Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

PENDEKATAN MODELLING TERHADAP PENGETAHUAN,


KEMAMPUAN PRAKTEK DAN PERCAYA DIRI IBU DALAM
MENSTIMULASI TUMBUH KEMBANG
BAYI 0-6 BULAN DI KABUPATEN MAROS
The Effect Of Health Education With Modelling Approach On Mothers Knowledge,
Practice Ability And Maternal Confidence Of Infant Growth And Development.
Ariyanti Saleh1, Elly Nurachmah2, Suryani Asad3 , Veny Hadju4
1

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar;


2
Fakultas Ilmu Keperawatan, UI, Jakarta;
3
Fakultas Kedokteran, Unhas, Makassar;
4
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas, Makassar.
(Email: yantie_nersuh@yahoo.com)

ABSTRAK
Pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, dukungan keluarga dan kepercayaan diri ibu dalam
menjalankan perannya sebagai ibu (berdasar teori keperawatan Maternal Role
Attainment/MRA) dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi melalui pemberian
ASI eksklusif dan stimulasi. Kabupaten Maros memiliki tingkat pertumbuhan kesehatan
yang cukup rendah, khususnya yang terkait dengan kepedulian orang tua (ibu) terhadap
perawatan kesehatan dan tumbuh kembang bayi, hal ini dapat dilihat dari data
kunjungan bayi sebesar 65,8% dari 90% target yang ingin dicapai oleh pemerintah, dan
cakupan deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita sebesar 13,37% dari 70% target
yang ingin dicapai pemerintah (Dinkes Sulsel, 2008). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan kesehatan dengan pendekatan
modelling pada para ibu terhadap pengetahuan, sikap, kemampuan praktek dan
kepercayaan diri ibu. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperiment pre-post
control group design. Intervensi yang diberikan berupa pemberian pendidikan
kesehatan dengan pendekatan modelling tentang manajemen laktasi dan stimulasi
tumbuh kembang bayi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja PKM Barandasi
Kec. Lau dan PKM Hasanuddin Kec. Mandai Kab. Maros. Keseluruhan sampel
berjumlah 81 orang terdiri dari 41 orang kelompok perlakuan dan 40 orang kelompok
kontrol. Hasil uji wilcoxson membuktikan ada perbedaan yang bermakna pada
kelompok perlakuan dan kontrol, secara berurutan yaitu pengetahuan (p=0,00, p=0,01),
kemampuan praktek (p=0,00, p=0,006), kepercayaan diri (p=0,03, p=0,03). Uji mann
whitney antara kedua kelompok didapat data, pengetahuan p=0,950, kepercayaan diri
p=0,061 dan kemampuan praktek p=0,00. Pendidikan kesehatan dengan pendekatan
modelling yang dilakukan perawat efektif dalam meningkatkan pengetahuan,
kemampuan praktek, kepercayaan diri ibu dalam pemberian ASI dan menstimulasi
bayi, yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh tumbuh kembang bayi. Oleh
sebab itu, pemberdayaan perawat perkesmas perlu ditingkatkan dengan menjadikan
program perkesmas sebagai salah satu program wajib puskesmas.
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, modelling, ibu, kepercayaan diri.
ABSTRACT

Health education with modelling approach can increase knowledge, skill, ability, family
support and maternal confidence in doing maternal role (based on Maternal Role
Attainment nursing theory) and in optimizing infant growth and development through
exclusive breastfeeding and stimulation. Maros District has low health growth level,
especially related to mother awareness on infant care as well as infant growth
development. If can be seen from only 65.8 % infant visit of 90% the government
expectancy target, and 13.37% of 70% government expectancy target for early detection
of infant and children growth development (DOH of Sulsel, 2008). The aim of this
research was to identify the effectiveness of health education with modelling approach
on mothers knowledge, attitude , practice ability and maternal confidence of infant
growth and development (0-6 months). Quasi eksperimental pre-post with control
group design was used . The intervention given was health education with modelling
approach related to lactation management and infant growth development stimulation.
The study was done in Barandasi Kec. Lau and Hasanuddin Kec. Mandai Public Health
Centre area, Maros District. The sample were 81 respondents consist of 41 people for
the treatment group and 40 people for the control group. Wilcoxon test shown that there
was a significant difference between treatment and control group, accordingly,
knowledge (p=0,00, p=0,01),
practice ability(p=0,00, p=0,006) and maternal
confidence (p=0,03, p=0,03). From mann whitney test, between two group, it was found
that knowledge p=0,950, maternal confidence p=0,061 and practice ability p=0,00.
Health education with modelling approach conducting by nurse was effective in
increasing knowledge, practice ability, maternal confidence breastfeeding and baby
stimulation, which was in turn can optimize baby growth and development. That is why,
community health nurses role should be increase by making community health nursing
program as one of primary public health centre program.
Keywords: Health education, modelling approach, mother, maternal confidence.

PENDAHULUAN
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah pada usia dibawah lima tahun (balita).
Menurut Minick (1991), Soetjiningsih (1995) dan Depkes (2007), masa balita
merupakan masa kritis dari tumbuh kembang, karena merupakan hal mendasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan tumbuh kembang selanjutnya. Oleh sebab itu,
tumbuh kembang pada masa balita harus optimal. Tumbuh kembang sebenarnya
mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan
satu dengan lainnya.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini juga
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor genetik yang merupakan
potensi dasarnya dan faktor lingkungan yang diterimanya. Faktor lingkungan inilah
yang menentukan apakah potensi yang sudah ada akan berkembang secara optimal.
Faktor lingkungan dapat dimulai sejak dalam kandungan, pada saat persalinan dan
setelah lahir. Orang tua terutama ibu merupakan lingkungan terdekat yang dapat
berperan terhadap tumbuh kembang anak. Untuk mengoptimalkan potensi bawaan,
seorang anak membutuhkan pengasuhan (asuh), kasih sayang (asah) dan stimulasi (asih)
secara optimal.
Peningkatan kesehatan dan pendidikan dasar anak serta pengurangan angka
kemiskinan dan kelaparan merupakan tujuan pertama dan kedua dari pencapaian
Millenium Development Goals yang dicanangkan PBB (WHO, 2001). Sedangkan
menurut Grantham-McGregory et al. (2006), banyak balita di negara berkembang yang
terpapar oleh berbagai resiko secara bersamaan meliputi kemiskinan, malnutrisi, status
kesehatan yang buruk dan kurangnya stimulasi lingkungan. Hal ini juga didukung oleh
data dari Depkes (2007) bahwa di Indonesia, terdapat sekitar 10 persen balita dari
seluruh populasi penduduk yang harus mendapatkan perhatian memadai dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan pengetahuan orang tua khususnya
ibu, dalam meningkatkan daya hidup anak, kesehatan anak, gizi dan stimulasi kognitif,
yang merupakan upaya penting dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh pada tumbang anak adalah ketika masih
dalam kandungan ibu. Di Indonesia ditemukan, bahwa ibu hamil mengalami anemia
defisiensi zat besi sekitar 40,1% (SKRT, 2001). Tingginya angka anemia besi pada
ibu, berkontribusi pada kondisi bayi yang dilahirkannya. Beberapa studi yang
ditemukan, melaporkan tentang prevalensi anemia pada bayi di Indonesia yang
menunjukkan angka lebih dari 50% (Dijkhuizen et al., 2002; SKRT, 2001). Disisi lain
ada beberapa temuan yang masih memperdebatkan dampak dari seorang ibu hamil yang
mengalami anemia zat besi terhadap kejadian anemia bayi yang dikandungnya (Nathan
et al., 2000; Warrow, 2005).
Faktor lain yang juga dapat berpengaruh pada tumbuh kembang bayi adalah
pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan. Kebutuhan ini mutlak diperoleh melalui Air
Susu Ibu (ASI) bagi bayi dengan ASI eksklusif (Butte et al., 2002; WHO, 2000; WHO,
2002). Upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu
sebelum dan pada masa pemberian ASI eksklusif tersebut. Hal ini diperkuat oleh
penelitian oleh World Bank (2006) bahwa akibat gizi kurang pada usia kurang dari
dua tahun, akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kecerdasan, dan produktivitas; dimana dampak ini sebagian besar tidak dapat
diperbaiki (irreversible). Pemberian ASI bukan hanya semata memenuhi kebutuhan
fisik biologis tetapi juga berdampak pada aspek pemberian kasih sayang, rasa aman
serta akan meningkatkan ikatan ibu dan anak yang merupakan hal penting dalam
optimalisasi tumbuh kembang anak.
Stimulasi merupakan salah satu faktor lingkungan yang juga berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak
yang harus dimulai sejak awal kehidupan. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah
dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau
tidak mendapat stimulasi. Berbagai penelitian yang mendukung hal ini telah banyak
dilakukan. Penelitian oleh Field (1986) dan Kuperus (1993) mengatakan bahwa
stimulasi di lingkungan keluarga, dapat meningkatkan pertumbuhan bayi dan bagi

