Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Dan Profil

IKATAN ARSITEK INDONESIA

(IAI)

Oleh:
http://www.iai-diy.or.id
2016

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. PENDAHULUAN
Arsitektur hadir di tengah kebutuhan masyarakat sebagai hasil persepsi
yang memiliki berbagai dimensi kebutuhan jiwa maupun ragawi yang dengannya
memberikan wujud apresiasi kebudayaan yang berlaku di masyarakat. Sehingga
perkembangan arsitektur tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
kebudayaan, masyarakat, dan pelaku arsitektur itu sendiri (arsitek, pen.).
Tidak dipungkiri, masyarakat Indonesia mewarisi tradisi membangun
secara tradisional turun-temurun lintas generasi sejak terjadinya gelombang
migrasi penduduk dari daratan benua Asia menuju paparan kepulauan di ujung
tenggara Asia hingga pulau besar (benua) Australia. Mereka mengakomodasi
kebutuhan masyarakat sesuai perkembangan tingkat sosial-budaya yang berlaku
dalam kelompok masing-masing hingga menjadi etnis-etnis tertentu yang
dikenal hingga saat ini. Tradisi yang dikembangkan itu dengan bijak mampu
memanfaatkan potensi alam lingkungan sekitarnya, sekaligus beradaptasi dan
tunduk pada keterbatasan-keterbatasan yang ada di alam tersebut. Konteks
lingkungan menjadi guru abadi yang senantiasa memberi pelajaran secara
kolektif tentang cara membangun yang tepat dalam koridor kearifan lokal.
Hakekatnya disadari atau tidak, hingga saat ini, kekayaan arsitektur
Indonesia memiliki corak dan ragam budaya yang mencerminkan pengaruh
masa kejayaan masing-masing periode jaman. Berdasarkan tampilan fisik,
budaya, dan karakter pada situs baik berupa bangunan maupun kawasannya,
setidaknya ada 5 (lima) jenis karakter arsitektur yang ada di Indonesia, yakni:
- Arsitektur vernakular, yakni segenap kekayaan arsitektur lokal yang
berkembang secara turun temurun di masyarakat setempat sesuai adat dan
kondisi kearifan lokal mereka untuk bermukim.
- Arsitektur candi dan situs, yakni segenap kekayaan arsitektur yang
mempunyai kekhususan dan terkadang (bersifat) monumentalis yang
dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha di nusantara.
- Arsitektur pada masa kerajaan Islam, yakni segenap kekayaan arsitektur yang
kental dengan pengaruh budaya Islami.
- Arsitektur Kolonial, yakni segenap kekayaan arsitektur yang kental dengan
pengaruh budaya eropa (khususnya Belanda) maupun asimilasi budaya barat
dan Indonesia (Hindis) pada masa-masa kolonial berlangsung hingga era pra
kemerdekaan Republik Indonesia.
- Arsitektur Modern (pasca kemerdekaan) yakni segenap kekayaan arsitektur
pasca kemerdekaan Republik Indonesia hingga saat ini.
Gambaran karakter yang melekat terhadap wajah arsitektur Indonesia
tidak terlepas dari tangan dingin master-builders tradisional (macam undagi di
Bali, pen.) yang tidak lain merupakan arsitek yang mumpuni di jamannya.
Berbekal kekayaan warisan budaya dan mengacu kepada kekhususan profesi
serta tanggung jawab yang dipikulnya, maka para arsitek di Indonesia memiliki
wadah yang menyatukan aspirasi dan membawa kepada profesionalitas yang
berkualitas. Wadah tersebut adalah Ikatan Arsitek Indonesia atau biasa disingkat
dan disebut IAI.

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

B. SEJARAH ARSITEK INDONESIA


Sejarah arsitek Indonesia, bila dirujuk secara runtutan yang ada, adalah
sangat panjang dan terselubung oleh sejarah nasional nusantara sejak jaman
prasejarah yang ada di Indonesia. Namun demi lugasnya, maka sejarah panjang
tersebut dapat dirunut mulai sejak masa kolonial Belanda di Indonesia yakni
sekitar abad ke-16 dengan kemunculan perancang bangunan oleh para insinyur
militer. Hal yang mudah dimengerti karena saat itu banyak dibangun bangunan
untuk kepentingan militer dan pertahanan. Masuk pada era abad 19 dimana
kebutuhan baru bermunculan sejalan dengan perubahan jaman. Pabrik, stasiun
kereta api, pelabuhan laut, kantor perdagangan, gedung pertunjukan, dan
lainnya menuntut cara membangun yang berbeda. Mulailah muncul arsitekarsitek dari kalangan sipil yang berasal dari Kantor Pekerjaan Umum (Burgelijke
Openbare Werken BOW) Hindia Belanda, yang dikenal sebagai kelompok
arsitek BOW. Pada perkembangannya, sekitar tahun 1921 BOW berubah menjadi
Landsgebouwdienst, sebuah lembaga pemerintah yang kemudian sangat
berpengaruh dalam membentuk wajah kota-kota di Indonesia. Keberadaannya
merupakan nasionalisasi terhadap mayoritas kota-kota yang telah tumbuh dan
berdiri dibawah pengaruh kerajaan kerajaan Islam di Nusantara.
Pada masa itu lazim berlaku kegiatan rancang-bangun oleh aannemer
(pemborong) dimana kegiatan merencana dan membangun menjadi satu
kesatuan dan dilakukan oleh satu pihak yang dipilih oleh pemberi tugas (saat ini
lazim disebut Design and Build; pen.). Praktek ini banyak terjadi baik pada
bangunan rumah tinggal maupun pada bangunan publik. Pola dan langgam
bangunan yang didirikan pada saat itu, masih sangat terbatas menurut pola dan
langgam yang tersedia di buku-buku desain dengan berbagai penyesuaian yang
diperlukan menurut kebutuhan dan selera pemberi tugas, serta karakteristik
pada tapak yang ada.
Sejak berlakunya UU Agraria tahun 1870 di wilayah Hindia Belanda pada
saat itu dan terjadinya peningkatan pembangunan di berbagai lapangan
kehidupan yang meningkat tajam, pemerintah kolonial mulai mendirikan Sekolah
teknik untuk memenuhi kebutuhan tenaga trampil yang dapat mendukung
pekerjaan pembangunan yang dilakukan oleh para insinyur untuk bangunan
gedung, pekerjaan irigasi, dan jalan raya. Tenaga trampil yang baik dapat naik
pangkat dari opzichter (pengawas) menjadi arsitek.
Sementara itu mulai muncul juga kiprah para arsitek privat, salah satunya
adalah PAJ Moojen di Bandung. Pada awal tahun 1900-an, berdatangan arsitek
dari Belanda antara lain Wolff-Schoemacher, MacLaine Pont dan Thomas
Karsten, sampai puncaknya arsitek Hendrik Petrus Berlage pada tahun 1923.
Hal ini mencerminkan banyaknya pembangunan di masa itu, yang dinyatakan
juga dengan banyaknya tenaga lokal yang dicari untuk memenuhi kebutuhan
tenaga trampil membantu para insinyur. Tenaga lokal ini kemudian bisa naik
pangkat menjadi pengawas pembangunan (opzichter).
Dalam sejarah (dan belum banyak tertulis dalam buku sejarah nasional),
arsitek pertama Indonesia adalah Aboekasan Atmodirono (18601920). Beliau lulus Sekolah Teknik Menengah Jurusan Bangunan (Middelbare
Technische School) yang berhasil mencapai jenjang opzichter. Setelah naik
pangkat, ia dikenal sebagai de eerste inlandse architect (arsitek pribumi
pertama) dan bekerja di Departement van Burgerlijke Openbare Werken
(Departemen Pekerjaan Umum). Ia hadir di Kongres I Boedi Oetomo dan masuk

