Anda di halaman 1dari 16

Otitis Eksterna Maligna Aurikula Dekstra

McGirt Lamberth Robert Uniplaita


102011088
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Jakarta 11510
girtrobert@gmail.com

Pendahuluan
Salah satu jenis otitis eksterna adalah otitis eksterna maligna yaitu infeksi difus di
liang telinga luar dan struktur lainnya. Sama dengan otitis eksterna, otitis eksterna maligna
timbul akibat adanya peningkatan pH di liang telinga, kebanyakan pada pasien diabetes
melitus yang mengalami penurunan imun. Berbeda dengan otitis eksterna yang hanya
menginfeksi liang telinga, otitis eksterna maligna meluas secara progresif ke lapisan subkutis,
tulang rawan dan ke tulang di sekitarnya. Pengobatan yang cepat dan tepat penting untuk
mencegah terjadinya perluasan ini.

Pembahasan
Kasus
Seorang laki laki 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan
sakit, nyeri sekali, mulut mencong, telinga sering dikorek dan keluar sekret kental.

Anamnesis
Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas
keluhan utama pasien. Keluhan utama telinga dapat berupa 1) gangguan pendengaran/pekak
(tuli), 2) suara berdenging/berdengung (tinitus), 3) rasa pusing yang berputar (vertigo), 4)
rasa nyeri di dalam telinga (otalgia) dan 5) keluar cairan dari telinga (otore).1
Bila ada keluhan nyeri di dalam telinga (otalgia) perlu ditanyakan apakah pada telinga
kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (referred pain) dapat berasal dari
rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena
telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ organ tersebut.1
Sekret yang keluar dari liang telinga disebut otore. Apakah sekret ini keluar dari satu
atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit
biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan sekret yang banyak dan bersifat mukoid
umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom.
Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan
yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan likuor serebrospinal.1

Pemeriksaan Fisik
Telinga
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu kepala, corong telinga,
otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan garputala.1
Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran
timpani.1

Gambar 1. Ruangan pemeriksaan THT.1


Mula mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga
(retro-aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan
menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan
mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membran timpani. Pakailah otoskop
untuk melihat lebih jelas bagian bagian membran timpani. Otoskop dipegang dengan
tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa
telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang
otoskop ditekankan pada pipi pasien.1,2

Gambar 2. Pemeriksaan membran timpani.1

Gambar 3. Menggunakan otoskop.1


Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyumbat maka serumen ini harus
dikeluarkan. Jika konsistensinya cair dapat dengan kapas yang dililitkan, bila konsistensinya
lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait dan bila berbentuk lempengan dapat
dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika serumen ini sangat keras dan menyumbat
seluruh liang telinga maka lebih baik dilunakan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila
sudah lunak atau cair dapat dilakukan irigasi dengan air supaya liang telinga bersih.1,2
Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garputaladan dari hasil pemeriksaan
dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif (sensorineural).1
Uji penala yang dilakukan sehari hari adalah uji pendengaran Rinne dan Weber. Uji
Rinne dilakukan dengan menggetarkan garputala 512 Hz dengan jari atau mengetukkannya
pada siku atau lutut pemeriksa. Kaki garputala tersebut diletakkan pada tulang mastoid
telinga yang diperiksa 2-3 detik. Kemudian dipindahkan ke depan liang telinga selama 2-3
detik. Pasien menentukan ditempat mana yang terdengar lebih keras. Jika bunyi terdengar
lebih keras bila garputala diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang diperiksa
normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan seperti ini disebut Rinne positif. Bila
bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa menderita
tuli konduktif dan biasanya lebih dari 20 dB. Hal ini disebut Rinne negatif.1,2

Gambar 4. Menggetarkan penala.1

Gambar 5. Uji Rinne : hantaran tulang.1

Gambar 6. Uji Rinne : hantaran udara.1


Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis
tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada
keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga
mana yang terdengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat
(lateralisasi ke telinga yang sehat) berarti telinga yang sakit menderita tuli sensorineural. Bila

pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit)
berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif.1,2

Gambar 7. Uji Weber.1


Hidung
Bentuk luar hidung diperhatikan apakah ada deviasi atau depresi tulang hidung.
Adakah pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Dengan jari dapat dipalpasi
adanya krepitasi tulang hidung pada fraktur os nasal atau rasa nyeri tekan pada peradangan
hidung dan sinus paranasal.1
Memeriksa rongga hidung bagian dalam dari depan disebut rinoskopi anterior.
Diperlukan spekulum hidung. Otoskop dapat dipergunakan untuk melihat bagian dalam
hidung terutama untuk mencari benda asing. Spekulum dimasukan ke dalam lubang hidung
dengan hati hati dan dibuka setelah spekulum berada di dalam dan waktu mengeluarkannya
jangan ditutup dulu di dalam, supaya bulu hidung tidak terjepit. Vestibulum hidung, septum
terutama bagian anterior, konka inferior, konka media, konka superior serta meatus sinus
paranasal dan keadaan mukosa rongga hidung harus diperhatikan. Begitu juga rongga hidung
sisi yang lain. Kadang kadang rongga hidung ini sempit karena adanya edema mukosa.
Pada keadaan seperti ini untuk melihat organ organ yang disebut di atas lebih jelas perlu

dimasukan tampon kapas adrenalin pantokain beberapa menit untuk mengurangi edema
mukosa dan menciutkan konka, sehingga rongga hidung lebih lapang.1
Untuk melihat bagian belakang hidung dilakukan pemeriksaan rinoskopi posterior
sekaligus untuk melihat keadaan nasofaring. Untuk melakukan pemeriksaan rinoskopi
posterior diperlukan spatula lidah dan kaca nasofaring yang telah dihangatkan dengan api
lampu spirtus untuk mencegah udara pernapasan mengembun pada kaca. Sebelum kaca ini
dimasukkan, suhu kaca dites dulu dengan menempelkannya pada kulit belakang tangan kiri
pemeriksa. Pasien diminta membuka mulut, lidah dua pertiga anterior ditekan dengan spatula
lidah. Pasien bernapas melalui mulut supaya uvula terangkat ke atas dan kaca nasofaring
yang menghadap ke atas dimasukkan melalui mulut, ke bawah uvula dan sampai nasofaring.
Setelah kaca berada di nasofaring, pasien diminta bernapas biasa melalui hidung, uvula akan
turun kembali dan rongga nasofaring terbuka. Mula mula diperhatikan bagian belakang
septum dan koana. Kemudian kaca diputar ke lateral sedikit untuk melihat konka superior,
konka media dan konka inferior serta meatus superior dan meatus media. Kaca diputar lebih
ke lateral lagi sehingga dapat diidentifikasi torus tubarius, muara tuba Eustachius dan fossa
Rossenmuler, kemudian kaca diputar ke sisi lainnya. Daerah nasofaring lebih jelas terlihat
bila pemeriksaan dilakukan dengan memakai nasofaringoskop.1
Udara melalui kedua lubang hidung lebih kurang sama dan untuk mengujinya dapat
dengan cara meletakkan spatula lidah dari metal di depan kedua lubang hidung dan
membandingkan luas pengembunan udara pada spatula kiri dan kanan.1

Gambar 8. Rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior.1

Gambar 9. Uji aliran udara melalui hidung.1


Faring dan Rongga Mulut
Dengan lampu kepala yang diarahkan ke rongga mulut, dilihat keadaan bibir mukosa
rongga mulut, lidah, dan gerakan lidah.1
Dengan menekan bagian tengah lidah memakai spatula lidah maka bagian bagian
rongga mulut lebih jelas terlihat. Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan dinding
belakang faring serta kelenjar limfanya, uvula, arkus faring serta gerakannya, tonsil, mukosa
pipi, gusi, dan gigi geligi.1

Gambar 10. Pemeriksaan rongga mulut dan faring.1


Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada massa tumor, kista, dan lain lain. Apakah
ada rasa nyeri di temporo mandibula ketika membuka mulut.1