anak dengan resiko biologis tinggi akan mampu mengejar ketinggalan di bidang
kognitifnya.
Pertumbuhan merupakan dasar untuk menilai kecukupan gizi bayi. Parameter
pertumbuhan yang digunakan oleh Depkes RI (2007) untuk bayi berusia 0-6 bulan
adalah perbandingan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), berat badan per umur
(BB/U), panjang badan per umur (PB/U) dan lingkar kepala (LK). Pengukuran berat
badan terhadap tinggi badan dapat menggambarkan keadaan gizi anak pada waktu
sekarang (Supariasa, 2002; Sekartini, 2006). Parameter lain dalam pengukuran status
gizi bayi adalah pemeriksaan laboratorium terhadap hemoglobin (Hb), ferritin (Fe3+)
dan hormon pertumbuhan (GH). Pengukuran kadar ferritin serum dilakukan untuk
mengetahui persediaan besi yang merupakan indikator terbaik mengetahui kadar besi
dalam tubuh, karena telah diketahui bahwa anemia adalah merupakan hasil akhir dari
suatu defisiensi lanjut (Soetjiningsih, 1995; Almatsier, 2003; Nathan et al., 2003;
Warrow, 2005).
Pada aspek perkembangannnya, anak juga harus mendapatkan stimulasi agar dapat
berkembang sesuai tahap perkembangannya. Menurut Frankenburg et al. (1981 dalam
Soetjiningsih, 1995; Williams, 2004; Wong, 2003) terdapat 4 aspek untuk menilai
perkembangan anak, yaitu gerak motorik kasar, gerak motorik halus, bahasa dan
personal sosial. Depkes
RI (2007) menjelaskan bahwa untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan pada bayi 0-6 bulan di tingkat
pelayanan dasar adalah dengan menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan
(KPSP) dan tes daya dengar (TDD).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang tua khususnya ibu, merupakan
lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang bayi. Peran seorang ibu sangat
penting, terutama sebagai agen kesehatan bagi anak dan keluarga dalam upaya
memenuhi kebutuhan asah, asuh, asih pada bayi. Oleh karena itu, setiap ibu yang
memiliki bayi memerlukan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang benar serta
memiliki kepercayaan diri yang tinggi tentang hal tersebut. Perawat sebagai salah satu
profesi kesehatan memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan keluarga
dan anak, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan, pendidikan
kesehatan dan pelayanan keperawatan yang dapat berkontribusi dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu dalam merawat bayinya (Mercer, 2006).
Mercer (2006) juga mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi yang
dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan
menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk mendapatkan
kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar pengetahuan bagi
pelayanan keperawatan. Selain itu, keperawatan juga merupakan profesi kesehatan yang
berinteraksi kuat dan mendukung wanita dalam pencapaian peran sebagai agen
kesehatan bagi anak dan keluarganya.
Teori keperawatan Maternal Role Attainment (MRA) dapat digunakan sebagai
kerangka konseptual penelitian dalam meningkatkan peran ibu dan percaya diri ibu
dalam merawat bayi (Russel, 2006; Meighan, 2006). Berdasarkan hal tersebut, maka
penelitian ini menjadikan teori keperawatan sebagai dasar pemikiran. Teori
keperawatan MRA merupakan salah satu dari teori middle range yang dikembangkan
oleh Ramona T. Mercer, yang berfokus pada ibu dalam mengembangkan perannya
sebagai seorang ibu agar lebih percaya diri dalam melakukan perawatan anak-anaknya,
melalui upaya pemberian pendidikan kesehatan (penkes) oleh perawat (Mercer, 2006;
Mercer dan Walker, 2006). Beberapa asumsi yang mendasari teori ini adalah

karakteristik ibu, percaya diri ibu, status kesehatan bayi dan hasil akhir berupa status
tumbuh kembang bayi (Mercer, 2006).
Berdasarkan pengamatan di lapangan masih banyak ditemukan praktek pengasuhan
bayi yang kurang kaya akan upaya stimulasi. Untuk itu diperlukan penkes yang dapat
merubah perilaku ibu melalui pengetahuan, sikap, kemampuan, dan kepercayaan diri
yang tinggi dalam merawat bayi khususnya dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi.
Beberapa studi menunjukkan bahwa penkes memberikan dampak yang positif terhadap
peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktek dalam merawat bayi (Bhandari et al.,
2004; Butz et al., 2005; Piwoz et al., 2005; Schlickau et al., 2005; Hasyam, 2007;
Harisawati, 2008). Salah satu pendekatan teori belajar yang digunakan dalam
pendidikan kesehatan adalah teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert
Bandura. Modelling merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang fokus
akhirnya adalah mewujudkan kemampuan diri seseorang melalui upaya peningkatan
atensi, retensi, reproduksi dan motivasi selama proses belajar berlangsung (Hall &
Lindzey, 1985). Melalui pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling inilah,
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi ibu dalam merawat bayi
terutama dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi.
Kabupaten Maros memiliki tingkat pertumbuhan kesehatan yang cukup rendah,
khususnya yang terkait dengan kepedulian orang tua (ibu) terhadap perawatan kesehatan
dan tumbuh kembang bayi, hal ini dapat dilihat dari data kunjungan bayi sebesar 65,8%
dari 90% target yang ingin dicapai oleh pemerintah, demikian juga dengan cakupan
deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita sebesar 13,37% dari 70% target yang
ingin dicapai pemerintah (Dinkes Sulsel, 2008). Dinas Kesehatan Maros (2010) juga
melaporkan bahwa di Puskesmas Barandasi, balita yang memiliki status gizi baik hanya
11,4% dan balita dengan KPSP sesuai sebesar 61,8%. Balita di Puskesmas
Hasanuddin, yang memiliki status gizi baik hanya 29,4% dan balita dengan KPSP
sesuai berjumlah 38,76%. Beberapa penelitian tentang upaya penyelesaian masalah
gizi dan tumbuh kembang anak telah banyak dilakukan, baik di tingkat Propinsi
Sulawesi Selatan maupun di tingkat Kabupaten Maros, namun yang terkait dengan
upaya penanganan masalah gizi dan tumbang melalui pendidikan kesehatan pada ibu
belum banyak ditemukan.
Studi ini dilakukan untuk mengidentifikasi efektivitas pemberian pendidikan
kesehatan dengan pendekatan modelling pada para ibu terhadap pengetahuan,
kemampuan praktek dan kepercayaan diri ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang
bayi 0-6 bulan.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Barandasi
Kecamatan Lau dan Puskesmas Hasanuddin Kecamatan Mandai Kabupaten Maros.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September
2010. Keseluruhan sampel berjumlah 81 orang ibu terdiri dari 41 orang kelompok
intervensi dan 40 orang kelompok kontrol sesuai dengan kriteria penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi.
Peneliti memperoleh identitas responden, pre-test untuk menilai pengetahuan, sikap,
kemampuan praktek dan percaya diri ibu. Penkes yang digunakan adalah penkes dengan
pendekatan modeling yang memfokuskan praktek dalam aktifitasnya. Penkes diberikan
dalam 3 tahap yaitu: penkes 1 pada trimester 3 kehamilan, penkes 2 pada minggu
pertama post partum dan penkes 3 ketika bayi berusia 3 bulan. Penkes dengan
pendekatan modelling ini dilakukan melalui beberapa fase yaitu fase peningkatan atensi,

