Makalah RADIOLOGI
KEDOKTERAN
NUKLIR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
3
4
4
5
6
8
2.3 Radiofarmaka...................................................................................
10
2.4 Radionuklida....................................................................................
11
12
14
19
22
22
22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemanfaatan radiasi di bidang kedokteran semakin memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap paparan radiasi yang diterima
manusia. Aktivitas pemanfaatan radiasi di bidang kesehatan yang diterima
manusia meliputi radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir.
Ketiga pemanfaatan radiasi tersebut umumnya menggunakan sumber
radiasi yang spesifikasi fisiknya berbedabeda dan bermanfaat dalam
bidang
kesehatan.
Radiodiagnostik
mengkhususkan
hanya
untuk
sangat
luas,
sejalan
dengan
pesatnya
perkembangan
produksi
radiofarmaka
waktu
paroh
pendek
yang
lebih
dibuatnya makalah ini serta untuk memenuhi yang diberikan oleh bapak
dosen.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa defenisi dari Kedokteran Nuklir?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Kedokteran Nuklir?
3. Apakah yang dimaksud dengan radiofarmaka dan Radionuklida serta
pengunaannya di Kedokteran Nuklir?
4. Bagaimana fungsi Zat Pembawa pada Kedokteran Nuklir?
5. Apa-apa saja alat yang digunakan pada prosedur pemeriksaannya?
6.
Bagaimana teknik pemeriksaan kedokteran nuklir (bone
scintigraphy /sidik tulang)?
mengetahui
apa
dimaksud
dengan
radiofarmaka
dan
BAB II
PEMBAAHASAN
2.1
Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun nonimaging memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa.
kedokteran
nuklir
banyak
membantu
dalam
pendarahan
pada
saluran
pencernaan
makanan
dan
menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari
diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini
berkembang pesat.
Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga
berperanan dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar
gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian
obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi
(peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi
obat-obatan biasa. Bila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan
dalam dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja
diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap
jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-sel yang menyusun
jaringan kanker itu.
Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun
1960-an, yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai
dioperasikan di Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh
tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir
di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini
adalah
unsur
yang
paling
dimanfaatkan
dalam
tahun
1970-an
sebagian
besar
organ
tubuh
dapat
2.3
Radiofarmaka
Radiofarmaka adalah senyawa aktif yang diberikan ke pasien
peroral maupun parental untuk tujuan diagnostik maupun terapi,
merupakan sumber terbuka dan ikut metabolisme dalam tubuh. Suatu
radiofarmaka berupa isotop radioaktif misalnya Tl-201 atau berupa
senyawa yang dilabel dengan pembawa materi contoh I-131 Hipuran, Tc99m DTPA.
Sifat-sifat radiofarmaka diagnostik yang ideal:
minimal.
Keselamatan pasien
Reaktivitas kimia
Tidak mahal dan tersedia dengan mudah.
Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat ditempat
(rumah sakit).
tinggi
Dosis radiasi yang diterima pasien harus minimal dan juga yang
diterima petugas kedokteran nuklir.
10
11
2.5
Zat Pembawa
Untuk membawa aktifitas ke organ yang akan diperiksa diperlukan
senyawa yang mempunyai spesitas terhadap organ tersebut yang biasanya
disebut zat pembawa. Zat pembawa adalah unsur / zat yang dapat
mengikat radionuklida dan membawa ke organ yang akan diperiksa dan
dimetabolisir oleh organ tersebut.
Kemajuan dalam bidang bioteknologi sangat membantu dalam
perkembangan kedokteran nuklir baik dalam jumlah dan produksi dan
jenis zat pembawa tetapi juga teknik-teknik labeling senyawa tersebut
berkembang pesat. Sebagaimana radionuklida zat pembawa ini juga harus
mempunyai kriteria sebagai unsur dari radiofarmaka, yaitu :
Mudah dilabel dengan radionuklida serta mudah preparasinya
tanpa merubah sifat biologisnya terutama biodistribusi dalam
tubuh.
Harus terakumulasi atau teralokasi sebagian besar di organ yang
akan diperiksa.
Harus bisa dieliminasi dari tubuh dengan waktu paruh yang sesuai
dengan lamanya pemeriksaan.
Kedokteran
ZAT PEMBAWA
RADIONUKLIDA
ORGAN YANG
1.
MDP
Tc-99m
DIPERIKSA
Tulang
2.
DTPA
Tc-99m
Ginjal
3.
DMSA
Tc-99m
(glomurolus)
4.
MAA
Tc-99m
Ginjal (parenkin)
5.
MIBI
Tc-99m
Paru
6.
HMPAO
Tc-99m
Jantung
7.
Hipuran
I-131
Otak
8.
I-131
Ginjal (tubular)
Tiroid
12
13
2.6
Konfigurasi Peralatan
Pada prinsipnya alat / pesawat kedokteran nuklir hanya sebagai
detector, yaitu menangkap radiasi yang dipancarkan oleh bahan
radioaktif dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat dilihat
sebagai angka-angka, warna ataupun grafik. Pemeriksaan imaging
kedokteran nuklir memerlukan gamma kamera yang mempunyai detector
dalam jumlah banyak. Satu gamma kamera biasanya terdiri dari kolimator,
detector, Photo Multiplier Tube (PMT), Catode Ray Tube (CRT), Pulse
Height Analizer (PHA).
Gamma Kamera
Gamma kamera pada hakekatnya merupakan kamera skintilasi
(scintillation cameras). Pencitraan menggunakan kamera gamma
merupakan teknologi imeging emisi. Kamera gamma akan merubah
photon gamma yang berhasil diterima oleh detektor menjadi pulsa
cahaya dan selanjutnya dirubah menjadi pulsa elektronik (voltage
signal). Signal tersebut yang akhirnya akan membentuk citra (image)
sesuai dengan ditribusi radionuklida yang dimasukkan kedalam tubuh.
Setiap unit kamera gamma memiliki komponen dasar yang terdiri
dari :
a. Kolimator
b. Detektor/ Kristal skintilasi
c. Photo Multiplier Tube (PMT)
d. Cathode Ray Tube (CRT)
e. Pulse Height Analyzer (PHA)
f. Konsole/Panel Kontrol
Kamera gamma jenis digital memiliki beberapa kelebihan dibanding
jenis analog, antara lain dapat melakukan pemrosesan data lebih cepat,
14
dalam
menjalankan
fungsinya
adalah
dengan
resolusinya,
karena
itu
sangat
penting
untuk
15
dengan
kristal
detektor
akan
16
Generator
Pada prinsipnya generator radioisotop terdiri dari radionuklida yang
mempunyai waktu paroh panjang (disebut radionuklida induk) yang
spontan meluruh dan menghasilkan radionuklida yang waktu
parohnya jauh lebih pendek (disebut radionuklida anak). Keduanya
membentuk pasangan keseimbangan transien dan pada suatu saat
17
penggunaanya
Radioaktivitas anak harus cukup tinggi.
Nuklida anak harus mudah dipisahkan dari induknya.
Struktur generator harus tetap baik setelah berkali-kali dielusi
sederhana
dalam
2.7
99mTc
68Ga
81mKr
82Rb
87mSr
113mIn
132I
137mBa
191mIr
T1/2 Induk
2,78 hari
275 hari
4,7 jam
25 hari
3,3 hari
115 hari
3,2 hari
30 tahun
15 hari
E Anak Luruh
(%)
140 keV (90)
511 keV (176)
190 keV (65)
511 keV (192)
388 keV (80)
393 keV (64)
(banyak)
622 keV (89)
129 keV (25)
18
Trauma
Kelainan sendi
Penyakit metabolik pada tulang
Kontraindikasi
: Wanita hamil / menyusui
Radiofarmaka
: Tc-99m MDP (Methylenediphosphonate)
dengan dosis 15 20 mCi.
Persiapan Alat
:
1. Kamera gamma planar dilengkapi data prosessor dengan
kolimator LEHR
2. Puncak energi: 140 KeV
3. Window width : 20%
Prosedur Persiapan Pasien
:
1. Tidak diperlukan persiapan khusus
2. Beritahu dokter atau petugas, jika :
a. Sedang hamil atau menyusui
b. Beberapa hari sebelumnya telah melakukan pemeriksaan yang
mengandung barium (misalnya barium enema) atau sedang
mengkonsumsi obat yang mengandung bismuth (misalnya
pepto-bismuth) karena kedua zat tersebut dapat berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan.
3. Kurangi konsumsi cairan 4 jam sebelum pemeriksaan dilakukan,
karena pasien akan diminta mengkonsumsi banyak cairan setelah
perunut radioaktif disuntikkan.
4. Setelah perunut disuntikkan, pasien harus menunggu 1 3 jam
sebelum
bone
scan
dilakukan.
Oleh
karena
itu
pasien
19
saat
penyuntikan
atau
infeksi.
20
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Keodokteran Nuklir merupakan cabang ilmu kedokteran yang
masih diperlukan untuk pemeriksaan baik diagnosa maupun terapi dan
untuk tujuan penelitian, menggunakan sumber radiasi terbuka dari proses
desintegrasi/peluruhan inti radionuklida.
Pada teknik pemeriksaan Kedokteran Nuklir radioisotop dapat
dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya
direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung,
urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal
sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
3.2
Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna mengingat
kami yang masih dalam proses belajar, tentulah masih sangat
21
DAFTAR PUSTAKA
http://amywardhana.blogspot.com/2013/11/kedokteran-nuklir.html
diakses pada tanggal 18 maret 2015, pukul 17.25 wita.
http://siavent.blogspot.com/2010/02/teknik-pemeriksaankedokteran-nuklir_27.html
22
23