(IAI)
Oleh:
http://www.iai-diy.or.id
2016
A. PENDAHULUAN
Arsitektur hadir di tengah kebutuhan masyarakat sebagai hasil persepsi
yang memiliki berbagai dimensi kebutuhan jiwa maupun ragawi yang dengannya
memberikan wujud apresiasi kebudayaan yang berlaku di masyarakat. Sehingga
perkembangan arsitektur tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
kebudayaan, masyarakat, dan pelaku arsitektur itu sendiri (arsitek, pen.).
Tidak dipungkiri, masyarakat Indonesia mewarisi tradisi membangun
secara tradisional turun-temurun lintas generasi sejak terjadinya gelombang
migrasi penduduk dari daratan benua Asia menuju paparan kepulauan di ujung
tenggara Asia hingga pulau besar (benua) Australia. Mereka mengakomodasi
kebutuhan masyarakat sesuai perkembangan tingkat sosial-budaya yang berlaku
dalam kelompok masing-masing hingga menjadi etnis-etnis tertentu yang
dikenal hingga saat ini. Tradisi yang dikembangkan itu dengan bijak mampu
memanfaatkan potensi alam lingkungan sekitarnya, sekaligus beradaptasi dan
tunduk pada keterbatasan-keterbatasan yang ada di alam tersebut. Konteks
lingkungan menjadi guru abadi yang senantiasa memberi pelajaran secara
kolektif tentang cara membangun yang tepat dalam koridor kearifan lokal.
Hakekatnya disadari atau tidak, hingga saat ini, kekayaan arsitektur
Indonesia memiliki corak dan ragam budaya yang mencerminkan pengaruh
masa kejayaan masing-masing periode jaman. Berdasarkan tampilan fisik,
budaya, dan karakter pada situs baik berupa bangunan maupun kawasannya,
setidaknya ada 5 (lima) jenis karakter arsitektur yang ada di Indonesia, yakni:
- Arsitektur vernakular, yakni segenap kekayaan arsitektur lokal yang
berkembang secara turun temurun di masyarakat setempat sesuai adat dan
kondisi kearifan lokal mereka untuk bermukim.
- Arsitektur candi dan situs, yakni segenap kekayaan arsitektur yang
mempunyai kekhususan dan terkadang (bersifat) monumentalis yang
dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha di nusantara.
- Arsitektur pada masa kerajaan Islam, yakni segenap kekayaan arsitektur yang
kental dengan pengaruh budaya Islami.
- Arsitektur Kolonial, yakni segenap kekayaan arsitektur yang kental dengan
pengaruh budaya eropa (khususnya Belanda) maupun asimilasi budaya barat
dan Indonesia (Hindis) pada masa-masa kolonial berlangsung hingga era pra
kemerdekaan Republik Indonesia.
- Arsitektur Modern (pasca kemerdekaan) yakni segenap kekayaan arsitektur
pasca kemerdekaan Republik Indonesia hingga saat ini.
Gambaran karakter yang melekat terhadap wajah arsitektur Indonesia
tidak terlepas dari tangan dingin master-builders tradisional (macam undagi di
Bali, pen.) yang tidak lain merupakan arsitek yang mumpuni di jamannya.
Berbekal kekayaan warisan budaya dan mengacu kepada kekhususan profesi
serta tanggung jawab yang dipikulnya, maka para arsitek di Indonesia memiliki
wadah yang menyatukan aspirasi dan membawa kepada profesionalitas yang
berkualitas. Wadah tersebut adalah Ikatan Arsitek Indonesia atau biasa disingkat
dan disebut IAI.
dalam daftar calon ketua. Ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk Dewan
Rakyat (volksraad) di tahun 1918, ia ditunjuk duduk di parlemen sebagai tokoh
Boedi Oetomo yang juga mewakili Perhimpunan Pamong Praja Pribumi
Mangoenhardjo.
Ketika kesempatan sekolah ke luar negeri terbuka bagi kaum bumiputera,
Notodiningrat masuk sekolah tinggi teknik di Delft dan lulus sebagai insinyur
sipil pertama Indonesia di tahun 1916. Ia juga dikenal sebagai salah seorang
pendiri Indische Vereniging (Perhimpunan Hindia, cikal bakal Perhinpunan
Indonesia). Insinyur sipil pada masa itu mampu menangani pekerjaan
perencanaan dan pengawasan di bidang bangunan gedung, irigasi dan jalan
raya. Karirnya dijalani di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. (Setelah
masa kemerdekaan, Prof. Ir. Wreksodiningrat (alias Notodiningrat) ikut
mendirikan Fakultas Teknik UGM dan menjadi Dekan (1947-1951)).
Usai Perang Dunia I, muncul tokoh nasional yang mengawali karirnya
sebagai arsitek, yaitu Abikoesno Tjokrosujoso. Setelah lulus dari Koningin
Emma School di Surabaya pada tahun 1917, ia secara otodidak meniti karir di
bidang konstruksi. Belakangan ia dapat mengikuti ujian arsitek dan lulus di tahun
1921 (sumber lain mengatakan 1923 atau 1925). Disamping aktif di dunia politik
(adik HOS Tjokroaminoto yang kemudian memimpin PSII) ia juga memiliki usaha
aannemer dan pernah pula bekerja sebagai asisten bersama Moh. Soesilo
(perencana kota Kebayoran Baru) di biro milik Thomas Karsten di Semarang.
Setelah Indonesia merdeka, ia ditunjuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan
Perhubungan RI yang pertama.
Di tahun 1920 Technische Hoogeschool di Bandung mulai beroperasi.
Empat orang bumiputera pertama yang lulus dari sekolah itu (1926) adalah
Anwari, Ondang, Soekarno dan Soetedjo. Soekarno, Proklamator dan
Presiden RI I, menyebut dirinya insinyur-arsitek. Di awal karirnya, ia mendirikan
biro insinyur pertama bumiputera bersama Anwari. Belakangan ia juga
mendirikan biro insinyur bersama Rooseno. Pekerjaannya meliputi perencanaan
dan sekaligus juga membangun rumah tinggal, pertokoan dan sebagainya alias
sebagai arsitek pemborong (aannemer).
Periode tahun 1930-an dipengaruhi oleh depresi dunia internasional,
disusul dengan pecahnya Perang Dunia 2 pada tahun 1939. Jepang mendarat di
Indonesia tahun 1942, dan sejak saat itu, sampai perang kemerdekaan, situasi
pembangunan dan arsitektur di Indonesia berantakan.
Di era kemerdekaan, pekerjaan arsitek masih dilahirkan dari insinyur sipil
lulusan TH Bandung (sekarang ITB), disamping para tenaga trampil yang
menyebutkan dirinya arsitek (tingkat teratas dari seorang opzichter atau
pengawas, antara lain dapat disebutkan nama Silaban dan Soedarsono).Pada
sekitar tahun 1949, perancang kota Ir.Jac.Thijsse bersama arsitek Mohammad
Soesilo dan F.Silaban merintis pendidikan arsitektur. Tanggal 24 Oktober 1950
secara resmi berdiri pendidikan tinggi arsitektur (bouwkunde afdeeling) di
Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB, pen) agar
segera lahir lulusan sarjana arsitektur Indonesia yang khusus menangani
bangunan gedung.
Pada tahun 1958 lulus generasi pertama arsitek Indonesia. Semuanya
berjumlah 17 orang. Para sarjana baru ini mengalami masa pendidikan yang sulit
sejalan dengan gejolak pasca revolusi, dan hal ini dianggap memberi pengaruh
cukup besar bagi pembentukan sikap para arsitek Indonesia pertama ini.
DAERAH / CABANG
NANGGRO ACEH DARUSSALAM
SUMATERA UTARA
3
4
SUMATERA BARAT
http://www.iaisumbar.or.id/
SUMATERA SELATAN
RIAU
BENGKULU
LAMPUNG
JAMBI
10
JAWA BARAT
http://www.iaijabar.org/
JAWA TENGAH
11
12
13
JAWA TIMUR
http://www.arsitek-iai-atim.com/
YOGYAKARTA
iai_diy@yahoo.co.id
ALAMAT
Jl. Tengku Daud Beureuh No. 132, Lantai 2
Jambotape - Banda Aceh
Nanggro Aceh Darussalam
Jl. Prof T. Zulkarnaen SH No.13, Kampus USU
Padang Bulan, Medan 2014
Jl. Rasuna Said No.81C, Kode Pos 25114
Padang, Sumatera Barat
Jln. Beliton No. 26 (belakang Gedung PT.
Pertani Bukit Besar), Palembang 30136
Sumatera Selatan
PT. Sanifa
Jl. Kereta Api No.20/54
Tangkerang-Pekan Baru
Jln. Cimanuk I No. 99C
Bengkulu 38225
Universitas Bandar Lampung
Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur
Jln. ZA Pagar Alam - Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro 18
Kota Jambi
Jln. Sarijadi Raya Blok II No. 35
Bandung - 40151
Jl. Sibayak No.12
Candi-Semarang 50252
Jln. Raya Margorejo Indah A-509
Surabaya - Jawa Timur
Gd. BLPT Lt. 3
Jl. Kyai Mojo 70, Yogyakarta
TELP/FAX
0651. 33367 / 21463
0651.33267
0711. 7369300
0711.7014077
0736. 22666
0736. 27506
0721. 773988
Telp. 0741-7042567
Fax. 0741-669184
022. 91149022
022. 2006260
031.8432505 - 8437998
031. 8437342
0274. 515036 / 519658
0274. 513036
NO.
14
15
DAERAH / CABANG
MALANG
http://www.iai-arema.com/
SURAKARTA
16
DKI JAKARTA
http://www.iai-jakarta.org/
17
19
BANTEN
http://www.iai-banten.org/
KALIMANTAN BARAT
20
KALIMANTAN TIMUR
21
BALIKPAPAN
22
KALIMANTAN SELATAN
23
KALIMANTAN TENGAH
24
SULAWESI SELATAN
http://iai-sulsel.org/
25
SULAWESI UTARA
26
SULAWESI TENGGARA
http://iai-sultra.blogspot.com/
27
BALI
http://iaibali.blogspot.com/
NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
28
29
30
MALUKU UTARA
31
PAPUA
ALAMAT
Jl. Griyashanta D-37
Malang 65142
Kampus Induk UTP
Jl. Walanda Maramis 31
Cengklik, Surakarta
Gedung Jakarta Design Center Lt. 7
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 53
Jakarta Pusat
Jl. Gunung Rinjani Blok RF/28 Sektor IV
Bumi Serpong Damai - 15310
Jln. S. Parman Dalam No. 7
Pontianak 78121
Kalimantan Barat
Jln. K.H. Wahid Hasyim
Perum Sampaja Mutiara Indah No. 24
Samarinda - Kalimantan Timur
Perumahan Sepinggan Baru 1
PT. HER 1 Blok I No. 45A
Sepinggan, Balikpapan 67111
D/A Sekretariat IAI DPD Kalsel
Jln. RK Ilir No. 31/559 RT. 09 RW. 03
Banjarnasin
Jln. Podang 145 Perumnas Baru
Palangkaraya 73112
Kalimantan Tengah
Jln. Sunu Komplek Unhas Baraya AX-16
Makassar - Sulawesi Selatan
Jln. Charli Taulu No. 42
Manado - Sulawesi Utara
Perum BTN Tunggala Baru Blok A/No.12
Kelurahan Anawai, Kecamatan Wua-Wua
Kota Kendari, 93117, Sulawesi Tenggara
Jl. Badak Agung 22,
Denpasar - Bali
Jln. Merdeka Raya No. 1
Pagesangan Baru - Mataram 83127
Jln. Panca Usaha No. 1
Mataram - Lombok
Jln. Sam Ratulangi Raya No. 7
Kupang - Nusa Tenggara Timur 85228
D/A Blok Ruko 88 No. 33
Jln. Ubo Ubo Kel. Ubo-ubo
Ternate - Maluku Utara
Jln. Ruko Pasifik Permai
Jayapura No. A7 - Irian Jaya
TELP/FAX
021. 5304719
021. 5304711
021. 5379511 / 5370348
021. 5389805 / 5268176
0561. 7088365
0561.738401
0541. 250654 / 7012277
0541. 250654 / 765588
0511.7711944
0511.3271286
0536. 3224412
0536. 3225599
0411. 421919
0411.421919
0370. 622212
0370.6682845
0380. 8011217
0380. 823127
0921. 23990
0967. 532999
0967. 521626
E. KEPRANATAAN IAI
IAI aktif dalam kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA
(Architects Regional Council of Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA (Union
Internationale des Architectes) sejak tahun 1974, serta AAPH (Asean Association
Planning and Housing) di mana IAI merupakan salah satu pendirinya.
F.
KEANGGOTAAN IAI
Saat ini, organisasi IAI telah beranggotakan lebih dari 15.000 arsitek yang
terdaftar melalui 33 kepengurusan daerah dan 2 kepengurusan cabang yang
tersebar di seluruh Indonesia, dengan kepengurusan daerah termuda di Provinsi
Sulawesi Tengah dengan kedudukan di Palu pada bulan Desember 2015 yang
lalu.
1. Keanggotaan IAI bersifat umum:
Perorangan, bukan badan, lembaga, atau kelompok orang
Aktif, terpanggil menjadi anggota atas kehendak sendiri serta aktif berperan dalam
mencapai tujuan organisasi
2. Sedangkan secara khusus, keanggotaan IAI diperuntukkan:
Arsitek atau mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi arsitektur dan atau
yang setara, yang berwawasan pengetahuan ilmu, teknologi, dan seni arsitektur
serta menerapkan ilmu dan atau keahliannya, mempunyai minat yang terkait dan
sejalan serta tidak bertentangan kepentingan terhadap profesi arsitek dan tujuan
organisasi, melalui proses penerimaan anggota
Seorang yang berjasa pada pengembangan organisasi dan profesi arsitek di Indonesia,
dalam mewujudkan tujuan organisasi melalui proses pengangkatan anggota.
3. Kualifikasi Keanggotaan
Anggota Kehormatan (Honorary Members) adalah seorang yang berwawasan ilmu dan
seni arsitektur atau ilmu-ilmu lainnya dan atau memiliki kepedulian yang ditujukan
demi terwujudnya peningkatan dan kemajuan dunia arsitektur serta lingkungan
binaan, dan dinilai organisasi sangat berjasa bagi kehidupan berprofesi serta
berkembangnya organisasi arsitek di Indonesia.
Anggota Profesional (Corporate Members ) adalah:
o Arsitek yang sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan:
Lulusan D-3 teknik arsitektur atau sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga
pendidikan tinggi arsitektur yang diakui organisasi dan memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek Pratama;
Sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang
diakui organisasi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk
kualifikasi Arsitek Madya;
Sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang
diakui organisasi atau sarjana teknik arsitektur (S-1) yang telah menyelesaikan
pendidikan tinggi strata lanjut profesi arsitek yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi arsitektur yang diakreditasi dan diakui organisasi dan
memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek
Utama; atau
Ahli yang setara dengan ketentuan dalam ayat ini serta keahliannya diakui
organisasi.
o Arsitek yang telah dan tetap mengikuti program pembinaan dan pengembangan
keprofesionalan anggota secara berkelanjutan dan berkesinambungan, antara lain
meliputi:
Penataran kode etik arsitek yang diselenggarakan Dewan Kehormatan IAI.
Program pengembangan keprofesionalan arsitek yang diakui organisasi.
Anggota Biasa adalah sarjana atau lulusan D-3 arsitektur dari lembaga pendidikan
tinggi arsitektur dan atau yang setara, diakui dan sesuai ketentuan organisasi, yang
mempraktikkan atau menerapkan ilmu dan seni arsitektur demi pengembangan dunia
arsitektur serta tidak bertentangan kepentingan dengan tujuan organisasi, dan
sejalan dengan Kode Etik Arsitek serta Kaidah Tata laku Profesi Arsitek.
Anggota Mahasiswa (Student Members) adalah mahasiswa lembaga pendidikan tinggi
arsitektur atau yang setara, telah diakreditasi oleh lembaga yang berwenang atau
Dewan Pendidikan Arsitek, serta diakui organisasi dan sekurang-kurangnya telah
menyelesaikan pendidikan tinggi arsitektur tingkat 3 (tiga) atau telah lulus 100 SKS,
sesuai ketentuan organisasi.
H. PENGHARGAAN KEPROFESIAN
I.
J.
IAI DIY pertama kalinya dibentuk pada tahun 1975. Hal ini ditandai dengan
dipilihnya kepengurusan IAI di kota yang sera istimewa ini. IAI DIY pertama kali
diketuai oleh Ir Arya Ronald IAI, Sekretaris Ir Harjana IAI dan Bendahara Ir
Susantiah Ardi IAI.
Musda pertama dilaksanakan pada tahun 1992 dengan hasil ketua cabang
Ir Adishakti IAI, Ketua Satu Ir M Mudzhakir MM, Ketua Dua Ir Slamet Sudibyo
Seketaris Ir Bendhard P Sihombing, dan Bendahara Ir Anna Fitriyaati. Sampai
saat ini IAI DIY telah melaksanakan Musda sebanyak 7 kali. Terakhir pada bulan
April 2013 yang lalu.
K. AD/ART IAI
L.
M. PENUTUP
Seandainya tajuk pendirian IAI dulu diinterpretasikan untuk saat ini
mungkin bunyinya menjadi Towards Good Governance in Architecture Practice.
Sebuah mimpi indah tentang keadaan dimana para arsitek Indonesia berlomba
membuat karya yang baik dan indah, berlaku etis, tidak saling menjatuhkan,
dihargai oleh masyarakatnya dan memperoleh honorarium yang layak.
Sumber bacaan utama:
Buku sejarah IAI, Perkembangan arsitek sebagai profesi dan lahirnya Ikatan Arsitek
Indonesia, IAI Jawa Barat, 1995
Perkembangan Arsitektur dan Pendidikan Arsitek di Indonesia, Parmono Atmadi et al,
Gadjah Mada University Press, 1997
Bunga Rampai Pemikiran, Aswito Asmaningprodjo et al, Departemen Arsitektur ITB,
2003.