Anda di halaman 1dari 40

http://inzomnia.wapka.

mobi

The Spiderwick Chronicles


Pohon Besi
Buku Keempat

Tony DiTerlizzi dan Holly Black


Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2004
Untuk nenekku, Melvina, yang mengatakan aku seharusnya menulis
buku seperti ini
dan kepada siapa kukatakan aku takkan melakukannya
-H.B.
Untuk Arthur Rackham, semoga kau terus memberi inspirasi kepada
orang lain seperti yang kaulakukan kepadaku
-T. D.
Dear Pembaca,
Tony dan aku sudah, bersahabat bertahun-tahun, dan kami berbagi
kekaguman masa kecil yang sama kepada makhluk-makhluk sejenis
peri. Kami tidak menyadari pentingnya ikatan itu atau bagaimana
kekuatannya teruji.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Suatu hari Tony dan aku-bersama beberapa penulis lainnya-sedang


menandatangani buku di sebuah toko buku besar. Saat acara itu
selesai, kami tetap tinggal, membantu mengatur buku-buku dan
mengobrol, sampai seorang pelayan mendatangi kami. Dia berkata
ada surat yang ditinggalkan untuk kami. Saat aku bertanya untuk
siapa surat itu, kami kaget mendengar jawabannya.
"Kalian berdua," katanya.
Surat itu disalin tepat sama dan dicantumkan di halaman berikut.
Tony menghabiskan waktu lama hanya menatap kertas fotokopi yang
terselipkan bersama surat itu. Lalu dengan suara pelan, dia terus
bertanya-tanya tentang isi naskah itu. Kami buru-buru menulis surat
balasan, memasukkannya ke amplop, dan meminta si pelayan
mengantarkannya kepada anak-anak keluarga Grace.
Tidak lama setelahnya, sebuah paket tiba di pintu rumahku, terikat
pita merah. Beberapa hari berikutnya, tiga anak membunyikan bel
pintu, dan menceritakan semua ini kepadaku.
Apa yang terjadi setelahnya sulit dilukiskan. Tony dan aku ditarik
masuk ke dunia yang tidak benar-benar kami percayai. Sekarang
kami melihat bahwa makhluk-makhluk sejenis peri lebih dari sekadar
kisah masa kanak-kanak. Ada dunia tak terlihat di sekeliling kita dan
kami harap kau, pembaca yang budiman, mau membuka mata untuk
melihatnya.
-Holy BlackDear Mrs. Black dan Mr. DiTerlizzi:
Aku tahu banyak orang tidak percaya ada makhluk-makhluk seperti
peri, tapi aku percaya dan kurasa kalian juga. setelah membaca
buku-buku kalian, aku memberitahu saudara-saudaraku tentang
kalian dan kami memutuskan untuk menulis. kami mengenal makhlukmakhluk seperti peri yang sebenarnya. malah, kami tahu banyak
tentang mereka.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Halaman yang kami sertakan ini adalah fotokopi dari buku tua yang
kami temukan di loteng rumah kami. fotokopinya tidak bagus, karena
kami tidak pandai menggunakan mesinnya. Buku itu memberitahu
orang cara mengenali makhlu-makhluk seperti peri dan bagaimana
melindungi diri mereka sendiri.
Maukah kalian memberikan buku ini kepada penerbit kalian? kalau
kalian bisa, tolong masukkan surat ke amplop ini dan kembalikan ke
toko. kami akan mencari jalan untuk mengirimkan buku itu. pos biasa
terlalu berbahaya.
Kami hanya ingin orang-orang tahu tentang ini. Apa yang terjadi
pada kami bisa terjadi pada siapa pun.
Salam hormat,
Malloy, Jared, dan Simon Grace
Bab Satu
Ketika Ada Pertengkaran dan Duel
MESIN station wagon sudah menyala. Mallory bersandar di pintu,
sepatu sehari-harinya tampak kusam dibandingkan warna putih kaus
kaki anggarnya yang panjang. Rambutnya diberi gel dan diikat
menjadi ekor kuda yang sangat erat sehingga membuat matanya
tampak melotot. Mrs. Grace berdiri di sisi pengemudi sambil
berkacak pinggang.
"Aku menemukannya!" Jared terengah-engah saat berlari
menghampiri mereka.
"Simon," panggil ibu mereka. "Kau di mana? Kami sudah mencari di
mana-mana!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Rumah kereta," kata Simon. "Mengurus... eh, seekor burung yang


kutemukan." Simon tampak tidak nyaman. Dia tidak terbiasa
berbohong. Biasanya itu tugas Jared.
Mallory memutar matanya. "Sayang sekali Mom tidak mau pergi
tanpamu."
"Mallory," kata ibu mereka, menggeleng tidak setuju. "Kalian semuamasuk mobil. Kita sudah terlambat, dan aku masih harus mampir di
suatu tempat."
Saat Mallory berbalik untuk memasukkan tasnya di bagasi, Jared
melihat dada kakaknya tampak aneh. Kaku dan anehnya... besar.
"Kau memakai apa?" tanyanya, menunjuk.
"Diam," kata kakaknya.
Jared nyengir. "Kau kelihatan seperti mendapat- "
"Diam!" kata Mallory lagi, masuk ke tempat duduk depan mobil
sementara kedua anak laki-laki masuk ke tempat duduk belakang.
"Ini untuk perlindungan, dan aku harus mengenakannya."
Jared tersenyum ke arah kaca jendela mobil dan memerhatikan
hutan berlalu. Tidak ada kegiatan makhluk-makhluk peri dalam waktu
lebih dari dua minggu - bahkan Thimbletack pun tidak melakukan
apa-apa - dan kadang-kadang Jared harus mengingatkan dirinya
bahwa makhluk-makhluk itu nyata. Kadang-kadang sepertinya semua
bisa dijelaskan. Bahkan air yang membakar teng-gorokan diabaikan
dan dianggap datang dari sumur yang terkontaminasi. Sampai saluran
ledeng bisa dihubungkan dengan saluran air utama, mereka
menggunakan air dari galon yang dibeli di supermarket, tanpa
kecurigaan sama sekali dari ibu mereka. Tapi ada griffin milik Simon,
dan itu tak bisa dijelaskan dengan apa pun kecuali Panduan Lapangan
Arthur.
"Berhentilah mengunyah ekor kudamu," kata ibu mereka pada
Mallory. "Apa yang membuatmu begitu gugup? Apakah tim baru ini
benar-benar bagus?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Aku baik-baik saja," kata Mallory.


Di New York dulu Mallory main anggar hanya dengan mengenakan
celana olahraga dan jaket tim yang dipilih dari tumpukan. Ada pria
yang mengangkat tangan pada sisimu kalau kau mencetak angka. Tapi
di sekolah baru, para atlet anggar mengenakan seragam sung-guhan
dan menggunakan anggar elektrik yang terhubung dengan mesin
pencatat angka yang lampunya menyala kalau seseorang kena tusuk.
Jared merasa itu sudah cukup untuk membuat seseorang gugup.
Ternyata ibu mereka punya penjelasan lain. "Cowok itu, kan? Cowok
yang bicara denganmu hari Rabu saat aku menjemputmu."
"Cowok apa?" tanya Simon dari kursi belakang, dia sudah mulai
tertawa.
"Diam," kata ibu mereka, tapi dia tetap menjawab. "Chris, kapten
tim anggar. Dia kaptennya, kan?"
Kakak mereka menggumam tidak jelas.
"Chris dan Mallory duduk di bawah pohon, B-E-R-C-I-U-M-A-N,"
nyanyi Simon. Jared tertawa, dan Mallory berbalik ke tempat duduk
belakang, matanya disipitkan.
"Mau kehilangan semua gigi susu kalian sekaligus?"
"Jangan dengarkan mereka," kata ibu mereka. "Dan jangan khawatir.
Kau gadis cerdas yang cantik, dan atlet anggar yang hebat. Aku
berani bertaruh dia menyukaimu."
"Mom!" Mallory mengeluh dan mengenyak-kan diri di tempat duduk
depan.
Ibu mereka berhenti di perpustakaan tempatnya bekerja,
mengantarkan beberapa kertas kerja, dan kembali ke mobil yang
menunggu, sambil terengah-engah.
"Ayo! Aku tidak boleh terlambat," kata Mallory, mengelus merapikan
rambutnya yang sebetulnya tidak perlu. "Ini pertandingan
pertamaku!"
Ibu mereka mengeluh. "Kita hampir sam-pai.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jared kembali menatap ke luar jendela tepat saatnya untuk melihat


sesuatu yang tampak seperti kawah besar. Mereka sedang melalui
jembatan batu. Bus sekolah tak pernah lewat jalan ini.
"Simon, lihat! Apa itu?"
"Itu tambang tua," kata Mallory tak sabar. "Tempat orang-orang
dulu menggali batu."
"Tambang," ulang Jared. Dia mengingat sesuatu dari peta yang
mereka temukan pada ruang kerja paman buyut mereka, Arthur.
"Mereka menemukan fosil, nggak ya?" tanya Simon, setengah
merangkak menindih Jared untuk melihat ke luar jendela. "Aku ingin
tahu apakah dinosaurus tinggal di daerah ini."
Jared, Simon, dan ibu mereka mendaki barisan tempat duduk
gimnasium sementara Mallory pergi duduk bersama timnya. Di sana
sudah duduk beberapa keluarga lain dan orang-orang yang Jared
kenal di sekolah. Alas persegi panjang dipasang di lantai dengan
garis-garis tertempel padanya. Mallory menyebutnya piste, tapi
Jared merasa alas itu hanya tampak seperti matras panjang
berwarna hitam. Di belakangnya ada meja lipat tempat papan nilai
berdiri, tombol-tombolnya yang besar dan warna-warni membuatnya
tampak lebih mirip permainan daripada sesuatu yang penting.
Pemimpin pertandingan sedang mengurus kabel-kabel,
menyambungkan mereka pada anggar, dan menguji kekuatan yang
dibutuhkan untuk membuat alarm berbunyi dan lampu menyala.
Mallory duduk di bangku besi di ujung piste dan mulai membongkar
tasnya. Chris berjongkok untuk bicara dengan Mallory. Tim lawan
berkumpul di ujung satunya. Semua seragam begitu putih, sehingga
mata Jared sakit.
Akhirnya pemimpin pertandingan memberi tanda mulainya
pertandingan pertama. Dia memanggil kedua atlet anggar dan
menyuruh mereka memasang alat penerima kecil pada bagian
belakang celana mereka, lalu menyambungkan kabel pada anggar

