PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Ny.x 48 tahun datang dengan patah tulang setelah jatuh dari tangga di rumahnya saat
akan menjemur pakaian.Pasien memiliki riwayat alergi makanan dan rutin minum obat
ctm dan dexamethasone 3 kali sehari sejak 5 tahun terakhir.Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan TD 150/90 mmHg.Di keluarga Ny.x tidak ada yang menderita hipertensi
maupun asma.
1.2 Klarifikasi dan definisi
a. Dexamethasone : obat golongan kortikosteroid yaitu gluklokortikoid
b. Alergi makanan : Respon abnormal terhadap makanan yang di perantai reaksi hormon
1.3 Kata kunci
a. Ny.x 48 tahun
b. Patah tulang
c. Alergi makanan
d. Riwayat minum dexamethasone dan CTM
e. Tekanan darah 150/90 mmHg
f. Riwayat keluarga : hpertensi (-),asma (-)
g. Jatuh dari tangga
1.4 Rumusan masalah
Ny.x 48 tahun mengalami patah tulang dan riwayat alergi makanan,tekanan darah
150/90 mmHg serta rutin minum oabt dexamethasone dan CTM jangka panjang
Penuruna
n
estrogen
Hipofungs
i adrenal
Gangguan
metabolism
e kalsium
CTM
jangka
panjang
Ny.x 48
thn
hipertensi
Vasok
ontriks
i otot
polos
pemb
Patah
tulang
Dexamethaso
ne jangka
panjang
Kerja
osteoklas
naik,osteo
blas turun
Resisten
si
pembul
uh
darah
Resistensi
Na
Sintesis
prostaglan
din
Penuruna
n
reasorpsi
Peningkat
an sekresi
ca di urin
Penuruna
n ca
serum
Peningkat
an
resorpsi
tulang
Penuruna
n massa
tulang
Osteoporosi
s sekunder
1.6 Hipotesis
Ny.x 48 tahun mengalami hipofungsi kortek adrenal dan hipertensi grade 1 akibat
penggunaan kortikosteroid dan CTM jangka panjang
1.7 Pertanyaan diskusi
1. Kelenjar adrenal
a. anatomi
b. histologi
c. Fisiologi: sintesis dan regulasi,kerja hormon
2. Penyakit apa saja yang timbul jika terjadi gangguan pada kelenjar adrenal
3. Faktor yang menpengaruhi densitas tulang
4. Bagaimana efek glukokortikoid terhadap keseimbangan kalsium
5. Bagaimana efek glukokortikoid terhadap tekanan darah
6. CTM
a) Dosis
b) Farmakokinetik
c) Farmakodinamik
d) Efek samping
7. Dexhametasone
a. Dosis
b. Farmakokinetik
c. Farmakodinamik
d. Efek samping
8. Apa saja indikasi pemberian glukokortikosteroid
9. Pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan untuk gangguan sekresi
10.
11.
12.
13.
kortikosteroid
endogen
Pengaruh penurunan esterogen terhadap patah tulang
Hubungan kosumsi dexamentasone dan ctm jangka panjang terhadap patah tulang
Hubungan riwayat alergi makanan terhadap penggunaan obat pada kasus?
Edukasi dan tatalaksana yang tepat pada kasus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelenjar adrenal
1. Anatomi
Kelenjar adrenal (suprarenal) adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub
atas ginjal, dan terbenam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal
merupakan struktur pipih berbentuk bulan sabit, dengan panjang sekitar 4-6 cm,
lebar 7-2 crn, dan tebal 4-6 mm pada orang dewasa. Bersama-sama, kelenjar
adrenal memiliki berat sekitar 8 gram, tetapi berat dan ukurannya bervariasi sesuai
umur dan keadaan fisiologis peroiangan.1
Gambar 1. Anak Ginjal; Glandula Suprarenalis, potongan sagital bagian bawah tampak
ventral(1)
Gambar 2. Anak Ginjal, Galndula Suprarenalis potongan sagital tampak lateral (1)
2. Histologi2
Kelenjar adrenal mensekresikan hormon steroid dan ketokolamin. Bentuknya
triangular dan terletak pada lemak perirenal pada superior ginjal.
Kelenjar adrenal ditutupi oleh kapsul jaringan ikat tebal yang mana
trabekulanya memanjang hingga ke parenkim, membawa pembuluh darah dan
saraf. Jaringan parenkim sekretori dibagi menjadi dua bagian (Gambar 1.1)
1. Korteks merupakan bagian yang mensekresikan steroid. Berada di bawah
kapsul dan dan bagian ini beratnya meliputi hampir 90% kelenjar.
2. Medulla merupakan bagian yang mensekresikan ketokolamin. Letaknya di
bawah korteks dan membentuk bagian tengah kelenjar.
terlihat, sitoplasma
Sel pada zona retikulari berukuran lebih kecil daripada zona fasciculata,
dan nukleus lebih gelap. Sel memiliki sedikit droplet lemak. Zona ini
memiliki sel yang mensekresikan steroid, endoplasmik retikulum halus,
dan mirokondria, sedikit endoplasmik retikulum kasar. Sekresi utama
dari zona ini adalah androgen lemah, terutama dehydroepiandrosterone
(DHEA). Sel ini juga mensekresikan glukokortikoid (kortisol), tetapi
lebih sedikit dibandingkan zona fasciculata2
3. Fisiologi
banyak
sekali
androgen
sehingga
menimbulkan
gejala
terhadap vitamin D
Riwayat Reproduksi6,7.8
Wanita memiliki risiko untuk terkena osteoporosis lebih tinggi daripada pria.
Berhentinya sekresi estrogen pada masa menopause memegang peranan penting
terhadap patogenesis kehilangan massa tulang pada wanita pascamenopause.
Beberapa studi menunjukkan hubungan laju patah tulang yang meningkat setelah
sekresi estrogen berhenti pada wanita menopause. Selama masa menopause
pengaruh hilangnya estrogen tidak sama pada tiap-tiap bagian tulang trabekular .
Selain menopause, terdapat beberapa faktor reproduksi lain yang membuat wanita
lebih rentan mengalami osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki, faktor ini
masih perlu untuk diinvestigasi untuk mmbutuhkan reliabilitasnya. Faktor tersebut
adalah umur saat pertama kali mengalami menstruasi, umur saat pertama kali
mengalami kehamilan, jumlah kehamilan, dan lamanya pemberian ASI .
Beberapa penelitian melaporkan adanya kolerasi positif antara usia saat menopause
dan kepadatan mineral tulang dan kolerasi negatif antara umur saat pertama kali
mengalami menstruasi dengan kepadatan mineral tulang. Umur saat pertama kali
menstruasi diduga memiliki efek menstimulasi perkembangan tulang dengan cara
tulang baru untuk mengatasi hal tersebut. Alasan lain adalah karena cadangan
lemak pada individu yang gemuk lebih banyak dibandingkan dengan individu yang
kurus .
5. Kebiasaan Merokok6,7
Penelitian membuktikan bahwa mereka yang perokok cenderung mengalami
fraktur tulang ringan dibandingkan dengan yang buka perokok. Risiko terkena
fraktur tulang panggul pada perokok meningkat seiring dengan jumlah batang
rokok yang mereka hisap, hal ini terjadi pada pria dan wanita, hasil pengukuran
kepadatan mineral tulang juga menunjukkan bahwa perokok memiliki kepadatan
mineral tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan laju
pengeroposan tulang, salah satunya dengan cara menurunkan absorpsi kalsium
pada usus. Menurunnya absorpsi kalsium berkaitan dengan hiperparatiroidisme
sekunder dan meningkatnya resorpsi tulang .
6. Kelebihan Protein6,7,8
Konsumsi protein sangat penting untuk pertumbuhan tulang, tapi bila kebanyakan
maka hal tersebut malah bisa berakibat buruk. Kelebihan protein yang berasal dari
hewani lebih membahayakan tulang ketimbang protein nabati .
Tubuh menghasilkan zat kimia tertentu yang disebut sulfat yang dapat
menyebabkan kalsium keluar dari tulang dan sulfat akan diproduksi semakin
banyak ketika Anda banyak makan daging merah
7.
tulang.
8. Kelebihan Vitamin A
Susu adalah makanan penting yang memasok tubuh dengan vitamin A yang
diperlukan dan kalsium penting untuk pertumbuhan tulang. Tapi bila asupan
vitamin A berlebihan, hal tersebut justru dapat menyebabkan penurunan kepadatan
tulang. Vitamin A mengandung retinol yang akan menghambat penyerapan vitamin
D oleh tulang. Makanan tinggi vitamin A ditemukan dalam produk hewan seperti
hati, kuning telur dan produk susu.Untuk mendapatkan asupan vitamin A, vitamin
A dalam bentuk beta karoten, seperti sayuran berdaun hijau, wortel dan ubi jalar
lebih cocok untuk tubuh dan membantu dalam kepadatan tulang 6,7,8
9. Konsumsi Alkohol
Orang yang kebanyakan mengonsumi alkohol lebih rentan terhadap berkurangnya
kepadatan tulang. Alkohol menghambat penyerapan vitamin D dan kalsium, yang
paling penting untuk pertumbuhan tulang yang kuat 6,7,8
Satu-satunya cara untuk menghindari masalah ini adalah untuk mengurangi asupan
alkohol atau lebih baik tidak minum minuman beralkohol sama sekali 6,7,8
2.4 efek glukokortikoid terhadap keseimbangan kalsium
Glukokortikoid mempengaruhi sel-sel tulang secara langsung melalui berbagai
mekanisme yaitu stimulasi osteoklastogenesis, menurunkan fungsi dan umur osteoblast,
meningkatkan
apoptosis
osteoblast
dan
mengganggu
pembentukan
2.6 CTM
1. Dosis10
Klorfeniramin
maleat
adalah
turunan
antipsikotik
dapat
meningkatkan
sedasi.
Klorfeniramin
maleat
akan
1. Pemberian oral :
Dewasa :Awal, 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian
dapat dilakukan tergantung respon pasien.
Anak-anak :0,024-0,34 mg/kg/hari PO atau 0,66-10 mg/m2/hari PO,
terbagi dalam 2-4 dosis.
2. Pemberian parenteral :
Dewasa :Awal, 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis.
Penyesuaian dapat dilakukan tergantung respon pasien.
Anak-anak : 0,06-0,3 mg/kg/hratau 1,2-10 mg/m2/hr IM atau IV dalam
dosis terbagi tiap 6-12 jam
2. Farmakokinetik
1. Absorpsi
Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik.
Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol
dan derivat sintetiknya diberikan secara IV. Untuk mendapatkan efek yang lama
kortisol dan esternya diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja karena juga
mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Prednison adalah
prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam
tubuh. Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjuntiva dan
ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas
dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal. 15
2. Distribusi
Pada keadaan normal, 90% kortisol terikat pada 2 jenis protein plasma yaitu
globulin pengikat kortikosteroid dan albumin. Afinitas globulin tinggi tetapi
kapasitas ikatnya rendah, sebaliknya afinitas albumin rendah tetapi kapasitas
ikatnya relatif tinggi. Karena itu pada kadar rendah atau normal, sebagian besar
kortikosteroid terikat globulin. Bila kadar kortikosteroid meningkat jumlah
hormon yang terikat albumin dan bebas juga meningkat, sedangkan yang terikat
globulin sedikit mengalami perubahan. Kortikosteroid berkompetisi sesamanya
untuk berikatan dengan globulin pengikat kortikosteroid; kortisol mempunyai
afinitas tinggi sedangkan metabolit yang terkonjugasi dengan asam glukoronat
dan aldosteron afinitasnya rendah. 15
merupakan
salah
satu
kortikosteroid
sintetis
terampuh.
deksametason di masyarakat sering kali kita jumpai, antara lain: pada terapi arthrit is
rheumatoid, systemic lupus erithematosus, rhinitis alergika, asma, leukemia,
lymphoma, anemia hemolitik atau auto immune, selain itu deksametason dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis sindroma cushing. Efek samping pemberian
deksametason antara lain terjadinya insomnia, osteoporosis,retensi cairan tubuh,
glaukoma dan lain-lain.15
merupakan suatu fungsi kemampuan mereka untuk menekan respons inflamasi dan
imun. Pada kasus dengan respons inflamasi atau imun, penting dalam mengontrol
proses
patologis,
terapi
dengan
kortikosteroid
dapat
berbahaya,
tetapi
dipertimbangkan untuk mencegah kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dari suatu
respons inflamasi jika digunakan dalam hubungannya dengan terapi khusus untuk
proses penyakit tersebut 16
Kortikosteroid seperti deksametason bekerja dengan cara mempengaruhi
kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran
plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor
protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks
reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak
menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi
RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara
efek fisiologik steroid15
Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi cukup baik.
Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial.
Metabolitnya merupakan senyawa inaktif atau berpotensi rendah. Setelah
penyuntikan IV, sebagian besar dalam waktu 72 jam diekskresi dalam urin,
sedangkan di feses dan empedu hampir tidak ada. Diperkirakan paling sedikit 70%
kortisol yang diekskresi mengalami metabolisme di hepar 15
Nasib Obat Dalam Badan ( farmakodinamik)
Jalur pemberian obat ada 2 yaitu intravaskular dan ekstravaskular. Pada
pemberian secara intravaskular, obat akan langsung berada di sirkulasi sistemik
tanpa mengalami absorpsi, sedangkan pada pemberian secara ekstravaskular
umumnya obat mengalami absorpsi. Setelah obat masuk dalam sirkulasi sistemik,
obat akan didistribusikan, sebagian mengalami pengikatan dengan protein plasma
dan sebagian dalam bentuk bebas. Obat bebas selanjutnya didistribusikan sampai
ditempat kerjanya dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa
biotransformasi obat diekskresikan dari dalam tubuh melalui organ-organ ekskresi,
terutama ginjal. Seluruh proses yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi disebut proses farmakokinetik dan proses ini berjalan serentak . 17
4. Efek samping18
Efek samping terjadi jika terjadi pemberian glukokortikoid dosis besar atau
dalam jangka panjang. Efek nya adalah:
1. Supresi respon infeksi atau luka: ketika kortikosteroid di berikan secara
inhalasi, dapat menyebabkan candidiasis karena supresi mekanisme anti-infeksi
lokal.
2. Cushings syndrome
3. Osteoporosis, dengan bahaya fraktur, merupakan salah satu efek dari
penggunaan glukokortikoid jangka panjang. Obat ini memengaruhi densitas
tulang dengan meregulasi metabolisme kalsium dan fosfat memalui efek dari
turnover kolagen. Ini mengakibatkan berkurangnya fungsi osteoblast (yang
mana mendeposit matriks tulang) dan meningkatkan aktivitas osteoklas (yang
mendigest matriks tulang). Efek supplai darah pada tulang dapat menyebabkan
nekrosis avascular pada femur.
4. Hiperglikemia disebabkan oleh glukokortikoid eksogen dapat berkembang
menjadi diabetes.
5. Muscle wasting dan melemahnya otot proksimal.
6. Pada anak-anak, inihibisi pertumbuhan jika obat ini diberikan lebih dari enam
bulan berturut-turut.
7. Efek sistem saraf pusat: euphoria, depresi dan psikosis.
8. Efek lain: glaucoma, peningkatan tekanan intrakranial dan peningkatan insidens
katarak.
Pemberhentian obat setelah pemberian jangka panjang dapat menyebabkan
insufisiensi adrenal akut melalui supresi sintesis kortikosteroid. Prosedur untuk
pemberhentian secara perlahan-lahan harus diterapkan. Perbaikan dari fungsi
adrenal biasanya terjadi dalam dua bulan, walaupun dapat juga terjad dalam 18
bulan atau lebih.
2.8 Apa saja indikasi pemberian glukokortikosteroid
Glukokortikoid dipakai untuk mengobati banyak penyakit dan masalah kesehatan
termasuk peradangan, alergi, dan keadaan yang berat. Di antara keadaan perdangan
yang memerlukan glukokortikoid adalah gangguan otoimun seperti multiple
sklerosis,
artritis
reumatoid,
dan
miastenia
gravis,
kolitis
ulserativa,
2.9 Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk gangguan sekresi kortikosteroid endogen
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dalah pemeriksaan kortisol bebas dalam urin
24 jam, pemeriksaan kadar kortisol dalam saliva pada malam harinya atau penentuan
apakah supresi produksi kortisol terjadi secara abnormal ketika diberikan
glukokortikoid eksogen (tes supresi deksametason). Jika salah satu atau kedua
kelenjar adrenal melakukan hipersekresi secara otonom (adenoma atau karsinoma
kelenjar adrenal), maka keadaan hipersekresi ini akan meningkatkan umpan balik
negatif pada hipofise dan dengan demikian kadar ACTH seharusnya rendah.
