Tips Menghindari Penculikan Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Tips Menghindari Penculikan Anak

INILAH.COM, Jakarta - Pelaku penculikan anak jika tidak orang dekat, biasanya anggota
sindikat penjualan anak yang dapat berpura-pura bekerja sebagai pembantu atau sebagai
pengasuh anak. Kedua cara inilah modus para pelaku dalam menjalankan aksinya.
Dijelaskan Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kobes Pol Baharudin Djafar, dua modus, diantaranya
berpura-pura sebagai pembantu rumah tangga dan pengasuh anak, menjadi modus para pelaku
dalam menjalankan aksinya.
"Setelah orang tua lengah, mereka pun terus menculik anaknya," kata Baharudin saat kepada
INILAH.COM, Rabu (18/5/2011).
Dengan adanya dua modus itu, dirinya menghimbau kepada orang tua, untuk lebih selektif dalam
memilih pengasuh anak ataupun pembantu rumah tangga, sehingga kasus penculikan anak tidak
terjadi.
"Begitu halnya saat menjemput anak ke sekolah, jika tak bisa menjemput sendiri, orang tua harus
menyerahkan kepercayaan terhadap orang yang telah dikenalnya," jelas Baharudin.
Cara pencegahan lainnya, orangtua harus menanamkan kepada anak agar tidak mudah percaya
kepada orang asing. Sehingga tidak mudah dibujuk rayu oleh penculik yang berpura-pura ingin
menjemput anak.
Baharudin menjelaskan, selain menerima laporan penculikan dan melakukan pengejaran terhadap
pelaku sindikat penculikan anak, saat ini pihak kepolisian juga getol melakukan penyuluhan
terhadap pihak sekolah maupun orang tua, agar lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap
anak-anak mereka.

Kasus penculikan anak semakin


sering terjadi selama setahun belakangan ini. Orangtua diminta untuk meningkatkan
kewaspadaan, karena diduga selain diculik untuk dijual, organ tubuh anak juga
diperjual-belikan, demikian hasil pantauan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas
PA).
Bahkan Komnas PA menduga ada
sindikat internasional perdagangan anak dan organ tubuh anak. Dilaporkan oleh
Komnas PA, saat ini ada seorang anak yang diduga menjadi korban sindikat
internasional perdagangan anak yang tengah berada di Tokyo, Jepang.
Anak tersebut sekarang dirawat oleh
keluarga Indonesia di Tokyo. Menurut Arist Merdeka Sirait, anak perempuan yang

namanya dirahasiakan itu diculik ketika masih berumur 8 tahun, kini anak itu
berumur 12 tahun. Bahkan bukan hanya diculik, anak itu juga dipotong lidahnya.
Sejauh ini pihak Komnas PA masih
terus berkoordinasi dengan KBRI Tokyo untuk memastikan kondisi anak tersebut.
Selama tahun Januari 2009 hingga Januari
2010, di Indonesia tercatat ada delapan kasus penculikan anak dengan berbagai modus.
Jumlah ini diyakini hanya puncak gunung es, karena sangat mungkin kasus semacam
ini banyak yang tidak terpantau.
Dari delapan kasus penculikan
anak tersebut, empat korban masih belum diketahui keberadaannya hingga kini. Kasus
terakhir menimpa pasangan suami istri Edi Sugianto-Murtanti. Pasangan ini
kehilangan bayi lelaki mereka yang baru dilahirkan di Puskesmas kembangan Jakarta
Barat. Hanya berjarak 14 jam sejak dilahirkan, si jabang bayi dibawa kabur seorang
perempuan yang
menyamar sebagai suster.
Menyikapi maraknya penculikan
anak, bagaimana orangtua harus bersikap? Berikut ini ada berberapa tips :
1. Jangan Bicara Pada Orang
Asing
Selalu ingatkan anak Anda agar tidak percaya kepada orang yang baru dikenal.
Ditekankan pula bahwa mereka dilarang berbicara dengan orang asing. Hal ini agar
anak terhindar dari rayuan si penculik. Karena tak jarang para pelaku penculikan
menggunakan obrolan sebagai pintu masuk dalam melakukan aksinya.
2. Jangan Menerima Pemberian Orang
Asing
Pelaku penculikan kerap menggunakan barang berupa mainan atau sejenis
jajanan dengan rupa menarik agar sang anak mau mengikutinya. Namun alangkah
lebih baiknya jika anak ditemani selama perjalanan menuju ke sekolah atau
tempat aktifitas yang lainnya. Bila anda tidak memiliki waktu khusus,
percayakan pada pengasuh yang terpercaya.
3. Waspada Orang Sekeliling
Dari kasus-kasus yang terjadi, tak jarang penculikan terjadi berkat kerjasama orang
dalam,
misalnya sopir, pembantu, pengasuh atau karyawan Anda. Pastikan orang-orang

yang bekerja dengan Anda adalah orang-orang yang baik dengan cara meneliti latar
belakang mereka sebelum Anda terima bekerja di tempat Anda.
4. Sering Memantau dan
komunikasi
Jangan malas
memantau keberadaan anak Anda saat Anda sedang berada di kantor atau dalam
perjalanan bisnis keluar kota.
Meskipun anak Anda diawasi oleh pengasuh kepercayaan sekalipun, tak ada salahnya Anda
menelepon minimal 3 kali dalam sehari untuk
mengetahui kondisi Anak. Usahakan Anda berbicara langsung dengan anak Anda, dan
mengajaknya ngobrol. Sisi positifnya Anda juga tetap merasa dekat dengan anak. Jika
Anda keluar kota
selama berhari-hari, mintalah kerabat
Anda untuk menemani anak Anda di rumah. Jangan biarkan anak Anda hanya ditemani
pengasuh.
5. Belajar Menghapal
Jika anak Anda sudah berusia lima tahun keatas dimana umumnya usia
demikian sudah bisa mengerti dan mengingat perintah-perintah sederhana,
mintalah dia untuk menghafal nomor-nomor telepon penting, misalnya nomor
telepon rumah Anda atau kerabat Anda. Anda harus pintar mencari cara memberi
perintah-perintah sederhana jika penculikan benar-benar menimpa anak Anda.
Ajarkan
juga dia untuk menghapal nama jalan rumah Anda, nama lengkap orangtua atau
kakek neneknya. Jika Anda sedang berjalan-jalan dengan Anak dan menjumpai
polisi atau kantor polisi, ceritakanlah dengan cara yang menarik, bahwa polisi
dan kantor polisi adalah tempat yang paling tepat didatangi jika anak Anda
tersesat.

Anda mungkin juga menyukai