retensi, reproduksi dan motivasi. Metode yang digunakan dalam penkes adalah
demonstrasi, redemonstrasi dan simulasi, sedangkan alat bantu penkes yang digunakan
adalah leaflet, lembar balik dan pantom.
Metode dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment pre-post with control
group design. Perlakuannya (intervensi) berupa pemberian pendidikan kesehatan
(penkes) dengan pendekatan modelling. Desain quasi eksperiment ini dilakukan untuk
menilai dampak pendidikan kesehatan pendekatan modelling tentang manajemen
laktasi dan stimulasi tumbuh kembang bayi, pada ibu yang telah mendapat tablet zat
gizi mikro pada trimester 2 kehamilan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1 memperlihatkan hasil uji homogenitas responden berdasarkan usia ibu, usia
suami, pekerjaan suami dan pendapatan keluarga, hasil penelitian menunjukkan bahwa
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol telah memilki kesetaraan/
homogenitas. Hasil uji homogenitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
pada rerata usia ibu didapat nilai p=0,78, rerata usia suami didapat nilai p=0,49,
pekerjaan suami didapat nilai p=0,26 dan pendapatan keluarga didapat nilai p=0,19.
Hasil uji homogenitas berdasarkan pendidikan ibu didapat nilai p=0,005,
pendidikan suami didapat nilai p=0,01 dan jumlah anggota keluarga didapat nilai
p=0,01, hasil analisis statistik ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu, pendidikan
suami dan jumlah anggota keluarga pada kelompok perlakuan tidak setara/ tidak
homogen dengan kelompok kontrol. Tingkat pendidikan (ibu dan suami) pada
kelompok perlakuan, masing-masing rerata tingkat pendidikan masih berada pada
tingkat pendidikan yang rendah yaitu sebanyak 87,8% (36 orang) pada ibu dan 73,2%
(30 orang) pada suami, dibandingkan rerata tingkat pendidikan pada kelompok kontrol
yaitu pendidikan yang rendah pada ibu sebanyak 65% (26 orang) dan pada suami
sebanyak 42,5% (17 orang).
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan untuk jenis pekerjaan suami
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, sebagian besar pekerjaan suami
adalah wiraswasta. Keluarga yang memiliki pendapatan kurang dari 1 juta pada
kelompok perlakuan sebanyak 78% (32 orang), sedangkan pada kelompok kontrol
sebanyak 65% (26 orang). Hal ini menunjukkan bahwa status ekonomi pada kelompok
kontrol masih lebih tinggi dibandingkan pada kelompok perlakuan. Diperoleh
informasi bahwa pada kelompok perlakuan, keluarga yang memiliki jumlah anggota
keluarga yang banyak (> 4) yaitu sebanyak 61% (25 orang), sedangkan pada kelompok
kontrol keluarga yang memiliki jumlah anggota lebih dari 4 orang hanya 32,5% (13
orang).
2. Perbedaan Pengetahuan, Kemampuan dan Kepercayaan diri Ibu.
Penelitian ini merupakan penelitian intervensi. Intervensi yang dilakukan pada
kelompok perlakuan adalah dengan pendidikan kesehatan. Tujuan penkes adalah untuk
mengubah perilaku ibu ke arah positif yang dilaksanakan secara terencana melalui
proses belajar. Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan,
sikap dan kemampuan praktek. Proses belajar yang digunakan dalam penkes pada
penelitian ini adalah berdasar pada teori belajar sosial oleh Bandura dengan konsep
intinya adalah modelling, yang mengedepankan pelaksanaan praktek pada pelaksanaan
penkesnya. Perubahan perilaku yang dimaksud dalam proses belajar modelling adalah

perubahan efikasi diri dan perubahan kompetensi (kemampuan) ibu yang dapat
digambarkan melalui kepercayaan diri ibu.
Penkes dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu penkes I dengan
menggunakan modul tentang manajemen laktasi (pemberian ASI) yang diberikan pada
pada akhir trimester III kehamilan. Penkes II dengan menggunakan modul tentang
stimulasi tumbuh kembang 1 (bayi 0-3 bulan) yang diberikan pada minggu pertama post
partum dan penkes III dengan menggunakan modul tentang stimulasi tumbuh kembang
2 (bayi 3-6 bulan) yang diberikan ketika usia bayi 3 bulan. Proses belajar modelling ini
memiliki 4 fase yaitu atensi, retensi, reproduksi dan motivasi, yang sebagian besar fasefase tersebut merupakan proses internal dari subjek belajar dalam menjalani
pembelajaran sosial (Hall & Lindzey, 1993; Bandura, 1977 dalam Bastabel, 2002).
Pelaksanaan pemberian pendidikan kesehatan, dimulai dengan fase pertama yaitu
petugas lapangan meningkatkan perhatian (atensi) para ibu. Petugas memulainya
dengan membina hubungan saling percaya, menanyakan kebutuhan ibu tentang
informasi yang terkait dengan perawatan bayi, khususnya tentang cara pemberian ASI
dan stimulasi tumbuh kembang dan mengkaji hambatan ibu dalam merawat anak
sebelumnya. Menurut Bandura (1977 dalam Bastabel, 2002), fase perhatian merupakan
fase awal atau suatu kondisi yang diperlukan agar pembelajaran terjadi. Model peran
yang menarik, mampu membina hubungan saling percaya dan berkompetensi tinggi,
akan lebih diamati oleh subjek belajar.
Sebagai upaya meningkatkan atensi ibu ketika memulai penkes dan selama penkes
berlangsung serta peningkatan retensi ibu terhadap materi penkes, maka digunakanlah
berbagai metode belajar antara lain, demonstrasi, redemontrasi dan simulasi. Selain itu,
digunakan berbagai media belajar berupa leaflet, lembar balik dengan gambar dan
warna yang menarik serta pantom boneka bayi saat demonstrasi keterampilan. Metode
belajar dan alat bantu yang digunakan didasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan yang
ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap oleh panca indra, semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka akan semakin jelas pengertian
yang diperoleh. Sesuatu yang menimbulkan perhatian, akan memberikan pengertian
baru baginya dan merupakan pendorong untuk melakukannya (Notoatmojo, 2007b).
Pemberian leaflet ketika petugas sudah tidak ada, memberikan pengalaman tersendiri
bagi para ibu dan mendukung proses retensi terhadap materi dan tehnik tehnik
pemberian ASI dan stimulasi.
Dari evaluasi menggambarkan bahwa penkes dengan metode belajar dan media
belajar yang digunakan dalam penelitian ini, dapat meningkatkan atensi ibu dan retensi
ibu dalam mengingat kembali materi penkes, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian.
Hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada kelompok
perlakuan mengalami rangking positif (peningkatan urutan) dengan nilai median
pengetahuan ibu sebelum intervensi adalah 31,87 dan setelah intervensi 29,67 serta nilai
median perubahan sebesar 40,88. Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000, artinya
ini terdapat perbedaan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan setelah pemberian
pendidikan kesehatan dengan pendekatan modelling. Pada kelompok kontrol nilai
median sebelum intervensi 50,36, setelah intervensi 52,61 dan nilai median perubahan
41,12, dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,001, ini berarti bahwa
pada kelompok kontrol juga mengalami perbedaan pengetahuan, namun dari nilai
median terlihat bahwa pada kelompok kontrol ini mengalami penurunan urutan. Hasil
uji mann whitney terhadap kedua kelompok setelah intervensi menunjukkan nilai
p=0,000, artinya ada perbedaan pengetahuan ibu antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Berdasarkan kategorisasi perubahan