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

mereka. Kelihatannya sangat profesional. Saat pertandingan mulai,


Jared berusaha mengingat-ingat apa yang dikatakan Mallory tentang
lampu yang menyala, tapi percuma.
"Ini bodoh. Aku lebih menyukai anggar tanpa segala tetek bengek
ini," kata Jared tidak pada siapa-siapa.
Barulah setelah dua pertandingan berlangsung, Jared mengerti
bahwa lampu warna-warni berarti pukulannya bagus, tapi lampu putih
berarti pukulan tidak dihitung. Hanya tusukan ke dada yang dihitung.
Yang sebenarnya sangat bodoh, pikir Jared. Terpukul di kaki terasa
sangat sakit, dan Jared sudah cukup sering berlatih bersama
Mallory untuk mengetahuinya.
Akhirnya Mallory dipanggil maju. Lawannya-cowok tinggi bernama
Daniel-Nggak-Tahu-Deh-Nama-Belakangnya-menyeringai saat
memakai topengnya. Dia jelas tidak tahu apa yang dihadapinya.
Jared menyiku Simon saat saudaranya memasukkan pretzel ke
mulutnya. "Dia akan tahu rasa."
"Auw," kata Simon. "Sakit nih."
Ekor kuda Mallory bergerak-gerak saat dia maju. Anggarnya
menusuk dada Daniel keras-keras sebelum cowok itu sempat
menangkis. Pemimpin pertandingan mengangkat sebelah tangan, dan
papan nilai menyala mencatat angka untuk Mallory. Jared
menyeringai.
Ibu mereka menjulurkan tubuhnya ke depan sejauh mungkin seolah
ada yang harus didengar selain suara benturan pedang besi tipis
dalam pola menyerang, menangkis, dan serangan balasan. Daniel
menyerang membabi buta, terlalu kesal untuk bisa mengontrol
langkahnya. Mallory menangkis, mengubah pertahanannya menjadi
serangan dan mencetak angka lagi.
Kakak mereka mengalahkan Daniel tanpa disentuh sekali pun. Mereka
memberi salam secara formal, dan cowok itu melepaskan topengnya,

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

wajahnya merah dan napasnya terengah-engah. Saat topeng Mallory


lepas, dia tersenyum, matanya berbinar puas.
Saat kembali ke bangku besi, si kapten tim anggar memberi Mallory
pelukan kaku. Jared tak bisa melihat dengan jelas, tapi dia berani
bersumpah wajah Mallory menjadi lebih merah daripada saat dia
turun dari piste.
Pertandingan terus berlanjut, dan tim Mallory mencetak angka
cukup bagus. Saat giliran si kapten tim bertanding, Mallory
berteriak-teriak memberi semangat. Sayangnya, itu sepertinya
tidak menolong. Sang kapten kalah tipis. Kembali ke tempat
duduknya, dia melewati Mallory tanpa bicara dan mengabaikan upaya
gadis itu bicara padanya.
Saat Mallory dipanggil maju lagi, Chris bahkan tidak mendongak
untuk melihat.
Jared melihat dari tempat duduk dan mengerutkan kening.
Kerutannya semakin dalam saat melihat ada gadis pirang berpakaian
seragam anggar sedang mengacak-acak tas kakaknya.
"Siapa itu?" tunjuk Jared.
Simon mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Dia belum bertanding."
Mungkinkah gadis itu teman kakaknya? Mungkin dia hanya akan
meminjam sesuatu? Cara mencurigakan gadis itu berhenti saat siapa
pun anggota tim menengok ke arahnya membuat Jared berpikir dia
sedang mencuri. Tapi apa yang diinginkan orang dalam tas berisi kaus
kaki kotor dan anggar cadangan Mallory?
Jared berdiri. Dia harus melakukan sesuatu. Tidakkah orang lain
melihat apa yang terjadi?
"Kau mau ke mana?" tanya ibunya.
"Kamar mandi," Jared otomatis berbohong, meskipun ibunya bisa
melihatnya berjalan menyeberangi gimnasium. Dia berharap bisa
mengatakan yang sebenarnya, tapi ibunya pasti memberi alasan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

membela gadis itu. Ibunya selalu menganggap semua orang baik,


kecuali Jared.
Jared menuruni tempat duduk dan, dengan berjalan merapat
dinding, menyeberangi lapangan ke tempat gadis itu masih sibuk
mengacak tas Mallory. Tapi saat Jared mendekati tempat duduk
para atlet, pelatih menghentikannya.
Pelatih anggar itu kurus dan pendek, dengan jenggot putih pendek
pada wajahnya. "Maaf, Nak, kau tak boleh ke sini saat
pertandingan."
"Tapi cewek itu berusaha mencuri barang-barang kakakku!"
Si pelatih berbalik. "Siapa?"
Tapi saat Jared bergeser untuk menunjuk ke arah gadis itu, dia
sadar gadis itu sudah menghilang. Dia buru-buru memikirkan
penjelasan. "Aku tidak tahu siapa dia. Dia belum bertanding."
"Semua sudah bertanding, Nak. Kupikir lebih baik kau kembali ke
tempat duduk-mu.
Jared berjalan kembali ke tempat duduk, malu, lalu berpikir lagi. Dia
pergi dulu ke kamar mandi, siapa tahu dengan begitu ibunya tidak
bakal bertanya banyak saat dia kembali. Tepat sebelum dia
melangkah keluar pintu biru gimnasium, dia berhenti dan menoleh.
Sekarang Simon yang mengacak-acak tas Mallory. Tapi Simon
mengenakan pakaian Jared! Semuanya akan berpikir itu dirinya.
Jared menyipitkan mata, berharap apa yang dilihatnya masuk akal.
Lalu kecurigaan mengerikan muncul dalam pikirannya. Melirik ke arah
tempat duduk,
dia melihat saudaranya duduk bersama ibunya, mengunyah pretzel.
Siapa pun itu, dia bukan Simon.
Bab Dua
Ketika Kembar Dua Grace Jadi Kembar Tiga

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

JARED tak bisa bergerak di ambang pintu. Dia mendengar suara


benturan anggar dan teriakan-teriakan memberi semangat, tapi
suara itu sepertinya datang dari tempat yang jauh. Dia menatap
ketakutan saat pelatih menghampiri kembarannya. Wajah pelatih
merah karena marah, dan beberapa pemain lain menatap kembaran
Jared dengan terkejut.
"Bagus," Jared mengernyit. Tidak mungkin dia bisa menjelaskan hal
ini.
Pelatih menunjuk ke arah pintu gimnasium yang besar, dan dia
menatap Bukan-Jared berjalan ke arah pintu-dan ke arahnya. Saat
mendekat ke arah Jared, Bukan-Jared menyeringai. Jared
mengepalkan tangannya.
Bukan-Jared melewati Jared tanpa melirik sedikit pun, melangkah
melewati pintu ganda itu. Jared ingin mencari jalan untuk menghapus
senyum dari wajah makhluk tersebut. Dia mengikutinya ke lorong
yang sisi-sisinya dipenuhi loker.
"Siapa kau?" tanya Jared. "Apa yang kauinginkan?
Bukan-Jared berbalik menghadapinya, dan sesuatu dalam tatapannya
membuat Jared merasa sekujur tubuhnya dingin. "Tidakkah kau
mengenaliku? Bukankah aku dirimu sendiri?" Bibirnya membentuk
senyum mengejek.
Aneh sekali melihat makhluk itu bergerak dan bicara. Rasanya tidak
seperti melihat Simon, dengan rambutnya yang rapi dan sisa pasta
gigi pada bibir atasnya. Dan itu juga bukan Jared sendiri-rambutnya
lebih berantakan, matanya lebih gelap, dan... berbeda. Makhluk itu
maju selangkah ke arahnya.
Jared mundur selangkah, berharap punya pertahanan apa pun bagi
makhluk sejenis peri, kemudian dia ingat pisau saku dalam saku
jinsnya. Para peri benci metal, dan baja paling tidak termasuk metal.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jared membuka salah satu bilah nya. "Kenapa kalian tidak pergi
saja?"
Makhluk itu mendongak dan tertawa. "Kau takkan pernah bisa pergi
dari dirimu sendiri."
"Diam! Kau bukan aku." Jared mengacungkan pisau itu kepada
kembarannya.
"Singkirkan mainan itu," kata Bukan-Jared, suaranya rendah dan
kasar.
"Aku tidak tahu siapa kau, atau siapa yang mengirimmu, tapi aku
berani bertaruh aku tahu apa yang kaucari," kata Jared. "Panduan
Lapangan. Well, kau takkan mendapatkannya. "
Seringai makhluk itu melebar menjadi sesuatu yang masih tidak
terlalu mirip senyuman. Kemudian tiba-tiba dia mengerutkan tubuh
seolah ketakutan. Jared menatap heran saat tubuh Bukan-Jared
mengerut, rambutnya memucat menjadi pirang pasir, dan matanya
yang sekarang berwarna biru melebar ketakutan.
Sebelum Jared benar-benar mengerti apa yang dilihatnya, dia
mendengar suara wanita di belakangnya.
"Apa yang terjadi? Singkirkan pisau itu."
Wakil Kepala Sekolah buru-buru mendekat, mencengkeram
pergelangan tangan Jared. Pisau saku itu terjatuh ke lantai linoleum.
Jared menatap pisau tersebut saat anak laki-laki berambut pirang
pasir itu lari menjauh, suara tangisannya lebih mirip suara tawa.
"Aku tak percaya kau membawa pisaumu ke sekolah," bisik Simon
kepada Jared saat mereka duduk berdua di luar kantor Wakil Kepala
Sekolah.
Jared memelototi saudaranya. Dia sudah menjelaskan beberapa kalibahkan sekali kepada polisi-bahwa dia hanya memamerkan pisau
tersebut pada anak itu, tapi mereka tidak bisa menemukan anak itu
untuk memperkuat cerita tersebut. Kemudian Wakil Kepala Sekolah
meminta Jared menunggu di luar. Ibu mereka sudah lama berada

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

dalam kantor Wakil Kepala Sekolah, tapi Jared tak bisa mendengar
apa yang terjadi di dalam.
"Menurutmu peri jenis apa dia?" tanya Simon.
Jared mengangkat bahu. "Coba aku punya Panduan Lapangan supaya
bisa mencari tahu."
"Kau tidak ingat apa pun yang bisa berubah bentuk seperti itu?"
"Entahlah." Jared mengusap wajahnya.
"Dengar, aku sudah bilang pada Mom itu bukan salahmu. Kau hanya
harus menjelaskan."
Jared tertawa pendek. "Yeah, kayak aku bisa bercerita apa yang
sebenarnya terjadi saja."
"Aku bisa bilang anak itu mencuri sesuatu dari tas Mallory." Saat
Jared tidak bereaksi, Simon mencoba lagi. "Aku bisa berpura-pura
aku yang melakukannya. Kita bisa bertukar kaus dan sebagainya."
Jared hanya menggeleng.
Akhirnya ibu mereka keluar dari kantor Wakil Kepala Sekolah. Dia
tampak lelah.
"Aku minta maaf," kata Jared.
Dia kaget mendengar suara ibunya yang tenang. "Aku tidak ingin
membicarakannya, Jared. Panggil kakakmu, kita pulang saja."
Jared mengangguk dan mengikuti Simon, menoleh tepat saat ibu
mereka terduduk di kursi yang ditinggalkannya. Apa yang dipikirkan
ibunya? Mengapa dia tidak marah-marah? Jared tersadar dia
berharap ibunya marah-paling tidak dia mengerti itu. Kesedihannya
yang tenang lebih menakutkan. Seolah hanya inilah yang bisa ibunya
harapkan dari dirinya.
Simon dan Jared berjalan menelusuri sekolah, berhenti untuk
bertanya pada para anggota tim anggar apakah mereka melihat
Mallory. Tidak ada yang melihatnya. Mereka bahkan berhenti untuk
bertanya pada Chris-si-kapten. Chris tampak tidak nyaman saat
mereka bertanya tentang Mallory, tapi cowok itu menggeleng.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Gimnasium kosong, satu-satunya suara adalah gema langkah mereka


pada lantai kayu yang mengilap itu. Matras hitam telah digulung, dan
segala sesuatu dari pertandingan telah dirapikan.
Akhirnya seorang cewek berambut cokelat panjang berkata dia
melihat Mallory menangis dalam kamar mandi perempuan.
Simon menggeleng. "Mallory? Menangis? Tapi dia kan menang."
Cewek itu mengangkat bahu. "Aku bertanya apakah dia baik-baik
saja, tapi dia bilang dia tidak apa-apa."
"Kaupikir itu benar-benar dia?" tanya Simon saat mereka berjalan
ke arah kamar mandi.
"Maksudmu, apakah ada yang meniru wujudnya? Untuk apa peri
berubah jadi Mallory lalu menangis dalam kamar mandi perem-puan?"
"Aku tak tahu," kata Simon. "Aku menangis kalau tiba-tiba berubah
jadi Mallory."
Jared mendengus. "Jadi, kau mau masuk dan mencarinya?"
"Aku tidak mau masuk kamar mandi perempuan," kata Simon. "Lagi
pulang, kau sudah terlibat begitu banyak masalah, tidak mungkin kau
terlibat masalah lebih besar lagi."
"Aku selalu bisa terlibat masalah lebih besar lagi," kata Jared
sambil mendesah. Dia membuka pintu. Dia terkejut melihat kamar
mandi itu sangat mirip kamar mandi laki-laki, tapi tanpa urinal.
"Mallory?" panggilnya. Tidak ada jawaban. Dia mengintip ke bawah
bilik-bilik tapi tidak melihat ada kaki. Dia mendorong salah satu
pintu dengan sangat hati-hati. Meskipun tidak ada siapa pun di sana,
dia merasa aneh, gugup, dan malu. Setelah beberapa saat dia
kembali ke lorong.
"Dia tidak di sana?" tanya Simon.
"Kamar mandi itu kosong." Jared menatap barisan loker, berharap
tidak ada yang melihatnya.
"Mungkin dia pergi ke kantor, mencari kita," kata Simon. "Aku tidak
melihatnya di mana-mana."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Rasa takut merayap ke dalam perut Jared. Setelah Wakil Kepala


Sekolah menangkapnya, dia belum memikirkan apa pun kecuali betapa
besar masalah yang menimpanya kali ini. Tapi makhluk itu masih
berkeliaran di sekolah. Jared ingat betapa makhluk itu mengacakacak tas Mallory saat pertandingan.
"Bagaimana kalau dia keluar?" kata Jared, berharap mereka masih
bisa menemukan kakak mereka sebelum makhluk itu. "Mallory bisa
saja keluar untuk melihat apakah kita menunggunya di mobil."
"Kita bisa mencarinya ke sana," Simon mengangkat bahu. Jared tahu
Simon tidak yakin, tapi mereka tetap berjalan ke luar.
Langit sudah menggelap menjadi semburat ungu dan emas. Dalam
cahaya yang semakin menipis mereka berjalan melewati jalur atletik
dan lapangan bisbol.
"Aku tidak melihatnya," kata Simon.
Jared mengangguk. Perutnya mulas karena gugup. Di mana dia?
tanyanya dalam hati.
"Hei," kata Simon. "Apa itu?" Dia melangkah maju beberapa meter
dan membungkuk untuk mengambil sesuatu yang berkilau dari
rumput.
"Medali anggar Mallory," kata Jared. "Dan lihat."
Di rumput bongkahan-bongkahan besar batu membentuk lingkaran di
sekeliling tempat medali itu tadi berada. Jared berjongkok di
sebelah batu terbesar. Terukir dalam pada batu itu terdapat kata:
TUKAR.
"Batu-batu," kata Simon. "Seperti dalam tambang."
Jared mendongak, kaget. "Ingat peta yang kita temukan?
Menurutnya dwarf tinggal dalam tambang--tapi kurasa dwarf tak
bisa berubah wujud."
"Mallory bisa saja masih di dalam bersama Mom. Dia bisa saja di
kantor menunggu kita."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jared ingin memercayainya. "Lalu mengapa medalinya ada di luar


sini?"
"Mungkin dia menjatuhkannya. Mungkin ini jebakan." Simon mulai
berjalan kembali ke arah sekolah. "Ayolah," katanya. "Aku kembali
dan melihat apakah dia bersama Mom."
Jared mengangguk linglung.
Saat mereka kembali ke dalam, mereka menemukan ibu mereka di
pintu masuk sekolah, sedang bicara menggunakan ponselnya. Dia
membelakangi mereka, dan sendirian.
Meskipun ibu mereka bicara dengan suara pelan, suaranya terdengar
jelas ke tempat Jared dan Simon berjongkok. "Yeah, aku juga pikir
semuanya membaik. Tapi, kau tahu, Jared tak pernah mengakui apa
yang terjadi saat kami baru pindah ke sini... dan well, ini akan
terdengar aneh, tapi Mallory dan Simon sangat melindunginya."
Jared membeku, takut mendengar apa yang akan dikatakan ibunya
dan tidak bisa membuat dirinya melakukan apa pun untuk
menghentikannya.
"Tidak, tidak. Mereka tidak mengakui Jared pernah melakukan
semua itu. Dan mereka menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tahu
dengan melihat cara mereka berhenti bicara saat masuk ruangan,
cara mereka saling melindungi, terutama melindungi Jared. Kau
seharusnya mendengar Simon malam ini, membuat alasan-alasan
mengapa saudaranya mengacungkan pisau di depan anak kecil itu."
Saat itu suara ibu mereka tercekik dan dia mulai menangis.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya lagi. Jared begitu
marah, Richard.
Mungkin dia seharusnya pergi dan tinggal bersamamu beberapa
lama."
Dad. Mom bicara dengan ayah mereka.
Simon menyenggol lengan Jared. "Ayo. Mallory tidak di sini."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jared berpaling dengan linglung dan mengikuti saudaranya keluar


