Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ruang - Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013

ISSN 1858-3881
__________________________________________________________________________________________________________________

HUBUNGAN KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN TINGKAT KENYAMANAN PENGUNJUNG


PADA PENGEMBANGAN AREA D DI BANJIR KANAL BARAT SEMARANG
Yella Risa Lestari dan Nurini
1

Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: yellarisalestari@gmail.com

Abstrak: Pembangunan di kota-kota besar yang semakin lama semakin berkembang. Dalam pembangunan,
ruang terbuka sendiri memiliki proporsi sebesar 30% dari pembangunan dalam suatu kawasan. Semakin
sedikitnya ruang terbuka dalam suatu kawasan, maka semakin berkurangnya tempat yang tersedia bagi
masyarakat untuk dijadikan sebagai tempat interaksi. Berkurangnya ketersediaan tempat interaksi tersebut
dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyediaan ruang
terbuka hijau di Kota Semarang adalah normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat. Dalam normalisasi Sungai Banjir
Kanal Barat, juga terdapat pembangunan river amenity atau area kenyamanan yang terbagi menjadi 7 area.
Salah satu area yang sudah banyak dikunjungi oleh masyarakat adalah area D yang difungsikan sebagai
kelestarian lanskap sungai, tempat bersejarah, dan olahraga & rekreasi. Meskipun proyek belum selesai dan
masyarakat sudah mulai banyak yang mengunjungi, maka perlu mengeidentifikasi mengenai kualitas ruang
terbuka publik yang sesuai dengan tingkat kenyamanan pengunjung. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas ruang terbuka publik dengan tingkat
kenyamanan pengunjung pada pengembangan area D di Banjir Kanal Barat Semarang. Adapun metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis yaitu analisis
crosstab. Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kualitas ruang
terbuka publik memiliki hubungan yang cukup erat dan saling berkaitan dengan tingkat kenyamanan
pengunjung area D. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka publik yang berkualitas
merupakan ruang terbuka publik yang mampu memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya, dan juga
semakin tinggi tingkat kenyamanan pengunjung, maka semakin berkualitas pula ruang terbuka publik tersebut.
Kata Kunci: Ruang Terbuka Publik, Kualitas Ruang Publik, Tingkat Kenyamanan Pengunjung
Abstract: The development in a big city, prioritize on the development. In the development, an open space itself
has a proportion of 30 % of its development in an area. Less of an open space in an area, so the place for society
to be used as a place of interaction will decrease. A reduction in the availability of interaction place can affect
the social lives of the people. One of the efforts made in the provision of green open space in the city of
semarang is normalization of Banjir Kanal Barat river. In the normalization of Banjir Kanal Barat river, there is
also the development of river amenity that is divided into 7 area. One of area that many people visited is D
area, functioned as the preservation of river landscapes, historic place, and sports & recreation. Although the
projects of normalization have not completed, many people visit there, we need to identify about the quality of
public open space in accordance with the level of comfort visitors. Therefore, need to do a research aimed at to
know the relationship between the quality of public open with the level of comfort visitors in the development of
D area in the Banjir Kanal Barat River Semarang. The research methods and analysis used in this research is a
quantitative method and crosstab analysis. From the results of the analysis, can be known that the overall of
quality of public open space having the closely and related relationship with the level of comfort visitors in D
area. Therefore can be concluded that public open space which has a quality is a public open space being able to
provide comfort for visitors, and also due to increasing the level of comfort visitors, so, the pblic open space
mure qualified.
Keywords: Public Open Space, Quality Of Public Space, Visitor's Comfort Level.
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

| 181

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

PENDAHULUAN
Ruang terbuka merupakan elemen
penting dalam perancangan kawasan yang
memperhatikan estetika lingkungan. Selain
itu, ruang terbuka juga sebagai penyeimbang
dalam pembangunan di suatu kawasan. Fungsi
ruang terbuka berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat, dimana ruang terbuka memenuhi
kebutuhan yang menunjang segala aktivitas.
Kebutuhan yang dimaksud seperti yang
terdapat dalam buku karya Mohammad
Danisworo yang berjudul Perancangan
Urban, antara lain; kebutuhan cahaya
matahari dan sirkulasi udara, kesan
persepektif dan vista pada pemandangan
kota, kebutuhan rekreasi dan komunikasi
sosial, kebutuhan keseimbangan ekosistem,
kebutuhan penghubung suatu tempat dengan
tempat yang lain. Pada pembangunan saat ini
kurang memperhatikan ketersediaan ruang
terbuka yang dijadikan sebagai ruang publik.
Hal ini dapat menyebabkan kurangnya
ketersedian tempat berinteraksi antar
masyarakat
yang
berpengaruh
pada
kehidupan sosial masyarakat.
Ruang terbuka publik tidak hanya
berbentuk taman, melainkan dapat berbentuk
lapangan, pasar, playground, bantaran sungai
dan sebagainya. Sungai sebagai sumber air
memiliki fungsi yang penting dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dan juga
berfungsi sebagai sarana penunjang utama
dalam meningkatkan pembangunan nasional.
Melihat fungsi sungai yang tidak kecil dalam
kehidupan,
maka
perlu
dilakukannya
pengaturan
sungai
yang
meliputi
perlindungan, pengembangan, pengunjungan
dan pengendalian sungai dari segala bentuk
pencemaran yang mengakibatkan tidak
berfungsinya kembali sungai yang tidak sesuai
dengan kualitas yang sebenarnya.
Pengaturan sungai tersebut juga dapat
mengatasi banjir. Salah satu bentuk
pengaturan sungai untuk mengatasi banjir
adalah normalisasi sungai. Normalisasi sungai
merupakan upaya untuk menciptakan kondisi
sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu,

