Anda di halaman 1dari 11

ASCARIASIS

1. Definisi
Askariasis adalah suatu infeksi pada usus kecil yang
disebabkan oleh Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides
merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus
halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan
gangguan keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus,
mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan
peristaltik dan penyerapan makanan.
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu
tersebar di seluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah
beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat
infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih
banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5-10 tahun sebagai host
(penjamu).

Cacing Ascaris Lumbicoides dewasa.


2. Epidemiologi
Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia.
Infeksi terjadi dengan frekuensi terbesar di daerah tropis dan
subtropis, dan di setiap daerah dengan sanitasi yang tidak
memadai. Ascariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia

yang paling umum. Sampai dengan 10% dari penduduk negara


berkembang terinfeksi cacing dengan persentase besar disebabkan
oleh Ascaris. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris menyebabkan
sekitar 60.000 kematian per tahun, terutama pada anak.
3. Etiologi dan Patofisiologi
Seseorang dapat terinfeksi penyakit ascariasis setelah secara tidak sengaja
atau tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas menjadi larva di dalam
usus seseorang. Larva menembus dinding usus dan mencapai paru-paru melalui
aliran darah. Larva tersebut akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam
usus, larva berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa yang dapat
tumbuh lebih panjang mencapai 30 cm, dapat bertelur yang kemudian masuk ke
dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran manusia atau hewan yang mengandung
telur, maka siklus tersebut dimulai lagi. Telur berkembang di tanah dan menjadi
infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap infektif selama beberapa bulan
atau tahun.

Siklus Hidup Ascaris


4. Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Gejala awal ascariasis, selama migrasi paru awal, termasuk
batuk, dyspnea, mengi, dan nyeri dada. Nyeri perut, distensi, kolik,

mual, anoreksia, dan diare intermiten mungkin manifestasi dari


obstruksi usus parsial atau lengkap oleh cacing dewasa.
Mengi dan takipnea dapat terjadi selama migrasi paru.
Urtikaria dan demam mungkin juga terjadi terlambat dalam tahap
migrasi. Distensi abdomen tidak spesifik tetapi adalah umum pada
anak dengan ascariasis. Nyeri perut, terutama di kuadran kanan
atas, hypogastrium, atau kuadran kanan bawah, mungkin
mengindikasikan komplikasi ascariasis. Bukti untuk kekurangan
gizi karena ascariasis paling kuat untuk vitamin A dan C, serta
protein,

seperti

ditunjukkan

oleh

penelitian

albumin

dan

pertumbuhan pada anak yang diamati secara prospektif. Beberapa


penelitian belum mengkonfirmasi keterlambatan perkembangan
gizi atau karena ascariasis.
Kelainan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi akibat
pengaruh migrasi larva dan adanya cacing dewasa. Pada umumnya orang yang
kena infeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi dengan jumlah cacing yang cukup
besar (hyperinfeksi) terutama pada anak-anak akan menimbulkan kekurangan gizi,
selain itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan tubuh yang menimbulkan
reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang disertai dengan
tanda alergi seperti urtikaria, odema di wajah, konjungtivitis dan iritasi
pernapasan bagian atas.
Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti
obstruksi usus, perforasi ulkus di usus. Oleh karena adanya migrasi cacing ke
organ-organ misalnya ke lambung, oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat
menyumbat pernapasan penderita. Ada kalanya ascariasis menimbulkan
manifestasi berat dan gawat dalam beberapa keadaan sebagai berikut:
1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang menyumbat
rongga usus dan menyebabkan gejala abdomen akut.
2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam apendiks,
saluran empedu (duktus choledocus) dan ductus pankreatikus.

Bila cacing masuk ke dalam saluran empedu, terjadi kolik yang berat
disusul kolangitis supuratif dan abses multiple. Untuk menegakkan diagnosis pasti
harus ditemukan cacing dewasa dalam tinja atau muntahan penderita dan telur
cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai dalam tinja atau didalam cairan
empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.
5. Contoh Kasus
I. Identitas Penderita
Nama

: An.I

Umur

: 2 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Aceh Timur

Suku

: Aceh

Agama

: Islam

II. Identitas Keluarga


a. Ayah
Nama : Tn. Y
Umur : 39 tahun
b. Ibu
Nama : Ny. I
Umur : 34 tahun
III. ANAMNESA
a. Keluhan Utama

: Benjolan pada perut

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan benjolan pada perut sejak 7
hari SMRS. Benjolan dirasakan pada perut sebelah kiri dan terasa
padat. Sebelumnya pada 5 hari SMRS, BAB pasien berwarna
kecoklatan dan lembek. ketika BAB pasien merasa kesakitan.
Setelah BAB, nyeri berkurang tetapi masih teraba benjolan pada

perut. Kemudian 4 hari selanjutnya ibu pasien juga mengaku


bahwa pasien sudah tidak BAB yang disertai nyeri sehingga anak
rewel. Benjolan pun masih teraba di perut sebelah kiri. Perut juga
dirasakan membesar sejak 2 minggu SMRS. Awalnya perut sedikit
kembung dan semakin lama dirasakan semakin membesar. Pasien
juga mengeluhkan demam sejak 10 hari SMRS. Demam dirasakan
naik turun dan pernah mencapai normal. Demam berkurang dengan
obat penurun panas. Mual (+), Muntah (-). Pasien kurang mau
minum dan nafsu makan juga berkurang.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pernah keluar cacing dari mulut pasien sebesar tauge pada

umur 4 bulan
2 bulan yang lalu dari BAB pasien juga keluar cacing sebesar
selang infus sebanyak 1 ekor

d. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang


mengalami seperti ini
e. Riwayat Penggunaan Obat: Pasien belum pernah berobat
sebelumnya.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ibu pasien dalam keadaan sehat selama hamil. Pasien lahir
spontan dengan kehamilan cukup bulan, dan persalinan ditolong
Bidan. Bayi lahir segera menangis, bernafas spontan dengan berat
lahir 3100 gr.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Heart rate

: 115 x / menit

Respiratory rate

: 25 x / menit

Temperatur

: 37.7 C

BBS

: 8 kg

PB

: 76 cm

Status gizi
BB/U

: 8/12,5 x 100% = 64%

TB/U

: 76/86 x 100% = 88%

BB/TB

: 8/10,5 x 100% = 76%

Kesan

: gizi kurang

o Status Generalis
Kulit
Warna

: Sawo matang

Turgor

: Kembali cepat

Ikterus

: (-)

Wajah

: simetris

Rambut

: hitam

Mata

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera

Kepala

ikterik (-/-), pupil isokor, Rch (+/+)


Telinga

: DBN

Hidung

: Sekret (-/-)

Mulut

: Pucat (-), Sianosis (-)

Inspeksi

: Simetris

Palpasi

: Pembesaran KGB (-)

Leher

Thorax
Thorax anterior

Inspeksi

Kanan
Kiri
Simetris, Retraksi (-), bentuk Simetris, Retraksi (-), bentuk
dada

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

normal,

pernafasan dada

normal,

pernafasan

thorakoabdominal
thorakoabdominal
Fremitus (N)
Fremitus (N)
Sonor
Sonor
Vesikuler (N), Ronkhi (+), Vesikuler (N), Ronkhi
Wheezing (-)

(-),

Wheezing (-)

Thorax posterior
Kanan
Kiri
Simetris, Retraksi (-)
Simetris, Retraksi (-)
Fremitus (N)
Fremitus (N)
Sonor
Sonor
Vesikuler (N), Ronkhi (-), Vesikuler (N), Ronkhi
Wheezing (-)

(-),

Wheezing (-)

Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

: Batas - batas jantung


Atas

: ICS III

Kiri

: ICR IV 1 jari lateral linea midclavicula


sinistra

Kanan : Linea parasternalis dekstra


Auskultasi

: S1-S2, tunggal, reguler

Abdomen
Inspeksi

: Simetris, distensi (+)

Auskultasi

: Peristaltik menurun

Palpasi

: Soepel, Nyeri Tekan (-)

Perkusi
Genetalia

: Tympani usus (+)


: Perempuan, tidak ada kelainan

Anus

: Tidak ada kelainan

Ekstremitas

Superior

Ekstremitas

Inferior
Kanan

Kiri

Sianosis
Kekuatan
Reflek

5
N

5
N

5
N

5
N

fisiologis
Reflek

Patologis

V. ASSESMENT
Ascariasis + Gizi Kurang
6. Penatalaksanaan
Edukasi kesehatan memberikan pesan berikut akan mengurangi jumlah
orang yang terinfeksi penyakit askariasis:
-

menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi


kotoran manusia;

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengambil makanan;

mencuci, mengupas atau memasak semua sayuran mentah dan buahbuahan;

melindungi makanan dari tanah dan mencuci atau memanaskan


makanan apapun yang jatuh di lantai.

Ketersediaan air yang digunakan untuk personal hygiene serta tempat


pembuangan kotoran yang sehat juga akan mengurangi jumlah kasus. Dimana
limbah digunakan untuk irigasi kolam stabilisasi sampah dan beberapa teknologi
lainnya yang efektif dalam penurunan transmisi akibat makanan tumbuh di tanah
yang terkontaminasi.
Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah:
1. Mebendazol.

Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang
baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat
umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi
migrasi ektopik.
2. Pirantel Pamoat.
Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk
menyembuhkan kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan
dan obat ini biasanya dapat diterima (welltolerated). Obat ini mempunyai
keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat
berspektrum luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai
cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.
3. Levamisol Hidroklorida.
Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang
menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis
tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat
badan <10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan
mebendazol.
4. Garam Piperazin.
Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk
Enterobius vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat
diberikan dalam dosis tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750
mg piperazin). Reaksi sampingan lebih sering daripada pirantel pamoat dan
mebendazol. Ada kalanya dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan
tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo.
5. Albendazole
Albendazole mempunyai aktivitas anthelmintik yang besar. Selain bekerja
terhadap cacing dewasa, Albendazole telah terbukti mempunya aktivitas larvisidal
dan ovisidal obat ini secara selektip bekerja menghambat pengambilan glukosa
oleh usus cacing dan jaringan dimana larva bertempat tinggal. Akibatnya terjadi
pengosongan cadangan glikogen dalam tubuh parasit yang mana menyebabkan

berkurangnya pembentukan adenosine triphosphate (ATP). ATP ini penting untuk


reproduksi dan mempertahankan hidupnya, dan kemudian parasit akan mati.7
Spektrum aktivitasnya sangat luas yaitu meliputi Nematoda, Cestoda dan
infeksi Echinococcus pada manusia.Jadi, albendaroze aktif terhadap Ascaris
lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata dan solium
strongloides stercoralis, Hymenolepis nana dan diminuta serta Echinococcus
granulosus.
Albendazole merupakan obat yang aman, hanya sedikit jarang, ditemukan
efek samping berupa mulut kering, perasaan tak enak di epigastrium, mual, lemah
dan diare. S.C.Jagota (1986) meneliti efikasi Albendazole terhadap soil
transmitted helminthiasis dengan dosis 400 mg dosis tunggal dan tinja diperiksa
ulang pada minggu ketiga setelah pemberian obat pada penelitian ini diperoleh
angka kesembuhan 92.2% untuk Ancylostoma duodenale; 90 5% untuk Trichuris
trichiura dan 95.3% untuk Ascaris lumbricoides.
7. Pencegahan
Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat
mempunyai arti dalam penanggulangan infeksi cacing ini. Suatu pengalaman oleh
E. Kosin pada tahun 1973, yang mana telah dilakukan suatu penelitian kontrol
ascariasis di suatu desa di daerah Belawan, Sumatera Utara,yang mana diketahui
prevalensi cacinggelang pada anak 85%> setelah pengobatan massal, angka
infeksi menurun drastis menjadi 10%. Akan tetapi 3 bulan kemudian, saat anakanak tersebut diperiksa kembali, diperoleh hasil yang sangat mengejutkan yaitu
angka infeksi naik menjadi 100%. Setelah dilakukan penelitian, ternyata cacing
yang berhasil dikeluarkan dengan pengobatan tadi tersebar di sembarang tempat
dan terjadi pencemaran tanah dengan telur cacing dam ini merupakan sumber
infeksi.

8. Prognosis

Prognosis sangat baik untuk pengobatan ascariasis tanpa gejala. Dalam


beberapa kasus, pengobatan kedua mungkin perlu untuk sepenuhnya menghapus
cacing. Hal ini telah dibuktikan secara signifikan mengurangi jumlah komplikasi.
Perhatian di negara-negara endemik adalah infeksi ulang yang akan terjadi.
Prognosis baik untuk pasien dengan obstruksi usus parsial yang tidak
memiliki toksisitas dan yang nonseptic, asalkan pasien diperlakukan secara awal
dengan manajemen konservatif.

Anda mungkin juga menyukai