pengetahuan pada tabel 3 terlihat, terjadi peningkatan pengetahuan pada kedua
kelompok sebanyak 75% dengan nilai p= 0,949, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terjadi perbedaan perubahan pengetahuan dari kedua kelompok.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa penkes dengan pendekatan modelling
dapat meningkatkan pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan. Pada kelompok
kontrol, meskipun tidak diberikan penkes secara langsung oleh petugas dari tim
peneliti, tetapi para ibu juga mengalami peningkatan pengetahuan. Hal ini dapat
disebabkan oleh tingkat pendidikan ibu tinggi dan informasi yang sebelumnya telah
diperoleh ibu melalui informasi yang diberikan petugas kesehatan misalnya dari Bidan
dan Perawat Puskesmas. Hal ini didukung pula oleh penelitian pendahuluan di wilayah
kerja Kecamatan Mandai terhadap 30 sampel ibu menunjukkan bahwa para ibu
sebanyak 53,3% memperoleh informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayi
berasal dari media massa, 30% dari puskesmas dan 16,7% dari keluarga.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sharma dan
Nagar (2006) bahwa penkes pada ibu akan meningkatkan pengetahuan ibu terhadap
perawatan anak dan akan mengurangi kesalahan ibu/caregiver dalam merawat dan akan
meningkatkan tumbuh kembang yang positif. Selanjutnya hasil penelitian ini juga
sejalan dengan laporan hasil studi Piwoz (2005), yang menunjukkan bahwa pemberian
pendidikan kesehatan dan konseling, memiliki relevansi dengan peningkatan
pengetahuan dan praktek pemberian ASI. Tingkat pengetahuan seseorang yang semakin
tinggi akan berdampak pada perkembangan ke arah yang lebih baik sehingga ibu yang
berpengetahuan baik akan lebih objektif dan terbuka wawasannya dalam mengambil
suatu keputusan atau tindakan yang diaplikasikan dengan perbuatan atau perilaku yang
positif, terutama dalam hal memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.
Menurut Staton (1978) dalam Notoatmojo (2007a), menyebutkan pengetahuan atau
knowledge adalah individu yang tahu apa yang akan dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Sehubungan dengan itu pengetahuan merupakan salah satu aspek
perilaku yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menggunakan
kemampuan (dengan pikiran) segala sesuatu yang telah dipelajarinya. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behaviour). Depkes (2001) melaporkan bahwa ketidaktahuan ibu hamil tentang
dampak anemia terhadap kesehatan diri, kehamilan dan janinnya, menyebabkan
kepedulian dan kemauannya untuk mencegah dan menanggulanginya kurang/tidak ada.
Demikian pula tentang tidak diketahuinya manfaat stimulasi sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya kegagalan tumbuh kembang, menyebabkan mereka tidak tertarik
dan enggan untuk melakukan stimulasi pada anaknya.
Tahap berikut dari penkes dengan pendekatan modelling adalah tahap reproduksi,
yaitu terjadinya pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan sebelumnya. Pada
tahap ini terjadi proses mengingat kembali dan mempraktekkan kembali keterampilan
yang telah disampaikan pada saat penkes. Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo
(2007a) pada proses perubahan perilaku apabila didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting),
begitu pula pada penelitian ini para ibu yang telah memilki pengetahuan yang baik dan
sikap yang positif dari hasil penelitian terlihat memiliki kemampuan yang meningkat.
Hasil penelitian pada tabel 4 memperlihatkan bahwa pada kelompok perlakuan,
nilai median sebelum intervensi 37,27, setelah intervensi nilai median 43,05 dan nilai

median perubahan 47,77, berdasarkan uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,000. Hal ini
berarti terdapat perbedaan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang pada
kelompok perlakuan sebelum dan setelah intervensi. Pada kelompok kontrol nilai
median sebelum intervensi 44,82, setelah intervensi 38,90 dan nilai median perubahan
34,06, dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,006, hal ini berarti
terjadi pula perbedaan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang pada kelompok
kontrol. Berdasarkan uji mann whitney, diperoleh hasil tidak bermakna p=0,424, artinya
tidak ada perbedaan kemampuan menstimulasi tumbuh kembang antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi.
Meskipun terjadi perubahan pengetahuan kearah rangking negatif setelah
intervensi pada kelompok perlakuan, namun jika dilihat dari data berdasarkan
kategorisasi seperti yang terlihat pada tabel 5, bahwa terjadi perubahan peningkatan
kemampuan dari ibu setelah intervensi penkes sebanyak 46% ibu pada kelompok
perlakuan, sedangkan kelompok kontrol hanya sebesar 12,5% ibu yang mengalami
peningkatan kemampuan. Hal ini sesuai dengan konsep yang menjelaskan bahwa
penkes pada klien telah menunjukkan potensinya untuk meningkatkan kepuasan,
memperbaiki kualitas hidup, memastikan kelangsungan perawatan, secara efektif
mengurangi insiden komplikasi penyakit, memasyarakat masalah kepatuhan terhadap
rencana pemberian perawatan kesehatan dan menurunkan ansietas dan memaksimalkan
kemandirian dalam melakukan aktifitas yang terkait kesehatan yang salah satunya
adalah melakukan stimulasi perkembangan pada bayi (Bastabel,2002).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Odom (1996) yang menunjukkan
bahwa pendidikan kesehatan pada para ibu tentang attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD) dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai ADHD dan
perasaannya mengenai kompetensinya sebagai orang tua serta meningkatkan
kemampuan orang tua dalam penamganan ADHD. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh
Pulley and Stepans (2002) berupa intervention pendidikan kesehatan tentang smoking
hygiene. Smoking hygiene, diajarkan dengan menggunakan pamphlet and reinforcement
tiap kunjungan, menunjukkan hasil yang tidak berbeda terhadap penanganan dan
kejadian penyakit pernafasan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Praktek pengasuhan yang dijalankan ibu dipandang sebagai peubah yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Esensi kualitas pengasuhan anak adalah
praktek yang dijalankan ibu terhadap anaknya terkait pengasuhan makanan anak,
perawatan dasar, higine-perorangan-kesehatan lingkungan dan keamanan anak (Bahar,
2001). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Husaini dan Muhilal (1996), para
wanita hamil yang dinasehatkan makan makanan yang kaya vitamin A atau
mendapatkan kapsul vitamin A, cara memasaknya, dan cara menghidangkannya untuk
dirinya sendiri dan keluarganya meningkatkan kemampuan para wanita hamil untuk
mempraktekkannya.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kemampuan praktek menstimulasi dari
kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan, yang artinya ibu yang pengetahuannya
setelah penkes lebih meningkat tetapi dari kemampuan tidak berbeda, namun dari
pengalaman dan penelitian ternyata bahwa kemampuan seseorang tidak harus didasari
oleh pengetahuan atau sikap saja. Meskipun dikatakan juga bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Hal ini juga terkait dengan budaya yang tidak menjadikan tindakan
stimulasi bayi menjadi sebuah keharusan bagi ibu atau keluarga dalam melaksanakan
perawatan bayi.

Hal penting dari perilaku kesehatan adalah pembentukan atau perubahan perilaku
yang merupakan tujuan dari suatu penkes. Perubahan perilaku yang menetap dalam
penelitian ini sesuai dengan konsep modelling adalah dikaitkan dengan kemampuan ibu
dalam melakukan reproduksi kembali keterampilan pemberian ASI dan stimulasi bayi
secara terus menerus. Walaupun disadari bahwa perubahan perilaku membutuhkan
waktu yang lama dalam pencapaiannya. Dalam upaya melihat kesinambungan
kemampuan ibu, maka pada penelitian ini dilakukan evaluasi proses sesaat setelah
penkes dan evaluasi hasil pada 2 kali kegiatan. Meskipun dari hasil penelitian terlihat
peningkatan kemampuan ibu pada 2 kali evaluasi, namun peneliti merasakan perlunya
kegiatan evaluasi dan supervisi yang berkesinambungan untuk melihat kemampuan
dalam mempertahankan perilakunya seperti memberikan ASI dan menstimulasi bayi.
Seperti dilaporkan oleh Robert et al (2007) bahwa evaluasi dari implementasi yang
dilaksanakan dibandingkan dengan implementasi yang direncanakan penting dilakukan
untuk pengembangan implementasi program penkes selanjutnya.
Dalam pencapaian peran menjadi ibu yang merupakan konsep inti dalam teori
MRA, kemampuan ibu merupakan hal yang penting. Pada konsep kedua dari teori
keperawatan MRA menjelaskan bahwa role strain-role conflict (konflik peran)
didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam
penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu, dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berinteraksi dengan bayinya. Selanjutnya infant temperament yang dikaitkan dengan
kesulitan bayi dalam mengirimkan berbagai isyarat, juga dipengaruhi oleh
ketidakmampuan dan keputusasaan ibu dalam merawat bayi (Mercer, 2006).
Menurut Mercer dan Walker (2006), dalam konsep keperawatan MRA upaya yang
dilakukan dalam meningkatkan percaya diri dan efikasi diri ibu adalah dengan cara
memberikan penkes. Dengan penkes yang diberikan pada ibu maka pertumbuhan dan
perkembangan bayi diharapkan akan menjadi lebih meningkat. Selanjutnya Mercer dan
Walker (2006) mengatakan bahwa kepercayaan diri ibu merupakan variabel penting
dalam adaptasi menjadi ibu dan peran maternal. Maternal role identity dalam teori
MRA melibatkan komponen afektif dan perilaku. Komponen afektif dikaitkan dengan
perasaan subjektif ibu tentang kemampuan merawat bayi. Berdasarkan hasil penelitian
seperti terlihat pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan, nilai
median sebelum intervensi 39,46, setelah intervensi 47,32, dan nilai median perubahan
36,80, dengan menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p = 0,003. Hal ini berarti
terjadi perbedaan kepercayaan diri ibu setelah intervensi pada kelompok perlakuan.
Pada kelompok kontrol nilai median sebelum intervensi 42,58, setelah intervensi 34,52
dan nilai median perubahan 45,30 pada uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,152, artinya
tidak ada perbedaan kepercayaan diri ibu pada kelompok kontrol.
Uji mann whitney menunjukkan hasil yang bermakna p=0,014, hal ini berarti
ada perbedaan kepercayan diri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah
dilakukan intervensi.
Setelah intervensi terlihat, berdasarkan kategorisasi terhadap kepercayaan diri
ibu, pada kelompok perlakuan sesuai tabel 7 menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
perubahan peningkatan kepercayaan diri sebanyak 61% ibu, bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang perubahannya cenderung berkebalikan yaitu kepercayaan diri
ibu tetap/menurun sebanyak 60%. dengan nilai p= 0,059. Hasil ini menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kepercayaan diri ibu pada kelompok perlakuan. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Monk (2002) bahwa tingkat pengetahuan
seseorang mempunyai pengaruh dalam pembentukan kepercayaan dirinya. Semakin

tinggi tingkat pengetahuan seseorang, berarti semakin banyak yang telah dipelajari
individu sehingga dapat lebih mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya
sehingga mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya.
Semakin dewasa umur seseorang maka semakin banyak pengalaman dan
informasi yang diperoleh sehingga dapat membangun konsep diri yang baik yang
mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruchala dan James (1997) terhadap ibu remaja
dan dewasa menunjukkan bahwa ibu dewasa memiliki tingkat pengetahuan yang lebih
tinggi mengenai perkembangan bayi dibanding ibu remaja. Pada ibu remaja dan dewasa,
dukungan sosial dan pengetahuan mengenai perkembangan bayi berhubungan secara
signifikan dengan kepercayaan diri dalam merawat bayi.
Adapun teori yang dikemukakan oleh Gerungan (2004) yang menyatakan
bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses dimana individu memperhatikan dan
merespon terhadap individu lain, sehingga dibalas dengan respon tertentu. Dalam
hubungan kesehariannya, adalah interaksi antara orang tua (keluarga) dari ibu yang
merupakan orang yang terdekat dengan ibu sehingga dalam hubungan keduanya akan
muncul saling mempengaruhi satu sama lain, kaitannya dengan rasa percaya diri adalah
bagaimana interaksi sosial tersebut dapat memberikan dukungan sehingga mampu
meningkatkan dan memunculkan pandangan positif akan rasa percaya diri dalam
merawat bayi.
Seperti yang diungkapkan Russel (2006) bahwa kepercayaan diri maternal adalah
sebuah komponen peran maternal, diartikan sebagai persepsi ibu terhadap
kemampuannya dalam merawat dan memahami anak-anaknya. Kepercayaan diri
maternal adalah persepsi ibu akan kemampuannya merawat bayi, mengenali dan
merespon perilaku bayi, dan merasa puas menjalankan perannya sebagai ibu.
Kepercayaan diri merupakan refleksi kompetensi ibu, kemampuan maternal yang
dipengaruhi oleh beberapa variabel, selain pengetahuan dan perolehan keterampilan,
juga termasuk variabel psikososial maternal dan karakteristik ibu, serta dukungan sosial,
sedangkan hal lain yang mempengaruhi adalah karakteristik dan sifat bayi.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Russel (2006) yang menyebutkan
bahwa kepercayaan diri ibu berhubungan secara signifikan dengan dukungan keluarga,
selain itu kondisi depresi ibu dan temperamen bayi, juga dipengaruhi tingkat
pengetahuan dan pendidikan ibu. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin
banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh sehingga dapat membangun konsep
diri yang baik yang mampu menumbuhkan kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu.
Di samping itu, pengalaman dan dukungan sosial juga merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi. Dengan kepercayaan
diri yang tinggi ibu akan lebih optimal dalam mengasuh anak-anaknya. Zahr (1993)
melaporkan adanya hubungan bermakna antara perilaku maternal dengan berat badan
bayi, bahwa ibu dengan bayi yang berat badan lebih besar akan membuat ibu tersebut
lebih percaya diri dalam merawat bayinya. Ibu dengan bayi yang mengalami status
kesehatan yang rendah memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah.
Porter dan Hsu (2003) melaporkan bahwa ibu yang memiliki beberapa anak
lebih percaya diri dibandingkan dengan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak.
Selanjutnya dilaporkan bahwa karakteristik maternal pengetahuan tentang tumbuh
kembang anak, demografi maternal (usia, pendapatan keluarga, pekerjaan), paritas,
status kesehatan bayi dan dukungan keluarga mempengaruhi kepercayaan diri ibu,
walaupun bermakna namun korelasinya relatif rendah. Intervensi penkes pada ibu telah

meningkatkan percaya diri ibu. Hasil ini menunjukkan bahwa teori MRA dapat menjadi
panduan bagi perawat atau petugas kesehatan dalam membantu pencapaian peran ibu.
Pada teori ini dikemukakan bagaimana proses pencapaian peran ibu dan proses akan
menjadi seorang ibu dengan memberikan bantuan terhadap klien dengan memberikan
pendidikan kesehatan dan dukungan serta memfasilitasi interaksi antara ibu dan bayi
sedini mungkin. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Goto et al. (2010) yang
menunjukkan pentingnya program parenting support yang salah satu kegiatannya adalah
penkes dalam membantu ibu Jepang dan Vietnam untuk meningkatkan self-efficacy
yang merupakan tahap lanjut dari percaya diri. Menurut Blyth R et al. (2002), selfefficacy ibu menyusui merupakan predictor significant untuk durasi dan tingkat
menyusui. Integrasi strategi atau upaya peningkatan self-efficacy dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan dapat
meningkatkan kepercayaan diri ibu baru dalam menyusui dan untuk tetap menyusui
meski mengalami kesulitan.
KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan pengetahuan setelah penkes dengan pendekatan modelling
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol p= 0,000.
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan setelah dilakukan penkes dengan
pendekatan modelling antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
p=0,424, namun berdasarkan kategorisasi perubahan kemampuan, pada
kelompok perlakuan terdapat 46% ibu mengalami peningkatan kemampuan ibu
dalam menstimulasi tumbuh kembang, sedangkan pada kelompok perlakuan
hanya 12,5%.
3. Terdapat perbedaan kepercayaan diri ibu antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol p=0,014.
SARAN
a. Pelaksanaan pendidikan kesehatan di masyarakat, sebaiknya dilakukan
dengan pendekatan modelling disertai modul karena terbukti dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap, kemampuan dan kepercayaan diri ibu
yang memang sangat dibutuhkan dalam perawatan bayi sehingga bayi dapat
tumbuh dan kembang lebih optimal.
b. Berdasarkan hasil penelitian ini, pendidikan kesehatan yang dilakukan
perawat di masyarakat terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan,
sikap, kemampuan dan percaya diri ibu dalam pemberian ASI dan
menstimulasi bayi, yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan tumbuh
tumbuh kembang bayi. Oleh sebab itu, pemberdayaan perawat perkesmas
perlu ditingkatkan dengan menjadikan program perkesmas sebagai salah
satu program wajib puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, F., Khan, M.R., Akhtaruzzaman, M., Karim, R., Marks, G.C., Banu, C.P.,
Nahar, B., & Williams, G. 2005. Efficacy of twice-weekly multiple
micronutrient supplementation for improving the hemoglobin and micronutrient
status of anemic adolescent schoolgirls in Bangladesh. The American Journal of
Clinical Nutrition, 82: 829-835.

Aidam, A.B., Escamilla, R.P., and Lartey, A. 2005. Lactation counseling increases
exclusive breast-feeding rates in Ghana. The American Society for Nutritional
Sciences. The Journal Nutrition, 135: 1691-1695.
Albernaz, E.,Victoria, C.G., Haisma, H., Wright, A. and Coward, W.A. 2003. Lactation
counseling increases breast-feeding duration but not breast milk intake as
measured by isotopic method, The American Society for Nutritional Sciences.
The Journal Nutrition, 133: 205-210.
Almatsier, S. 2003. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Alvarado, B.E., Zunzunegui, M.V., Delishe, H., and Osorno, J. 2005. Growth
trajectotories are influences by breast-feeding and infant health in an AfroColombian community, The American Society for Nutritional Sciences. The
Journal Nutrition, 135: 2171-2178.
Azwar, S. 2005. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Edisi ke-2. Cet. IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. 1986. Social foundations of thought and action. Englewood Cliffs. NJ:
Prentice-Hall.
Bandura, A. 1997. Self-efficacy: The exercise of control. W.H. Freeman:
New York.
Barnes, C.R. 2008. Cognitive, emotional and environmental mediators of early
parenting
in
high
risk
families
(Online)
(http://wlv.openrepository.com/wlv/bitstream/2436/33753/1/Barnes%20PhD%
20thesis.pdf, diakses 24 Mei 2010).
Bastabel, S.B. 2002. Perawat sebagai pendidik: Prinsip-prinsip pengajaran dan
pembelajaran. Terjemahan oleh Wulandari, G. dan Widyanto, G. Jakarta:
EGC.

Bhandari, N., Mazumder, S., Bahl, R., Martines, J., Black, R.E., Bahn, M. K. 2005. An
educational intervention to promote appropriate complementary feeding
practices and physical growth in infants and young children in rural Haryana
India. The Journal of Nutrition, 134: 2342-2348.
Blyt, R., Creedy, D.K., Dennis, C.L., Moyle, W., Pratt, J. and De Vries S.M. 2002.
Effect of maternal confidence on breastfeeding duration: An application of
breastfeeding self-efficacy theory. Birth, 29(4): 278-284.
Bobak, M.I., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., Perry, S.E. 2005. Buku ajar keperawatan
maternitas. Terjemahan oleh Wijayarini, M.A. dan Anugerah, P.I. Edisi ke-4.
Jakarta: EGC.

Bouwstra, H., Boersma, E.R., Boehm, G., Brouwer, D.A.J.D., Muskiet, F.A.J. and
Algra, M.H. 2003. Exclusive breastfeeding of healthy term infants for at least 6
weeks improves neurogical condition. The Journal of Nutrition.
Butte, N.F., Lopez, A., Garza, C. 2002. Nutrient adequacy of exclusive breastfeeding
for the term infant during the first six months of live, in WHO 2003. Community
Based Strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing
Countries.
Butz, A., Pham, L., Lewis, L., Lewis, C., Hill, K., Walker, J. and Winkelstein, M.
2005. Rural children with asthma: Impact of a parent and child asthma education
program. J Asthma, 42(10): 813821.
Contento, I.R. 2007. Nutrition education: Linking research, theory and practice.
Massachusetts: Jones and Barlett Publisher, Inc.
Craven, R.F. and Hirnle. 1996. Fundamentals of nursing: human health and function.
(2 nd Ed). Lippincot: Philadelpia.
Daniels, M.C. and Adair, L.C. 2005. Breast-feeding influences cognitive development
in Filipino children. The Journal of Nutrition, 135: 2589-2595.
De Maeyer, E.M. 1989. Preventing and controlling iron administration and programme
manager. WHO. Genewa.
Depkes RI. 2001. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT). Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2005 a. Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat. Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2005 b. Manajemen laktasi: Pedoman bagi bidan dan tenaga kesehatan di
puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan.
Depkes RI. 2006 a. Pedoman promosi kesehatan bagi perawat kesehatan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medis. Departemen
Kesehatan.
Depkes RI. 2006 b. Pedoman kegiatan perawat kesehatan masyarakat di puskesmas.
Jakarta: Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medis. Departemen
Kesehatan.
Dewey, K.G., Cohen, R.J., Brown, K.H. 2004. Exclusive breast-feeding for 6 monts,
with iron suplementastion, maintains adequate micronutrient status among term,

low-birthweigt, breast-fed infants in Honduras. The Journal of Nutrition, 134:


1091-1098.
Dijkhuizen, A.M., Wieringa, T.F. 2001. Vitamin A, Iron and zinc deficiency in
Indonesia, Micronutrien interactions and effects of supplementation. PhD thesis:
Wageninngen.
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. 2008. Cakupan Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan dalam Angka Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 20032007
(Online).
(http://datinkessulsel.files.wordpress.com/2008/10/spm-kesehatansulsel-2003-2007-dalam-angka.pdf, diakses 25 Februari 2010).
Dinas Kesehatan Maros. 2010. Laporan tahunan cakupan pelayanan minimal bidang
kesehatan. Maros.
Eastwood, M. 2003. Principles of human nutrition. (2nd Ed). Edinburgh: Blackwell
Science.
Evawany, A. 2007. Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi Pada Ibu Menyusui
terhadap Kadar Zink dan Besi Asi serta Pertumbuhan Linier Bayi. Bogor:
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Field, T.M. 1986. Tactile/kinesthetic stimulation effects on preterm neonates. The
American Academy Of Pediatrics Journal, 77: 654-658.
Flores, A.L., Weber, M.K., Kilker, K.P., Dang, E.P. and Lindsey, L.L.M. 2007. Health
education efforts in uncertain times: Helping to ensure healthy pregnancies in a
time of crisis. American Journal of Health Education, 38 (4): 212-218.
Gatterman, M.I. & Evans Jr, M.W. 2007. Assessment of community needs for health
promotion and wellness. Dynamic Chyropractic, 25 (22): 36.
Goto, A., Nguyen, Q.V., Nguyen, T.T., Pham, N.M., Chung, T.M.T., Trinh, H.P., Yabe,
J. et al. 2009. Assosiations of psychocial factors with maternal confidence
among Japanese and Vietnamese mothers. J child fam Stud, 19: 118-127.
Grantham-McGregor, Cheung, Y.B., Cueto, S., Glewwe, P., Richter, L., Strupp, B.
2007. The International Child Development Steering Group, Child development
in developing countries: Developmental potential in the first 5 years for children
in developing countries. Lancet, 369 (9555): 60-70.
Hadi, H. 2005. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan
pembangunan kesehatan nasional. Makalah disajikan dalam Pidato Pengukuhan
Guru Besar FK UGM: Yogyakarta.
Hadju, V., Asad, S., Thaha, R. 2008. Penanggulangan Ibu Anemia secara Holistik
untuk menciptakan generasi sehat dan tumbuh optimal. Laporan Penelitian
Hibah Pasca. Makassar.

Hall, C.S. & Lindzey, G. 1985. Introduction the theories of personality. New York:
Jhon Wiley & Sons: 553-570.
Hall, C.S. & Lindzey, G. 1993. Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta:
Kanisius.
Harisawati, Rr. H. 2008. Konseling gizi pada ibu hamil untuk perubahan perilaku
makan dan status gizi selama kehamilan di RSB Pertiwi Makassar. Tesis yang
tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS.
Hariweni, T. 2003. Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bekerja dan tidak bekerja
tentang stimulasi pada pengasuhan anak balita. [e-book] diakses tanggal 4
Maret 2010. <http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-tri%20hariweni.pdf>.
Hasyam, A. 2007. Pengaruh konseling pada ibu terhadap pemberian asi eksklusif dan
pertumbuhan bayi sampai dengan umur 4 bulan di Kabupaten Luwu. Tesis yang
tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS.
Hegarty, K., Brown, S., Gunn, J., & Forster, D. 2007. Womens view and outcomes of
an educational intervention designed to enhance psychosocial support for wome
during pregnancy. Birth, 34(2): 155.

Hunt, I.F., Jacob, P.H.M., Ostergard, N.J., Masri, M.S.G., Clark, V,A., Coulson, A.H.,
Effect of nutrition education on the nutritional status of low-income pregnant
women of Mexican decent. The American Journal of Clinical Nutrition. 29.
1976: 675-684. diakses dari <www.ajcn.org> tanggal 10 september 2007.
Indriani, Y. & Krodiyana, K.R. 1997. Pengaruh penyuluhan gizi dalam perbaikan
perilaku terhadap sayuran dan peningkatan pola konsumsi pangan pada petani
sayuran di desa Gising Bawah Kec. Talang Padang Kab. Lampung Selatan.
Laporan penelitian : Fak Pertanian Universitas Lampung. Info Pangan & Gizi,
ISSN 0854-1728, volume VIII No.1.
Kafatos, A., Vlachonikolis, I.G., and Codrington, C.A. 1989. Nutrition During
Pregnancy: The Effect Of An Educational Intervention Program in Greece.
American Journal Clinical Nutrition. 50. 970-979. diakses dari
<www.ajcn.org> tanggal 10 september 2007.
Keliat, B. A. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta: EGC.
Kuperus, N.W., Baerts, W., Smrkovsky, M., Sauer, P.J. 1993. Effects of biological and
social factors on the cognitive development of very low birth weight children.
The American Academy of Pediatrics Journal, 92: 658-659.
Kushto-Reese, K., Maguire, M.C., Silbert-Flagg, J., Immelt, S., & Shaefer, S.J.M. 2007.
Developing community partnership in nursing education for childrens health.
Nursing Outlook, 55(2): 85.

Libbus, M.K. 1994. Lactation education practice and procedure: information and
support offered to economically disadvantaged women. Journal of
Community Health Nursing, 11(1): 1-10.
Lind, T., Lonnerdal, B., Stenlund, H., Gamayanti, I.L., Ismail, D., Seswandhana, R. &
Perrson, L.A. 2004. A community-based randomized controlled trial of iron and
zinc supplementation in Indonesian infants: effects on growth and development.
The American Journal of Clinical Nutrition, 80: 729-736.
Loo, K.K., Zhu, H., Yin, Q., Luo, H., Min, L. and Tyler, R. 2006. Maternal confidence
in China: Assosiation with infant neurobehaviors but not sociodemographic
variables. Journal of Pediatric Psychology, 31(5): 452-459.
Lumley, J. & Donohue, L. 2006. Aiming to increase birth weight: a randomised trial of
Meighan, M. 2006. Maternal role attainment becoming a mother. In M.Alligood
& A.Tomey (Ed.). Nursing theorists and their work. Missouri: Mosby Inc.
Mercer, T.R. and Walker, L.O. 2006. A review of nursing intervention to foster
becoming a mother. AWHONN. JOGNN. 35(5).
Minick, M.J.A., Brasel and Pedro, R. 1991. Nutrition and cell growth, nutrition and
development. Canada: John Wiley and Sons Inc.
Monk, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 2002. Psikologi perkembangan pengantar
dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Muhilal, Sumarno, I., Komari. 2004. Review of surveys and supplementation studies of
anemia in Indonesia. Pendidikan Gizi dan Makanan. (24): 34-39.
Narendra, M.B. 2002. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak, dalam
Narendra M.B., Sularyo T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H. dan Ranuh I.N.G.
penyunting tumbuh kembang anak dan remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: CV Sagung Seto.
Nurachmah, E. 2009. Hubungan antara falsafah, paradigm, model konseptual, teori
keperawatan dan metodologi . Bahan ajar. Tidak dipublikasi.
Odom, S.E. 1996. Effects of an educational intervention on mothers of male children
with attention deficit hyperactivity disorder. Journal of Community of Health
Nursing, 13(4): 207-220.
Palda, V.A., Guise, J.M., Wathen, N. 2004. Interventions to promote breast-feeding:
applying the evidence in clinical practice. Canadian Medical Association,
170(6): 976-978.
Porter, C. & Hsu, H.
during

2003. First-time

mothers perceptions

of

efficacy

the transition to motherhood: Links to infant temperament. Journal of


Family Psychology, 17(1): 54-64.
Pulley, K.R. & Stepans, M.B. F. 2002. Smoking hygiene: an educational intervention to
reduce respiratory symptoms in breastfeeding infants exposed to tobacco. The
Journal of Perinatal Education, 11(3): 28-37.
Ratna. 2005. Pengaruh Pendidikan Gizi Ibu Balita Terhadap Pemberian Sirup Besi dan
Kadar Hb Balita di Kecamatan Tallo Kota Makassar. Tesis tidak diterbitkan.
Makassar: Program Pascasarjana UNHAS.
Riyadi. 1996. Studi Evaluasi Efektifitas Program Suplementasi Tablet Besi pada Ibu
Hamil. Makalah pada seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Kesehatan dan Gizi
Masyarakat. Bogor. Info Pangan & Gizi , ISSN 0854-1728, Vol VII No. 2.
Robert, C.R. 2007. Implementation examined in a health center-delivered, educational
intervention that improved infant growth in Trujillo Peru successes and
challenges. Oxford Journals, 22(3): 318-331.
Ruchala, P.L., James, D.C. 1997. Social support, knowledge of infant development and
maternal confidence among adolescent and adult mothers. JOGNN, 26(6): 685689.
Sarma, S., Nagar, S. 2006. Impact of educational intervention on knowledge of mothers
regarding chilcare and nutrition in Himachal Pradesh. Journal Social Science,
12(2): 139-142.
Sastroasmoro, S. dan Ismail, S. 2008. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi
ke-3. Jakarta: CV Sagung Seto.
Schultink, W., Van Der Ree, M., Matulessi, P. & Gross, R. 1993. Low compliance with
an iron-supplementation program: a study among pregnant women in Jakarta,
Indonesia. The American Journal of Clinical Nutrition, 57: 135-139.
Schlickau, J. & Wilson, M. 2005. Development and testing of a prenatal breastfeeding
education intervention for hispanic women. The Journal of Perinatal Education,
14(4): 24-35.
Seriani . 2007. Pengaruh pemberian tablet besi terhadap kadar feritin serum dan
hemoglobin wanita prahamil dengan anemia defisiensi derajat ringan di Bali.
Bali: Disertasi Program Doktor Pascasarjana Universitas Udayana.
Sekartini. 2006. Skrining pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam Pulungan,
A.B., Hendarto A., Hegar, B. dan Oswari, H., penyunting. Nutition GrowthDevelopment, Continuing Professional Development IDAI Jaya. Ikatan Dokter
Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.

Sinklair D. 1991. Human growth after birth. (5th Ed). New York: Oxford University
Press.
Soedjatmiko. 2006. Stimulasi Dini untuk Bayi dan Balita. Dalam Pulungan, A.B,
Hendarto, A., Hegar, B. dan Oswari, H., penyunting. Nutition GrowthDevelopment, Continuing Professional Development IDAI Jaya. Ikatan Dokter
Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.
Soekirman. 2000. Status kesehatan dan gizi di Indonesia. Prosiding seminar manfaat
kesehatan kedelai. Jakarta: American Soybean Association.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. and Laraia, M.T. 2003. Principles and practice of psychiatric nursing. (7th
Ed). St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W. and Sundeen, S.J. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Terjemahan oleh
Hamid, A.Y.S. Edisi ke- 5. Jakarta: EGC.
Sugiono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d. Bandung: Alfabeta.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.
Tanuwijaya, S. 2002. Konsep tumbuh kembang. Dalam Narendra, M.B., Sularyo, T.S.,
Soetjiningsih, Suyitno, H. dan Ranuh, I.N.G., penyunting, Tumbuh kembang
anak dan remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto.
Thaha, A.R. 2005. Anak-anak Indonesia, dari kemiskinan struktural hingga kemiskinan
herediter. Suplement 26(3).
Tomey, A.M. and Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist and their work.
Missouri: Mosby Inc.

(6th Ed).

Tomey, A.M. and Alligood, M.R. 2006. Nursing theorist: Utilization & application.
(3th Ed). Missouri: Mosby Inc.
Unicef. 1999. Strategy for improved nutrition of children and women in
developing countries. Dalam Asian Development Review, 17(1,2). Asian
Development Bank.
Venn, B.J., Mann, J.I., Williams, S.M., Riddell, L.J., Chisholm, A., Harper, M.J. &
Aiken, W. 2002. Dietary counseling to increase natural folate intake: a
randomized, placebo-controlled trial in free-living subjects to assess effects on
serum folate and plasma total homocysteine. The American Journal of Clinical
Nutrition, 76: 758-765.
Yip, R. and Dallman, P. 1996. Present Knowledge in Nutrition. Editors Ekhard, Ziegler
and Filerh. (7th Ed). Washington. DC: ILSI Press.

Yu, S. & Jackson, R.T. 1995. Need for nutrition advice in prenatal care. Journal of
American Dietetic Association, 95(9): 1027.
Walker. 2003. Nutrition in pediatrics: Basic science and clinical aplications. (3th Ed).
London: BC Decker Inc.
Warrow dan Wiridianata. 2005. Hubungan serum feritin ibu hamil trimester 3 dengan
BBLR. Cermin Dunia Kedokteran no 146.
Williams, P.D. 2004. Penuntun uji skrening perkembangan anak menggunakan metro
manila developmental screening test. Terjemahan oleh Yuliana Hanaratri.
Tangerang: Mario Carlo Publising.
World Health Organization (WHO). 2000. Complementary Feeding. Family a
for Breastfed Children: Geneva.

foods

World Health Organization (WHO). 2001. Guiding principles for complementary


Feeding of the breastfed child. Global consultation on Complementary feeding:
Geneva.
World Health Organization. (WHO). 2003. Community Based Strategies for
Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Department of
Child and Adolescent Health and Development.
Wong, D.L. 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Terjemahan oleh Monica
Ester. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
Zahr, L.K. 1993. The confidence of Latino mothers in the care of their low
weight infants. Research in Nursing & Health, 16: 335-342.

Tabel 1. Analisis karakteristik


kelompok kontrol
Variabel
Usia ibu rata-rata (tahun)
Usia suami rata-rata (tahun)
Pendidikan ibu
a. Rendah
b. Tinggi
Pendidikan suami
a. Rendah
b. Tinggi

responden pada

birth

kelompok perlakuan dan

Kelompok
Perlakuan (n= 41)

Kontrol (n = 40)

25,15 4,59
28,3 5.15

25,1 5,46
29,6 5,96

0,78*
0,49*

36 (87,8)
5 (12,2)

26 (65,0)
14 (35,0)

0,005**

30 (73,2)
11 (26,8)

17 (42,5)
23 (57,5)

0,01**

Pekerjaan suami
a. PNS/TNI/POLRI
2 (4,9)
5 (12,2)
b. Wiraswasta
39 (95,1)
35 (87,5)
Pendapatan keluarga
a. 1 juta
32 (78.0)
26 (65,0)
b. > 1 juta
9 (22.0)
14 (35,0)
Jumlah anggota keluarga
a. 4
16 (39,0)
27 (67,5)
b. > 4
25 (61,0)
13 (32,5)
Keterangan: * Uji t tidak berpasangan **Uji chi-square

0.26**

0,19**

0.01**

Tabel 2. Perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan setelah intervensi


kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol

Kelompok

antara

Pengetahuan ibu

p*

Sebelum

Setelah

Perubahan

Median

Median

Median

Perlakuan
((n=41))
Kontrol (n=40)

31,87

29,67

40,88

0,000

50,36

52,61

41,12

0,001

p**

0,000

0,000

0,950

Keterangan: *Uji wilcoxon **Uji mann whitney


Tabel 3. Perubahan pengetahuan ibu antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol
Kelompok

Perlakuan
Kontrol

Pengetahuan ibu

Total

Meningkat

Tetap/menurun

n
31
30

n
10
10

%
75,6
75,0

%
24,4
25,0

n
41

%
100

40

100

0,949

Tabel 4. Perbedaan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang antara


kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
Kelompok

Kemampuan Stimulasi
Sebelum
Median

Setelah
Median

p*
Perubahan
Median

Perlakuan
((n=41))
Kontrol (n=40)

37,27

43,05

47,77

0,000

44,82

38,90

34,06

0,006

p**

0,145

0,424

0,001

Keterangan: *Uji wilcoxon **Uji mann whitney


Tabel 5. Perubahan kemampuan ibu menstimulasi tumbuh kembang
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
Kelompok

Kemampuan Stimulasi
Meningkat

Perlakuan
Kontrol

n
19
5

%
46
12,5

Total

Tetap/menurun
n
22
35

%
53,70
87,5

n
41

%
100

40

100

Tabel 6. Perbedaan Kepercayaan diri ibu sebelum dan setelah


kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Kelompok

0,01

intervensi antara

Kepercayaan diri ibu

Perlakuan
((n=41))
Kontrol (n=40)
p**

antara

p*

Sebelum
Median

Setelah
Median

Perubahan
Median

39,46

47,32

36,80

0,003

42,58
0,550

34,52
0,014

45,30
0,061

0,152

Keterangan: *Uji wilcoxon **Uji mann whitney


Tabel 7. Perubahan kepercayaan diri ibu antara kelompok perlakuan dan kontrol
Kelompok

Kepercayaan diri ibu


Meningkat

Perlakuan
Kontrol

n
25
16

Ket : RR : 1,5 (0,9 2,4)

%
61
40

Total

Tetap/menurun
n
16
24

%
39
60

n
41

%
100

40

100

0,059

Anda mungkin juga menyukai