Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempun.
Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahunnya, walaupun data
pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007),angka kejadian di Indonesia
belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologic, tapi dari data
temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6 - 69,5 % pada kelompok infertilitas.
Bila presentase tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang, maka negeri ini
akan ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada wanita usia produktif.
Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai penyakit yang seringkali ditandai
dengan nyeri hebat saat haid ini (Widhi, 2007).
Penyakit endometriosis muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian
endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi
pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak sel
endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul,
sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada
saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan infertile (mandul). Tetapi ada
juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan bahkan ada yang
melaporkan terjadi pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu
juga 10% endometriosis ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat
endometriosis di keluarganya. Kemajuan penyembuhan penyakit sangat lambat,
bahkan cenderung stabil/tidak mengalami kemajuan dalam upaya penyembuhan. Pada
remaja beranjak dewasa, endometriosis yang dialami adalah endometriosis sekunder,
namun rasa nyeri yang ditimbulkan jauh lebih hebat dibanding endometriosis primer
yang dialami oleh wanita dewasa.
Penyebab endometriosis tidak diketahui, akan tetapi diduga terkait dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur, coelomic metaplasia, dan abnormalitas sistem
imun.
Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, beberapa faktor yang terkait dengan
terjadinya endometriosis adalah siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi yang
terlalu lama, abnormalitas saluran genital, kadar estrogen terlalu tinggi, dan
tertimbunnya lemak perifer. Namun ada pula endometriosis yang disebabkan karena
kelainan genetik.
Atas dasar itulah, kami menyadari pentinganya kulitas perawatan dan
pelayanan bagi klien yang menderita endometriosis. Oleh karena itu, kami ingin
mengulas lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan
endometriosis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.2.10
1.2.11
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada endometriosis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi endometrium
2. Untuk mengetahui definisi endometriosis
3. Untuk mengetahui etiologi endometriosis
4. Untuk mengetahui stadium endometriosis
5. Untuk mengetahui patofisiologi endometriosis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis endometriosis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik endometriosis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari endometriosis
9. Untuk mengetahui komplikasi dari endometriosis
10. Untuk mengetahui prognosis dari endometriosis
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk endometriosis
1.4
Manfaat
Penulisan ini akan bermanfaat bagi mahasiswa yaitu:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Pada suatu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus luteum
akan berhenti memproduksi hormon progesteron dan berubah menjadi korpus albikan
yang menghasilkan sedikit hormon diikuti meluruhnya lapisan endometrium yang
telah menebal, karena hormon estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi.
Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.
Fase Endometrium
Korpus uteri dibagi atas tiga bagian yaitu endometrium, miometrium dan
terluar perimetrium. Endometrium merupakan bagian dari korpus kavum uteri dengan
miometrium. Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron, maka
endometrium dimatangkan dan kemudian akan terlepas secara teratur setiap bulannya
sebagai menstruasi. Perubahan kandungan salah satu hormon tersebut di dalam darah
akan memberikan perubahan pada endometrium. Dikatakan endometrium sangat
sensitif terhadap perubahan kadar estrogen ataupun progesteron.
Secara umum struktur histologik endometrium dibagi atas fase proliferatif
(permulaan, pertengahaan dan akhir), ovulasi yang kemudian langsung masuk ke fase
sekresi (permualaan, pertengahan dan akhir), dan diakhiri dengan fase menstruasi.
Jarak yang dipakai sebagai pegangan untuk penilaian ialah 28 hari antara dua
menstruasi. Begitu pelepasan endometrium berhenti pada akhir menstruasi dan
sebelum proliferasi terjadi proses regenerasi.
Penilaian fase endometrium didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kelenjar akan turun, sampai ke bagian bawah sel. Pada waktu ini sekresi dimulai,
sehingga lumen menjadi membesar.
Pada fase pertengahan, stroma mulai oedema lagi, mencapai kondisi
maksimum pada hari kedelapan. Sehari kemudian arteriol menjadi lebih nyata. Dari
fase proliferatif sampai sekresi akhir, pembuluh darah tumbuh 3 kali lebih besarnya
dan 5 kali panjangnya. Dengan lebih nyata arteriol, maka sel stroma disekelilingnya
berubah menjadi lebih besar. Pada hari keseuluh sel tersebut menjadi sel pseudo
desidua, diantaranya mulai terlihat sebukan sel radang. Pseudo desidua bertambah
banyak ditemukan pada hari berikutnya. Sedang kelenjar mulai kolaps. Kondisi ini
berlanjut sampai menstruasi terjadi pada hari ke 14 setelah menstruasi.
Struktur histologik fase-fase di atas kadang-kadang tidak seluruhnya
ditemukan dalam seluruh endometrium. Pada keadaan ini maka penentuan hari dari
fase endometrium diambil berdasarkan struktur kelenjar yang paling lanjut atau
matang.
2.2 Definisi Endometriosis
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang menyerupai
endometrium ditemukan di luar cavum uteri, terutama di rongga panggul. (Bagian
obstetric & Ginekologi FK UNPAD, 2010). Endometriosis adalah suatu keadaan
dimana jaringan mirip dengan dinding rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain
dalam tubuh (Smeltzer, 2001). Endometriosis juga dapat berupa suatu kedaan dimna
jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan diluar
miometrium (Prawirohardjo, 2008).
Endometriosis adalah suatu masalah yang relative biasa selama masa
reproduktif dicirikan oleh adanya dan proliferasi jaringan endometrium pada berbagai
tempat di luar kavum endometrium. Meskipun ovarium, ligamentum sakrouterina,
septum rektovaginal, dan peritoneum pelvis lebih sering terkene, endometriosis dapat
juga mempengaruhi traktus intestinalis (kolon rektosigmoid) dan traktus urinarius.
Meskipun paling sering dijumpai selama masa reproduktif lanjut, endometriosis dapat
menyebabkan gejala-gejala akut pada pasien umur belasan tahun.
Endometrium ektopik dengan komposisi epitel dan elemen stroma yang sama
seperti endometrium normal, mengadakan respon terhadap estrogen dan rangsangan
progesterone
dengan
perubahan-perubahan
siklus-proliferasi,
nekrosis,
dan
perdarahan seperti haid yang periodic. Destruksi oleh ekstensi local, jaringan
endometrium ektopik dapat mengalami distorsi, kekakuan, obstruksi dan bahkan
devitalisasi organ-organ yang berdekatan. Kejadian reaksi fibrotic terhadap
perdarahan siklik yang rekurens dapat menyebabkan adhesi dan pembentukan
jaringan parut.
2.3 Etiologi
Tidak ada teori tunggal yang dapat menerangkan histogenesis seluruh kasus
endometriosis. Faktor-faktor etiologi yang mungkin meliputi haid yang retrograde,
invasi langsung, penempatan yang traumatic, metaplasia mesotel, penyebaran
limfatik, penyebaran hematogen, atau kombinasi pengaruh-pengaruh tersebut (Taber,
1994).
Ada 4 teori:
1. Regurgitasi transtubal (Sampson).
Pada waktu haid, darah dan bagian endometrium masuk ke cavum peritonei
melalui tuba, lalu tumbuh. Bisa terjadi pada keadaan uterus yang retrofleksi, stenosis
cervical atau kelainan congenital.
Anomaly obstruksi uterus yang memungkinkan curahan haid retrograde dapat
merupakan predisposisi berkembangnya endometriosis pada usia remaja. (Bagian
obstetric & Ginekologi FK UNPAD,2010).
2. Celomic metaplasia doctrine
Secara embriologis, epitel germinal dan peritoneum pelvis berasal dari epitel
coelom. Oleh karena suatu perubahan yang abnormal (metaplasia) jaringan-jaringan
tersebut berubah menjadi jaringan yang menyerupai endometrium.
3. Disseminasi limfatik
Jaringan endometrium masuk ke dalam sistim limfatik dari uterus pada waktu
haid,kemudian menyebar ke daerah panggul.
4. Hematogen.
Untuk keadaan endometriosis yang tidak dapat diterangkan dengan teori-teori
tersebut diatas misalnya predisposisi genetic yaitu wanita dengan riwayat keluarga
menderita endometriosis lebih mungkin terkena penyakit ini (Bagian obstetric &
Ginekologi FK UNPAD, 2010 ).
Tempat-tempat endometriosis:
1. Ovarium
2. Ligament-ligamen uterus
3. Septum rektovaginalis
4. Peritoneum pelvis
5. Umbilicus
6. Luka laparotomi
7. Kantung hernia
8. Appendix
9. Vagina
10. Vulva
11. Cervix
12. Kelenjar lympha
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk
kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
2.4 Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi
dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi
tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang
menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih.
Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada
hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak.
Untuk memahami masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi.
Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya
pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang
akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang
disebut tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak
dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus.
Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi.
Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28
sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan
bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan
ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIOSIS
2
dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar
rahim.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi
baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang
terlahir dengan sel-sel yang salah letak, dan dapat tumbuh menjadi endometrial
implant kelak. Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk memahami
endometriosis ini dengan baik sehingga dapat menentukan cara yang tepat untuk
mengobatinya. Dalam kasus endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh
di luar rahim dan menjadi imigran gelap di rongga perut seperti sudah disebutkan
tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang
berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut
endometrial implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus
menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya
yang berada di tanah air. Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan
diri dari rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak
punya jalan ke luar. Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala
endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin
parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung
pada letak dan banyaknya endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun
demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun dapat menyebabkan kita
kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf (Utamadi, Gunadi, 2004). Setiap
bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk satu
lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai
persediaan menerima telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada,
dinding ini akan runtuh dan dibuang sebagai haid. Endometriosis yang ada di luar
rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap
bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar
dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini
akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan
menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan
ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIOSIS
2
membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik
Mohd Nasri Ismail, 2005).
2.5 Stadium endometriosis
Stadium endometriosis menurut revisi klasifikasi dari American Fertility
Society (R-AFS). Total R-AFS nilai (implan dan perlekatan) berurutan dari 1-5
minimal (stadium I), 6-15 ringan (stadium II), 16-40 sedang (stadium III), dan 41-150
berat (stadium IV) endometriosis. Skema klasifikasi berdasarkan beratnya penyakit
endometriosis menurut American Fertility Society (2007).
2.6 WOC
Etiologi : Regurgitasi
trastubal, celomic
metaplasia
doctrin,diseminasi
limfatik, dan hematogen
Kadar estrogen
& progesterone
Jika terjadi
pembuahan
Endometriosis
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
terganggu
Perdarahan di
pelvic
dysmenorhoe
PK : berduka
Penggumpalan
darah di pelvic
Kurang pengetahuan
tentang penyakit
Adhesi /perlekatan
Di dinding dan permukaan pelvic
MK :
Nyeri
Nyeri abdomen,saat
BAB &BAK,saat
berhubungan seks
MK : Perubahan
polaENDOMETRIOSIS
seksual
ASUHAN KEPERAWATAN
MK : Harga
diri rendah
MK : Ansietas
(khususnya
dalam
kaitannya
sengan menstruasi)
perut
kembung
(sehubungan dengan menstruasi), pedarahan berat atau tidak teratur dan kelelahan
(Wood,2008). Namun perlu ditekankan disini bahwa rasa sakit pada saat menstruasi
atau dysmenorrheal tidak selalu berhubungan dengan gejala endometiosis. Kadar
hormone prostaglandin yang tinggi akan cenderung menyebabkan terjadinya
dysmenorhea (Wood, 2008).
Menurut American Fertility Society (2007), gejala endometriosis berupa:
1. Nyeri haid
Banyak wanita mengalami nyeri pada saat haid normal. Bila nyeri
dirasakan berat maka disebut dysmenorrhea dan mungkin menjadi penyebab
endometriosis atau tipe lain dalam patologi pelvik seperti uteri fibroid atau
adenomiosis. Nyeri berat juga dapat menyebabkan mual-mual, muntah, dan diare.
Dysmenorrhea primer terjadi pada saat awal terjadinya menstruasi, kemudian
cenderung meningkat selama masa reproduktif atau setelah masa reproduktif.
Dysmenorrhea sekunder terjadi setelah kehidupan selanjutnya dan mungkin akan
terus meningkat dengan umur. Ini mungkin menjadi sebuah tanda peringatan dari
endometriosis, walaupun beberapa wanita dengan endometriosis tidak merasa
nyeri. Dysmenorrhea sering terjadi, bila disertai endometriosis di ligament
sacrouterinum, rasa sakit menjalar ke rectum dan daerah sacral. ( Bagian obstetric
& Ginekologi FK UNPAD,2010 )
Dismenore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling karateristik.
Dismenore yang dimulai pada umur akhir dua puluhan atau awal tiga puluhan
cenderung meningkat dalam hal beratnya. ( Taber,1994 )
2 Nyeri saat berhubungan
dari
kasus
a.
b.
c.
d.
Hipermenorea
Menoragia
Spotting sebelum menstruasi
Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b. Darah pada feces
c. Diare, konstipasi dan kolik
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, adalah:
a. Uji serum
1) CA-125 : Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
2) Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang
mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
3) Antibodi endometrial : Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b. Teknik pencitraan
1) Ultrasound
Dapat
membantu
dalam
mengidentifikasi
endometrioma
dengan
sensitifitas 11%
2) MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
3) Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
4) Foto roentgen.
Abdomen dengan barium enema atu urogram ekskretori atau keduanya
dapat memperlihatkan massa pelvis, organ-organ yang berpindah tempat
atau mebesar, adhesi atau fibrosis.
5) Kuldosentesis
Dapat menyingkap perdarahan, intraabdominal yang berhubungan dengan
rupture spontan kista endometrium.
2) Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
Periksa suhu tubuh, nadi dan tekanan darah.
b. Pemeriksaan abdomen
Rasa sakit abdomen yang menyeluruh yang disertai nyeri lepas member kesan
rupture itraperotoneal. Distensi abdomen dapat memberi kesan endometriosis
intestinal atau adhesi yang menyebabkan obstruksi usus.
c. Pemeriksaan pelvis
Seringkali uterus difiksasi dalam retroversi dan sangat sensitive terhadap
gerakan akibat adhesi pelvis. Ovarium yang mengandung endometrioma
membesar (6-12 cm), nyeri, jarang dapat digeraklkan, dan sering beradhesi
kuat dengan uterus. Nodulus-nodulus seperti kubah 9 blue-domed nodules dan
lunak dapat dilihat atau dipalpasi pada ferniks posterior.
Adanya rangkaian seperti manic-manik, nodularitas, rasa sakit, dan indurasi
sepanjang ligamentum sakrouterina atau dalam septum rektovaginal
merupakan kelainan yang karakteristik dari endometriosis. Keadaan ini paling
baik dievaluasi dengan pemeriksaan rektovaginal.
3) Tes laboratorium
Dilakukan positive pregnancy test kemudian pemeriksaan darah lengkap dengan
apusan darah bisanya normal kecuali ada perdarahan intraperitoneal. Uranalysis
dapat memperlihatkan hematuria pada saat haid dalam kasus endometriosos
traktus urinarius.
b.9 Penatalaksanaan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi
hormonal, pembedahan dan radiasi.
1. Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang
pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan
sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan
profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya
infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan
yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
Efek samping
KB Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
kombinasi
estrogen-
progestin
Progestin
Danazole
vaginitis atrofika.
Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati,
Agonis
GnRH
4. Pembedahan
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yakni:
a. Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.
b. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.Ongkos perawatan lebih
murah.
Laparatomi diindikasikan untuk :
1. Rupture endometrioma
2. Perdarahan intraperitoneal yang aktif
3. Obstruksi usus atau ureter
4. Kista ovarium yang berdiameter 6-8 cm atau lebih besar
5. Lesi-lesi yang bertambah secara progresif
6. Wanita-wanita yanmg menginginkan perbaikan fertilitas dalam usia subur.
7. Nyeri terus-menerus yang hebat.
Prosedur operasi konservatif:
Eksisi atau kauterasi lesi-lesi endometriotik, suspense uterus dengan atau tanpa
neurektomi presakral dapat dianjurkan pada pasien-pasien yang berkepentingan
dengan fertilitas mendatang.
1. Ooforektomi
Diperlukan bila ovarium dirusak seluruhnya oleh endometrioma.
2. Histerektomi
Dengan atau tanpa ooferoktomi dapat bersifat kuratif, tetapi hanya disarankan
untuk pasien dengan endometriosis yang luas atau rekurens yang tidak
menginginkan anak lagi (Taber, 1994).
Pada wanita muda dengan kista endometrial yang unilateral, hanya dilakukan
salpingo-oophorektomi unilateral, kalau perlu disertai presacral neuroktomi
untuk menghilangkan rasa sakit. Dengan cara ini, sering semua gejala hilang
dan dapat hamil 25-50 %. Kalau wanita sudah tua, tindakan operasi dapat
lebih radikal,baik berupa hysterektomi totalis atau dengan salpingo
oophorektomi bilateral. (Bagian obstetric & Ginekologi FK UNPAD, 2010).
3. Laparoskopi operasi
Prosedur umum yang minimal invasif sehingga, orang yang menjalani
prosedur akan berkurang mengalami rasa sakit dan jaringan parut setelah
operasi juga minimal, dan pemulihan lebih cepat.
dipertimbangkan
untuk,
meninggalkan
sebagian
dari
jaringan
ovarium yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul
gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan
timbulnya osteoporosis.
5. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini
tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
6. Radioterapi
Dilakukan pada penderita yang diagnosanya sudah jelas dan keadaan
umumnya kurang baik. Maksudnya ialah castrasi.
b.10
Komplikasi
Infertilitas dapat terkait dengan pembentukan parut dan distorsi anatomi karena
endometriosis, namun, endometriosis juga dapat mengganggu dengan cara yang lebih
halus: sitokin dan bahan kimia lain mungkin akan dirilis yang mengganggu
reproduksi. Komplikasi dari endometriosis termasuk usus dan obstruksi saluran
kemih akibat perlengketan pelvis. Juga, peritonitis dari perforasi usus dapat terjadi.
b.11 Prognosis
Endometriosis ditemukan dapat menghilang secara spontan pada 1/3 wanita yang
tidak ditatalaksana secara akti. Manajemen medis (supresi ovulasi) eekti untuk
mengurangi nyeri pelvis tapi tidak eekti untuk pengobatan endometriosis yang
berkaitan dengan inertilitas. Namun, tetap ada potensi untuk konsepsi. Kombinasi
estrogen progestin meredakan nyeri pelvis. Setelah 6 bulan terapi danazol, sebesar
90% pasien dengan endometiosis sedang mengalami penurunan nyei pelvis. Total
abdominal hysterectomy and bilateral salpingo-oophoretomy dilapokan eekti hingga
90% dalam meredakan nyei. Kehamilan masih mungkin begantung pada keparahan
penyakit.tanda dan gejala secara umum menurun dengan adanya onset menopause
dan selama kehamilan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
ENDOMETRIOSIS
3.1 KASUS
Ny.T berusia 28 tahun dan sudah menikah. Ny T mengeluh mengalami periode
menstruasi yang berat disertai nyeri abdomen kuadran kiri dan nyeri pelvis berat.
Nyeri yang dirasakan semakin bertahap dan memburuk. Nyeri saat awal menstruasi
dirasakan klien sejak berusia 18 tahun. Menstruasinya biasanya banyak dari hari
pertama sampai hari keempat dan menstruasi berlangsung hingga 8 hari, setiap hari
klien ganti pembalut lebih dari lima kali. Klien tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol. Ny T. Mengatakan merasa nyeri saat bersenggama
(dispareunia). Ia dan suaminya ingi memiliki anak, tetapi ia tidak pernah bisa
mengandung walau ia telah menikah selama tiga tahun. Ny. T mengatakan bahwa ia
merasa lemah dan lelah. Suatu diagnosis sementara endometriosis telah ditetapkan.
Dan tindakan laparoskopi untuk mengkonfirmasi diagnosis tersebut dijadwalkan.
3.2 Pengkajian
a. Identitas
Nama: Ny. T
Umur: 28 tahun
Jenis kelamin: P
Alamat: Surabaya
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
b. Keluhan Utama
Ny T mengeluh mengalami nyeri abdomen kuadran kiri dan nyeri pelvis berat dan
nyeri saat bersenggama.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan nyeri saat menstruasi dan bersenggama. Menstruasi biasanya
banyak dari hari pertama sampai hari keempat dan menstruasi berlangsung hingga
8 hari, setiap hari klien ganti pembalut lebih dari lima kali.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran : e. Riwayat penyakit lalu
Nyeri saat awal menstruasi dirasakan klien sejak berusia 18 tahun.
f. Head To Toe
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
1) Kepala:
Bentuk
Keluhan
2) Mata:
Kelopak mata
Gerakan mata
Konjungtiva
: Normal
Sklera
: Normal
Pupil
3) Hidung:
Reaksi alergi
Sinus
: Normal
: Membesar (
) ya
( ) tidak
: Normal
Colostrum
:-
6) Pernafasan
Jalan nafas
: Normal
Suara nafas
: Normal
: normal teratur
:-
:-
:-
: Normal
Vesika urinaria
: Oliguri
: Normal
Warna kulit
: Normal
Data
Etiologi
Endometriosis
dan LSH
Masalah Keperawatan
Nyeri
Menstruasi
memegangi
perut
bagian
kiri
bawahnya
kesakitan
DS:
Menstruasi
yang
dialami
Syok hipovolemik
ganti
Endometriosis
dengan suaminya.
DO: Skala nyeri 4
4.
pola
seksual
Endometriosis
Gangguan
Infertil
Rasional
Memodifikasi reaksi fisik dan psikis
terhadap nyeri.
Meningkatkan relaksasi, membantu untuk
distraksi, massage.
3. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon
skala 0-10.
menstruasi
Tujuan: Perdarahan tidak menyebabkan syok hipovolemik
Kriteria hasil:
a.
b.
c.
d.
Intervensi
1. Anjurkan pada klien untuk bedrest
2. Tinggikan kaki pasien (posisi shyok)
Rasional
1. Menghemat pengguaan oksigen dan energi
2. Agar aliran darah di daerah ekstremitas bisa
mengalir ke arah jantung
4. Kolaborasi:
shock
4. Kolaborasi:
a. Kolaborasi
dengan
dokter
untuk
c. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
yang
d. Awasi
pemeriksaan
laboratorium,
d. Pemeriksaan
membantu
laboratorium
menentukan
dapat
rencana
dan
periksa
hubungan
dengan
pasangan seksualnya
2. Berikan informasi terhadap berubahnya pola 2. Dengan memberikan informasi pasien dapat
memulihkan
kembali normal.
support system
Rasional
1. Klien dengan mudah mengungkapkan
masalahnya hanya kepada orang yang
dipercayainya.
dirinya.
penyelesaian.
merasa diterima.
5.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ada fase-fase endometrium yaitu Fase Proliferatif dan fase sekresi.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang menyerupai
endometrium ditemukan di luar cavum uteri, terutama di rongga panggul (Bagian
obstetric & Ginekologi FK UNPAD, 2010).
Tidak ada teori tunggal yang dapat menerangkan histogenesis seluruh
kasus endometriosis. Factor-faktor etiologi yang mungkin meliputi haid yang
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. & Hardibroto, I. 2007. Endometriosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 2nd vol 8th ed. Jakarta:
EGC
Doenges & Marilynn, E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Price & Sylvia A. 2005. Patofisiologi vol. 2. Jakarta: EGC