Kombinasi kadar ACTH yang tinggi dan hiperkortisolisme menunjukkan kelainan
terletak dalam kelenjar hipofise (Chusing sindrom) atau lokasi ektopik produksi
ACTH. Jika kelainan pada lokasi ektopik akan ditemukan kadar ACTH lebih banyak
karena jika terdapat tumor yang aktivitasnya tidak terkendali akan mensekresikan
ACTH dengan jumlah yang jauh lebih besar daripada jumlah sekresi ACTH oleh
tumor endokrin hiperfungsional yang hanya melakukan fungsinya secara
2.10
berlebihan.21
Pengaruh penurunan esterogen terhadap patah tulang
Defisiensi estrogen pada wanita menopause telah lama diketahui memegang
peranan penting pada pertumbuhan tulang dan proses penuaan. Setelah menopause,
maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah
menopause, sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal
meningkat. Petanda resporsi tulang dan formasi tulang, keduanya meningkat
menunjukkan adanya peningkatan bone turn over.Estrogen juga berperan
menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells danselselmononuklear, seperti IL-1, IL-6, dan TNF- yang berperan meningkatkan kerja
osteoklas.Dengandemikianpenurunankadar
estrogen
akibat
menopause
akan
sehingga meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium
dalam bentuk garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi
akibat
2.11
tulang
Dexamentasone: Osteoporosis terjadi pada 40% individu yang mendapatkan
pengobatan kortikosteroid sistemik, khususnya pada anak-anak, remaja, dan wanita
post-menopouse. Sekitar 1 dari 3 pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid selama
5 sampai 10 tahun mengalami fraktur vertebrata dan meningkat pada wanita postmenopouse. Bone-lose terjadi secara cepat pada 6 bulan pertamapenggunaan
kortikosteroid dan terus berlanjut dengan kecpatan yang lebih lambat, dengan
kehilangan sebesar 3-10% pertahun. Studi terbaru menunjukkan bahwa resiko untuk
fraktur meningkat sekalipun menggunakan dosis rendah prednison (2,5 mg/hari). 22
Kortikosteroid dapat menurunkan kadar Ca2+ dalam darah dengan cara
menghambat pembentukan osteoklast, namun dalam jangka waktu lama malah
kompresi.22
Edukasi dan tatalaksana yang tepat pada kasus
Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 9
Menggunakan dosis efektif glukokortikoid yang paling rendah
Mengurangi faktor risiko lain seperti merokok
Menjaga asupan kalsium yang adekuat
Mengikuti program latihan fisik untuk mencegah penurunan massa otot dan
mengurangi risiko jatuh
Terapi farmakologinya dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Bifosfonat adalah obat yang paling banyak dievaluasi untuk terapi glucocorticoidinduced osteoporosis(GIOP), dan dianggap sebagai lini pertama. Alendronate,
risedronate, etidronatedanzol edronate telah menjadi pilihan utama untuk pasien
yang mendapat terapi glukokortikoid. Mekanisme kerja bifosfonat mengurangi
pengaruh glukokortikoid terhadap tulang belum diketahui dengan pasti. 9
b.
Pemberian hormon paratiroid secara intermiten menghasilkan efek anabolik pada tulang
melalui stimulasi pembentukan tulang pada tingkat jaringan dan selular. Pengaruh
teriparatide (human recombinant PTH amino acid 1-34)dosis 40 g per hari pada
wanita post-menopause yang mendapat prednison oral dan terapi sulih hormon
menunjukkan peningkatan bermakna pada BMD tulang belakang setelah terapi
selama 1 tahun, dan tetap bertahan selama 1 tahun setelah terapi dihentikan. 9
c. Calcitriol bersama dengan alfacalcidol memberikan efek yang bermanfaat pada nilai
BMD tulang belakang, tetapi efek pada nilai BMD panggul tidak bermakna dan
penurunan risiko patah tulang belakang belum diketahui. 9
d. Kalsium dan vitamin D memberikan efek yang menguntungkan jika diberikan secara
rutin. Pemberian kalsium 1000 mg dan vitamin D 3500 IU perhari mampu
meningkatkan nilai BMD tulang belakang 0,72% pertahun dibandingkan dengan
penurunan nilai BMD 2% pertahun pada kelompok plasebo. 9
Pencegahan primer juga dapat dilakukan terhadap GIOP saat terapi glukokortikoid
dimulai sampai dengan waktu 3 bulan.Mulai dianjurkan untuk berhenti merokok,
latihan fisik, asupan kalsium antara 1000-1500 mg perhari, dan asupan vitamin D
800-1000 IU per hari. Untuk wanita pre-menopause, wanita post-menopause dengan
terapi sulih esterogen, dan laki-laki, American College of Rheumatology (ACR)
merekomendasikan risedronate 5 mg perhari atau alendronate 5 mg perhari,
sedangkan untuk wanita post-menopause yang tidak mendapat terapi sulih estrogen
dianjurkan risedronate 5 mg per hari atau alendronate 10 mg perhari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ny.x 48 tahun mengalami penurunan densitas tulang,hipertensi grade 1 dan hipofungsi
korteks adrenal akibat penggunaan dexamethasone dan CTM jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Putz R,Pabst R Atlas Anatomi Manusia Sobbota.21st ed.Jakarta:
EGC;2003
2. Ross MH, Pawlina W. Histology and Cell Biology: With Correlated Cell
and Molecular Biology. 7th ed. Philadelphia, PA: Mosby; 2015.