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dalam daftar calon ketua. Ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk Dewan
Rakyat (volksraad) di tahun 1918, ia ditunjuk duduk di parlemen sebagai tokoh
Boedi Oetomo yang juga mewakili Perhimpunan Pamong Praja Pribumi
Mangoenhardjo.
Ketika kesempatan sekolah ke luar negeri terbuka bagi kaum bumiputera,
Notodiningrat masuk sekolah tinggi teknik di Delft dan lulus sebagai insinyur
sipil pertama Indonesia di tahun 1916. Ia juga dikenal sebagai salah seorang
pendiri Indische Vereniging (Perhimpunan Hindia, cikal bakal Perhinpunan
Indonesia). Insinyur sipil pada masa itu mampu menangani pekerjaan
perencanaan dan pengawasan di bidang bangunan gedung, irigasi dan jalan
raya. Karirnya dijalani di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. (Setelah
masa kemerdekaan, Prof. Ir. Wreksodiningrat (alias Notodiningrat) ikut
mendirikan Fakultas Teknik UGM dan menjadi Dekan (1947-1951)).
Usai Perang Dunia I, muncul tokoh nasional yang mengawali karirnya
sebagai arsitek, yaitu Abikoesno Tjokrosujoso. Setelah lulus dari Koningin
Emma School di Surabaya pada tahun 1917, ia secara otodidak meniti karir di
bidang konstruksi. Belakangan ia dapat mengikuti ujian arsitek dan lulus di tahun
1921 (sumber lain mengatakan 1923 atau 1925). Disamping aktif di dunia politik
(adik HOS Tjokroaminoto yang kemudian memimpin PSII) ia juga memiliki usaha
aannemer dan pernah pula bekerja sebagai asisten bersama Moh. Soesilo
(perencana kota Kebayoran Baru) di biro milik Thomas Karsten di Semarang.
Setelah Indonesia merdeka, ia ditunjuk menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan
Perhubungan RI yang pertama.
Di tahun 1920 Technische Hoogeschool di Bandung mulai beroperasi.
Empat orang bumiputera pertama yang lulus dari sekolah itu (1926) adalah
Anwari, Ondang, Soekarno dan Soetedjo. Soekarno, Proklamator dan
Presiden RI I, menyebut dirinya insinyur-arsitek. Di awal karirnya, ia mendirikan
biro insinyur pertama bumiputera bersama Anwari. Belakangan ia juga
mendirikan biro insinyur bersama Rooseno. Pekerjaannya meliputi perencanaan
dan sekaligus juga membangun rumah tinggal, pertokoan dan sebagainya alias
sebagai arsitek pemborong (aannemer).
Periode tahun 1930-an dipengaruhi oleh depresi dunia internasional,
disusul dengan pecahnya Perang Dunia 2 pada tahun 1939. Jepang mendarat di
Indonesia tahun 1942, dan sejak saat itu, sampai perang kemerdekaan, situasi
pembangunan dan arsitektur di Indonesia berantakan.
Di era kemerdekaan, pekerjaan arsitek masih dilahirkan dari insinyur sipil
lulusan TH Bandung (sekarang ITB), disamping para tenaga trampil yang
menyebutkan dirinya arsitek (tingkat teratas dari seorang opzichter atau
pengawas, antara lain dapat disebutkan nama Silaban dan Soedarsono).Pada
sekitar tahun 1949, perancang kota Ir.Jac.Thijsse bersama arsitek Mohammad
Soesilo dan F.Silaban merintis pendidikan arsitektur. Tanggal 24 Oktober 1950
secara resmi berdiri pendidikan tinggi arsitektur (bouwkunde afdeeling) di
Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB, pen) agar
segera lahir lulusan sarjana arsitektur Indonesia yang khusus menangani
bangunan gedung.
Pada tahun 1958 lulus generasi pertama arsitek Indonesia. Semuanya
berjumlah 17 orang. Para sarjana baru ini mengalami masa pendidikan yang sulit
sejalan dengan gejolak pasca revolusi, dan hal ini dianggap memberi pengaruh
cukup besar bagi pembentukan sikap para arsitek Indonesia pertama ini.

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pembicaraan yang ramai adalah mengenai pilihan sikap dalam berpraktik.


