Peristiwa Alam.

6. Manfaat Penelitian
Secara garis besar, manfaat penelitian ini terdiri atas dua hal yaitu: manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
a.

Secara Teoritis
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai pedoman
atau acuan bagi penelitian selanjutnya. Dengan adanya penelitian ini,
diharapkan dapat menjadi tolok ukur dalam melakukan penelitian yang
sejenis. Selain itu, bermanfaat untuk menambah khasanah keilmuan
tentang

pembelajaran

Bahasa

dan

Sastra

Indonesia,

khususnya

pengembangan buku cerita anak bermuatan kurikulum 2013.


b.

Secara Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi siswa, guru, dan peneliti.
1) Bagi Siswa
Penelitian ini dapat menumbuhkan minat siswa dalam proses
pembelajaran karena dengan bantuan buku cerita anak ini proses
pembelajaran yang tercipta akan lebih menarik dan sesuia dengan
karakteristik mereka.
2) Bagi Guru
Penelitian ini memberikan alternatif pemilihan media pembelajaran
yaitu buku cerita anak bermuatan kurikulum 2013

yang dapat

membentuk karakter siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013


selain itu juga buku ajar cerita anak ini merupakan altarnatif media
pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran di kelas.
3) Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan tentang pengembangan buku
cerita anak bermuatan kurikulum 2013.
C. Landasan Teori dan Perumasan Teori
1. Kajian Teori
Cerita adalah bagian hidup. Setiap orang adalah bagian dari sebuah cerita.
Kelahiran, pekerjaan, perjumpaan, usaha, ketegangan, penyakit, perkawinan, dan
lain-lain adalah sebuah rentetan kejadian, dan kisah kehidupan yang amat menarik

(Sarumpaet dalam Subyantoro 2007:9). Cerita anak-anak dapat berarti karangan


atau bacaan yang bersifat fiksi maupun nonfiksi yang tercipta untuk anak-anak.
Cerita anak merupakan cerita yang ditujukan untuk dikonsumsi atau
dinikmati oleh anak-anak. Sudah barang tentu konsep pengertian dan
jenisjenisnya berbeda dengan cerita yang biasanya ditujukan untuk orang dewasa.
a) Pengertian Cerita Anak
Beberapa definisi cerita anak menurut pandangan para ahli:
1) Sarumpaet (203:108) berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk
anak dan berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang
mempengaruh anak serta cerita itu hanya dapat dinikmati oleh anak dengan
bantuan dan pengarahan orang dewasa.
2) Puryanto (2008:7) Cerita anak adalah mengandung tema yang mendidik,
alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar
atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang
baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa
anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan
anak.
3) Menurut Hunt (dalam Witakania, 2008) mendefinisikan cerita anak sebagai
buku bacaan yang dibaca secara khusus cocok untuk memuaskan sekelompok
anggota yang kini disebut anak. Jadi cerita anak adalah buku bacaan yang
sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan
minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional
dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
4) Tarigan (1995: 5) mendefinisikan bahwa cerita anak adalah buku yang
menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak
sebagai fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan
pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui
mata anak-anak.
Cerita adalah narasi pribadi setiap orang, dan setiap orang suka menjadi
bagian dari suatu peristiwa, bagian dari suatu cerita, dan menjadibagian dari
sebuah cerita adalah hakikat cerita. Otak manusia juga disebut alat narasi yang
bergerak dalam dunia cerita. Semua pengetahuan yang disimpan dalam otak dan
bagaimana akhirnya setiap orang dapat mengingat dan mengenal dunia karena

keadaan cerita itu. Kalau semua pengetahuan itu tidak disimpan dalam bentuk
cerita, tidak akan bisa diingat (Subyantoro 2007:9). Itulah sebabnya manusia
senang menyimpan cerita-cerita hidupnya bahkan orang lain dalam wujud tertulis,
agar dapat diambil manfaatnya oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan akhirnya
cerita-cerita tersebut menjadi

sebuah teks sastra. Nurgiyantoro

(2007)

menyebutkan ada dua kategori teks kesastraan dan juga dua disiplin keilmuan
yang tidak selalu sama, yaitu sastra dewasa (adult literature) dan sastra anak
(children literature). Lebih lanjut Nurgiyantoro menyebutkan jika selama ini
sastra anak terkesan diabaikan. Namun, kini sastra anak dipandang memiliki
kontribusi terhadap perkembangan kepribadian dan atau pembentuk karakter anak.
Sastra anak, diyakini mampu sebagai salah satu faktor yang dapat dimanfaatkan
untukmendidik anak lewat bacaan. Rampan (dalam Subyantoro 2007:10)
mendefinisikan cerita anak-anak sebagai cerita yang sederhana yang kompleks.
Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas
tinggi, namun tidak ruwet, sehingga komunikatif.
Di samping itu pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anakanak dan keberadaan jiwa dan sifat anak-anak harus berbicara tentang kehidupan
anak-anak dengan segala aspek yang berada danmempengaruhi mereka. Cerita
anak dikatakan kompleks karena cerita anak tidak hanya bercerita tentang
kehidupan anak-anak, namun juga dunia diluarnya seperti dunia remaja bahkan
orang dewasa. Cerita anak adalah cerita yang isinya dikonsumsi oleh anak-anak.
Cerita anak ini memiliki faktor fantasi, yaitu dunia yang tidak dimiliki oleh orang
dewasa (Sarumpaet 1976:25). Ia menambahkan kodrat fantasi pada umumnya
bersumber pada keinginan akan kebebasan dan merupakan kelanjutan dari hasrathasrat atau kebutuhan tertentu yang ada dalam diri anak. Fantasi kreatif anak-anak
yang terwujud dalam eksplorasi yang serba tahu itu, bersifat antropomorfis.
Artinya, segala yamg serba mungkin itu diterjemahkan anak-anak kedalam dunia
kasat mata yang hidup. Anak-anak begitu senang dengan dunia mereka, dengan
fantasi yang mereka miliki seolah-olah benda-benda mati dan binatang di
sekitarnya menjadi hidup serta dapat berbicara kepada mereka. Untuk itu Huck at
al (dalam Subyantoro 2007) menyatakan bahwa ciri esensial sastra anak, termasuk
cerita anak ialah penggunaan pandangan anak atau kacamata anak dalam

menghadirkan cerita atau dunia imajiner. Cerita anak memiliki sifat identifikasi.
Anak-anak biasanya memiliki tokoh idola dalam hidupnya. Baik itu ibu, ayah,
guru, atau orang lain yang ingin ditirunya kelak ia dewasa. Dalam perkembangan
kehidupan anak-anak ada satu proses identifikasi. Sarumpaet (1976:26)
menjelaskan bahwa anak menemukan kemungkinan identifikasi yang berada
dekat langsung padanya, yang konkret sifat dan perwujudannya sebagai pribadi.
Dengan ditemukannya kemungkinan identifikasi, maka anak akan memperoleh
pegangan nilai-nilai tertentu yang bersifat konkret. Cerita anak memiliki sifat khas
dibandingkan dengan cerita fiksi orang dewasa. Ciri khas tersebut antara lain
adanya sejumlah pantangan, penyajian dengan gaya langsung, dan adanya fungsi
terapan ( Sarumpaet 1976:24). Ia juga menjelaskan ciri khas cerita anak tersebut
sebagai berikut:
1) Unsur pantangan , unsur ini khusus untuk tema dan amanat cerita.
Tema-tema yang lazim disajikan untuk pembaca dewasa belum tentu
tepat bila disajikan untuk pembaca anak-anak, dan sebaliknya.
2)

Penyajian dengan gaya langsung, singkat dan jelas. Deskripsi yang


sesingkat mungkin dan menuju sasaran langsung, mengetengahkan aksi
(action) yang jelas sebab musababnya.

3) Unsur terapan, adanya hal-hal yang informatif, oleh adanya elemenelemen yang bermanfaat, baik pengetahuan umum atau keterampilan,
maupun untuk pertumbuhan anak-anak.
b) Unsur-unsur Cerita Anak
Unsur cerita anak berdasarkan pandangan Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111121):
1) Tema
Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema
mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah
yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan
kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema
jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang
ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus
bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu,

tema disampaikan kepada anak secara tersamar. Jadi, jika nilai moral
hendak disampaikan pada anak, tema harus tersusun dalam bahan cerita
yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik
atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.
2) Tokoh
Tokoh adalah pemain dari sebuah cerita. Tokoh yang
digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau
bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tidak akan
menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak
mereka gandrungi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah
penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu
pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari
penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah
perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan
baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita.
3) Latar
Latar waktu dan tempat pada cerita anak harus mudah difahami
oleh anak, karena anak masih cenderung rumit membayangkan masa
lampau dan masa yang akan datar. Setting tempat juga harus disesuaikan
dengan daya fikir anak seperti yang ada dikeliling anak sehingga anak
dengan mudah memahaminya.
4) Gaya Bahasa
Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut
dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah
cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa atau
tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan
haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata
akan menimbulkan efek tertentu seperti masalah kalimat. Kalimat dalam
cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus
menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks

asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin


disampaikan.
5) Alur
Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau
mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita menarik
atau tidak. Dan hal penting dari alur ini adalah konflik. Karena konfliklah
yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa menyebabkan
seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca
sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang
menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam
periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot
balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah
terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan
anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di
bawah usia sembilan tahun.
6) Amanat
Cerita anak harus mengandung pesan moral yang baik seperti pesan
seperti kasih sayang, kepedulian, kejujuran,, ketegaran, kesabaran,
kepercayaan sehingga akan membentuk karakter dan pribadi anak.
Dengan demikian cerita anak dapat memberi manfaat yang positif bagi
perkembangan anak. Terlebih ketika berikan dalam pembelajaran di sekolah,
dengan membaca cerita anak dapat mamberi manfaat berupa nilai moral dan nilai
edukasi bagi siswa.
c) Manfaat Cerita Anak
Fungsi cerita bagi anak-anak berkaitan erat dengan manfaat sebuah
cerita bagi anak-anak. Dengan banyak membaca cerita anak-anak, seorang
anak akan memperoleh kematangan emosi, intelektual, dan pengalamanpengalaman tentang kehidupan. Cerita anak dapat menanamkan rasa peka
dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
dapat menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan keadilan, keberanian,

kejujuran, kesetiaan, pengorbanan, dan kehormatan. Cerita anak-anak dapat


membuka mata hati anak lebih jauh ke depan untuk melihat tujuan dan hakikat
hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa mendidik anak akan rasa cinta tanah
air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Pada
akhirnya cerita anak-anak akan membantu anak dalam memecahkan
masalahnya sendiri. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013: 6.7)
Selain manfaat di atas, manfaat lainnya dari cerita anak adalah
1) Mengasah daya fikir, kreatifitas dan imajinatif
Anak dapat membentuk visualisasi sendiri melalui cerita yang dia
dengarkan. Lama kelamaan akan memancing daya kreatifitas mereka
seperti mengungkapkan isi hati dan fikiran dengan kata-kata lisan maupun
tulisan dan dia akan memiliki banyak kosa kata.
2) Media untuk menanamkan nilai dan etika
Berbagai nilai kejujuran dan rendah hati kerja keras hingga empati dan
kebiasaan sehari-hari dapat dengan mudah diserap melalui cerita. Didalam
cerita tidak memerintah ataupun menggurui tapi sebaliknya didalam tokoh
cerita diharapkan menjadi teladan bagi anak.
3) Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak
Setelah tertarik membaca buku yang sering mereka baca maka mereka akan
meluaskan bacaannya pada buku-buku pelajaran.
4) Mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual
Kecerdasan emosi adalah kemampuan anak untuk menyikapi keadaan,
baik tekanan maupun perilaku dari luar, seperti bagaimana menerima kekalahan
dengan baik atau apa yang harus dilakukan ketika kesal atau marah.
d) Jenis Cerita Anak
Jenis-jenis cerita anak dapat dikelompokan menjadi cerita jenaka,
dongeng, fabel, legenda, dan mite atau mitos. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013:
6.8). Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pengertian jenis-jenis cerita tersebut :
1) Cerita jenaka

Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau


tingkah laku seorang tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat
berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula karena kecerdikannya.
Contoh dari cerita jenaka dapat kita jumpai dalah cerita Pak Belalang,
Pak Kodok, Abu Nawas, Nasaruddin,dan Kabayan.
2) Dongeng
Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan.
Melalui dongeng atau cerita, daya imajinasi anak akan berkembang. Anak
akan dibawa ke dunia lain yang begitu bebas dan luas. Alur cerita dapat
dibuat sedemikian rupa sehingga pengalaman yang baru yang hanya tampil
dalam bayangan seakan dapat mereka wujudkan dalam kenyataan.
Dongeng akan lebih mereka ingat daripada hafalan mata pelajaran tertentu.
Anak juga membutuhkan pengembangan imajinasi, dengan dongeng atau
bercerita merupakan sarana yang ampuh untuk itu. Tanpa imajinasi, akal
tidak aktif, mandeg, bahkan mati. Dengan imajinasi, anak dilatih untuk
memecahkan beragam masalah. Kreativitas anak juga berasal dari imajinasi
yang kuat, yang dibangun di antaranya melalui cerita atau dongeng yang
pernah di dengarnya (Mustofa,2015:86-87). Contohnya adalah Ketimun
Emas, Tongkat Ajaib,dan Cinderella.
3) Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokohtokohnya. Di dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan
sebagaimana layaknya manusia yang dapat berpikir, bereaksi, dan
berbicara. Contohnya pada cerita Kancil dan Kera, dan Kancil dan
Buaya.
4) Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda
bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam
atau cerita tentang terjadinya suatu negeri, danau atau gunung. Contohnya
pada cerita Sangkuriang, Malin Kundang,dan Batu menangis.
5) Mite atau Mitos

Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan


kuno, menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus.
Mitos adalah cerita yang mengandung unsur-unsur misteri, dunia gaib, dan
alam dewa. Tokoh-tokoh mitos mengandung kekuatan yang hebat dan
memiliki kekuatan gaib. Tokoh-tokoh ini bukan saja terdiri atas manusia,
tetapi juga dewa-dewa dan makhluk gaib. Contoh ceritanya adalah Nyi
Roro Kidul
Ada beberapa pembagian cerita anak menurut jenisnya, antara lain Marion
van Horne (dalam Wijayanti 2008: 34) jenis cerita anak dapat di kelompokkan
sebagai berikut:
1) Fantasi atau karangan khayal, dalam cerita ini semuanya benar-benar
dongeng khayal yang tidak berdasarkan kenyataan. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah dongeng, fabel, legenda, dan mitos.
2) Realistic fiction, fiksi atau cerita khayal tetapi mengandung unsure
kenyataan, hampir mirip science fiction.
3) Biografi atau riwayat hidup, banyak orang terkenal yang dibuat menjadi
cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak, dengan bahasa sederhana
dan isinya gamblang sebagaimana adanya, mudah dimengerti sebagai
suri tauladan.
4) Folk tale atau cerita rakyat, yaitu cerita yang berhubungan dengan
cerita yang terjadi di masyarakat.
5) Religius atau cerita-cerita keagamaan, contoh: cerita tentang nabi,
orang-orang suci, atau ajaran agama yang digubah dalam bentuk cerita
yang menarik, motifasinya untuk membentuk anak berbudi pekerti
luhur.
Khusus untuk cerita anak jenis folk tale atau cerita rakyat, dalam hal ini
tidak semua cerita rakyat dapat dikategorikan sebagai cerita anak. Hanya cerita
rakyat dengan tema-tema tertentu yang dapat dikategorikan sebagai cerita anak.
Tema yang tentunya sesuai dengan perkembangan anak-anak. Pembagian lain
menurut Riris K. Sarumpaet (dalam Wijayanti 2008:34) membedakan jenis-jenis
cerita anak berdasarkan ciri- cirinya, antara lain: (1) cerita anak tradisional yaitu

cerita anak-anak yang tumbuh dari lapisan masyarakat sejak zaman dahulu,
contoh: dongeng, mitologi, fabel, dan legenda, (2) cerita anak-anak idealistis yaitu
cerita anak-anak harus bersifat patut dan universal dalam arti didasarkan pada
bahan-bahan terbaik yang diambil dari zaman yang telah lalu dan karya-karya
penulis masa kini,(3)cerita anak-anak popularitas yaitu cerita anak-anak yang
bersifatmanghibur, tentang sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak, contoh:
komik, dan (4) cerita anak teoretis yaitu cerita anak-anak yang dikonsumsi anakanak dengan bimbingan dan pengarahan anggota-anggota keluarga yang lebih
dewasa, penulisan cerita tersebut ditulis oleh orang dewasa.
Dari pembagian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak terdiri dari
berbagai macam jenis berdasarkan isi dan ciri cerita, yang pasti semuanya dapat
membawa nilai edukasi yang baik bagi anak.
e) Langkah-langkah Menulis Cerita Anak
Langkah dan hal penting yang harus diperhatikan dalam menulis cerita
anak:
1)Langkah-langkah Menulis Cerita Anak
(a) Mencari dan menentukan topik pembicaraan
(b) Menyusun pokok-pokok cerita
(c) Mengembangkan cerita
(d) Merevisi cerita
(e) Pemberian judul dapat dilakukan diawal maupun akhir pembuatan cerita.
2) Hal-hal yang diperhatikan dalam menulis cerita anak secara umum :
(a) Pilihlah kata-kata sederhana atau kalimat tunggal
(b) Hindarkan penggunaan kata-kata asing
(c) Hindarkan bahasa yang mengumpat, kasar, sadis dan jorok
(d) Tema cerita jangan terlalu besar, sajikan yang hanya dapat diterima oleh nalar
anak-anak.

f) Mengapresiasi Cerita Anak


Cerita anak merupakan karya sastra yang berupa prosa. Prosa dalam
kesastraan disebut juga cerita fiksi, yang berarti cerita rekaan atau khayalan. Hal
ini disebabkan prosa merupakan prosa naratif yang tidak menyaran pada
kebenaran sejarah. Mengapresiasi cerita anak biasanya dilakukan melalui kegiatan

membaca, karena dengan membaca, keindahan penyampaian bahasa oleh


pengarang dapat diterima secara langsung oleh penikmat cerita. Hakikat
mengapresiasi cerita anak dalam penelitian ini adalah kegiatan menikmati dan
menghayati nilai-nilai moral yang disuguhkan dalam cerita, sehingga dapat
diteladani oleh penikmatnya.
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan pengembangan buku cerita anak bermuatan
kurikulum 2013 tema Peristiwa Alam adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ermadwicitawati tahun 2013 yaitu Pengembangan Materi Ajar Cerita Anak Yang
Mengandung Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Membaca Cerita Anak
SMP Kelas VII Di Singaraja. Penelitian ini menyimpulkan bahwa produk
penelitian ini layak/efektif digunakan sebagai materi ajar dalam pembelajaran
membaca cerita anak pada siswa kelas VII SMP. Dengan digunakan materi ajar
cerita anak yang mengandung pendidikan karakter yang sudah diujivaliditasnya
tersebut, pembelajaran cerita anak di SMP kelas VII dapat berlangsung sesuai
dengan harapan. Harapan tersebut adalah berlangsungnya pengintegrasian nilainila pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas.
3. Kerangka Berpikir
Kebutuhan akan bahan ajar yang menarik dalam era pembelajaran yang
inovatif saat ini sudah tidak dapat dihindari. Pengembangan bahan ajar pada
proses pembelajaran untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar di kelas pun
semakin banyak dilakukan. Para pengembang semakin meluaskan pandangan
tentang objek yang dapat dikembangkan sebagai media. Permasalahan yang sering
terjadi adalah apakah bahan ajar tersebut disukai dan mampu menarik perhatian
siswa. Oleh karena itu, muncul sebuah pemikiran untuk mengembangkan sebuah
bahan ajar melalui objek yang secara umum disukai dan dekat dengan dunia
siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Cerita anak harus dikemas semenarik
mungkin agar lebih menyenangkan untuk dikonsumsi siswa atau anak-anak.
Selain itu pengembangan bahan ajar cerita anak ini harus juga memperhatikan
karakteristik siswa sekolah dasar. Sehingga mereka merasa tertarik dan mereka

dapat dengan mudah memahami apa maksud dan tujuan dari isi cerita tersebut.;
Terlebih dalam kaitannya dengan pembelajaran mengapresiasi cerita anak
kemasan cerita dalam suatu bahan ajar yang menarik sangat dibutuhkan. Bahan
ajar cerita anak ini juga diharapkan dapat menjadi solusi terhadap permasalahan
berkaitan dengan proses pembelajaran yang inovatif di dalam kelas. Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, diperlukan adanya pengembangan bahan ajar cerita anak
bermuatan kurikulum 2013 yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Sesuai
dengan tuntuttan kurikulum 2013 yaitu mengharapkan agar siswa memiliki
karakter yang baik dan berbudi luhur maka bahan ajar cerita anak ini harus
dikemas sedemikian rupa dengan memperhatikan bagaimana mengembangkan
karakter siswa dengan baik. Sehingga bahan ajar cerita anak tersebut dapat
dimanfaatkan

dalam

proses

pembelajaran

dikelas

secara

efektif

dan

menyenangkan.
4. Hipotesis
Berdasarkan masalah yang ada dan kajian pustaka yang telah dipaparkan,
maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah
pengembangan buku cerita anak bermuatan kurikulum 2013 tema Peristiwa Alam
akan sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran siswa
SD sehingga akan tercipta siswa yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur.

Anda mungkin juga menyukai