182|

Yella R. Lestari dan Nurini

sehingga mampu mengalirkan air dan tidak


terjadi luapan dari sungai tesebut.
Permasalahan banjir di Kota semarang sudah
ada sejak pemerintahan kolonial Belanda,
yang pada jaman itu pemerintah kolonial
Belanda membangun Banjir Kanal Barat dan
Timur serta beberapa drainase, saluran dan
kolam
retesi.
Namun
perkembangan
perkotaan di Kota Semarang tidak diiringi
dengan keberadaan fasilitas pengendali banjir
dan rob sehingga banjir dan rob tidak dapat
dihindarkan (Bappeda Semarang). Kondisi Kali
Garang memiliki sedimentasi dengan jumlah
yang cukup besar.
Pada tahun 1990, sedimentasi yang
semakin parah mengakibatkan Banjir Kanal
Barat tidak mampu menampung debit air. Hal
ini menyebabkan, penampang sungai tidak
mampu mengalirkan debit banjir periode 50
tahun sekitar 740 m3/detik. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, pada tahun 19921993 disusun masterplan pengembangan
drainase perkotaan Kota Semarang. Oleh
karena itu, dilakukannya normalisasi Sungai
Banjir Kanal Barat dengan kegiatan
pengerukan dan pelebaran dasar Kali Garang
sepanjang 9,2 km.
Selain dilakukan proyek normalisasi
pada permukaan aliran sungai, juga diimbangi
dengan penataan di bantaran sungai di tahun
berikutnya, namun, pada saat itu belum
tersedianya wadah bagi masyarakat untuk
memanfaatkan area tersebut sebagai area
rekreasi yang nyaman. Selain itu dengan
adanya area kenyamanan di Sungai Banjir
Kanal Barat, maka dapat dijadikan potensi
wisata yang dapat meningkatkan daya tarik
masyarakat
untuk
mengunjungi
dan
memanfaatkan area kenyamanan sebagai
ruang terbuka publik.
Wilayah penelitian merupakan salah
satu area kenyamanan yaitu area D. Area D
terletak di sepanjang Sungai Banjir Kanal Barat
dari Jalan Siliwangi hingga Bendungan
Simongan. Untuk Lebih Jelasnya dapat dilihat
pada peta wilayah studi di bawah ini.

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

Sumber: Hasil Analisis, 2013

GAMBAR 1
DELINIASI WILAYAH STUDI

Area D juga merupakan pembatas


antara Kelurahan Bulustalan Kecamatan
Semarang Selatan dengan Kelurahan Cabean
dan Bojong Salaman Kecamatan Semarang
Barat, dimana Kelurahan Bulustalan dan
Kelurahan Cabean dan Bojong Salaman yang
terletak di barat dan timur kawasan Banjir
Kanal Barat merupakan kawasan permukiman
padat yang tidak memiliki ruang terbuka
untuk dijadikan sebagai ruang publik. Dengan
tidak adanya ruang terbuka publik, maka tidak
tersedia pula tempat interaksi antara
masyarakat sekitar, padahal merupakan
kawasan permukiman padat yang sudah jelas
memiliki penduduk yang cukup banyak.
Area D juga merupakan area yang paling
banyak dikunjungi oleh masyarakat baik di
sekitar Sungai Banjir Kanal Barat maupun dari
jarak yang jauh dengan tujuan yang beragam,
seperti rekreasi, bermain ,berdagang, dan
sebagainya. Pembangunan area kenyamanan
sungai di area D berupa penyediaan ruang
publik berupa jalur pedestrian, panggung
terbuka, dan fasilitas olahraga dan rekreasi.
Area D juga tergolong pembangunan yang
baru dan hampir selesai dilaksanakan,
sehingga pemanfaatannya belum optimal,
seperti permasalahan aspek fisik berupa
kurangnya ketersediaan tempat parkir,
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

banyaknya limbah yang dibuang melalui Kali


Garang dan Kali Banjir Kanal Barat, tidak
jelasnya aksesibilitas untuk memasuki area
kenyamanan. Oleh karena itu, dapat
dioptimalkan dengan optimalisasi potensi dari
fasilitas yang dimiliki seperti adanya panggung
terbuka yang saat ini telah dimanfaatkan
untuk acara seperti nonton bareng, senam,
dan Hari Air Nasional.
Selain dengan mengoptimalkan fasilitas
yang ada, ruang terbuka publik juga
memperhatikan
kenyamanan
bagi
pengunjungnya. Untuk mengukur tingkat
kenyamanan pengunjungnya juga perlu
mengetahui karakteristik pengunjung berupa
karakteristik
sosial-ekonomi dan
pola
kunjungannya, mengkaji kualitas ruang
publiknya agar sesuai dengan kriteria ruang
publik yang dapat menampung aktivitas dan
meningkatkan kenyamanan pengunjung ruang
publik.
KAJIAN LITERATUR
Ruang Publik
Ruang publik merupakan ruang yang
direncanakan karena kebutuhan akan tempattempat pertemuan dan aktivitas bersama di
udara terbuka (Budiharjo, 1998), sedangkan
menurut Hakim (1987), ruang publik pada
dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat
menampung
aktivitas
tertentu
dari
masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok. Pengertian ruang publik menurut
Carr (1992) adalah ruang terbuka, tempat
yang mudah diakses publik di mana orang
beraktivitas secara berkelompok atau secara
individu. Menurut Carr (1992) tipologi ruang
publik, terdiri dari taman umum, lapangan dan
plasa, peringatan, pasar, jalan, tempat
bermain, ruang komunitas, jalur hijau dan
jalan taman, atrium/pasar di dalam ruangan,
ruang di lingkungan rumah, dan waterfront.
Waterfront merupakan salah satu ruang
publik berupa pelabuhan, pantai, bantaran
sungai, bantaran danau atau dermaga.
Waterfront berada di sepanjang rute aliran air
di dalam kota yang dikembangkan sebagai
taman.

| 183

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

Kualitas Ruang Publik


Pengertian
ruang
publik
yang
berkualitas menurut Danisworo (1992) dalam
Prihastoto (2003) mencakup juga makna dari
keberadaan ruang publik tersebut dalam
kontes yang lebih luas dan berkelanjutan,
yaitu memenuhi kelayakan terhadap kriteria:
kualitas fungsional, kualitas visual dan
lingkungan (fisik dan non fisik). Garnham
(1965) dalam Prihastoto (2003) menyebutkan
bahwa ukuran yang menentukan kualitas
ruang adalah tatanan aktivitas orang atau
pengguna ruang yang ada disitu dan
bagaimana itu berhubungan dengan elemenelemen pembentuk tatanan fisik kawasan.
River Amenity
River Amenity merupakan salah satu
ruang terbuka publik kota yang berada di
pinggiran sungai dengan memperhatikan
aspek kenyamanan masyarakat. Kenyamanan
merupakan
segala
sesuatu
yang
memperlihatkan penggunan ruang secara
harmonis, baik dari segi bentuk, tekstur,
warna, aroma, suara, cahaya, atau lainnya.
(Hakim dan Hardi Utomo, 2003).
River amenity dapat menjadi suatu
instrumen yang digunakan untuk membantu
para pemangku kepentingan dalam hal
kemudahan dalam penataan sungai, sehingga
harus dipertahankan dan ditingkatkan
kualitasnya diseluruh kawasan perkotaan.
Pembangunan dan peningkatan river amenity
dapat berupa pembangunan fisik seperti
penyediaan fasilitas yang mendukung.
Kenyamanan dapat dilihat dari faktor-faktor
yang mempengaruhinya, seperti yang
dikemukakan oleh Hakim dan Hardi Utomo
(2003), yang berupa: sirkulasi, iklim,
kebisingan, aroma, keamanan, kebersihan,
dan keindahan.
Karakteristik Pengunjung
Pengunjung yang mengunjungi suatu
objek atau tempat wisata masing-masing
memiliki karakteristik dan pola kunjungan,
kebutuhan ataupun alasan untuk melakukan
kunjungan ke objek dan tempat wisata
tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui
karakteristik
dari
pengunjung
yang
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

mengunjungi suatu objek atau tempat wisata


agar dapat diketahui minat dan kebutuhan
pengunjung. Karakter pengunjung dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik
pola kunjungan (Smith, 1989) dalam Yusran
(2012).
Karakteristik sosial-ekonomi terdiri dari:
jenis kelamin, usia, kota atau daerah asal, dan
satus pekerjaan pengunjung. Karakteristik
pola kunjungan terdiri dari: tujuan kunjungan,
frekuensi kunjungan, teman perjalanan, lama
waktu kunjungan, waktu berkunjung, cara
melakukan perjalanan.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan kualitas ruang terbuka
publik dengan tingkat kenyamanan pengguna
pada pengembangan area D di Banjir Kanal
Barat Semarang ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan ini menggunakan
teori-teori yang ada untuk diuji sesuai dengan
permasalahan dan kondisi empiris. Menurut
Creswell & John W (1994:153) penelitian
kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif
meliputi tahap pengujian suatu teori,
pengujian
hipotesis
atau
pertanyaan
penelitian
yang
muncul
dari
teori,
mengoperasionalkan konsep atau variabel,
dan menggunakan instrumen untuk mengukur
variabel tersebut sehingga menghasilkan
kesimpulan dan saran dari penelitian.
Dalam tahapan pengumpulan data
terdiri dari teknik pengumpulan data,
kebutuhan data, dan kompilasi data. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan dua cara
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan observasi lapangan dan wawancara,
serta teknik pengumpulan data sekunder yang
dilakukan dengan survey instansi dan kajian
literatur. Teknik pengumpulan data primer
dapat dilakukan melalui observasi, kuesioner
(angket),
dan
interview
(wawancara)
(Sugiyono,
2012:137-146).
Kuesioner
diberikan
kepada
responden,
dimana
pengambilan sampel menggunakan teknik
sampling insidental dan purposive sampling.
Teknik sampling insidental merupakan teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
| 184

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

yaitu
siapa
saja
yang
secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, apabila
dipandang orang yang kebetulan ditemui
cocok sebagai sumber data. Dalam penelitian
ini, jumlah sampel ditetapkan berdasarkan
waktu dilakukannya aktivitas, 50 pengunjung
di hari libur (weekend) dan 50 pengunjung di
hari kerja berdasarkan waktu kunjungan yaitu
pagi, siang sampai sore dan malam hari. Jadi,
jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebesar 100 sampel. Selain
ditentukan berdasarkan waktu aktivitas,
jumlah sampel juga dikategorikan berdasarkan
usia, yaitu usia dibawah 17 tahun, 18-25
tahun, dan diatas 25 tahun, yang kemudian
disebar disepanjang area D.
Selain itu, juga menggunakan purposive
sampling yang merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif,
Kualitatif, dan R&D 2008: 85). Oleh karena itu,
narasumber yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini ditekankan pada pihak tertentu,
seperti instansi pemerintahan yaitu Balai
Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, dan tokoh
masyarakat yang memiliki peran dalam
pengelolaan area D.
Adapun analisis yang digunakan dalam
penelitian untuk menjawab pertanyaan dan
mencapai tujuan penelitian yang sesuai
dengan sasaran penelitian, antara lain:
Identifikasi Karakteristik Pengunjung
Identifikasi
karakteristik
pengunjung
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan
fasilitas yang dapat menunjang aktivitas yang
terdapat di area D. Dengan mengetahui
kebutuhan dari pengunjung maka, dapat
dengan mudah dilakukan pengembangan dan
penataan area D yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat melayani pengunjung.
Dalam melakukan identifikasi karakteristik
pengunjung area D menggunakan analisis
kuantitatif deskriptif. Karakteristik pengunjung
dapat dilihat dari karakteristik sosial-ekonomi
dan karakteristik pola kunjungan. Hasil dari
analisis ini adalah peneliti dapat mengetahui
karakteristik
pengunjung
serta
dapat
teridentifkasinya kebutuhan pengunjung
dalam memanfaatkan area D.
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

Identifikasi Komponen Pembentuk Identitas


Ruang Terbuka Publik
Identifikasi komponen pembentuk identitas
ruang terbuka publk dapat dilihat dari aspek
fisik, aktivitas dan makna ruang terbuka
publik. Indikator tersebut dapat dianalisis
dengan menggunakan analisis kuantitatif
deskriptif yang didapatkan dari data hasil
kuesioner, observasi, dan wawancara.
Identifikasi Kelengkapan dan Kondisi Fasilitas
Dalam melakukan analisis kelengkapan dan
kondisi fasilitas, menggunakan teknik analisis
kuantitatif deskriptif. Data yang digunakan
dalam analisis terdiri dari kondisi street
furniture, vegetasi, dan sebagainya.
Analisis Kualitas Ruang Terbuka Publik
Analisis kualitas ruang terbuka publik dapat
dilihat dari kualitas fungsional, visual, dan
lingkungan.
Analisis
tersebut
dapat
menggunakan analisis kuantitatif deskriptif.
Analisis Tingkat Kenyamanan Pengunjung
Ruang Terbuka Publik
Analisis tingkat kenyamanan pengunjung
menggunakan analisis kuantitatif deskriptif.
Data yang digunakan dalam analisis ini terdiri
dari sirkulasi, iklim, kebisingan, aroma,
keamanan, kebersihan, dan keindahan.
Analisis hubungan antara kualitas ruang
terbuka publik dengan tingkat kenyamanan
pengunjung
Dalam analisis ini, hal pertama yang dilakukan
adalah menganalisis hubungan antara kualitas
ruang terbuka publik dengan tingkat
kenyamanan pengunjung dari data-data yang
telah
diperoleh
sebelumnya.
Dalam
menganalisis
hubungan
tersebut,
menggunakan analisis crosstab (tabulasi
silang). Ciri tabulasi silang adalah adanya dua
variable atau lebih yang mempunyai
hubungan dan umumnya berupa data
kualitatif.
TABEL I
VARIABEL YANG DIGUNAKAN DALAM
ANALISIS CROSSTAB

Variabel
Terikat

Variabel
Kualitas
Fungsional

Indikator
Aktivitas
Lama waktu kunjungan
Kondisi pedestrian
Kondisi
parkir
kendaraan pengunjung

| 185

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

Variabel
Kualitas Visual

Kualitas
Lingkungan

Variabel
Bebas

Tingkat
Kenyamanan
Pengunjung

Sumber: Hasil Analisis, 2013

Indikator
Pendapat pengunjung
mengenai
pembangunan area D
Keberadaan Pedagang
Pendapat pengunjung
mengenai penghijauan
di area D
Pengelolaan
dan
Perawatan
Sirkulasi
Iklim
Kebisingan
Aroma
Keamanan
Kebersihan
Keindahan

HASIL PEMBAHASAN
Karakteristik Pengunjung, terbagi menjadi
dua, yaitu karakteristik sosial-ekonomi dan
pola kunjungan. Karakteristik sosial-ekonomi
terdiri dari jenis kelamin, usia pengunjung,
tempat tinggal pengunjung, dan status
pekerjaan. Perbandingan jumlah pengunjung
pria dan wanita di ruang terbuka publik area D
hampir sama. Jumlah pengunjung pria
sebanyak 55% dan jumlah pengunjung wanita
sebanyak 45% dari 100 responden, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ruang publik area D
diminati oleh siapa saja, baik pria maupun
wanita
Kelompok usia pengunjung area D
terdiri dari 17 tahun, 18 -25 tahun, dan >25
tahun. Dari 100 responden, kelompok usia 1825 tahun lebih banyak mengunjungi area D
dengan persentase jumlah yaitu 56%. Selain
itu, kelompok usia diatas 25 tahun juga
memiliki jumlah yang lebih besar dari
kelompok usia di bawah 17 tahun. Hal ini
didukung dengan pengamatan langsung
dimana banyak orang tua dengan umur diatas
25 tahun mengunjungi area D dengan tujuan
mengajak anak bermain dan rekreasi bersama
keluarga. Untuk usia di bawah 17 tahun dan
18 sampai 25 tahun merupakan pelajar atau
mahasiswa yang mengunjungi area D bersama
kerabat.
Dari hasil pengolahan tersebut maka
dapat diketahui bahwa area D dapat menarik
pengunjung yang rumahnya jauh dari area D
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

untuk datang, menikmati dan memanfaatkan


area D. Status pekerjaan pengunjung area D
beragam, diantaranya adalah pelajar,
mahasiswa, PNS, wiraswasta, karyawan, ibu
rumah tangga, karyawan, dan sebagainya. Dari
pekerjaan
yang
beragam
tersebut,
pengunjung yang paling banyak mengunjungi
area D adalah mahasiswa yaitu sebesar 31%.
Selain karakteristik sosial-ekonomi, juga
terdapat karaktersitik pola kunjungan yang
terdiri dari tujuan kunjungan, frekuensi
kunjungan, teman perjalanan, lama waktu
kunjungan, dan cara melakukan perjalanan.
Tujuan kunjungan pengunjung area D
beragam, yaitu untuk rekreasi, bermain,
berdagang, olahraga, mendatangi event.
Tujuan kunjungan pengunjung area D
sebagian besar adalah untuk rekreasi bersama
keluarga ataupun kerabat, itu dikarenakan
lokasi area D dikelilingi permukiman, dimana
memerlukan suatu ruang terbuka publik untuk
bersantai dan menikmati sore dengan
keluarga.
Frekuensi kunjungan menunjukkan
seberapa
minat
pengunjung
untuk
mengunjungi area D. Pengunjung terbanyak
yang mengunjungi area D adalah pengunjung
yang datang satu kali dalam seminggu. Hal ini
menunjukkan bahwa area D sangat berpotensi
karena dapat menarik pengunjung untuk
datang kembali ke area D. Selain itu teman
perjalanan dapat mengetahui kepentingan
dan tujuan pengunjung mengunjungi area D.
Sebagian besar pengunjung mengunjungi area
D bersama teman, keluarga sebanyak 26%,
pasangan sebanyak 14% dan sendiri sebanyak
5%.
Lama atau tidaknya pengunjung dalam
menghabiskan waktunya di area D tergantung
dari kebutuhan dan aktivitas yang dilakukan di
area D. Sebanyak 49% dari 100 responden,
menghabiskan waktunya di area D selama
kurang dari 2 jam. Adapun kebutuhan dan
kegiatan yang dilakukan pengunjung yang
menghabiskan waktunya selama kurang dari 2
jam di area D adalah menikmati sore bersama
keluarga, menunggu teman di area D, dan
sebagainya.
Dalam melakukan suatu kunjungan,
setiap
pengunjung
pada
umumnya
| 186

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

menggunakan kendaraan sebagai moda


transportasi
untuk
mencapai
tempat
kunjungan. Dari 100 responden, sebagian
besar pengunjung menggunakan kendaraan
pribadi untuk mencapai area D.
Komponen Pembentuk Identitas Ruang
Terbuka Publik, yang menentukan kualitas
suatu tempat terdiri dari tiga komponen, yaitu
fisik, aktivitas, dan makna. Komponen fisik
yang terdapat di Area D Banjir Kanal Barat
terdiri dari bangunan yang terletak di sekitar
area D, penghijauan atau vegetasi, iklim,
pedestrian atau jogging track, bendungan,
jembatan serta ruang-ruang yang dijadikan
sebagai tempat untuk beraktivitas. Selain itu,
komponen fisik pembentuk identitas di area D
dapat dilihat dari lokasi area D, serta akses
jalan menuju area D. Area D juga dikelilingi
oleh permukiman yang cukup padat yaitu
permukiman Kelurahan Cabean, Kelurahan
Bulustalan dan Kelurahan Bojong Salaman.
Jalan utama untuk menuju area D dapat
melalui Jalan Jendral Sudirman yang terletak
di sebelah utara area D, dan Jalan Kaligarang
yang terletak di sebelah selatan area D.
Selain itu, komponen pembentuk
identitas ruang terbuka publik adalah
aktivitas. Aktivitas yang dikategorikan sebagai
aktivitas penting di area D adalah berjualan
yang dilakukan pedagang, dimana aktivitas
perdagangan merupakan aktivitas rutin yang
dilakukan pedagang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dalam aktivitas
perdagangan ini, pedagang juga melakukan
aktivitas dalam sistem pergerakan seperti
menggunakan jalan raya untuk mencapai area
D. Aktivitas pilihan yang terdapat di area D,
antara lain menikmati sore hari, bermain,
rekreasi, olahraga, dan sebagainya. Selain
kegiatan rekreasi, di area D juga terdapat
kegiatan dalam event nonton bareng dan Hari
Air Nasional. Aktivitas pilihan yang dilakukan
di area D adalah area D yang dimanfaatkan
sebagai tempat untuk berkumpul mengadakan
rapat, atau untuk latihan menari seperti yang
dilakukan oleh beberapa pengunjung di area D
pada sore hari.
Adapun komponen makna pembentuk
identitas yang dapat ditemui di area D yaitu
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

areanya yang mudah dikenali karena


merupakan pembangunan area kenyamanan
yang dapat menjadi tempat wisata, dimana
letaknya juga dekat dengan jalan utama, serta
memiliki landmark kawasan berupa jembatan
yang kebanyakan orang menyebutnya
jembatan suramadu dan Bendungan
Simongan. Jembatan ini dapat menjadi
landmark karena pada malam hari lampu di
jembatan ini menyala, dan adanya bendungan
simongan, sehingga dapat menjadi tanda
lokasi area D.
Kelengkapan dan Kondisi Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di area D terdiri
dari jalur pemandu yang terdiri dari rambu,
dimana area D tidak memiliki rambu yang
spesifik untuk ruang terbuka publik,
melainkan rambu lalu lintas, tangga yang tidak
memiliki pegangan rambat (handrail), dimana
persyaratan dan ukuran standar tangga yang
terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor: 06/PRT/M/2007, harus
dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
minimum pada salah satu tangga, street
furniture yang terdiri dari kursi taman, lampu
penerangan, tempat sampah, vegetasi dengan
fungsi peneduh, penyerap kebisingan,
pemecah angin, dan pembatas pandang.
Selain itu, juga terdapat jalur pedestrian
yang memiliki lebar 2 meter, dan 3,5 meter
untuk jalur pedestrian di luar panggung
terbuka, pintu masuk yang terdiri dari dua
jenis yaitu pintu masuk yang mengakses
panggung terbuka, dan pintu masuk untuk
mengakses area selain panggung terbuka.
Pintu masuk di area selain panggung terbuka
di sepanjang area D mudah untuk diakses
karena memiliki bentuk dan kejelasan fungsi
pintu masuknya. Sedangkan pintu masuk
untuk mengakses panggung terbuka kurang
jelas, apabila pengunjung yang baru pertama
mengunjungi area D akan sulit untuk mencari
pintu masuk untuk masuk ke panggung
terbuka.
Pada dasarnya area D tidak tersedia
areal parkir, baik parkir kendaraan roda empat
ataupun kendaraan roa dua, sehingga
penampilan parkirnya tidak sesuai dengan
standar tempat parkir yang seharusnya.
| 187

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

Perletakan mobil di tempat parkir di area D


hanya tergantung pada bahu jalan tanpa
adanya ketentuan sudut jalur trafik. Areal
parkir yang terdapat di area D menggunakan
space yang dijadikan sebagai tempat parkir
untuk kendaraan roda dua dan kendaraan
roda empat dengan menggunakan bahu jalan
sebagai tempat parkir.
Kebanyakan
pengunjung
yang
mengunjungi area D dengan mobil,
memakirkan kendaraan di sepanjang Jl.
Bojong Salaman. Hal ini dapat mengganggu
aktivitas pergerakan di jalan tersebut, padahal
menurut Shirvani (1985), struktur tempat
parkir tidak boleh mengganggu aktivitas di
sekitarnya dan akan lebih baik jika mendukung
kegiatan street level dan menambah kualitas
visual lingkungan.
Area D memiliki pagar pembatas dan
saluran drainase yang menunjukan kejelasan
fungsi yaitu membatasi antara area D sendiri
dengan jalan raya. Pagar pembatas yang
terdapat di area D terletak di sepanjang area
D di Jl. Bojong Salaman, Jl. Basudewo, dan Jl.
bendungan. Selain itu, kejelasan fungsi area D
yaitu adanya aliran drainase yang membatasi
antara area D khususnya panggung terbuka
dengan jalan raya.
Kualitas Ruang Terbuka Publik, dapat
dilakukan dengan memperhatikan beberapa
kriteria yang dapat dipenuhi guna mencapai
ruang terbuka publik yang berkualitas. Adapun
kriteria tersebut, yaitu kualitas fungsional,
visual, dan lingkungan.
Kualitas fungsional dapat dilihat dari tujuan
kunjungan, lama waktu kunjungan, kondisi
pedestrian, dan tempat parkir kendaraan.
Berikut merupakan persentase dari 100
jumlah pengunjung mengenai kualitas
fungsional. Area D dapat menampung
beragam
aktivitas,
namun
aktivitas
terbanyak dilakukan pengunjung adalah
rekreasi.
Lama
waktu
kunjungan
mengidentifikasi
seberapa
betah
pengunjung selama berada di area D.
Semakin lama waktu kunjungan, maka
semakin betah pengunjung mengunjungi
area D.
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

Parkir di Tempat yang


Banyak Kendaraan Parkir

43

Kondisi Pedestrian Cukup


Baik

75
49

<2 jam
39

Rekreasi
0

20
40
60
Jumlah Pengunjung

80

Sumber: Hasil Analisis, 2013

GAMBAR 2
KUALITAS FUNGSIONAL

Adapun kondisi pedestrian di area D


menurut pengunjung masih dalam kondisi
cukup baik, karena jalur pedestrian
digunakan sebagai tempat berdagang dan
parkir, serta masih banyak sampah
berserakan. Area D tidak memiliki areal
parkir yang sesuai standar dalam
penyediaan parkir di ruang terbuka publik
dan menggunakan space yang dijadikan
tempat parkir, sehingga jalur pedestrian
tidak dapat menghubungkan antara jalur
pedestrian dengan tempat parkir.
Kualitas Visual dapat dilihat dari pendapat
pengunjung mengenai pembangunan area D
dan vitalitas dalam area D yaitu keberadaan
pedagang dan event-event khusus yang
diselenggarakan di area D. Sebanyak 100%
pengunjung
setuju
dengan
adanya
pembangunan area kenyamanan karena
dapat
menyediakan
tempat
untuk
menikmati pemandangan, tempat wisata
gratis, mengembangkan wisata di Kota
Semarang, menyediakan ruang publik,
mengembangkan dan memanfaatkan ruang
terbuka di Kota Semarang, membuat Sungai
Banjir Kanal terlihat rapi dan tertata,
membuat bantaran sungai yang tidak lagi
identik dengan kawasan kumuh. Selain itu,
dapat memberikan kenyamanan terhadap
pengunjung. Sebanyak 93 orang dari 100
responden merasa tidak terganggu dengan
keberadaan pedagang. Mereka malah
mengganggap keberadaan pedagang sangat
membantu dalam menyediakan makanan
yang dijadikan cemilan sembari melakukan
aktivitas.
| 188

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

Kualitas lingkungan dapat dilihat dari


pendapat
pengunjung
mengenai
penghijauan
dan
pengelolaan
dan
perawatan yang terdapat di area D. Pada
dasarnya untuk suatu ruang terbuka publik,
penghijauan di area D sangat minim.
Vegetasi yang ada di area D hanya vegetasi
dengan
fungsi
peneduh,
penyerap
kebisingan, pemecah angin, dan pembatas
pandang, dan hanya memiliki jumlah yang
sangat sedikit. Pengelolaan dan perawatan
yang terdapat di area D berasal dari
swadaya masyarakat sekitar khususnya
masyarakat Kelurahan Bojong Salaman,
dimana mereka mengerahkan warga
mereka yang tidak memiliki mata
pencaharian untuk bekerja di area D sebagai
tukang parkir yang dimulai dari pukul 15.0023.00 untuk hari Senin-Jumat dan pukul
06.00-23.00 untuk hari Sabtu dan Minggu.
Tingkat Kenyamanan Pengunjung Ruang
Terbuka Publik, terdiri dari tujuh komponen,
yaitu sirkulasi, iklim, aroma, kebisingan,
kebersihan, keamanan, dan keindahan.
Sirkulasi yang terdapat di area D terdiri dari
jalur pejalan kaki dan pintu masuk. Jalur
pejalan kaki yang digunakan sebagai tempat
parkir maupun tempat berjualan dapat
menghambat
pengunjung
untuk
menggunakan jalur pejalan kaki, sehingga
pengunjung mengalami kesulitan dalam
mengakses area D. Hal tersebut dapat
mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung
yang berpengaruh pada kualitas ruang terbuka
publik di area D. Pintu masuk yang terdapat di
area D dipenuhi oleh pedagang sehingga
pengunjung terkadang kesulitan untuk
memasuki panggung terbuka.
Area D sendiri memiliki tempat peneduh,
namun dari 100 responden, 61% diantaranya
berpendapat bahwa area D memiliki tempat
peneduh namun tidak berfungsi secara
optimal. Hal ini dikarenakan jumlah tempat
peneduh yang sedikit dan hanya dapat
menampung sedikit pengunjung. Oleh sebab
itu, banyak pengunjung mendatangi area D
pada jam-jam tertentu seperti sore hari
karena tidak terlalu panas. Tingkat kebisingan
Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

di area D tidak terlalu tinggi. Sebanyak 71


pengunjung dari 100 responden tidak merasa
kebisingan saat berada di area D. Tingkat
kebisingan cukup tinggi pada saat event-event
yang diselenggarakan di area D.
Sumber bau yang berada di area D berasal
dari tong sampah, sampah yang menumpuk,
drainase maupun sungai. Keamanan yang
terdapat di ruang terbuka publik bukan hanya
mencakup dari segi kejahatan atau kriminal
tetapi juga termasuk konstruksi dari elemen
lansekap, tata letak elemen, bentuk elemen,
dan kejelasan fungsi. Keamanan juga dapat
dilihat dari fasilitas yang memberikan rasa
aman di ruang terbuka publik, salah satunya
adalah pagar dan saluran drainase.
Area D memiliki kebersihan yang cukup,
dikarenakan masih terdapat sampah yang
berserakan, padahal telah tersedia tong
sampah yang jumlahnya cukup dan tersebar di
sepanjang area D. Sampah yang berserakan di
area D terdapat di sepanjang jalur pejalan
kaki, dan juga terdapat di dekat tempat
duduk. Hal ini dapat mengurangi tingkat
kenyamanan pengunjung.
Keindahan yang terdapat di ruang publik
berasal dari desain ruang terbuka publik itu
sendiri maupun view yang dimiliki. Selain
meningkatkan kenyamanan, desain yang
menimbulkan
keindahan
juga
dapat
meningkatkan daya tarik dan nilai estetika
area D menjadi berkualitas. Keindahan juga
ditimbulkan dari view yang terdapat di area D
berupa lampu-lampu yang terdapat di
sepanjang area D, apabila malam
hari
menjadi sangat indah karena cahaya lampu
memberikan pantulan ke air sungai. Selain itu
juga terdapat lampu di jembatan, yang dapat
menjadi landmark area ini.
Hubungan antara Kualitas Ruang Terbuka
Publik
dengan
Tingkat
Kenyamanan
Pengunjung
Secara keseluruhan kualitas fungsional di
area D memiliki hubungan dengan tingkat
kenyamanan pengunjung, dimana hubungan
tersebut erat dan saling berpengaruh. Kualitas
fungsional di area D lebih menekankan pada
faktor kenyamanan berupa sirkulasi, iklim,
keamanan, dan kebersihan. Hal ini
| 189

Hubungan Kualitas Ruang Terbuka Publik dengan Tingkat Kenyamanan Pengunjung Pada Pengembangan Area D Di Banjir Kanal Barat

dikarenakan, kualitas fungsional dilihat dari


kondisi fisik yang terdapat di area D, baik
kondisi fasilitas maupun kondisi fisik dan
fungsional area D itu sendiri.
Jika dilihat secara keseluruhan, kualitas
visual area D lebih menekankan pada faktor
kenyamanan sirkulasi, iklim, kebersihan, dan
keindahan. Hal ini disebabkan kualitas visual
tidak dilihat dari fisiknya melainkan dari segi
pandangan maupun penglihatan pengunjung
itu sendiri yang dapat menentukan tingkat
kenyamanan pengunjung selama berada di
area D. Dengan meningkatkan kualitas visual
area
D
maka
dapat
meningkatkan
kenyamanan pengunjung yang mengunjungi
area D. Kualitas lingkungan di area D lebih
menekankan pada faktor kenyamanan iklim,
kebersihan, dan keindahan. Hal ini
dikarenakan kualitas lingkungan berpengaruh
pada iklim, kebersihan, dan keindahan dimana
berpengaruh pada estetika dan keseimbangan
lingkungan.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan
bahwa kualitas ruang terbuka publik memiliki
hubungan yang erat dan saling berpengaruh
dengan tingkat kenyamanan pengunjung.
Kualitas fungsional di area D lebih
menekankan pad faktor kenyamanan berupa
sirkulasi, iklim, keamanan, dan kebersihan.
Kualitas visual lebih menekankan pada faktor
kenyamanan
berupa
sirkulasi,
iklim,
kebersihan
dan
keindahan.
Kualitas
lingkungan lebih menekan pada faktor
kenyamanan berupa iklim, kebersihan dan
keindahan. Suatu ruang terbuka publik
dikatakan
berkualitas
apabila
telah
memperhatikan
dan
meningkatkan
kenyamanan pengunjung. Begitu pula
sebaliknya, ruang terbuka yang dapat
memberikan
kenyamanan
bagi
pengunjungnya merupakan ruang terbuka
publik yang berkualitas. Area D sebagai ruang
terbuka publik yang baru di Kota Semarang
dapat menjadi ruang terbuka publik yang

Ruang; Vol. 1; No. 1; Th. 2013; Hal. 181-190

Yella R. Lestari dan Nurini

berkualitas apabila memperhatikan dan


meningkatkan komponen yang mempengaruhi
kenyamanan pengunjung, serta mengelola
dan memberikan perawatan yang rutin
terhadap fasilitas yang ada, sehingga dapat
menjawab kebutuhan pengunjung dalam
memanfaatkan area D.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Semarang
Budiharjo, Eko dan Djoko Sujarto. 1998. Kota
yang Berkelanjutan.Jakarta: Ditjen Dikti,
Dekdibud
Carr, Stephen et al. 1992. Public Space.New
York: Cambridge University Press
Cresswell, John W. 1994. Research Design
Qualitative dan Quantitative Approach.
London: Sage Publication
Danisworo, Mohammad. 1991. Perancangan
Urban.Institut Teknologi Bandung
Darmawan, Edy. Ruang Publik dalam
Arsitektur kota. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Hakim, Rustam dan Hardi Utomo. 2003.
Komponen Perancangan Arsitektur
Lansekap: Prinsip-Unsur dan Aplikasi
Desain. Jakarta: Bumi Aksara
Prihastoto. 2003. Kajian Kualitas Ruang Publik
pada Alun-Alun Kota Purworejo. Thesis
tidak diterbitkan, Program Pasca
Sarjana, Magister Teknik Arsitektur
Universitas Diponegoro, Semarang
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Yusran,
Muhammad.
2012.
Arahan
Pengembangan Kawasan Ruang Publik
Pantai Losari. Tugas Akhir Tidak
Diterbitkan, Program S1, Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas
Komputer
Indonesia,
Bandung

| 190

Anda mungkin juga menyukai