Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KUANTITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU

PARASETAMOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI


UV-SINAR TAMAPAK
I.

Tujuan Percobaan
Melakukan analisis kualitatif bahan baku parasetamol dengan metode
spektrofotometri UV-sinar tamapak
Melakukan analisis kuanitatif bahan baku parasetamol dengan metode
spektrofotometri UV-sinar tamapak
Menyimpulkan mutu bahan baku parasetamol dengan spektrum UVsinar tampak dan hasil penetapan kadar

II.

Prinsip Percobaan
Prinsip kerja spektrofotomeri UV- sinar tamapak adalah interaksi yang

terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dan sumber sinar dengan
materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan
elektron tereksitasi dari ground stete ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi
lebih tinggi.
III.

Teori Dasar
Analisis farmasi mengacu pada analisis kimia molekulobat atau zat aktif obat

dan metabolitnya. Ini terdiri dari penilaian kualitas dan kuantitas obat dan zat
kimia murni yang digunakan dalam sediaan farmasi.
(Audu dkk, 2012)
Salah satu cara analisis kualitatif dan kuantitatif adalah dengan menggunakan
instrumen. Dan instrumen yang paling sering digunakan adalah spektrofotometri
uv-sinar tampak. Spektrofotometri uv-sinar tampak adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
(Basset, 1994)
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube.
(Underwood, 2001)
Spektrofotometri Ultraviolet dan tampak memiliki panjang gelombang

jauh lebih pendek dari pada panjang gelombang radiasi inframerah. Spektrum
sinar tampak terentang dari 400 nm (ungu) samapai 750 nm (merah), sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100 dampai 400 nm.
(fessenden, 1986)
Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak. Panjang
gelombang warna yang diserap warna komplementer (underwood, 1999) :
- 400-435 nm ungu (lembayung) hijau kekuningan
- 450-480 nm biru kuning
- 480-490 nm biru kehijauan orange
- 490-500 nm hijau kebiruan merah
- 500-560 nm hijau merah anggur
- 560-580 nm hijau kekuningan ungu (lembayung)
- 580-595 nm kuning biru
- 595-610 nm orange biru kekuningan
610-750 nm merah hijau kebiruan
Spektra uv-sinar tampak dapat digunakan untuk informasi kualitatif sekaligus
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra uv-sinar tampak secara
tersendiri tidak dapat digunakan untuk analisis kualitatif obat atau metabolitnya.
Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah,
resonansi magnet inti dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk
maksud identifikasi kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari
spektroskopi uv-sinar tampak adalah panjang gelombang maksimal, intensitas,
efek pH, dan pelarut, data-data tersebut dapat dibandingkan dengan data yang
sudah dipublikasikan. Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan
berubah atau tidak karena perubaahan pH. Jika berubah,bagaimana perubahannya
apakah dari batokromik ke hiposkromik, dan sebagainnya. Obat-obat yang netral
misalnya kafein, kloramfenikol, atau obat-obat yang berisi aukuskrom yang tidak
terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan penisilidin.
(Gandjar dan Rohman, 2007)
Sedangkan dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dekenakan dengan
cuplikan (larutan atau sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan, diukur
besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan
intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada
spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding
dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan
dapat terjadi bila foton/ radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang

sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan


tenaga. Kekuatan radiasi juga

mengalami penurunan dengan adanya

penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini
sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan. Hukum Lamber-Beer
menyatakan bahwaiintensitas yang diteruskan oleh larutan oleh larutan penerap
berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
(Gandjar dan Rohman, 2007)
Spektrofotometer UV-Vis
Merupakan gabungan antara spektrofotometer UV dan Visible. Pada
spektrofotometer Uv-Vis menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda yaitu
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Spektrofotometer UV-Vis adalah
salah satu dari sekian banyak instrument yang biasa digunakan dalam menganalisa
suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya
dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal
preparasi sampel apabila dibandingkan dngan beberapa metode analisa.
(Herliani, 2008)

Prinsip Kerja Spektrofotometri :


Berdasarkan Hukum Lambert-beer. Hukum Lambert Beer menyatakan
hubungan linier antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding
terbalik dengan transmitan. Hukum Lambert Beer akan terpenuhi apabila :
Sumber cahaya monokromator sel sampel detector read out
(pembaca).
Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).

Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu
larutan.
Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
Penyerapan tidak mengahasilkan pemancaran sinar pendaflour.
Konsentrasi rendah
Fungsi masing-masing bagian :
Sumber

sinar

polikromatis

berfungsi

sebagai

sumber

sinar

polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.


Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monokromatis.
Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakkan sampel,
Detektor berfungsi menagkap cahay yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik.
Read out merupakan suatu sistem baca yang mengakap besarnya isyarat
listrik yang berasal dari detector.
(Herliani, 2008)

Parasetamol

Parasetamol dikenal dengan nama lain asetaminofren merupakan turunan


paraaminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkian atau mengurngi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Penggunaan
parasetamol mempunati beberapa keuntungan dibandingkan dengan derivat asam
salisilat yaitu tidak ada efek iritasi lambung, gangguan pernafasan, gangguan
keseimbangan asam basa. Namun penggunaan dosis tinggi dalam waktu lama

dapat menimbulkan efek samping methemoglobin dan hepatotoksik (Siswandono


& Soekardjo, 1995).
Menurut Farmakope Amerika (USP), sebuah tablet parasetamol seharusnya
mengandung tidak kurang dari 90% (450 mg) dan tidak lebih dari 110% (550 mg)
parasetamol. Presentase kandungan dari analisis sampel menggunakan KCKT
memiliki rentang

51,04-103,84%, sedangkan menggunakan UV, rentangnya

50,19%-109,2%, yang mengindikasikan tidak ada sampel yang mengandung


kurang dari 50% zat aktifnya (Audu dkk, 2012).
IV.

Data Fisik dan Kimia

1. Parasetamol (Asetaminofen)

BM : 151,16
Pemerian :

serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit

Kelarutan :

larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N, mudah
larut dalam etanol

Khasiat :

Analgetikum dan antipiretikum


(Dirjen POM. 1995: 649)

2. Metanol
Pemerian :

cairan tidak berwarna, jernih, bau khas

Kelarutan :

dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak


berwarna
(Dirjen POM. 1979 : 706)

3. Aquadest
BM : 18,02
Pemerian : Cairan jenih, tidak berwarna, tidak berbau; tidak mempunyai rasa
(Dirjen POM. 1979 : 96)
4. HCl
BM : 36,46

Pemerian :

Cairan tidak berwarna, berasap bau merangsang. Jika diencerkan


dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang
(Dirjen POM. 1979 : 53)

V.

Pereaksi dan Peralatan


Peralatan
Spektrofotometer Shimadzu UVMini 1240
Gelas ukur
Pipet volum
Erlenmeyer
Pipet tetes
Labu takar 100 mL
Labu takar 10 mL
Timbangan

Pereaksi
Baku Pembanding Parasetamol
Bahan Baku Parasetamol
Metanol
Aquadest
HCl 0.1N dalam Metanol

VI. Prosedur Percobaan


Analisis Kualitatif
Larutan Standar
50 mg baku pembanding parasetamol ditimbang dan dimasukkan kedalam
labu takar 100 mL. Dilarutkan dengan HCl 0,1N dalam methanol (1 dalam 100).
Dikocok hingga homogen. Dipipet 1 ml larutan tersebut kedalam labu takar 10 ml.
Diencerkan dengan HCL 0,1N dalam methanol ( 1 dalam 100 ). Dipipet 1 ml
larutan tersebut kemudian diencerkan lagi hingga 10 ml dalam labu takar 10 ml.
Pegenceran dilakukan duplo.
Larutan Uji
50 mg baku pembanding parasetamol ditimbang dan dimasukkan kedalam
labu takar 100 ml. Dilarutkan dengan HCl 0,1N dalam methanol (1 dalam 100).
Larutan dikocok larutan hingga homogen. Kemudian larutan tersebut dipipet 1 ml
dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml. Diencerkan dengan HCl 0,1N dalam

methanol (1 dalam 100). larutan tersebut dipipet lagi 1 ml lalu diencerkan hingga
10 ml. Pegenceran dilakukan duplo.
Kemudian larutan uji dan larutan standar di masukan ke dalam spektrum
UV untuk menentukan panjang gelombangnya. Spektrum UV larutan standar dan
larutan uji harus menunjukkan panjang gelombang yang memberikan absorbansi
maksimum dengan nilai yang sama.
Analisis Kuantitatif
Larutan Standar
30 mg baku pembanding parasetamol ditimbang, lalu dimassukkan ke
dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 10 ml methanol ke dalam labu takar.
Diencerkan dengan air destilasi hingga tanda batas. larutan dikocok hingga
homogen. Kemudian masing-masing larutan stok baku pembanding dipipet 1, 1.5,
2, 2.5, 2, 3.5, dan 4 ml lalu diencerkan dengan aquadest hingga tanda batas.
Sehingga diperoleh satu seri larutan standar dengan konsentrasi masing-masing 3,
4.5, 6, 7.5, 9, 10.5, 12 ppm.
Larutan Uji
75 mg bahan baku parasetamol yang akan ditentukan kadarnya ditimbang,
lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Ditambahkan 10 ml methanol
kemudian diencerkan dengan air destilasi hingga tanda batas. Larutan dikocok
hingga homogen. Lalu dipipet 1 ml dan diencerkan hingga 100 ml.
Cara Kurva Kalibrasi
Pada panjang gelombang absorban maksimum diukur absorbansi setiap
larutan pembanding dan larutan sampel. Kemudian dihitung kadar larutan sampel
dengan dihitung pula faktor pengencerannya.
Cara One Point
Diambil absorban salah satu larutan pembanding yang digunakan untuk
menghitung kadar larutan sampel dengan metode one point.

Cu=

Au
x Cs
As

Keterangan :
Cu = Konsentrasi Larutan Uji
Cs = Konsentrasi Larutan Standar
Au = Absorbansi Larutan Uji
As = Absorbansi Larutan Standar
VII.

Hasil Pengamatan dan Perhitungan


Analisis Kualitatif
Larutan
Larutan uji
Larutan uji 2
Larutan standar

Absorbansi
0,333
0,370
0,617

Panjang gelombang
248 nm
245 nm

Analisis Kuantitatif
1.1

One Method
Au = Absorbansi larutan uji
As = Absorbansi larutan standar
Cu = Konsentrasi larutan uji
Cs = Konsentrasi larutan standar
Cu=

1.

2.

3.

Au
Cs
As

Cu=

Au
x Cs
As

Cu=

0,333
x 3 ppm=35,678 ppm
0,028

Cu=

Au
x Cs
As

Cu=

0,333
x 4,5 ppm=12,487 ppm
0,120

Cu=

Au
x Cs
As

4.

5.

6.

7.

Cu=

0,333
x 6 ppm=15,022 ppm
0,133

Cu=

Au
x Cs
As

Cu=

0,333
x 7,5 ppm=11,78 ppm
0,212

Cu=

Au
x Cs
As

Cu=

0,333
x 9 ppm=7,345 ppm
0,408

Cu=

Au
x Cs
As

Cu=

0,333
x 10,5 ppm=6,535 ppm
0,535

Cu=

Au
x Cs
As

Cu=

0,333
x 12 ppm=6,561 ppm
0,609

Baku parasetamol yang di timbang : 75 mg/100 mL


75 mg = 100 mL
X
= 1000 mL
75 100
=
x 1000
100 x
X
Kadar :
1.

= 75000
= 750 mg/1000 mL
= 750 ppm
35,678
x 100 =4,75
750

2.

12,487
x 100 =1,664
750

3.

15,02
x 100 =2
750

4.

11,78
x 100 =1,57
750

5.

7,345
x 100 =0,97
750

6.

6,535
x 100 =0,871
750

7.

6,561
x 100 =0,874
750

kadar=

Au
100
As

kadar=

0,333
100
0,212
= 174.52 %

1.2

Cara Kurva Kalibrasi


Konsentrasi
3 ppm
4,5 ppm
6 ppm
7,5 ppm
9 ppm
10,5 ppm

Absorbansi
0,028 nm
0,120 nm
0,133 nm
0,212 nm
0,408 nm
0,535 nm

12 ppm

0,609 nm

Diketahui :
a

= - 0,214

= 0,067

= 0,9529

= a + bx

= merupakan konsentrasi larutan uji yaitu 0,333

= 0,067 x 0,214

0,333

= 0,067 x 0,214

0,067 x = 0,547
X

= 8,164 mg/1000 mL

Faktor pengenceran :
X

volume pengenceran 100


=
=100
volume yang diambil
1

= 8,164 100=816,4 ppm (mg/L)


100
816,4=81,64
1000

% kadar =

mg/100mL

81,64
=108.8
175

Grafik Perbandingan Absorbansi Terhadap Konsentrasi Parasetamol


0.7
0.6

f(x) = 0.07x - 0.21


R = 0.95

0.5
0.4
Absorbansi 0.3
0.2
0.1
0
2

10

12

14

Konsentrasi (ppm)

1.3 Absorbansi Larutan Uji Parasetamol

VIII.
Pembahasan
Analisis Kualitatif
Pada percobaan ini dilakukan analisis kualitatif bahan baku parasetamol
dengan menggunakan spektrofotometri uv-visible. Prinsip kerja spektrofotometer UVVis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar
dengan materi yang berupa molekul. besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan
elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi.
Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik,
tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan dan
non bonding elektron .Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu
bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).

Cara kerja alat spektrofotometer UV-Vis yaitu sinar dari sumber radiasi
diteruskan menuju monokromator. Cahaya dari monokromator diarahkan terpisah
melalui sampel dengan sebuah cermin berotasi. Detektor menerima cahaya dari
sampel secara bergantian secara berulang-ulang, Sinyal listrik dari detektor
diproses, diubah ke digital dan dilihat hasilnya, selanjutnya perhitungan dilakukan
dengan komputer yang sudah terprogram.
Parasetamol dianalisis kadaarnya dengan menggunakan spektrofotometer
karena secara struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor
dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi
pada daerah ultraviolet. Parasetamol mempunyai spektrum ultraviolet dalam
suasana asam pada panjang gelombang 245 nm.
Gugus kromofor dan auksokrom yang terdapat pada paracetamol :

Gugus auksokrom mengandung pasangan elektron bebas yang disebabkan


oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam gugus auksokrom ini
adalah substituen seperti OH, -NH2, -NHR dan NR2. Gugus ini akan
memperlebar sistem kromofor dan menggeser maksimum absorpsi kearah panjang
gelombang yang lebih panjang (Roth dan Blaschke, 1985). Gugus auksokrom
tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800 nm, namun mempengaruhi
spektrum kromofor dimana auksokrom tersebut terikat (Wiryawan dkk., 2008).
Pemilihan spektrofotometer ultraviolet adalah karena spektrofotometer merupakan
instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya
tinggi. Selain itu, senyawa parasetamol yang akan dianalisis memiliki kromofor
pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakan
senyawa aromatic karena memiliki gugus aromatic sehingga memenuhi syarat
senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri.
Larutan blanko yang digunakan adalah hcl 0.1 dalam metanol. Digunakan
blanko hcl 0.1 dalam metanol karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan
sampel dan memberikan suasana asam.

Setelah dilakukan pengukuran, spectrum uv larutan standard an larutan uji


menunjukkan panjang gelombang maksimum yang sama yaitu 240 nm.
Analisis Kuantitatif
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentuka kadar parasetamol dalam
suatu larutan dengan metode spektrotometer. Prinsipnya adalah pengukuran
parasetamol pada panjang gelombang maksimum yaitu 240 nm, dimana rentang
yang digunakan yaitu 200 nm 300 nm, larutan sampel yang mengandung
parasetamol diakukan pengenceran.
Penentuan parasetamol dibagi menjadi beberapa tahap. Tahapannya antara
lain pembuatan larutan standar, pengenceran larutan standar, pembuatan larutan
uji, pengenceran larutan uji dan pengukuran dengan spektrofotometer UV.
Larutan Standar
Penambahan methanol pada pembuatan larutan standar berfungsi untuk
melarutkan parasetamol karena kelarutan parasetamol adalah larut dalam 70
bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam
40 bagian gliserin P, dan dalam 19 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan
alkali hidroksida. Sehingga untuk meningkatkan kelarutan parasetamol dilakukan
penambahan methanol. Setelah pembuatan larutan standar, dilakukan proses
pengenceran dengan berbagai konsentrasi yaitu 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4 ml ke
dalam labu takar 100 ml dan masing-masing diencerkan dengan menggunakan
aquadest sampai tanda batas. Dilakukan proses pengenceran untuk memperkecil
konsentrasi parasetamol sehingga dapat teranalisis nilai absorbansi pada saat
pengukuran menggunakan spektrofotometer.
Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer
UV. Pengukuran pertama dilakukan terhadap blanko. Blanko adalah larutan yang
mendapatkan perlakuan sama dengan analit tetapi tidak mengandung komponen
analit. Blanko dibuat untuk mengetahui besarnya serapan yang disebabkan oleh
zat yang bukan analit, baik hanya pelarut untuk melarutkan atau mengencerkan
ataupun pelarut dan pereaksi tertentu yang ditambahkan. Blanko yang digunakan
adalah campuran methanol dengan aquadest. Pengukuran absorbansi larutan
standar dilakukan secara duplo untuk menghasilkan panjang gelombang

maksimum. Tiap konsentrasi larutan standar yaitu 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4 ml di


masukan kedalam kuvet secara berurutan untuk diukur nilai absorbansinya. Nilai
rata-rata absorbansi yang dihasilkan yaitu 0.055, 0.106, 0.158, 0.216, 0.264,
0.336, 0.51.
Larutan Uji
Penambahan methanol dan aquadest pada proses pembuatan larutan uji
berfungsi untuk melarutkan parasetamol dikarena kelarutan parasetamol di dalam
farmakope yaitu parasetamol dapat larut dalam 70 bagian air, dan dalam 7 bagian
etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserin P, dan dalam
19 bagian propilenglikol P, larut dalam larutan alkali hidroksida. Maka untuk
meningkatkan kelarutan parasetamol dilakukan penambahan methanol dan
aquadest. Kemudian dikocok hingga homogen, agar keterlarutan lebih sempurna.
Setelah selesai membuat larutan uji, dilakukan proses pengenceran yaitu dengan
cara dipipet 1 ml larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100
ml dan diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas. Dilakukan
proses pengenceran ini bertujuan untuk memperkecil konsentrasi parasetamol agar
dapat

teranalisis

nilai

absorbansi

pada

saat

pengukuran

menggunakan

spektrofotometer.
Kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV. Pengukuran
pertama dilakukan terhadap blanko dan larutan standar. Pengukuran absorbansi
larutan uji dilakukan secara duplo untuk menghasilkan panjang gelombang
maksimum. Larutan uji di masukan kedalam kuvet kemudian diukur dan akan
terlihat nilai absorbansinya. Nilai rata-rata absorbansi yang dihasilkan yaitu 0,333
nm.
Cara Kurva Kalibrasi dan One Point
Dalam penetapan kadar bahan baku parasetamol, dapat menggunakan 2 cara
yaitu cara kurva kalibrasi dan cara one point. Dengan menggunakan cara kurva
kalibrasi konsentrasi dari yang terkecil 3, 4.5, 6, 7.5, 9, 10.5, 12 ppm didapat
absorbansi 0.028, 0.120, 0.133, 0.212, 0.408, 0.535, 0.609 ppm. Sedangkan
dengan cara one point konsentrasi yang diinginkan adalah dalam bentuk mg,

sehingga hasil yang diperoleh yaitu 35,675; 12,485; 15,022; 11,78; 7,345 ; 6,535;
6,561mg dengan konsentrasi 3, 4.5, 6, 7.5, 9, 10.5, 12 ppm. Pada metode kurva
kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban nilainya semakin naik, semakin
tinggi konsentrasi maka absorbansinya semakin tinggi juga karena bertambah juga
volumenya sehingga larutan standar parasetamol semakin pekat. Nilai absorbansi
yang didapat pada percobaan ini kurang dari 0.2 atau tidak lebih dari 0.8, karena
berdasarkan literatur range absorbansi yang baik itu berkiar antara 0.2-0.8.
Diantara kedua metode tersebut seharusnya

tidak berbeda jauh kadar yang

dihasilkan, tetapi hasil dengan metode one point nilainya semakin turun dari
35,675 sampai 6,561 sedangkan konsentrasi pada metode kurva kalibrasi semakin
naik dari 3-12.setelah dibandingkan dengan konsentrasi parasetamol yang
sebenarnya maka dapat diketahui bahwa hasil dari analisa tersebut memiliki nilai
akurasi yang rendah karena nilai konsentrasinya tidak mendekati nilai sebenarnya.
Dengan menggunakan cara kurva kalibrasi diperoleh data berupa grafik,
berdasarkan grafik, konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi.
Semakin besar konsentrasinya maka semakin besar pula nilai absorbansinya, dan
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan Hukum Lambert-Beer dimana nilai absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi, sedangkan nilai konsentrasi berbanding
terbalik dengan nilai transmittan. Berdasarkan grafik korelasi antara konsentrasi
dengan absorbansi diperoleh persamaan regresi y=0.067x-0.214 dengan R 2=
0.9529 dengan besar R2 tersebut berarti hubungan korelasi antara konsentrasi dan
absorbansi kurang baik, sebagaimana terlihat dari garis grafik absorbansi terhadap
konsentrasi yang tidak linear terhadap garis trend. Berdasarkan regresi linier yang
diperoleh dari kurva kalibrasi maka diperoleh kadar aspirin sebesar 108.8%.
Dengan demikian kadar bahan baku parasetamol yang diperoleh tersebut tidak
memenuhi syarat sebagaimana yang tertera dalam Farmakope yaitu tidak kurang
dari 98% dan tidak lebih dari 101%.
IX.

Kesimpulan
Pada uji kualitatif dengan menggunakan spektrum UV, panjang
gelombang larutan standar (baku pembanding parasetamol) yang
dipeoleh adalah 245 nm sedangkan panjang gelombang larutan uji

parasetamol yang diperoleh adalah 248 nm. Panjang gelombang yang


dihasilkan merupakan panjang gelombang maksimum.
Pada uji kuantitatif dengan menggunakan metode kurva kalibrasi
diperoleh kadar parasetamol sebesar 108.8%. Sedangkan dengan
menggunakan one point kadar yang dihasilkan sebesar 157.07%
Dapat disimpulkan bahwa mutu bahan baku parasetamol adalah kurang
baik sebagaimana tertera dalam Farmakope, dimana ketentuan kadar
parasetamol dalam tidak boleh kurang dari 98,0% dan tidak boleh lebih
dari 101,0%.

Daftar Pustaka
Audu, Sani Ali, dkk..2012. Analysis Of Different Brands Of Paracetamol 500 mg
Tablets Used in Maiduguri Using Ultra VioletSpectrophotometric and High
Performance

Liquid

Chromatographic(HPLC)

Method.

Nigeria:

International Research Journal Of Pharmacy,Vol. 3/Maiduguri.


Basset, J. dkk.1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Day.J. Y. dan Underwood. A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Day.J. Y. dan Underwood. A. L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Dirjen Pom.1995.Farmakope Indonesia .Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.
Erlangga.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Herliani, An an. 2008. Spektrofotomentri. Pengendalian Mutu AgroindustriProgram D4-PJJ.
Roth, H., G. Blasshe.1995. Farmasi Analysis, terjemahan S. Kisman dan S.
Ibrahim. Cetakan II. Yogyakarta : Gajah Mada Univ. Press.
Siswandono, Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University.
Surabaya : Press.
Wiryawan, Sudjadi dan Abdul Rohman . 2008. Analisis Kuantitatif Obat..
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai