Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu Ichthyes yang
artinya ikan dan Logos artinya ilmu. Dengan demikian Ikhtiology adalah
suatui ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek
kehidupannya. Ikan merupakan hewan vertebrata berdarah dingin, bernafas
dengan insang, tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip.
Pada prinsipnya ikan memiliki beberapa organ dan masing masing
organ pada ikan memiliki fungsi yang berbeda, seperti halnya system
integument pada ikan. Sistem integument berasal dari bahasa latin yang
berasal

dari

kata

integumentum yang

berarti penutup. Integumen

merupakan bagian terluar dari tubuh ikan yang memisahkan, melindungi,


dan memberikan informasi mengenai lingkungan yang di sekitarnya. Sistem
integument

pada

ikan

memiliki

beberapa

fungsi, antara lain: sebagai

pelindung, penerima rangsang dari luar, ekskresi, osmoregulasi, dan respirasi


bagi beberapa jenis ikan tertentu. Sistem integument atau penutup tubuh
ikan, terdiri dari kulit dan derivat derivatnya, seperti sisik, lendir, pigmen
warna, organ cahaya, dan kelenjar beracun.
.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan system integument?


Apa fungsi dari kulit?
Bagaimana susunan struktur lapisan pada kulit ikan?
Apa saja bagian dan fungsi dari derivate derivate kulit ikan.

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1

1.
2.
3.
4.

Mengetahui pengertian integument.


Mengetahui apa saja fungsi kulit.
Mengetahui struktur lapisan kulit ikan.
Mengetahui bagian bagian dari derivate kulit ikan beserta fungsinya.

1.4 METODE PENULISAN


Dalam makalah ini, kami menggunakan metode kepustakaan. Dilakukan dengan
mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan sitem integument,
baik berupa buku maupun informasi yang kami dapat dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Integumen


Sistem integument berasal dari bahasa latin yang berasal dari kata
integumentum yang berarti penutup. Integumen merupakan bagian terluar dari
tubuh ikan yang memisahkan, melindungi, dan memberikan informasi mengenai

lingkungan yang disekitarnya. Sistem integument pada ikan memiliki beberapa


fungsi, antara lain: sebagai pelindung, penerima rangsang dari luar, ekskresi,
osmoregulasi, dan

respirasi

bagi

beberapa

jenis

ikan

tertentu. Sistem

integument atau penutup tubuh ikan, sebagian luasnya terdiri dari kulit yang
memiliki derivat derivatnya, seperti sisik dan lendir.

2.2 Kulit pada Ikan


Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang menyelubungi jaringan di
dalam tubuh ikan, maka dari itu kulit berfungsi untuk melindungi baik dari
bahaya mekanis, fisis maupun dari organisme di sekitarnya. Selain itu kulit juga
memiliki fungsi lain, diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Alat pertahanaan pertama pada penyakit


Perlindungan dan pertahanaan diri terhadap faktor lingkungan
Alat ekskresi dan osmoregulasi, sebagai lapisan semipermeable
Alat bantu pernapasan untuk beberapa jenis ikan
Tempat kelenjar beracun
Sumber pewarna
Sumber cahaya
Tempat lendir dan bau yang khas

Struktur Lapisan pada Kulit Ikan


1. Kutikula
Lapisan kutikula mengandung immonuglobulin dan liso-enzim yang
spesifik dan asam asam lemak bebas yang diperkirakan mempunyai
aktivitas anti pathogen. Dikatakan pula bahwa lapisan kutikula tersebut dapat
mengurangi bahaya luka serta dapat menghambat penerobosan air oleh
proses osmosis serta dapat menghambat penorobosan air oleh proses
osmosis serta dapat mengurangi gesekan tubuh ikan saat berenang.
2. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis selalu basah karena terdapat lendir yang dihasilkan
oleh sel sel kelenjar yang berbentuk piala terdapat di seluruh permukaan
tubuh. Sel sel bagian dalam selalu giat melakukan pembelahan untuk
3

menggantikan sel sel bagian luar yang terlepas dan untuk persendian
pengembangan tubuh. Lapisan epidermis terdiri dari, Stratum germinativum (
Lapisan basal ), mucous gland , granular gland.
Stratum germinativum ( lapisan basal ) berfungsi untuk membentuk

sel sel baru kearah luar


Mucous gland ( kelenjar lendir ) dapat dijumpai pada pisces dan
amphibi. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengeruhi oleh
kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terdapat di bagian

dalam epidermis.
granular gland ( kelenjar granular ) yang berfungsi sebagai alat
pertahanan diri

3. Lapisan Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan luar. Dermis
mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Dermis
berdiferensiasi

menjadi

menjadi

stratum

compactum

dan

stratum

spongiosum. Stratum compactum terletak di bawah stratum spongiosum.


Stratum spongiosum merupakan jaringan serat retikulin dan kolagen yang
longgar, mengandung sel-sel pigmen, fibroblas, sel-sel penumpu sisik, dan
sisik. Dermis berperan dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang
bersisik.

4. Hipodermis
Hipodermis merupakan bagian kulit yang paling dalam dan paling tipis
yang terletak antara stratum compactum dan serabut otot. Ciri yang paling
mencolok dari lapisan ini adalah terdapatnya sel-sel adiposa (lemak), lapisan
pigmen, pembuluh darah dan syaraf.

Gambar 2.2 kulit pada ikan

2.2.2 Lendir
Umumnya pada ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir lebih banyak
dibandingkan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir dipengaruhi oleh kegiatan sel
kelenjar yang berbentuk piala yang dapat menghasilkan suatu zat (semacam
glycopretein) yang dinamakan mucin di dalam lapisan epidermis. Jika zat tersebut
bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan menyebabkan kulit
pada bagian epidermis ini selalu basah. Sel kelenjar berbentuk piala ini akan
memproduksi lebih banyak lendir pada saat tertentu. Contohnya pada ikan yang
berusaha melepaskan diri dari bahaya akan memproduksi lending lebih banyak
dibandingkan di saat ikan merasa aman. Fungsi lendir untuk ikan itu sendiri untuk
mengurangi gesekan dengan air sehingga ikan dapat berenang lebih cepat. Selain
itu lendir juga berperan dalam proses osmoregulasi sebagai lapisan semipermiabel
yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam
penutupan luka, dan bahan pembuat sarang. Pada beberapa ikan tertentu
menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan,
misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama
musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim
penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur
dari gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster. Cara membuat
sarang oleh ikan, diantaranya yaitu:
1. Ikan akan membuat sarang lubang dan masuk ke dalam tanah saat
permukaaan air mulai dangkal.
2. Ikan akan membuat lubang ke dalam tanah sampai ke dalaman tertentu

3. Ketika air makin surut, kepala ikan akan menghadap ke atas, tepat di
permukaan tanah.
4. Ketika permukaan makin surut dan permukaan tanah dasar masih basah,
ikan akan membuat semacam alur untuk mengambil udara ( bernafas )
5. Air di tanah semakin berkurang, posisi ikan mengikuti air di dalam tanah.
Kepala ikan berada di permukaan air.
6. Kondisi tanah makin kering, ikan akan berada di dalam kepompong yang
di buat dari lendir dan tanah. Aktifitas ikan akan relative terhenti ( tidur
musim panas ) sampai tanah kembali basah dan perairan terisi dengan
air kembali.

2.2.3 Sisik
Sisik disebut juga sebagai rangka dermis karena sisik dibuat di dalam lapisan
dermis. Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitif,
sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya.
Disamping ikan bersisik terdapat pula ikan yang sama sekali tidak bersisik
ditemukan pada ikan lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea), ikan subordo
Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba). Ada beberapa jenis ikan yang hanya
ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja. Namun adapula yang hanya
ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat (Anguilla) yang terlihat seperti tidak
bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir yang tebal.
Selama pertumbuhan ikan, ukuran sisiknya bertambah, tetapi tidak dengan
jumlahnya. Garis lingkaran ( circulus ) selalu bertambah selama masa hidup ikan.
Circulus yang berdempetan atau bertumpuk disebut annulus yang digunakan untuk
menghitung umur ikan. Sedangkan sisik lateral line tidak dapat digunakan untuk
menentukan umur ikan.
Sisik pada ikan berfungsi untuk melindungi diri dari serangan penyakit maupun
dari pemangsa lain, melindungi ikan dari perubahan cuaca yang drastis,
mempermudah gerakan ikan di dalam air karena ikan akan selalu bergesekan

dengan air, sisik juga sebagai pembeda antara ikan karena sisik berbeda-beda
dalam hal warna,motif dan bentuknya.
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana
kehidupan ikan tersebut. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di
dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu placoid, cosmoid,
ganoid, cycloid, dan ctenoid.
A. Sisik Placoid
Jenis sisik ini merupakan karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan
( Chondrichthyes ). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar
bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya
terbenam di dalam bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri
keluar dari permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton
yang primitive yang memiliki titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang
biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral
dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf
yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehingga sering
disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari
sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya
pengelompokan dari sel sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih
nyata membentuk papilla dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah
permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.

Gambar 2.3.1 sisik placoid


B. Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitif yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan terdiri dari beberapa lapisan, yang
berturut-turut dari luar adalah vitrodintine yang dilapisi semacam enamel, kemudian
cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncelluler, terakhir isopedine yang
materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian
bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutupi
permukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .

Gambar 2.3.2 sisik cosmoid

C. Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus ( Holostei ) dan Scaphyrynchus (
Chondrichthyes ). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni, lapisan terluar disebut
ganoine yang materialnya berupa garam garam an-organik, lapisan berikunya
adalah cosmine, dan lapisan paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini
dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini antara lain, Polypterus,
Lepisostidae, Acipenceridae, Polyodontidae .

Gambar 2.3.3 sisik cosmoid


D. Sisik Cycloid dan Ctenoid
Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, sisik cycloid terdapat pada ikan
berjari jari lemah ( Malacopterygii ) dan sisik ctenoid pada golongan ikan berjari
jari keras ( Acanthopterygii ). Perbedan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya
meliputi adanya sejumlah duri duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di
bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini terdapat pada bagian atas dan
bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi
menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke
dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang
dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat bernang lebih cepat. Sisik
yang terlihat adalah bagian belekang ( posterior ) yang berwarna lebih gelap
dibandingkan bagian depan ( anterior ) karena bagian posteriornya mengandung
butir butir pigmen ( chromatophere ). Bagian anterior, terutama bagian tubuh,
transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara sisik cycloid dan ctenoid adalah
pada bagian posterior sisik ctenoid yang dilengkapi dengan ctenii ( gerigi kecil ).

Gambar 2.3.4 sisik ctenoid

Gambar 2.3.5 sisik cycloid

A. Jenis Habitat dengan Perbedaan Sisik Ikan


1. Perairan Arus Deras
Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada
perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut.
2. Perairan Tenang
Ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus
menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik
cycloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid
mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar.

B. Letak Sisik pada Ikan


1. Letaknya menyeluruh dari belakang operculum sampai sirip caudal. Letak sirip ini
terdapat pada ikan betok dan ikan gabus.
2. Letaknya tidak merata, pada ikan Polyodon letaknya di bawah operculum, pada
ikan tongkol terletak pada bagian depan dorsal di belakang kepala, dan ikan mas di
sekitar lateral line.
3. Ikan yang tidak bersisik salah satunya adalah lele.
4. Setengah bagian sisik menempel

pada kantong di dermis dengan susunan

seperti genting ( anteriornya tidak berwarna dan posteriornya berpigmen ).

2.2.4 Warna Ikan


Intesitas warna ikan berkurang saat ikan mati. Warna pada ikan dapat lebih indah
dari warna sayap kupu kupu dan burung. Tidak semua ikan berwarna cerah,

10

terkadang berwarna coklat, abu abu, hitam yang merata di seluruh tubuh. Warna
ikan merefleksikan tempat hidupnya. Warna dasar ikan pucat di bagian perut dan
gelap di bagian punggung. Ikan laut memiliki tiga warna dasar, yaitu ikan di
permukaan laut berwarna keperakan, kemerahan di perairan yang agak dalam, dan
ungu kehitaman atau hitam di laut dalam. Ikan yang hidup di karang memiliki totol
warna sesuai lingkungannya ( mimieri ). Ikan dapat berkamuflase warna karena
adanya predator, yang disebabkan stimuli mata, perubahaan terjadi secara cepat
dan hormon , perubahaan yang terjdi secara lambat.
Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh schemachrome ( konfigurasi fisik ) dan
biochrome ( pigmen pembawa warna ). Schemachrome warna putih ditemukan pada
rangka, gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna
pelangi pada sisik, mata dan membrane anus. Sedangkan yang tergolong ke dalam
biochrome adalah carotenoid ( kuning, merah dan corak lainnya ), chromolipoid
( kuning sampai coklat ), indigoid ( biru, merah dan hijau ), melanin ( hitam dancoklat
), flavin ( fluoresensi kehijau hijauan ), purin ( putih atau keperak perakan ),
pterin ( putih,kuning, merah dan jingga ).
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte
(leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel
cermin karena tersusun dari guanin yang dapat merefleksikan warna di luar tubuh
ikan. Chromatophere terletak di dermis.

Sel ini mempunyai butir-butir pigmen

yangmerupakan sumber warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat menyebar


keseluruh sel atau mengumpul pada suatu titik. Gerakan inilah yang menyebabkan
perubahan warna pada ikan. Jika warna mengumpul, ikan akan berwarna pucat, jika
menyebar, warna ikan akan menjadi jelas dan berwarna cerah. Chromatophere
dibedakan menjadi empat macam, yaitu erythrophore ( merah oranye ), xanthophore
( kuning ), melanophore ( hitam ), guanophore ( putih keperakan karena terdapat sel
iridocyte).
Ikan ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang
sederhana, bertingkat dari keputih putihan pada bagian perut, keperak perakan
pada sisi tubuh bagian bawah sampai warna kebiru biruan atau kehijau hijauan
pada sisi atas dan kehitam hitaman pada bagian punggungnya. Ikan yang hidup di

11

daerah dasar, bagian dasar perutnya berwarna pucat dan bagian punggungnya
berwarna gelap. Misalnya pada kelompok ikan pari dan ikan sebelah. Ikan ikan
yang hidupnya di sekitar karang memiliki warna yang cerah dan cemerlang,
misalnya pada ikan ikan family Chaetodontidae , Achanturidae , Apogonidae dan
sebagainya.
Pemiripan warna secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara
perlahan maupun cepat merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai
lingkungan atau habitat dimana mereka berada. Ikan laut memiliki warna tubuh yang
bertingkat, di bagian dorsal berwarna biru, bagian sisi keperak perakan, dan putih
di bagian perut. Perubahan warna sering terjadi berhubungan dengna kondisi
lingkungan seperti siang dan malam, musim dan keadaan habitat. Perubahaan
warna tersebut diatur oleh interaksi saraf dan hormone.
Perwarnaaan terpecah merupakan suatu upaya ikan untuk mengaburkan
pandangan terhadap tubuh ikan itu sendiri. Bila tubh ikan memiliki garis garis
warna atau corak kontras yang tidak teratur, maka garis garis tersebut cenderung
akan mengaburkan pandangan hewan lain. Pada ikan kupu kupu ( Forcipinger
longirostris ) yang hidup di daerah karang mampu memecahkan warna tubuhnya
menjadi bentuk organ tubuh, warna demikian dipergunakan untuk memecah bentuk
atau mengaburkan bentuk asli ikan.
Selain fungsinya sebagai penyamaran dan penyembunyian, pada beberapa ikan
bentuk pewarnaannya justru cenderung sebagai pemberitahuan. Sejumlah anggota
family Percidae yang terdapat di air tawar dan sejumlah famili yang ditemukan di laut
memiliki corak warna yang terang dan cemerang sebagai pengenalan seksual.

2.2.5 Organ Bercahaya


Cahaya yang dihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal individu
yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan, dan penciri ikan
beracun. Umumnya ikan-ikan yang memiliki organ cahaya hidupnya pada daerah
laut dalam (antara 300-1000 m) dengan warna biru atu biru kehijau-hijauan yang
biasa dikenal dengan bioluminescens.

12

Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup diperairan dangkal memiliki
organ cahaya seperti, ikan leweri batu (phothobleparon palpebartus) dan ikan leweri
air (Anomalops katopron). Cahaya yang dikeluarkan berkedap kedip secara teratur
yang dikendalikan oleh organ cahaya yang keluar masuk suatu kantong pigmen
hitam dibawah mata. Asal cahaya pada ikan, diantaranya berasal dari :
Bakteri yang bersimbiosis dengan ikan, terdapat pada kantong kelenjar epidermis.
Contohnya pada ikan famili Monocentridae, Gadidae, Leognathidae, Serranidae,
Macroridae. Pemantulan cahaya diatur oleh jaringan yang berfungsi sebagai lensa.
Bagian berlawanan lensa terdapat banyak pigmen yang berfungsi sebagai pemantul.
Pemancaran cahaya yang dikeluarkan bakteri diatur oleh kontraksi pigmen yang
berfungsi sebagai iris mata
Dikeluarkan langsung oleh sel kulit ikan yang disebut photophore atau photocyte.
Misalnya pada golongan Elasmobranch (Etmopterus, Benthobatis, dan Spinax ) dan
pada ikan golongan Teleostei (Batrachoididae, dan Stomiatidae).
Pada ikan -ikan yang hidup di laut dalam pengeluaran cahayanya mempunyai
peranan dalam pemijahan. Pada musim pemijahan, ikan jantan berusaha
membimbing betina untuk mencari tempat yang baik untuk memijah. Cahaya yang
dikeluarkan memiliki kekuatan panjang gelombang 400-600 yang dapat menerangi
sejauh 100 meter. Angelerfishes (Linophyrin brevibarsis) yang terdapat dilaut dalam
mempunyai tentakelnya mempunyai kultur bakteri yang terdapat pada kulitnya.
Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan jaringan yang membesar itu
digosokkan diatas kultur bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa
oleh tentakel untuk menarik perhatian mangsanya.

2.2.6 Kelenjar Beracun


Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan
modifikasi kelenjar yang merupakan lendir. Ikan ikan yang kelenjar integumennya
mengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri,
menyerang dan mencari makanan.

13

Pada ikan lepu (Synanceia verrusoca dan Ptrois volitans) memiliki alat beracun
pada daerah jari jari keras sirip pinggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan
lepu ini tinggal di dasar perairan yang dangkal, berpasir atau berkarang dan pada
daerah terdapat vegetasi lamun. Geraknnya lamban dengan warna permukaan
tubuh yang mirip dengan dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat.
Beberapa jenis dari ikan yang memiliki racun yang dapat mematikan manusia,
misalnya jenis Synanceia horrida.
Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri ekornya. Duri ini
tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut
terdapat gerigi yang bengkok kebelakang. Duri tersebut ditandai oleh adanya
sejumlah alur dangkal yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan kelabu
spongi, lembut meluas sepanjang celah panjang yang berfungsi sebagai jaringan
tempat dihasilkannya racun. Ikan baronang (Signasus) memiliki kelenjar beracun
yang terdapat pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut dan 7
jari-jari keras sirip dubur.
Ikan-ikan yang system integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain
ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii (Chimaeridae,
Myilobathidae dan Dasyatidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga
dikenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari system integumennya,
melainkan dari kelenjar empedu.
Potamotrygon, ikan air tawar di Amerika, memiliki racun seperti racun ular
Ikan lepu tembaga (Synanoeja sp), racunnya pada lapisan kulit penutup jari-jari
keras sirip punggung dan sirip perut
Ikan beronang (Sigamus spp), kelenjar beracun pada jari-jari sirip keras sirip
punggung dan sirip perut
Ikan pari, racunnya pada ekor
Ikan lele lokal jawa, kelenjar racunnya pada jari-jari keras sirip punggung dan sirip
dada.

14

Studi tentang racun ikan dikenal dengan ichthyotoxisme. Ilmu ini mempelajari
tentang racun yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan dengan aspekaspeknya. Ichthyotoxisme meliputi, Ichthyosarcotoxisme yang mempelajari berbagai
macam keracunan akibat makan ikan beracun dan Ichthyotoxisme yang mempelajari
sengatan ikan berbisa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem integument berasal dari bahasa latin yang berasal dari kata
integumentum yang berarti penutup. Integumen merupakan bagian terluar dari
tubuh ikan yang memisahkan, melindungi, dan memberikan informasi mengenai
lingkungan yang disekitarnya. Kulit sebagai bagian terluar tubuh atau penutup tubuh
yang permukaannya paling luas dan menyelubungi tubuh ikan, merupakan alat
untuk melindungi dari bahaya. Kulit juga berfungsi untuk ekskresi dan osmoregulasi.
Kulit terdiri dari lapisan kutikula, epidermis, dermis, dan hypodermis. Kulit memiliki
derivate derivatnya tersendiri. Adapun derivate derivate dari kulit ikan,
diantaranya:

Sel kelenjar yang berbentuk piala untuk menghasilkan lendir.


Sisik yang disebut sebagai rangka dermis karena dibuat di dalam lapisan dermis.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu placoid, cosmoid, ganoid, cycloid, dan ctenoid.
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte
(leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel
cermin karena tersusun dari guanin yang dapat merefleksikan warna di luar tubuh
ikan. Chromatophere terletak di dermis.

Sel ini mempunyai butir-butir pigmen

yangmerupakan sumber warna sesungguhnya. Chromatophere dibedakan menjadi


empat macam, yaitu erythrophore ( merah oranye ), xanthophore ( kuning ),
melanophore ( hitam ), guanophore ( putih keperakan karena terdapat sel
iridocyte).

15

Organ bercahaya, asal cahaya dari ikan berasal dari bakteri yang bersimbiosis
dengan ikan yang terdapat pada kantong kelenjar epidermis. Contohnya pada ikan
famili Monocentridae, Gadidae, Leognathidae, Serranidae, Macroridae. Cahaya
pada ikan juga dapat dikeluarkan langsung oleh sel kulit ikan yang disebut
photophore atau photocyte. Misalnya pada ikan golongan Elasmobranch
(Etmopterus, Benthobatis, dan Spinax ) dan pada ikan golongan Teleostei
(Batrachoididae, dan Stomiatidae). Cahaya yang dihasilkan ikan memiliki fungsi
sebagai tanda pengenal individu yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi
lingkungan, dan penciri ikan beracun.
Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan
modifikasi

kelenjar

integumennya

yang merupakan

mengandung

racun

lendir. Ikan
umumnya

ikan

yang kelenjar

dipergunakan

ikan

untuk

mempertahankan diri, menyerang dan mencari makanan. Ikan-ikan yang system


integumennya

mengandung

sebangsanya

(Siluroidea)

kelenjar
dan

beracun

golongan

antara

lain

Elasmobranchii

ikan

lele

dan

(Chimaeridae,

Myilobathidae dan Dasyatidae). Studi tentang racun ikan dikenal

dengan

ichthyotoxisme.

16

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai