Anda di halaman 1dari 30

Peran Puskesmas dalam

Penanggulangan DBD

McGirt Lamberth Robert Uniplaita 102011088

Skenario 7
Pada akhir tahun berdasarkan evaluasi program
pemberantasan DHF masih didapatkan prevalensi
DHF berkisar 18% dengan tingkat CFR 4%, ratarata penderita datang terlambat sehingga
terlambat
juga
dirujuk
ke
rumah
sakit.
Berdasarkan pemantauan jentik, didapatkan
Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah 60%. Kepala
Puskesmas akan melakukan revitalisasi program
pemberantasan
penyakit
DHF
dan
ingin
mendapatkan insiden serendah-rendahnya dan
CFR 0%. Di daerah tersebut banyak dilakukan
pembangunan gedung-gedung kantor baru dan
banyak sampah-sampah di sungai di sekitar
pemukiman warga. Masyarakat daerah tersebut
masih menggunakan sarana penyimpan air
minum dalam gentong. Pihak Puskesmas

Hipotesis.
Meningkatnya insiden,
prevalensi, dan CFR DBD
di wilayah tersebut
disebabkan oleh
minimnya program
pemberantasan DBD
dan pengetahuan
masyarakat, serta
adanya masalah pada
geografik dan
lingkungan.

Demam Berdarah Dengue


DBD : penyakit infeksi akut yang
sering muncul dengan gejala sakit
kepala, sakit pada tulang, sendi, dan
otot, serta ruam merah pada kulit.
DBD memiliki 3 manifestasi klinis
utama
a. Demam tinggi (inkubasi 2-7 hari)
b. Perdarahan
c. Pembengkakan hepar

Epidemiologi DBD
Endemis di negara tropis
Di Indonesia, kasus DBD pertama kali di
Surabaya (1968). Penyakit ini ditemukan di
200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB.
Kelompok tertinggi : 5-14 thn (42%) & 15-44
thn (37%)
Rata-rata insidensi 6-27/100.000 penduduk
CFR menurun dari tahun ke tahun

Morbiditas dan Mortalitas

Imunitas pejamu
Kepadatan vektor nyamuk
Transmisi virus dengue
Virulensi virus
Keadaan geografis setempat

Age
nt

PENDEKATAN
EPIDEMIOLOGIS
Vekt
Dengu
Dengu
e
Virus

or

Hos
t

Lingkungan

Fisik

Sosia
l

Biologis

Interaksi Agent-Host-VectorLingkungan

Gejala & Stadium DBD


I : demam disertai gejala tidak khas & uji
torniquet (+)
II : derajat I + perdarahan spontan di kulit
dan/ perdarahan lain.
III : kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat, tekanan nadi menurun ( 20 mmHg)
atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit
dingin & lembab, anak tampak gelisah
IV : syok berat (profound shock), nadi tidak
dapat diraba & tekanan darah tidak teratur

Diagnosis
Kriteria Klinis:
a) demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas,
terus menerus selama 2 7 hari
b) manifestasi perdarahan
c) pembesaran hati
d) syok

Kriteria Laboratoris:
Trombositopenia 100.000/mm 3, dan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit
20% atau lebih)

Surveilans

Surveilans(2)
Petugas khusus
Aktif
melakukan kunjungan
(case finding)
Lebih akurat
Lebih mahal
Sulit dilakukan
Dapat diperluas =
community
surveilance
Mengurangi
kemungkinan negatif
palsu

Pasif
Memantau pasif
(Reportable diseases)
Murah
Mudah
Analisis perbandingan
penyakit
Kurang sensitif dalam
mendeteksi kecenderungan
penyakit
Tingkat pelaporan &
kelengkapan laporan
rendah

Peran Puskesmas dalam


Penanggulangan DBD
Health Promotion
Strategi promosi kesehatan:
1. Gerakan pemberdayaan (aspek
knowledge, attitude & practice)
2. Bina suasana (individu, kelompok,
masyarakat)
3. Advokasi

Health Promotion

Pencegahan Penyakit DBD


Primary Prevention
Secondary Prevention
Tertiary Prevention

Pemberantasan Nyamuk
Pemberantasan vektor stadium dewasa
fogging
penyemprotan insektisida malathion

Pemberantasan vektor stadium jentik


Fisik : dikenal dengan istilah PSN DBD,
lakukan dengan gerakan 3M
Kimia : larvadisasi/abatisasi
Biologi : Memelihara ikan
pemakan jentik ikan (ikan kepala
timah, cupang, sepat)

Pemberdayaan Masyarakat
Melakukan pertemuan rutin dengan kader
untuk membahas permasalahan kesehatan
terkait DBD.
Membina kader untuk melakukan pemantauan
di setiap wilayah (juru pantau jentik), terutama
di wilayah potensial kejadian DBD.
Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah
tangga, tatanan sekolah, tatanan tempattempat umum, tatanan tempat kerja, dan
tatanan
institusi
kesehatan
dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Angka Bebas Jentik (ABJ)


ABJ
sebagai
tolak
ukur
upaya
pemberantasan vektor melalui gerakan
PSN - 3M menunjukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam mencegah DBD.
Apabila ABJ suatu daerah rendah, maka
kemungkinan penduduk daerah tersebut
untuk terkena demam berdarah adalah
lebih besar dibanding daerah lain yang
angka bebas jentiknya lebih besar. ABJ
yang diharapkan adalah >95%.

KLB
KLB
adalah
timbulnya
atau
meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna
secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.

KLB

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1501/Menkes/PER/X/2010 adalah :

1.

Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.

2.

kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

3.

Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.

4.

Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.

KLB

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1501/Menkes/PER/X/2010 adalah :

6. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada
tahun sebelumnya.
7. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
8. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.

Manajemen Program DBD di


Puskesmas
1. Tujuan
Menurunkan morbiditas dan
mortalitas penyakit DBD
Mencegah dan menanggulangi KLB
Meningkatkan peran serta
masyarakat (PSM) dalam
pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)

Manajemen Program DBD di


Puskesmas(2)
2. Sasaran
Sasaran nasional (2000) :
Morbiditas di kecamatan endemic DBD < 2
per 10.000 penduduk
CFR < 2,5%

3. Strategi
Kewaspadaan dini
Penanggulangan KLB
Peningkatan keterampilan petugas
Penyuluhan

Manajemen Program DBD di


Puskesmas(3)
4. Kegiatan
Pelacakan penderita (PE) yaitu kegiatan
mendatangi rumah-rumah daru kasus
yang dilaporkan (indeks kasus) untuk
mencari penderita lain dan memeriksan
angka jentik dalam radius 100 m dari
rumah indeks.
Penemuan dan pertolongan penderita,
yaitu kegiatan mencari penderita lain.
Abatisasi selektif (AS) atau larvasidasi
selektif

Manajemen Program DBD di


Puskesmas(4)
Fogging focus (FF)
Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu
kegiatan regular tiga bulan sekali, dengan
cara mengambil sampel 100
rumah/desa/kelurahan.
Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di
semua level administrasi, mulai dari desa,
kecamatan sampai pusat
Penggerakan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk) dengan 3M (di daerah endemic
dan sporadic
Penyuluhan tentang gejala awal penyakit

Manajemen Program DBD di


Puskesmas(5)
5. Pencegahan
A. Pembersihan jentik :
Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Larvasidasi
Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang,
sepat)

B. Pencegahan gigitan nyamuk


Menggunakan kelambu
Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)
Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang,
menggantung baju)
Penyemprotan

6. Monitoring dan evaluasi

Penderita atau tersangka DBD

Penyelidikan epidemiologi

Ada penderita DBD lain atau ada jentik dan


ada penderita demam tanpa sebab yang
jelas pada hari itu atau seminggu
sebelumnya 3 orang

Ya

Penyuluhan
PSN
Pengasapan
radius 200
m

Tidak

Penyuluhan
PSN

Kesimpulan
Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting bagi para
petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan
sistem dan menbandingkan antara cakupan dengan
target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD
dibandingkan dengan target variabel yang dinilai:
jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala,
kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector
yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/
gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).Untuk
itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan
sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai