Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT TETANUS

1.

PENGERTIAN

Tetanus adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh racun
(eksotoksin) dari bakteri yang disebut dengan clostridium tetani yang ditandai
dengan terjadinya kekakuan umum dan kejang-kejang otot.
Pada orang dewasa, laki-laki lebih sering dari pada wanita, yaitu 2,5:1,
kebayakan pada usia produktif.
Angka kejadian tetanus tinggi di negara-negara berkembang, terutama
disebabkan kontaminasi tali pusat, infeksi telinga kronik, luka tusuk pada anak usia
sekolah, sirkumsisi pada laki-laki, kehamilan dengan keguguran.
Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi, akan tetapi angka kejadiannya masih
tetap tinggi dengan angka kematian yang tinggi pula. Di negara maju, kasus
tetanus jarang ditemui. Karena penyakit ini terkait erat dengan masalah sanitasi
dan kebersihan selama proses kelahiran. Kasus tetanus memang banyak dijumpai di
sejumlah negara tropis dan negara yang masih memiliki kondisi kesehatan rendah
Clostridium tetani termasuk kuman yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan
membentuk spora. Spora ini mampu bertahan hidup terhadap lingkungan panas,
antiseptik, dan jaringan tubuh, sampai berbulan-bulan. Kuman yang berbentuk
batang ini sering terdapat dalam kotoran hewan dan manusia, dan bisa menyebar
lewat debu atau tanah yang kotor, dan mengenai luka (5). Clostridium tetani
merupakan kuman gram positif, menghasilkan eksotoksin yang neurotoksik, dapat
larut dan O2 labil
Tempat masuk kuman ke dalam tubuh dapat diduga melalui:
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar.
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.
3. infeksi telinga, caries gigi.
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril (1).
Terjadinnya kejang karena racun yang menyebar ke pusat saraf, lalu
menyebar ke otot.

2.

GEJALA KLINIS

Masa tunas (inkubasi) sekitar 2-56 hari, 80-90% dari penderita timbul gejala
dalam 14 hari. Kuman dapat tinggal dalam waktu yang lama dan kemudian tumbuh
menjadi bentuk yang bisa memproduksi toksin bila suasana memungkinkan.
Sebagai tanda-tanda permulaan timbul kejang otot sekitar luka, gelisah, lemah,
cemas, mudah tersinggung dan sakit kepala. Kemudian diikuti nyeri dan kaku
rahang, perut dan punggung yang mengeras dan kesukaran untuk menelan.
Gambaran yang spesifik adalah kekakuan dan kejang otot. Kekakuan mengenai 3
otot utama yaitu: masseter (otot mengunyah), otot-otot perut dan otot-otot
punggung. Penderita selalu sadar penuh. Gejala-gejala sistemik dapat timbul,
seperti panas, bila timbul berakibat jelek.
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu :
-Tahap awal
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan
gejala awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa
penderita juga mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita
selama infeksi tetanus masih berlangsung.
-Tahap kedua
Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus).
Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai
gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan ini
bisa menjalar ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat
menyeringai (Risus Sardonisus), karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan
tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke
belakang. (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka.
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan
sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami
tekanan di daerah dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi
yang terkatub erat, dan gerakan dari langit-langit mulut menjadi terbatas.
-Tahap ketiga
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang
refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot. Kejang
otot ini bisa terjadi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya
rangsangan dari luar. Misalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya.
Pada awalnya, kejang ini hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama akan
berlangsung lebih lama dan dengan frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat
menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah
tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Pernafasan pun juga
dapat terhenti karena kejang otot ini, sehingga beresiko kematian. Hal ini

disebabkan karena sumbatan saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas,


sehingga refleks batuk tidak memadai, dan penderita tidak dapat menelan (5).

3.

KOMPLIKASI

Pada keadaan berat timbul komplikasi seperti:


Respirasi: henti napas pada saat kejang-kejang , air liur yang dapat
menimbulkan sumbatan pada saluran
paha

Tulang/otot:fraktur atau kompresi tulang belakang, robekan otot perut dan

Hiperpireksi/ demam tinggi

4.

DIAGNOSIS BANDING

Keadaan dibawah ini dapat disingkirkan dengan pemeriksaan yang hati-hati


terhadap kemungkinan :
- meningitis (infeksi otak)
- subarachnoid hemorage (perdarahan dalam otak)
- temporalmandibular arthralgia (nyeri rahang)
- histeri
- epilepsi (ayan)
- rabies

5.

PENGOBATAN

Perawatan luka : Pada luka yang dicurigai harus dibersihkan bila tertusuk paku, atau
ada luka belum sembuh yang terkontamina oleh kuman tersebut..
Pengobatan dengan Human anti tetanus gamma-glubumin dan antitetanus
serum, ATS. Antibiotika : Kuman tetanus pada umumnya sensitif terhadap penisilin.

6.

PENCEGAHAN

1.
Perawatan luka harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien
termasuk adanya jaringan mati dan nanah.
2.

Pemberian ATS profilaksis.

3.

Imunisasi aktif.

4.
Khusus untuk mencegah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan
pada waktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan
cara perawatan tali pusat.
5.
Pendidikan atau penjelasan kepada orang tua mengenai kebersihan individu
dan lingkungan serta cara pemeriksaan dan perawatan di RS dan perlunya
pemeriksaan lanjutan
I. Imunisasi aktif
a. Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6
minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun
b. Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan dengan imunisasi TT pada ibu hamil,
wanita usia subur, minimal 5 x suntikan toksoid. (untuk mencapai tingkat TT
lifelong-card).
II. Pencegahan pada luka

Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang


Luka ringan dan bersih

- Imunisasi lengkap : tidak perlu ATS atau tetanus imunoglobulin


- Imunisasi tidak lengkap : imunisasi aktif DPT/DT.
Luka sedang/berat dan kotor

Anda mungkin juga menyukai