pintu. Dia tak bisa mengatakan bagaimana perasaannya saat itukecuali mungkin kosong.
Bab Tiga
Ketika Simon Memecahkan Teka-Teki
APA yang akan kita lakukan?" tanya Simon saat mereka kembali
menelusuri
lorong.
"Mereka menawannya," kata Jared pelan. Dia harus menyingkirkan
apa yang baru didengarnya, menyingkirkan semua dari pikirannya,
kecuali Mallory. "Mereka ingin menukarnya dengan Panduan
Lapangan."
"Tapi buku itu tidak ada pada kita."
"Shhh!" kata Jared. Dia punya ide, tapi tidak ingin mengatakannya
keras-keras di tempat terbuka. "Ayo."
Jared pergi ke lokernya dan mengeluarkan handuk dari tas
olahraganya. Dia mengeluarkan buku pelajaran-Matematika Lanjutan
- yang kira-kira ukurannya sama dengan Panduan Lapangan dan
membungkusnya dalam handuk.
"Apa yang kaulakukan?"
"Ini," bisik Jared, memberikan bungkusan itu pada Simon. Dia
meraih ranselnya dari loker. "Thimbletack menipu kita dengan trik
ini. Mungkin kita bisa menipu siapa pun yang menculik Mallory."
Simon langsung mengangguk. "Oke, kurasa Mom menyimpan senter di
mobil."
Mereka melompati pagar kawat di ujung sekolah dan menyeberangi
jalan. Sisi lain jalan penuh ilalang. Sulit berjalan dalam gelap, dan
senter hanya memberi penerangan remang-remang.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mereka memanjat tumpukan batu yang tinggi, beberapa di antaranya


tertutup lumut licin, beberapa yang lain terbelah-belah. Saat
mereka berjalan, Jared tak bisa berhenti mengingat apa yang
didengarnya. Dia memikirkan hal-hal mengerikan yang dipercayai
ibunya dan bahkan hal-hal yang lebih mengerikan lagi yang
sepertinya bakal Mom percayai sekarang karena Jared menghilang.
Tak peduli apa yang dilakukannya, Jared selalu terlibat masalah yang
semakin parah. Bagaimana kalau dia dikeluarkan? Bagaimana kalau
ibunya mengirimnya untuk tinggal bersama ayahnya, yang tidak
menginginkannya?
"Jared, lihat," kata Simon. Mereka telah tiba di ujung tambang tua.
Batu-batu ditatah hingga bergerigi. Potongan-potongan batu
membentuk birai sepanjang dinding curam hampir setinggi sembilan
meter ke lembah tak rata di bawah. Rerumputan tumbuh di
sepanjang dinding di bagian-bagian tanah cukup tebal. Jalan berada
di sepanjang lubang besar ini, disangga semacam jembatan batu
tebal.
"Menambang batu itu aneh, ya?" tanya Simon. "Maksudku, ini kan
cuma batu.
"Mungkin granit," lanjutnya saat Jared tidak menjawab. Simon
mengeratkan jaket tipis pada tubuhnya.
Jared menyorotkan senter pada dinding, melihat segaris cokelat
karat dan nuansa kuning tua pada tempat yang disinarinya. Dia tidak
tahu itu batu apa.
Simon mengangkat batu. "Jadi, eh, bagaimana kita bisa turun?"
"Aku tak tahu. Bagaimana kalau kau yang memberitahu, kalau kau
memang tahu banyak?" bentak Jared.
"Kita bisa...," Simon memulai, tapi dia terdiam dan Jared merasa
bersalah.
"Ayo kita coba memanjat turun," kata Jared, menunjuk. "Kita bisa
melompat ke birai itu kemudian berusaha mencapai yang satu lagi."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Jaraknya cukup jauh. Seharusnya kita memakai tali atau


semacamnya."
"Kita tidak punya waktu," kata Jared. "Ini, pegang senternya."
Sambil memberikan silinder besi itu ke tangan kembarannya, Jared
duduk di ujung jurang. Tanpa senter, saat melihat ke bawah, dia
hanya melihat kedalaman yang gelap. Menarik napas, dia melompat,
membiarkan dirinya jatuh ke birai batu yang tak bisa dilihatnya.
Berbalik, dia mulai berdiri. Cahaya menyinari matanya,
membutakannya. Jared tersandung dan terjatuh ke depan.
"Kau tidak apa-apa?" teriak Simon.
Jared mengangkat tangan menghalangi cahaya dari matanya dan
berusaha menenangkan diri. "Yeah. Ayo. Giliranmu."
Dia mendengar gemeretak tanah di atasnya saat Simon bersiap-siap.
Cepat-cepat Jared menyingkir, meraba-raba di depannya mencari
ujung yang hanya sekilas diingatnya. Simon mendarat keras di
sebelahnya sambil menjerit.
Senter terjatuh dari tangan Simon dan jatuh ke kegelapan,
membentur dasar lembah dengan keras, memantul sekali, kemudian
tergeletak diam, menerangi daerah tanah dan batu yang sempit.
"Bagaimana kau bisa sebodoh itu!" Jared merasakan kemarahan yang
seolah menyala
di dalam dirinya, semakin besar setiap menitnya. Seolah hanya
dengan membentaklah, dia bisa menahan kemarahan itu supaya tidak
menelan dirinya. "Mengapa kau tidak melemparkannya padaku?
Bagaimana kita bisa memanjat turun dalam kegelapan? Bagaimana
kalau Mallory dalam bahaya? Bagaimana kalau dia meninggal karena
kau sebodoh itu?"
Simon mendongak, matanya berkilau karena air mata, tapi Jared
sama terkejutnya dengan saudaranya.
"Aku tidak sungguh-sungguh, Simon," katanya buru-buru.
Simon mengangguk, tapi memalingkan wajahnya dari Jared.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kurasa ada birai lagi di sana. Lihat bentuk itu?"


Simon masih diam saja.
"Aku turun duluan," kata Jared. Dia menarik napas dalam-dalam dan
melompat ke kegelapan. Dia jatuh di birai kedua dengan keras-pasti
jaraknya lebih jauh daripada yang dibayangkannya. Napasnya
tersentak ke luar, dan tangan serta kakinya terasa terbakar.
Jinsnya robek besar di salah satu lutut, dan tangannya terluka serta
mulai berdarah parah. Tapi dari sana hanya perlu lompatan pendek
ke dasar tambang.
"Jared?" suara Simon terdengar pelan dari tempatnya masih duduk
di birai pertama.
"Aku di sini," panggil Jared. "Jangan bergerak. Akan kuambil
senternya."
Dia merangkak untuk mengambil senter dan mengarahkannya pada
saudaranya, mencari tepian tempat Simon bisa berpijak atau ceruk
yang bisa dicengkeramnya. Perlahan-lahan Simon merayap turun ke
birai kedua. Tapi saat menunggu, Jared mendengar suara-suara
bergema, ketukan dari suatu tempat yang jauh dan pukulan-pukulan
yang sepertinya datang tidak dari mana pun sekaligus dari segala
arah pada saat yang sama.
Mengarahkan senternya ke sekeliling tambang, Jared melihat lebih
banyak batu bergerigi dengan alur-alur bekas bor. Sekarang dia
bertanya-tanya bagaimana mereka bisa keluar. Tapi sebelum dia
punya waktu untuk mengkhawatirkan itu, cahaya menyinari sesuatu
pada batu yang berada di atas dinding. Saat cahaya menyinari batu
itu, segerombolan jamur berbinar biru redup.
"Bioluminescence," kata Simon.
"Hah?" Jared maju selangkah.
"Sesuatu yang bisa bercahaya sendiri."
Di bawah cahaya remang-remang itu, Jared melihat batu segitiga di
bawah ambang yang diukir dengan pola cabang yang saling melilit.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Saat melihat ke tengah batu, dia bisa melihat bagian atas hurufhuruf yang diukir ke batu. Dia menyorotkan senter tepat ke arah
huruf-huruf itu.
SEEM TO TRIK HEN TOOK PENSEPERTI MENIPU AYAM BETINA AMBIL KANDANG
"Teka-teki," kata Jared.
"Tidak ada artinya," kata Simon.
"Siapa yang peduli? Bagaimana kita memecahkannya?" Mereka tidak
bisa membuang waktu lagi. Mereka hampir berada di dalam, hampir
bertemu Mallory.
"Kau kan berhasil menguraikan teka-teki yang di rumah," kata
Simon, duduk membelakangi saudaranya. "Kau saja yang berpikir."
Jared menarik napas dalam-dalam. "Dengar, aku benar-benar
menyesal tentang apa yang kukatakan tadi. Kau harus menolong,"
Jared memohon. "Semua orang tahu kau lebih pintar daripadaku."
Simon mengeluh. "Aku juga tidak mengerti teka-teki ini. Ayamnya
betina, kan? Dan kandang itu mungkin tempat mereka memelihara
ayam-ayam itu. Aku tidak tahu selebihnya."
Jared menatap kata-kata itu lagi. Dia tidak bisa berkonsentrasi.
Memangnya ayam bisa apa? Mungkin mereka harus memberi telur di
depan pintu? Apakah Panduan Lapangan menceritakan sesuatu
tentang ayam dan peri? Dia berharap buku itu ada padanya saat
itu....
"Hei, tunggu sebentar," kata Simon, ber-balik dan berlutut. "Berikan
senter itu."
Jared memberikan senter dan memandang saat Simon menuliskan
pesan itu pada tanah
dengan jarinya. Kemudian Simon mulai mencoreti huruf-huruf
tertentu dan menuliskannya dengan pola yang berbeda.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

MITES OPEN THREE TOCK KONSARUNG TANGAN BUKA TIGA TOCK KON
"Apa yang kaulakukan?" Jared duduk di sebelah saudara kembarnya.
"Kurasa kau harus menyusun ulang huruf-huruf ini supaya mendapat
pesan yang sebenarnya. Seperti teka-teki dalam koran yang selalu
dikerjakan Mom." Simon menuliskan kalimat ketiga di tanah.
KNOCK THREE TIMES TO OPENKETUK TIGA KALI SUPAYA TERBUKA
"Wow," kata Jared. Dia tak percaya Simon telah memecahkannya.
Dia sendiri mungkin takkan pernah bisa memecahkannya.
Simon tersenyum. "Mudah," katanya, berjalan ke pintu dan mengetuk
tiga kali pada permukaan batu yang keras.
Kemudian tanah bergetar di bawah mereka, dan kedua saudara
kembar itu terjatuh ke lubang yang terbuka di bawah kaki mereka.
Bab Empat
Ketika Si Kembar Menemukan Pohon yang Lain dari yang Lain
MEREKA terjatuh ke dalam jaring yang terbuat dari benang besi.
Sambil berteriak dan menendang, Jared berusaha berdiri, tapi dia
tak bisa mendapat pijakan. Tiba-tiba dia berhenti memberontak dan
telinganya terkena siku saudaranya. "Simon, stop! Lihat!"
Jamur-jamur bercahaya menutupi berbagai tempat di dinding,
menerangi wajah tiga pria kecil dengan kulit sekelabu batu. Pakaian
mereka jelek dan dijahit dari bahan yang kasar, tapi gelang perak
mereka, diukir berbentuk ular, begitu bagus sehingga sepertinya

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

merayap di sekeliling tangan kurus pria-pria itu; kerah mereka


dianyam dengan benang emas yang dibuat begitu halus sehingga bisa
saja terbuat dari kain; dan cincin-cincin per-kiasan mereka begitu
indah sehingga jari-jari mereka yang kotor berkilauan.
"Ada apa di sini? Tawanan!" kata salah satunya dengan suara kasar.
"Jarang-jarang kita punya tawanan."
"Dwarf," bisik Jared pada saudaranya.
"Mereka sepertinya tidak terlalu mirip kurcacinya Putri Salju,"
Simon balas berbisik.
Dwarf kedua meraba beberapa helai rambut Jared di antara jarinya
dan berpaling pada temannya yang bicara tadi. "Tidak terlalu kebat
ya mereka? Warna rambut mereka membosankan dan biasa-biasa
saja. Kulit mereka tidak halus atau sepucat marmer. Kurasa mereka
jelek. Kita bisa membuat lebih bagus."
Jared mengernyitkan dahi, tidak yakin apa maksud dwarf itu. Sekali
lagi, dia berharap Panduan Lapangan ada padanya. Dia hanya ingat
para dwarf pandai bertukang, dan besi yang menyakiti makhlukmakhluk sejenis peri lainnya tidak berpengaruh apa-apa pada
mereka. Pisaunya takkan berguna, kalaupun belum diambil pihak
sekolah.
"Kami datang menjemput kakak kami," kata Jared. "Kami mau
mengadakan pertukaran."
Salah satu dwarf itu tertawa, tapi Jared tidak yakin yang mana.
Dengan bunyi berderak, dwarf lain meletakkan kandang perak di
bawah jaring.
"Korting bilang kau akan datang. Dia sangat ingin bertemu
denganmu."
"Apakah dia Raja Dwarf atau semacamnya?" tanya Simon.
Para dwarf itu tidak menjawab. Salah satunya menarik tuas berukir
dan jaring terbuka. Kedua anak terjatuh dengar keras ke dalam

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

kandang. Tangan dan lutut Jared langsung terasa sakit lagi. Dia
memukul lantai besi itu.
Jared dan Simon diam saat mereka didorong melalui gua-gua
berudara lembap dan berdinding basab. Mereka bisa mendengar
suara pukulan-pukulan palu, lebih keras dan jelas sekarang setelah
mereka berada di bawah tanah, dan raungan sesuatu yang mungkin
api besar. Di atas dalam keremangan, beberapa tempat yang
diterangi sedikit fosfor menunjukkan ujung-ujung stalaktit besar,
menggantung di atas mereka seperti hutan tiang es yang membeku.
Mereka melewati gua besar tempat kelelawar menjerit di atas, dan
lantai tanah gelap dan berbau busuk karena kotoran mereka. Jared
berusaha menahan diri supaya tidak gemetar. Semakin dalam mereka
bergerak, gua semakin dingin. Kadang-kadang Jared melihat bayangbayang bergerak di keremangan dan mendengar ketukan berulang.
Saat mereka bergerak melalui koridor sempit, melewati tiang-tiang
yang basah, Jared mencium aroma mineral yang lembap dengan lega
setelah lama sekali mencium bau busuk kelelawar. Ruang berikut
sepertinya penuh barang berdebu yang terbuat dari metal. Tikus
emas dengan mata safir keluar dari piala malachite-sejenis mineral
berwarna hijau tua, dan menatap mereka lewat. Kelinci perak
berbaring miring, lehernya dilingkari kunci, sementara sekuntum lili
platinum terbuka, kemudian tertutup, kemudian terbuka lagi. Simon
memandang tikus metal itu dengan tatapan ingin.
Kemudian mereka bergerak ke dalam gua besar tempat mereka
melihat para dwarf menatah patung dwarf lain dalam dinding-dinding
granit. Cerahnya cahaya lentera yang tiba-tiba muncul menyakiti
mata Jared, tapi saat dia melewati para dwarf, dia merasa melihat
salah satu lengan yang ditatah itu bergerak.
Dari sana mereka bergerak ke dalam ruangan sangat besar tempat
pohon raksasa tumbuh dalam tanah. Batangnya yang tebal begitu
tinggi sampai tidak kelihatan di antara bayang-bayang, cabang-

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

cabangnya membentuk kanopi di atas mereka. Udara penuh suara


burung besi yang aneh.
"Ini tak mungkin pohon," kata Simon. "Tidak ada matahari. Tidak ada
matahari artinya tidak ada fotomorfosa."
Jared memerhatikan cabang-cabangnya. "Ini pohon metal," katanya,
sadar bahwa daun-daunnya semua dari perak yang dihalus-kan. Jauh
di atas pohon itu seekor burung tembaga mengepakkan sayapnya dan
melayang turun dengan tatapan dingin.
"Pohon besi yang pertama," kata salah satu dwarf. "Lihatlah,
makhluk fana, keindahan yang takkan pernah pudar."
Jared menatap pohon itu dengan terpesona, kagum pada bagaimana
satu jenis metal telah dibentuk sekasar batang potong dan dipilin
menjadi cabang-cabang sementara jenis metal lain dibentuk sehalus
benang. Setiap daun peraknya unik, berurat, dan melengkung seperti
daun asli.
"Mengapa kalian menyebut kami makhluk fana?" tanya Jared.
"Kalian tidak mengerti bahasa kalian sendiri?" kata salah satu
dwarf, lalu mendengus. "Itu artinya makhluk yang ditakdirkan mati.
Dengan sebutan apa lagi kami harus memanggil kalian? Makhluk
sejenis kalian lenyap dalam satu kedipan mata." Dia bersandar ke
jeruji kandang dan mengedipkan mata.
Beberapa lorong membawa mereka keluar dari ruang gua itu ke
koridor-koridor yang terlalu gelap bagi Jared untuk melihat ke mana
mereka dibawa. Kandang itu didorong melalui lorong lebar berpilar
yang masuk ke ruangan yang lebih kecil. Duduk di singgasana yang
terbuat dari stalagmit raksasa, pria kecil berkulit abu-abu lagi, yang
ini berjanggut hitam tebal. Matanya bersinar seperti perhiasan
hijau. Anjing metal berbaring di atas permadani kulit rusa di depan
singgasana, sisi tubuh anjing itu naik-turun seiring napas mekanis,
seolah dia benar-benar tidur. Di punggungnya sebuah kunci berputar
perlahan.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Di sekitar singgasana itu berdiri dwarf-dwarf lain, semuanya diam.


"Tuanku Korting," kata salah satu dwarf. "Semua terjadi seperti
yang Tuanku katakan. Mereka datang mencari saudara mereka."
Sang Korting berdiri. "Mulgarath memberitahuku kalian akan datang.
Kalian sangat beruntung berada di sini, kalian mendapat kehormatan
melihat akhir zaman manusia."
"Terserah apa katamu deh," kata Jared. "Di mana Mallory?"
Sang Korting mengerutkan kening. "Bawa dia," katanya, dan
beberapa dwarf segera pergi. "Kau sebaiknya berhati-hati dengan
kata-katamu. Mulgarath akan segera menguasai dunia, dan kami,
para pelayan setianya, akan berada di sisinya. Dia akan
mengosongkan lahan bagi kami, kemudian kami akan membangun
kutan baru dari pokon-pokon besi yang megah. Kami akan membangun
ulang dunia dengan perak, tembaga, dan besi."
Simon merangkak ke sudut kandang. "Itu tidak masuk akal. Apa yang
akan kalian makan? Bagaimana kakan bisa bernapas tanpa ada
tumbukan untuk membuat oksigen?"
Jared tersenyum pada Simon. Kadang-kadang tidak terlalu jelek
punya saudara kembar yang tahu segalanya.
Kerutan di kening sang Korting semakin dalam. "Apakah kalian tidak
mau mengakui bakwa kami bangsa dwarf merupakan seniman paling
andal yang pernah kalian lihat? Kalian hanya perlu melihat anjingku
ini untuk melihat superioritas kami. Tubuh peraknya lebih cantik
daripada bulu mana pun, dia lebih cepat, dia tak perlu makanan, dan
dia tidak meneteskan liur atau mengibas-ngibaskan ekor." Sang
Korting mengusik anjing itu dengan kakinya. Anjing itu menoleh dan
meregangkan tubuh sebelum kembali tidur sambil bernapas keraskeras.
"Kurasa bukan itu yang ingin dikatakan Simon," kata Jared memulai,
tapi kata-katanya terpotong kedatangan enam dwarf yang memasuki
ruangan, sambil memanggul kotak kaca panjang.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Mallory!" Jared menatap sambil merasa mulas. Kotak itu tampak


seperti peti mati.
"Apa yang kaulakukan pada kakak kami?" tanya Simon. Kembaran
Jared itu tampak pucat. "Dia tidak meninggal, kan?"
"Malah kebalikannya," kata si penguasa dwarf sambil tersenyum.
"Dia takkan pernah mati. Lihatlah lebih dekat."
Para dwarf meletakkan kotak kaca itu pada sandaran berhiaskan
ukiran dan berdiri di sebelah kandang Jared serta Simon.
Rambut Mallory ditata dalam satu kepang panjang yang terurai
melewati wajahnya yang pucat dan seperti lilin. Mahkota dedaunan
metal menghiasi bagian atas
kepalanya. Bibir dan pipinya diberi pemerah semerah bibir dan pipi
boneka, tapi tangannya memegang pedang perak. Dia didandani
dengan gaun putih berenda. Matanya tertutup, dan Jared nyaris
takut kalau Mallory membukanya, ternyata matanya terbuat dari
gelas.
"Apa yang mereka lakukan padanya?" kata Simon. "Ini sama sekali
bukan Mallory."
"Kecantikan dan kemudaannya takkan per-nah hilang," kata sang
Korting. "Di luar kotak ini dia akan takluk pada usia, ke-matian, dan
busuk-kutukan semua makhluk fana."
"Kurasa Mallory lebih suka terkutuk," kata Jared.
Penguasa dwarf itu mendengus. "Terserah kalian. Apa yang akan
kalian pertukarkan untuknya?"
Jared meraih ke dalam ranselnya dan mengeluarkan buku
terbungkus kanduk itu. "Panduan Lapangan Arthur Spiderwick. " Dia
merasa agak bersalah karena berbohong tapi langsung menindas
perasaan itu.
Sang Korting menggosok-gosokkan kedua tangannya. "Bagus. Tepat
seperti yang kami inginkan. Kemarikan buku itu."
"Kau akan mengembalikan kakakku kepadaku?"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Dia akan jadi milikmu."


Jared mengulurkan Panduan Lapangan palsu itu, dan salah satu dwarf
mengambilnya melalui jeruji. Penguasa dwarf itu bahkan tak mau
repot-repot melihatnya.
"Bawa kandang ini ke ruang harta dan letakkan kotak kaca itu di
sebelahnya!"
"Apa?" kata Jared. "Tapi kau mau bertukar! "
"Kita sudah bertukar," kata sang Korting sambil menyeringai. "Kau
meminta kakakmu, tapi kau tak pernah meminta kebebasanmu."
"Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini!" Jared memukul-mukul jeruji,
tapi tindakan itu tidak menghalangi para dwarf mendorong penjara
berjalan mereka ke dalam koridor yang gelap. Dia tak bisa melibat
Simon. Setelah membentak-bentak saudaranya tadi, ternyata dialah
yang bodoh, yang tidak bisa bertindak pintar. Dia merasa lelah dan
putus asa, kecil dan menyedihkan. Dia kanya anak kecil. Bagaimana
dia bisa menemukan jalan keluar dari situasi ini?
Bab Lima
KETIKA Jared dan Simon Membangunkan si Putri Tidur
JARED nyaris tidak memerhatikan jalan yang mereka ikuti sampai
ke ruang Dia menutup matanya mencegah turunnya air mata yang
panas.
"Kita sudah sampai," kata dwarf yang mengantar mereka.
Jenggotnya putih, dan ada serenceng kunci di pinggangnya. Dia
berbalik ke arak kelompok yang membawa kotak berisi Mallory.
"Letakkan saja di situ."
Ruang harta diterangi satu lentera, tapi tumpukan emas
memantulkan cahayanya, jadi keadaannya tidak segelap tempat lain.
Burung merak perak dengan ekor berdiri berbias lapislazuli dan

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

koral mematuki tikus tembaga yang diam di atas vas dengan cara
yang lebih seperti bosan dan bukannya jahat.
Dwarf berjenggot putih menatap mereka saat yang lain keluar. Dia
menyeringai kepada mereka dengan gembira. "Aku akan mencari
tahu apakak aku bisa menemukan sesuatu yang bisa kalian gunakan
untuk bermain. Mungkin batu-batu kecil? Batu-batu itu bahkan bisa
berdiri dan berputar sendiri."
"Aku lapar," kata Simon. "Kami bukan mesin. Kalau kalian mau
menyekap kami di sini, kalian harus memberi makan kami."
Si dwarf menyipitkan mata. "Memang benar. Aku akan membawakan
bubur labah-labah dan lobak. Itu akan langsung membuat kalian
kenyang."
"Bagaimana kau akan memberikannya pada kami?" tanya Jared tibatiba. "Tidak ada pintu."
"Ok, tentu saja ada pintu," kata si dwarf.
"Aku sendiri yang membuat kandang itu. Kuat, kan?"
"Yeak," kata Jared. "Benar-benar kuat." Dia memutar matanya.
Belum cukup burukkah keadaan mereka yang tertipu dan terkurung
dalam kandang? Apakah si dwarf harus membesar-besarkannya?
"Lihat, kuncinya dalam jeruji yang ini." Si dwarf mengetuk pelan
salah satu jeruji dengan jarinya. "Aku harus membuat peralatannya
benar-benar kecil-harus bekerja dengan palu seukuran jarum. Kalau
kalian memerhatikan, kalian bisa melibat engsel pintu. Lihat? Di
sini."
"Bisakah kau membukanya?" tanya Simon. Jared menatapnya dengan
terkejut. Apakah Simon sudah membuat rencana selama ini,
sementara Jared sibuk merasa kesal?
"Kau ingin melihatnya bekerja?" tanya si dwarf.
"Yeah," kata Jared, tidak terlalu percaya mereka bisa seberuntung
ini.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Well, oke, anak-anak. Mundur sebentar. Di sana. Sekali saja,


kemudian aku akan mengambilkan makanan kalian. Senang sekali
akhirnya bisa menggunakan semua hal ini."
Jared tersenyum memberi semangat. Si dwarf mengeluarkan
rencengan kunci dari ikat pinggangnya dan memilih sebuah yang
sangat kecil. Kunci itu seukuran dan ber-bentuk seperti peluit,
dengan pola-pola ukiran yang rumit. Si dwarf memasukkan kunci itu
pada salak satu jeruji, meskipun Jared tak bisa melihat lubangnya
dari sisi kandang mereka. Dengan putaran pergelangan tangan si
dwarf, suara klik, klak, putaran, dan desisan, terdengar dari seluruh
jeruji.
"Nah." Si dwarf menarik jeruji, dan bagian depan kandang membuka
pada engsel tersembunyi. Tapi tepat saat kedua anak bergerak
maju, si dwarf cepat-cepat menutupnya. "Tidak terlalu
menyenangkan kalau kalian mencoba melarikan diri," dia tertawa,
bergerak untuk kembali mencantelkan rencengan kunci pada
pinggangnya.
Jared menjangkau keluar dan pada saat yang sama meraih rencengan
kunci itu. Kunci-kunci terserak di lantai.
Simon meraihnya sebelum si dwarf.
"Hei! Tidak adil!" kata si dwarf. "Kembalikan !"
Simon menggeleng.
"Tapi kakan karus melakukannya. Kalian tawanan. Kalian tak boleh
memiliki kunci-kuncinya."
"Kami tidak akan mengembalikannya," kata Jared.
Si dwarf tampak panik. Dia berjalan ke ujung lorong dan berteriak.
"Cepat-siapa pun! Panggil penjaga! Para tawanan lepas!" Saat tidak
ada yang datang, dia memelototi Jared dan Simon. "Kalian sebaiknya
tetap di sana," katanya, dan berlari ke luar lorong, masih memanggilmanggil penjaga.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Simon memasukkan kunci pada pintu, dan mereka melompat keluar


kandang. "Cepat, mereka datang!"
"Kita karus membawa Mallory!" Jared menunjuk ke arak kotak
kakaknya.
"Tidak ada waktu," kata Simon. "Kita kembali nanti."
"Tunggu," kata Jared. "Ayo sembunyi di sini! Mereka pasti berpikir
kita lari."
Simon tampak panik. "Di mana?"
"Di atas kandang!" Jared menunjuk atap perak solid kandang itu. Dia
merangkak ke atas tumpukan harta terdekat dan menggunakannya
untuk memanjat. "Ayo!"
Simon memanjat setengah jalan, dan Jared menariknya ke atas.
Mereka tepat waktu untuk bergelung rapat sebelum para dwarf
masuk ruangan.
"Mereka juga tidak di sini," kata salak satu dwarf. "Tidak di lorong,
tidak dalam ruangan-ruangan terdekat."
Jared tersenyum pada metal yang dingin.
"Ambil anjing-anjing. Mereka akan menemukan makhluk-makhluk
itu."
"Anjing?" kata Simon tanpa suara pada Jared saat para dwarf
keluar ruangan.
"Memangnya kenapa?" Jared tersenyum, senang karena rencana
mereka sukses. "Kau kan suka anjing."
Simon memutar matanya dan melompat turun ke lantai, menyepak
tempat lilin dan membuat beberapa keping hematite-mineral hitam
kemerahan-terserak. Dia mengambil satu dan memasukkannya ke
kantong.
"Berkentilah membuat keributan," kata Jared, berusaha merayap
turun dengan hati-hati dan hampir terjatuh pada semak mawar dari
tembaga.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Mereka berlutut di sebelak kotak kaca, dan Jared membukanya. Ada


suara mendesis ketika tutupnya membuka, seolak keluar gas tak
kasat mata. Di dalam, Mallory tak bergerak.
"Mallory," kata Jared. "Bangun." Dia menarik tangan kakaknya, tapi
tangan itu lemas dan kembali jatuk ke dadanya saat dilepaskan
Jared.
"Kau tidak merasa harus ada yang menciumnya, kan?" tanya Simon.
"Seperti Putri Salju?"
"Wak, jijik." Jared tak bisa mengingat apa pun tentang mencium
dalam Panduan Lapangan, tapi dia juga tidak bisa mengingat apa pun
tentang kotak kaca. Dia membungkuk dan cepat-cepat mencium pipi
kakaknya. Tidak ada respons.
"Kita harus melakukan sesuatu," kata Simon. "Kita tidak punya
banyak waktu."
Jared mencengkeram seuntai rambut Mallory dan menjambaknya
keras-keras. Kakaknya bergerak sedikit dan setengah membuka
matanya. Jared mengembuskan napas lega.
"Pergi," gumam Mallory, dan berusaha tidur menyamping.
"Bantu aku membangkitkannya," kata Jared, memindahkan pedang
dari atas tubuh kakaknya ke lantai.
Dia menarik tubuh Mallory sedikit sebelum dia kembali jatuh ke
dalam kotak.
"Ayo, Mal," kata Jared di telinga kakaknya. "Bangun!"
Simon menampar pipi Mallory. Kakaknya bergerak lagi, membuka
matanya dengan lemas.
"Ap - " katanya.
"Kau harus keluar dari sini," kata Simon. "Berdiri."
"Gunakan pedang itu sebagai tongkat," usul Jared.
Dengan bantuan kedua adiknya Mallory berhasil berdiri dan
tertatih-tatih ke lorong. Tempat itu kosong.
"Sekali ini," kata Simon, "keadaan sepertinya memihak kita."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Tepat saat itu mereka mendengar suara gonggongan metalik yang


dalam.
Bab Enam
KETIKA Batu-Batu Bicara
JARED dan Simon lari, setengah menyeret Mallory, melalui
serangkaian lorong dan ruangan sempit yang gelap. Mereka sempat
melewati jalan tinggi di atas gua utama tempat sang Korting sedang
mengawasi para dwarf bekerja memasukkan senjata ke keretakereta. Suara gonggongan, pertama-tama terdengar jauh, menjadi
semakin dekat dan menggila. Mereka terus berjalan, melalui ruangan
demi ruangan, merunduk di belakang stalagmit saat mendengar para
dwarf di dekat mereka, kemudian merayap terus.
Jared berkenti pada gua tempat kolam-kolam tempat ikan-ikan putih
buta berenang. Bebatuan kecil berdiri di atas titik tertinggi tiap
stalagmit, dan suara tetesan air bergema ke seluruh ruangan,
bersama suara ketukan yang aneh. "Di mana kita?"
"Aku tidak yakin," kata Simon. "Aku pasti ingat ikan-ikan itu, tapi
tidak. Kurasa kita tidak lewat sini saat dibawa masuk."
"Di mana kita?" gumam Mallory, berdiri dengan limbung.
"Kita tak bisa kembali," kata Jared gugup. "Kita karus terus."
Makhluk kecil dan pucat melompat dari bayangan gelap. Makhluk itu
memiliki mata yang besar bersinar dalam keremangan. Di dakinya,
dua kumis panjang bergetar.
"Ap-apa itu?" bisik Simon.
Makhluk itu mengetuk dinding dengan jarinya yang panjang berbukubuku, kemudian menekan telinganya yang besar pada batu. Jared
melihat kuku-kuku makhluk itu retak-retak dan patak-patah.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Batu-batu. Batu-batu bicara. Mereka bicara pada-ku." Suara


makhluk itu pelan seperti bisikan, dan Jared karus berusaha keras
untuk mendengar setiap katanya. Makhluk itu mengetuk lagi.
Suaranya seperti kode Morse yang aneh.
"Hei," kata Jared. "Mm, kau tahu jalan keluar dari sini?"
"Shhhhh." Makhluk itu menutup matanya dan menganggukkan
kepalanya menjawab sesuatu yang tak bisa didengar Jared.
Kemudian dia melompat pada pelukan Jared, merangkul leher anak
itu dengan sebelah tangannya yang kuat. Jared terdorong mundur.
"Ya! Ya! Batu-batu bilang merangkak lewat sini." Makhluk itu
menunjuk ke kegelapan, melewati kolam ikan-ikan putih.
"Mm, bagus. Trims." Jared berusaha melepaskan makhluk itu.
Akhirnya dia melepaskan diri, merangkak ke dinding, dan mulai
mengetuk lagi.
"Apa itu?" bisik Simon kepada Jared. "Dwarf aneh?"
"Nodder atau banger, kurasa," jawab Jared balas berbisik. "Mereka
tinggal dalam tambang-tambang dan memperingatkan para
penambang saat tambang runtuh dan sejenis-nya.
Simon mengerutkan daki. "Mereka semua gila, ya? Dia bahkan lebih
parah daripada phooka."
"Untukmu, Jared Grace." Makhluk itu menekankan batu halus yang
dingin ke tangan Jared. "Batu ini ingin pergi bersamamu."
"Eh, trims," kata Jared. "Kami harus pergi sekarang." Dia bergerak
ke tempat gelap yang ditunjukkan makhluk-nodder-banger tadi. Saat
mendekat, Jared merasa bisa melihat retakan.
"Tunggu. Bagaimana kau bisa tahu nama Jared?" tanya Mallory,
bergerak perlakan di belakang adik-adiknya.
Jared berpaling, tiba-tiba bingung. "Yeah, bagaimana kau tahu
namaku?" tanyanya.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Makhluk itu kembali mengetuk-ngetuk dinding, serangkaian ketukan


yang tidak sama. "Batu-batu memberitahuku. Batu-batu tahu segalanya."
"Begitu, ya?" Jared melanjutkan. Makhluk itu ternyata menunjukkan
kepada mereka retakan pada dinding gua. Mereka tidak melihatnya
sebelumnya. Lubang itu sangat rendah dan gelap. Jared bertumpu
pada tangan dan kakinya lalu mulai merangkak. Lantai gua terasa
lembap, dan kadang-kadang dia merasa bisa mendengar sesuatu
merayap atau bergemeresik tepat di depannya. Simon dan Mallory
mengikuti di belakangnya. Sekali atau dua kali dia mendengar salak
satu dari mereka tersentak, tapi dia tidak memelankan gerakannya.
Jared masih bisa mendengar gonggongan anjing bergema dalam guagua.
Mereka keluar pada gua tempat pokon besi.
"Kurasa jalannya ke sana," kata Jared, menunjuk salak satu lorong.
Mereka lari menyusuri lorong itu sampai tiba di retakan panjang di
lantai, lebarnya hampir setinggi tubuh Jared. Dia menatap
kegelapan. Retakan itu sangat gelap dan tak terduga dalamnya.
"Kita harus melompat!" kata Simon. "Ayo!"
"Apa?" kata Mallory.
Suara gonggongan terdengar dekat di belakang mereka. Jared
melihat kilatan mata merak dalam kegelapan. Simon mundur,
kemudian melompat, mendarat dengan keras.
"Kau harus!" kata Jared, dan memegang tangan kakaknya. Mereka
melompat bersama. Mallory terjatuh saat kakinya tersandung batu
di sisi seberang, tapi dia mendarat dengan aman di lantai gua.
Mereka berlari, berharap anjing-anjing tidak bisa melompat sejauh
mereka.
Tapi jalan ini memutar, dan mereka kembali berada di lorong utama,
cabang-cabang besar tergantung di atas mereka, burung-burung
metal berkicau.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Kita ke mana?" keluh Mallory sambil bersandar pada pedang.


"Aku tidak taku," kata Jared, terengah-engah. "Aku tidak tahu! Aku
tidak tahu!"
"Kurasa mungkin ke sana," usul Simon.
"Kita sudak melalui jalan itu, dan berakhir di sini!" Suara gonggongan
anjing sangat dekat sehingga Jared berpikir hewan-hewan itu akan
segera masuk ruangan ini.
"Bagaimana kau bisa tidak tahu kita karus ke mana?" tanya Mallory.
"Kau tidak ingat bagaimana kau masuk ke sini?"
"Aku juga sedang berusaha mengingat nih! Keadaannya gelap, dan
kami dalam kandang!
Kau ingin aku berbuat apa?" Jared menendang dasar pokon seolak
mempertegas maksudnya.
Daun-daun bergetar, berbenturan seperti ribuan lonceng. Suaranya
memekakkan telinga. Salak satu burung tembaga jatuh ke tanah,
sayapnya masib berkepak dan paniknya membuka-menutup tanpa
suara.
"Oh, sial," kata Mallory.
Anjing-anjing metal lari masuk ruangan dari beberapa koridor, tubuh
langsing mereka yang berbuku-buku tanpa susak payak berlari
menjalani jarak antara pintu masuk dan ketiga saudara itu. Mata
batu garnet mereka berbinar.
"Panjat!" teriak Jared, mengaitkan kakinya pada cabang terbawah
dan meraih tangan kakaknya. Simon merayap pada batang besi yang
kasar itu. Mallory mengangkat tubuhnya dengan linglung.
"Ayo, Mallory!" kata Simon memohon.
Mallory menaikkan kakinya pada sebuah cabang tepat saat seekor
anjing menyerang. Giginya menggigit ujung gaun putih Mallory dan
menyobeknya. Anjing-anjing lain berkumpul di sekitarnya, menyobeknyobek kain itu.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jared melempar batu yang dipegangnya sedari tadi. Batu itu


terbang di atas kepala seekor anjing dan bergukr tak berguna di
dinding gua.
Salak satu anjing mengejar batu itu. Pertama-tama Jared berpikir
mungkin batu itu batu ajaib. Kemudian dia melihat anjing itu
membawanya kembali dalam gigitannya, dengan ekor besi bergetar
seperti cambuk.
"Simon," kata Jared. "Kurasa anjing itu mengajak main."
Simon menatap anjing itu sejenak kemudian mulai menuruni pokon.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Mallory. "Anjing mekanik bukan
binatang peliharaan!"
"Jangan khawatir," balas Simon.
Simon melompat ke tanah, dan tiba-tiba anjing-anjing itu berkenti
menggonggong, menciuminya seolah berusaha memutuskan akan
menggigit atau tidak. Simon berdiri sangat tenang. Saat
memerhatikan saudaranya, Jared tak bisa bernapas.
"Anak baik," kata Simon menenangkan, suaranya hanya bergetar
sedikit. "Mau main lempar-tangkap? Mau main?" Dia mengulurkan
tangan dan dengan hati-hati mengambil batu itu dari antara gigi si
anjing metal.
Semua anjing melompat serentak, menggonggong gembira. Simon
mendongak menatap kedua saudaranya dan tersenyum.
"Kalian pasti bercanda," kata Mallory.
Simon melempar batu itu, dan kelima anjing mengejarnya. Salak
satunya berhasil menangkapnya dan berjalan kembali dengan bangga,
yang lain mengikutinya dengan penuh semangat. Simon membungkuk
untuk mengelus kepala metal mereka. Lidah-lidah perak mereka
keluar dari mulut mereka.
Simon melempar batu itu tiga kali lagi sebelum Jared memanggilnya.
"Kita harus pergi," katanya. "Para dwarf akan menemukan kita kalau
kita menunggu lebih lama lagi."

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Simon tampak kecewa. "Oke," teriaknya pada mereka. Kemudian dia


mengambil batu itu dan melemparnya sejauh dia bisa ke ruang lain.
Anjing-anjing mengejarnya. "Ayo!"
Jared dan Mallory melompat turun. Mereka bertiga lari ke retakan
di dinding dan menyelipkan tubuh ke dalamnya, merangkak cepatcepat dengan tangan dan kaki mereka. Jared meninggalkan ranselnya
di belakang mereka, untuk merintangi jalan. Dia sudah bisa
mendengar anjing-anjing itu mendengking dan mengais-ngais kain
ranselnya.
Mereka meraba-raba dalam gelap, tapi pasti ada cabang pada
terowongan itu yang tidak mereka sadari sebelumnya, karena kali ini
ada cahaya lembut yang hangat di ujung koridor.
Mereka mendapati diri mereka berdiri di atas tambang pada rumput
yang lembap karena embun. Fajar membuat ufuk timur memerah.
Bab Tujuh
KETIKA Ada Pengkhianatan Tak Terduga
MALLORY menatap penampilannya sendiri dengan jijik. "Aku benci
gaun ini. Apa yang terjadi? Kenapa aku bangun dalam kotak kaca?"
Jared menggeleng. "Kami tidak taku pasti-kurasa para dwarf
menculikmu entak bagaimana. Kau tidak ingat apa-apa?"
"Aku sedang membereskan barang-barangku selesai pertandingan."
Mallory mengangkat babu. "Ada anak yang bilang kau terkbat
masalah."
"Shhh," kata Simon, menunjuk ke arak tambang. "Tiarap."
Mereka berlutut di rumput dan mengintip ke tambang. Sekelompok
goblin keluar dari gua-gua. mereka menyebar dan berguling,
memamerkan gigi mereka dan menggonggong sebelum berputarputar dan mencium-cium udara. Di belakang mereka ada monster

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

raksasa dengan ranting-ranting mati sebagai rambutnya. Dia


mengenakan pakaian compang-camping yang sudah sangat tua, dan
tanduk melingkar besar tumbuk pada alisnya.
Dari ambang gua sang Korting dan para dwarf pengikutnya muncul.
Di belakang mereka lebih banyak goblin, yang menarik kereta penuh
senjata berkilat. Seorang tawanan tertatih-tatih di depan kelompok
terakhir itu. Tawanan itu seukuran manusia dewasa, karung menutupi
kepalanya, pergelangan tangan dan kakinya diikat kain kotor.
Ada sesuatu yang familier pada tawanan itu. Para goblin mendorongdorong si tawanan ke dalam tambang, menusuk-nusuknya dengan
tongkat tajam, jauh dari tempat si monster berdiri.
"Siapa itu?" bisik Mallory, menyipitkan mata.
"Aku tak bisa melibatnya," kata Jared. "Mengapa mereka butuh
tawanan?"
Sang Korting berdeham gugup saat kerumunan itu menjadi kening.
"Lord Mulgaratk yang bebat, kami berterima kasih atas kehormatan
boleh mengabdi padamu."
Mulgarath berhenti. Kepala bertanduk
si raksasa berputar menatap semua makhluk itu, kemudian dia
kembali memandang para dwarf sambil menyeringai.
Jared menelan ludah. Mulgarath. Kata itu tak pernah berarti
baginya sebelumnya, tapi sekarang dia takut. Meskipun tahu monster
itu tak bisa melibatnya, dia merasakan mata hitam itu menatap ke
tepi tambang dan ingin merunduk lebih rendah lagi.
"Ini semua senjata yang kuminta?" suara Mulgarath yang berdering
bergema di seluruh tambang. Dia menunjuk kereta.
"Ya, tentu saja," kata si penguasa dwarf. "Untuk menunjukkan
kesetiaan kami, dedikasi kami pada regim Anda yang baru. Anda
takkan menemukan pisau yang lebih bagus lagi, tidak ada hasil seni
yang lebih baik lagi. Aku berani mempertaruhkan hidupku demi itu!"

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

"Benarkah?" tanya si raksasa. Dia mengeluarkan Panduan Lapangan


palsu Jared dari kantong besar. "Dan ini-apakah kau juga berani
mempertaruhkan nyawamu bahwa buku inilah yang kuminta untuk
kauambil?"
Si penguasa dwarf ragu-ragu. "Aku... aku melakukan tepat yang Anda
suruk..."
Si raksasa mengangkat buku lusuk itu sambil tertawa. Jared sadar
tawanya sama seperti tawa Bukan-Jared di lorong sekolah.
Jared terkesiap dan Mallory menyikunya dengan keras.
"Kau tertipu, Penguasa Dwarf. Tidak apa. Aku punya Panduan
Lapangan Arthur Spiderwick," kata Mulgaratk. "Hal terakhir yang
kubutuhkan untuk memulai pemerintakanku."
Sang dwarf membungkuk dalam-dalam. "Anda memang kebat," kata
Korting. "Majikan yang pantas."
"Aku mungkin majikan yang pantas, tapi aku tidak yakin kakan
pelayan yang pantas." Dia mengangkat tangannya, dan para goblin
berhenti bertengkar sendiri dan mencakar-cakar tanah. "Bunuh
mereka!"
Semua terjadi begitu cepat sehingga Jared tak dapat mengikutinya.
Para goblin seperti maju sebagai satu kesatuan, beberapa berhenti
untuk mengambil senjata buatan para dwarf, kebanyakan menyerang
kanya dengan cakar dan gigi mereka. Para dwarf ragu-ragu,
berteriak, dan saat panik dan kebingungan itu sudah cukup bagi pada
goblin untuk menyerang mereka.
Para goblin menggigit, mencakar, dan menusuk sampai tidak ada satu
dwarf pun yang tetap berdiri.
Jared merasa mual dan mati rasa. Dia tak pernah melihat apa pun
dibunuh sebelumnya. Menatap ke bawah, dia merasa bisa muntah.
"Kita harus menghentikan mereka."
"Tidak mungkin kita bisa melakukan itu sendiri. Likat mereka
semua," kata Mallory.

Koleksi ebook inzomnia

http://inzomnia.wapka.mobi

Jared melirik pedang yang masih dipegang Mallory, bilaknya yang


indah berkilau di bawab sinar matahari, pedang itu takkan cukup
untuk melawan mereka semua.
"Kita harus memberitahu Mom apa yang terjadi," kata Simon.
"Dia takkan percaya!" kata Jared. Dia menghapus air mata dengan
lengan bajunya dan berusaha tidak melihat ke bawah pada tubuhtubuh rusak di tambang. "Bagaimana kalau dia tidak memercayai
kita?"
"Kita harus mencoba," kata Mallory.
Jadi bersama teriakan para dwarf yang masih bergema di telinga
mereka, ketiga anak keluarga Grace mulai berjalan pulang.
-ENDBaca Lanjutannya di Buku 5
Spiderwick Chronicles:
Amarah Mulgarath
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Anda mungkin juga menyukai