Hipofaring dan Laring


Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher agak fleksi.1
Kaca laring dihangatkan dengan api lampu spiritus agar tidak terjadi kondensasi uap
air pada kaca waktu dimasukkan ke dalam mulut. Sebelum dimasukkan ke dalam mulut,
kaca yang sudah dihangatkan itu dicoba dulu pada kulit tangan kiri apakah tidak terlalu
panas. Pasien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sejauh mungkin. Lidah
dipegang dengan tangan kiri memakai kain kasa dan ditarik keluar dengan hati hati
sehingga pangkal lidah tidak menghalangi pandangan ke arah laring. Kemudian kaca laring
dimasukkan ke dalam mulut dengan arah kaca ke bawah, bersandar pada uvula dan palatum
mole. Melalui kaca dapat terlihat hipofaring dan laring. Bila laring belum terlihat jelas,
penarikan lidah dapat ditambah sehingga pangkal lidah lebih ke depan dan epiglotis lebih
terangkat.1
Untuk menilai gerakan pita suara aduksi pasien diminta mengucapkan kata iii,
sedangkan untuk menilai gerakan pita suara abduksi dan melihat daerah subglotik pasien
diminta untuk inspirasi dalam.1
Pemeriksaan laring dengan menggunakan kaca laring disebut laringoskopi tidak
langsung. Pemeriksaan laring juga dapat dilakukan dengan menggunakan teleskop dan
monitor video (video laryngoscopy) atau dengan secara langsung memakai alat laringoskop.
Bila pasien sangat sensitif sehingga pemeriksaan ini sulit dilakukan, maka dapat diberikan
obat anestesi silokain yang disemprotkan ke bibir, rongga mulut, dan lidah.1

Gambar 11. Pemeriksaan laring.1

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Jumlah leukosit
- Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi.
- Adanya pergeseran ke kiri.2,3
Laju endap darah
- Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87 mm/jam.
- Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis
eksternal akut atau keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan

tes ini.2,3
Kimia darah
- Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimia darah untuk

menentukan intoleransi glukosa basal.


- Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi glukosanya.2,3
Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
- Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberian antibiotic.
- Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95 %).
Organisme ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas mempunyai lapisan
mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin (yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase)
dapat menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan
neurotoksin yang menyebabkan neuropati kranial.2,3

Pemeriksaan Radiologi
-

CT-scan dapat menunjukan destruksi tulang di sekitar dasar tulang tengkorak dan

meluas ke intrakranial.
Scan Technetium (99Tc) methylene diphosphonate menunjukan arean yang mengalami

osteogenesis dan osteolisis.


Gallium (67Ga) menunjukan jaringan lunak yang mengalami inflamasi.
Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk CT scan, scan tulang, dan scan

gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. Scan tulang rutin saja tidak cukup
untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis eksterna nekrotikans.2,3

Diagnosis Banding
Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkulosis)

Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi
infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.1
Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan
karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa
nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran,
bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.1
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara
steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti
polymixin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol). Kalau dinding
furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan
nanahnya, biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat
simptomatik seperti analgetik dan obat penenang.1
Otitis Eksterna Difus
Infeksi ini dikenal juga dengan nama swimmers ear. Biasanya terjadi pada cuaca
yang panas dan lembab dan mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit
liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.1,2
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai
penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Danau,
laut dan kolam renang pribadi merupakan sumber potensial untuk infeksi ini. Otitis eksterna
difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.1,2
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, nyeri hebat, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret
ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari kavum timpani pada
otitis media.1,2
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Kadang kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.1

Diagnosis Kerja
Otitis Eksterna Maligna
Otitis eksterna maligna atau otitis eksterna nekrotikans atau osteomielitis dasar
tengkorak, merupakan suatu infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya
yang dapat menyebabkan kematian. Kasus otitis eksterna maligna (OEM) pertama kali
dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan Kelleman (1959) melaporkan kasus
osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P.aeruginosa. Chandler (1968) adalah
orang yang menjelaskan penyakit ini secara rinci dan menyebutnya dengan malignant
external otitis. Penyakit ini merupakan suatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan
lunak telinga. Biasanya terjadi pada pasien usia lanjut dengan penyakit diabetes melitus tidak
terkontrol atau dengan gangguan imun lainnya. Biasanya terjadi pada pasien yang tinggal di
lingkungan beriklim panas, berkaitan dengan etiologi penyakit ini.1,4
Pada penderita diabetes, pH serumen menjadi lebih tinggi dibanding dengan pH
serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis
eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna
berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.1,4
Diagnosis biasanya bersifat klinis atau berdasarkan gejala dan tanda yang dijumpai
serta pemeriksaan kultur dan cairan yang didapat dari liang telinga. Juga harus dicurigai jika
tidak ada perbaikan atau terjadi perburukan gejala pada pasien dengan otitis eksterna yang
diobati secara adekuat, atau jika nyeri tidak sebanding dengan temuan pada pemeriksaan
klinis. Biopsi jaringan granulasi pada liang telinga luar perlu dilakukan untuk meniadakan
karsinoma liang telinga. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menentukan perluasan
penyakit. CT-scan tulang temporal direkomendasikan untuk menilai perluasan penyakit pada
evaluasi permulaan. Scan tulang dengan Technetium Tc 99m dilakukan untuk mendeteksi
adanya keterlibatan tulang. Gallium-67 scan merupakan indikator yang sensitif untuk
infeksi.1,4
Manifestasi Klinis
Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan pada pasien
dengan diabetes atau immunocompromised state atau berumur lanjut. Tanda khas yang

dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi
sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bonycartilaginous junction) yang cepat
tumbuhnya dan menyebabkan perasaan telinga penuh dan kehilangan pendengaran disertai
lower cranial neuropatheis (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada
daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga (otorea) dan membran timpani
intak. Terjadinya paralise fasialis dan sindrom foramen jugularis (Vernet syndrome)
merupakan tanda prognostik yang buruk. Demam dan limfadenopati jarang terjadi dan jumlah
sel darah putih biasanya normal.5

Etiologi
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi berat pada meatus akustikus eksternus
yang biasanya disebabkan oleh infeksi Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa
merupakan patogen yang paling sering ditemukan pada otitis eksterna maligna. Kuman ini
dianggap lebih umum pada daerah beriklim panas. Otitis eksterna maligna sering merupakan
penyakit pada penyandang diabetes usia lanjut, dengan usia rerata 65 tahun. Namun, dapat
juga terjadi pada pasien usia pertengahan dan anak-anak dengan gangguan sistem imun.5

Epidemiologi
Infeksi telinga ini sering didapati pada pasien usia lanjut dan menderita penyakit
diabetes serta pasien dengan disfungsi imun selular. Otitis eksterna maligna juga dapat terjadi
pada pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang melibatkan populasi yang lebih
muda.5

Patofisiologi
Saat ini patogenesis terjadinya OEM masih belum jelas, beberapa faktor
predisposisinya adalah mikroangiopati diabetik, faktor imun yang rendah, dan penyakit
kronis. Lebih dari 90% kasus OEM terjadi pada penderita DM tipe 2. Mikroangiopati
diabetik dengan kronik hipoperfusi dan resistensi lokal yang menurun akan meningkatkan
risiko infeksi.4-6

Infeksi dapat timbul secara tersembunyi dan membahayakan. Pada otitis eksterna
maligna, infeksi bakteri terjadi melalui celah pada kartilago meatus akustikus eksternus
sebagai otitis eksterna akut yang tidak ada respon terhadap terapi serta menyebabkan
penyebaran infeksi melalui fissura Santorini ke jaringan lunak dan pembuluh darah
sekitarnya sampai ke tulang di dasar tengkorak. Penyebaran infeksi melalui sistem Haversian
tulang padat dapat menimbulkan osteomielitis, terbentuknya abses multipel, dan sequestra
tulang nekrotik. Infeksi dapat mengenai foramen stilomastoid sehingga terjadi paralisis
nervus fasialis, jika mengenai foramen jugularis akan terjadi paralisis N. IX, X, XI dan jika
mengenai kanal hipoglosus akan terjadi paralisis N. XII.1-6
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif yang disebabkan
oleh kuman Pseudomonas aeruginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus
berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif,
menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.6

Penatalaksanaan
Pengobatan harus cepat diberikan. Intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan
bentuk utama terapi. Pada semua stadium otitis eksterna maligna, kecuali stadium paling dini,
diindikasikan untuk perawatan di rumah sakit dan pemberian antibiotik intravena yang tepat
diserta perawatan lokal secara cermat.1,2
Pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman
penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa, diberikan antibiotika dosis tinggi sesuai
dengan Pseudomona aeruginosa, misalnya sefalosporin generasi ketiga (seftazidim) atau
dapat diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral.1,2
Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan
antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotika yang
sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan
aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime), tobramicin (dikombinasi
dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan penicilin).4-6
Di samping obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka
(debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih dan tanpa

perlindungan antibiotik dapat menyebabkan penjalaran penyakit lebih cepat. Oleh sebab itu
pembedahan dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses, dan debrideman lokal
jaringan granulasi.1-2

Prognosis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata rata kematian sekitar 50%
tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang
cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai 10%, tetapi
kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi intrakranial.6

Pencegahan
Cara pencegahan bisa dilakukan dengan melindungi telinga dari iritasi lebih lanjut,
misalnya dengan :
-

Tidak menggaruk telinga atau memasukkan kapas pembersih (cotton bud) atau benda
lain ke dalam telinga. Pemakaian kapas pembersih (cotton bud) bisa mengganggu
mekanisme pembersihan saluran telinga yang normal dan bisa mendorong sel sel
kulit yang mati ke dalam, ke arah gendang telinga, dan terakumulasi disana. Tindakan
ini juga bisa menyebabkan cedera ringan pada telinga yang bisa memicu terjadinya

otitis eksterna.
Jaga telinga agar tetap bersih dan kering. Cegah agar air tidak masuk ke dalam telinga

saat mandi atau keramas.


Keringkan telinga dengan baik setelah terkena air.
Tidak berenang di air yang kotor.
Gunakan sumbat telinga saat berenang.
Tutup telinga saat menggunakan produk yang bisa mengiritasi, misalnya hair spray
atau cat rambut.

Penutup
Laki-laki berusia 53 tahun dengan keluhan telinga kanan sakit, nyeri sekali, mulut
mencong, keluar sekret kental dengan riwayat telinga sering dikorek merupakan manifestasi
dari otitis eskterna maligna. Adanya mulut mencong merupakan pertanda adanya paresis saraf
fasial yang berarti otitis eksterna maligna telah berkomplikasi. Penatalaksanaan harus cepat

diberikan dengan pemberian antibiotika sistemik yang tepat sesuai dengan bakteri penyebab
infeksi disertai tindakan membersihkan luka.

Daftar Pustaka
1. Soepardi AE, Iskandar N, Bashiruddin J, dkk. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala & tenggorok. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit FKUI; 2011.h.19, 60-74.
2. George L. Boeis: buku ajar penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h.5-10, 78-115.
3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Edisi ke-8.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.159-62.
4. Buchman CA, Levine JD, Balkany TJ. Infection of the ear. In : Lee KJ, ed. Essential
otolaryngology head and neck surgery. Eight edition. McGraw-Hill Companies, Inc;
USA: 2003 : 468-70.
5. Linstrom CJ, Lucente FE, Joseph EM. Infections of the external ear. In : Bailey BJ,
ed. Head and neck surgery-otolaryngology. Second edition. Lippincott-Raven
Publisher; Hamilton, Ontario: 2001: 1973-5.
6. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik evaluasi diagnosis dan
fungsi di bangsal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 142-4.

Anda mungkin juga menyukai