Dikatakan bahwa saat itu mereka sudah membicarakan tentang pilihan-pilihan
yaitu, pertama, mereka dapat menjadi profesional sebagai arsitek praktisi,
kedua, pilihan menjadi pengajar atau birokrat, dan yang ketiga adalah bekerja
sebagai kontraktor atau developer. Pada masa itu, kegiatan rancang-bangun
lazim dilakukan oleh aannemer (pemborong), yaitu kegiatan merencana dan
membangun menjadi satu kesatuan dan dilakukan oleh satu pihak (design &
build).
Pembangunan yang pesat di akhir tahun 1950-an, pengaturan profesi
konstruksi sempat dikendalikan oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Pada
tahun 1959 departemen PU ini menyelenggarakan sebuah konferensi nasional
yang berujung kepada deklarasi berdirinya Gabungan Perusahaan Nasional
(GAPERNAS) sebagai sebuah asosiasi nasional untuk firma rancang bangun
(design and build). Konperensi ini juga dihadiri oleh sejumlah arsitek yang
berkarir diberbagai bidang pekerjaan tersebut. Para praktisi arsitek merasa
sangat kecewa dengan pembentukan asosiasi tersebut. Apalagi, para arsitek ini
yakin bahwa profesionalisme dunia kerjanya dilandasi oleh tanggung jawab
moral dan harga diri yang tinggi, tidak sekedar berorientasi pada keuntungan.
Asosiasi baru ini juga dianggap hanya mengatur perusahaan dan tidak pada
individunya, sehingga tidak cocok untuk para arsitek.
Soehartono Soesilo dan F.Silaban yang hadir pada acara itu tidak dapat
berbuat banyak. Tetapi kemudian keduanya mengundang para sejawat arsitek
untuk mengadakan konferensi khusus bagi arsitek. F.Silaban mengundang para
arsitek senior dan Soehartono Soesilo mengajak para arsitek muda lulusan
pertama ITB. Tiga arsitek senior, yaitu Ars. Moh. Soesilo, Ars. Silaban, dan Ars.
Liem Bwan Tjie, bersama 17 sarjana arsitektur angkatan pertama yang dimotori
oleh Ir. Soehartono Soesilo (putra Ars. Moh. Soesilo) bersepakat mendirikan
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada tanggal 17 September 1959.
IAI dibentuk sebagai reaksi terhadap praktek aannemer yang ditengarai
menghambat kemajuan di bidang arsitektur. Arsitek sebagai profesi memerlukan
posisi yang lebih mulia dan tidak terjebak pada kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan. Kegiatan aannemer (rancang-bangun)
dianggap menodai integritas seorang arsitek dalam memberikan layanan
keahliannya. IAI dibentuk untuk mendorong status seorang arsitek menjadi
arsitek murni yang dapat memusatkan perhatiannya pada tahap perencanaan
dan tidak tergoda pada sisi bisnis kegiatan membangun yang dilakukan
pemborong (kontraktor). Pembentukan IAI mendapat persetujuan dari Presiden
Sukarno, sekaligus bersedia menjadi pelindung asosiasi profesi arsitek satusatunya di Indonesia.
Tidak lama kemudian sejumlah sarjana arsitek lulusan Belanda/Jerman
pulang ke tanah air untuk mengabdikan keahliannya untuk nusa dan bangsa,
antara lain: Sujudi, Soewondo, Bianpoen dan Han Awal. Dengan gelar Dipl.Ing,
mereka bersama-sama lulusan dari ITB telah membuka jalan baru dunia
arsitektur di Indonesia melalui karya-karya yang membanggakan.
Seiring dengan pembangunan berbagai fasilitas modern di Indonesia,
berbagai sayembara dilangsungkan untuk mendapatkan karya terbaik. Arsitek
sebagai seorang ahli bangunan gedung mendapat tempat khusus di dunia
konstruksi. Namanya sebagai individu menjadi jaminan kompetensi dan

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

tanggung jawabnya. Sebagian besar usaha di bidang arsitektur didirikan sebagai


sebuah biro atau firma (seperti advokat).
Pada perkembangannya kemudian, pendidikan di sekolah teknik tingkat
STM dan sarjana muda berkembang pesat mengikuti kebutuhan yang meningkat,
untuk melatih seseorang dapat menjalankan pekerjaan sebagai seorang arsitek.
Siapa saja dapat berperan sebagai arsitek dan merencana berbagai fasilitas
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Baru di pertengahan tahun 1970-an,
pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan peraturan bahwa diperlukan
lisensi atau ijin praktek bagi seseorang yang akan menjalankan peran sebagai
arsitek penanggung jawab suatu proyek perencanaan banunan gedung. Para
lulusan sarjana arsitektur dapat memiliki lisensi A, yang sarjana muda memiliki
lisensi B, dan yang lulusan setingkat STM mendapat C. Dalam prosesnya
kemudian mereka dapat mengajukan peningkatan kelas (dari C ke B dan dari B
ke A). Bagi mereka yang telah mendapatkan lisensi praktek, dianjurkan menjadi
anggota asosiasi profesi (baca: IAI). Pembinaan dan peningkatan kualitas
keprofesionalannya diserahkan kepada asosiasi profesi melalui berbagai
penataran, seminar dan kegiatan lainnya.
Sementara itu, kegiatan usaha praktek arsitek diarahkan menjadi
perseroan terbatas, khususnya bagi mereka yang akan mengikuti proses
pengadaan jasa di lingkungan pemerintah. Perkembangan ini secara perlahanlahan mengubah sebutan arsitek menjadi konsultan. Akhir-akhir ini, telah
dikembangkan pula sebutan penyedia jasa sebagaimana tercantum di dalam
UU Jasa Konstruksi dan UU Bangunan Gedung. Sebutan arsitek serta merta
menghilang dari tataran hukum dan pada gilirannya juga mengandung arti yang
secara langsung mengubah esensi keprofesionalannya.

C. KELAHIRAN IKATAN ARSITEK INDONESIA (IAI)


Konferensi arsitek Indonesia untuk pertama kalinya akhirnya terwujud di
Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. Ada 21 orang arsitek
berpartisipasi, yaitu 3 senior F.Silaban, Mohammad Soesilo dan Liem Bwan
Tjie, serta 18 arsitek muda ITB dari angkatan 1958 dan 1959. Konperensi hari
pertama dilakukan di rumah keluarga Liem Bwan Tjie di Jalan Wastukencana,
Bandung. Pertemuan hari kedua kemudian dipindahkan ke sebuah restoran di
sebelah utara Bandung bernama Dago Teahouse.
Pada akhir konperensi diresmikan berdirinya IAI dan sebuah draft
anggaran
dasar
organisasi
yang
juga
merumuskan
tujuan
ideal
pembentukannya, diwujudkan dalam dokumen pendirian bertajuk Menuju Profesi
Arsitektur Indonesia yang Sehat. Intinya adalah tujuan untuk memperbaiki nilainilai arsitektur, kerjasama dengan berbagai pihak temasuk masyarakat
pengguna arsitek, serta meningkatkan hak dan tanggungjawab arsitek.
Suhartono Soesilo terpilih menjadi ketua pertama Board of Governors dan
F.Silaban menjadi ketua Board of Architects (setara dengan Pengurus Nasional
dan Dewan Keprofesian saat ini). Pembentukan IAI ini menjadi tonggak sejarah
dan langkah pertama dalam mengatur profesi arsitek di Indonesia.
Banyak kendala dijumpai pada awal perjalanan IAI. Industri konstruksi dan
praktik profesional tidak dapat berkembang secara optimal. Belum ada peraturan
tentang profesi arsitek. Yang sudah ada barulah sebatas sistem perhitungan

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

honorarium yang diterbitkan oleh Dewan Arbitrase Teknik Indonesia (DATI).


Sistem ini merupakan translasi dan revisi atas peraturan serupa oleh IRTA
(Indonesische Raad voor Technische Arbitrage / Dewan Indonesia untuk Arbitrase
Teknik) yang diterbitkan lebih dahulu pada 8 Juni 1951.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tahun-tahun awal itu bukanlah masa
yang baik untuk perkembangan sebuah organisasi profesi. Rapat Anggota IAI
pada tanggal 12-13 September 1970 memilih kembali Suhartono Soesilo sebagai
ketua IAI yang baru. Pada tahun itu juga IAI mengirim beliau sebagai wakilnya ke
ARCASIA Council Conference di Singapura, dan sejak saat itu IAI menjadi anggota
ARCASIA dan mulai berkiprah dipergaulan internasional. Pada tahun 1974, IAI
memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta karena dianggap lebih strategis dan
dapat mempercepat tercapainya tujuan IAI. Hal ini kemudian diikuti dengan
penggantian logo IAI yang disayembarakan untuk anggota dan dimenangkan
oleh Yuswadi Saliya.

D. IKATAN ARSITEK INDONESIA (IAI)


Saat ini, sekretariat Pengurus Nasional (PN) Ikatan Arsitek Indonesia
(IAI)/indonesian institute of architects berada di daerah Jakarta Barat yang
berkantor ikatan arsitek jakarta design center lt. 7 jl. Gatot subroto kav. 53, slipi,
jakarta 10260 indonesia. Selain itu juga terdapat kantor cabang di setiap daerah
yang ada di indonesia. Berikut adalah kantor cabang dari ikatan arsitek indonesia
(iai):
NO.
1

DAERAH / CABANG
NANGGRO ACEH DARUSSALAM

SUMATERA UTARA

3
4

SUMATERA BARAT
http://www.iaisumbar.or.id/
SUMATERA SELATAN

RIAU

BENGKULU

LAMPUNG

JAMBI

10

JAWA BARAT
http://www.iaijabar.org/
JAWA TENGAH

11
12
13

JAWA TIMUR
http://www.arsitek-iai-atim.com/
YOGYAKARTA
iai_diy@yahoo.co.id

ALAMAT
Jl. Tengku Daud Beureuh No. 132, Lantai 2
Jambotape - Banda Aceh
Nanggro Aceh Darussalam
Jl. Prof T. Zulkarnaen SH No.13, Kampus USU
Padang Bulan, Medan 2014
Jl. Rasuna Said No.81C, Kode Pos 25114
Padang, Sumatera Barat
Jln. Beliton No. 26 (belakang Gedung PT.
Pertani Bukit Besar), Palembang 30136
Sumatera Selatan
PT. Sanifa
Jl. Kereta Api No.20/54
Tangkerang-Pekan Baru
Jln. Cimanuk I No. 99C
Bengkulu 38225
Universitas Bandar Lampung
Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur
Jln. ZA Pagar Alam - Lampung
Jl. Sumantri Brojonegoro 18
Kota Jambi
Jln. Sarijadi Raya Blok II No. 35
Bandung - 40151
Jl. Sibayak No.12
Candi-Semarang 50252
Jln. Raya Margorejo Indah A-509
Surabaya - Jawa Timur
Gd. BLPT Lt. 3
Jl. Kyai Mojo 70, Yogyakarta

TELP/FAX
0651. 33367 / 21463
0651.33267

0711. 7369300
0711.7014077

0736. 22666
0736. 27506
0721. 773988
Telp. 0741-7042567
Fax. 0741-669184
022. 91149022
022. 2006260
031.8432505 - 8437998
031. 8437342
0274. 515036 / 519658
0274. 513036

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NO.
14
15

DAERAH / CABANG
MALANG
http://www.iai-arema.com/
SURAKARTA

16

DKI JAKARTA
http://www.iai-jakarta.org/

17
19

BANTEN
http://www.iai-banten.org/
KALIMANTAN BARAT

20

KALIMANTAN TIMUR

21

BALIKPAPAN

22

KALIMANTAN SELATAN

23

KALIMANTAN TENGAH

24

SULAWESI SELATAN
http://iai-sulsel.org/

25

SULAWESI UTARA

26

SULAWESI TENGGARA
http://iai-sultra.blogspot.com/

27

BALI
http://iaibali.blogspot.com/
NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

28

29

NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

30

MALUKU UTARA

31

PAPUA

ALAMAT
Jl. Griyashanta D-37
Malang 65142
Kampus Induk UTP
Jl. Walanda Maramis 31
Cengklik, Surakarta
Gedung Jakarta Design Center Lt. 7
Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 53
Jakarta Pusat
Jl. Gunung Rinjani Blok RF/28 Sektor IV
Bumi Serpong Damai - 15310
Jln. S. Parman Dalam No. 7
Pontianak 78121
Kalimantan Barat
Jln. K.H. Wahid Hasyim
Perum Sampaja Mutiara Indah No. 24
Samarinda - Kalimantan Timur
Perumahan Sepinggan Baru 1
PT. HER 1 Blok I No. 45A
Sepinggan, Balikpapan 67111
D/A Sekretariat IAI DPD Kalsel
Jln. RK Ilir No. 31/559 RT. 09 RW. 03
Banjarnasin
Jln. Podang 145 Perumnas Baru
Palangkaraya 73112
Kalimantan Tengah
Jln. Sunu Komplek Unhas Baraya AX-16
Makassar - Sulawesi Selatan
Jln. Charli Taulu No. 42
Manado - Sulawesi Utara
Perum BTN Tunggala Baru Blok A/No.12
Kelurahan Anawai, Kecamatan Wua-Wua
Kota Kendari, 93117, Sulawesi Tenggara
Jl. Badak Agung 22,
Denpasar - Bali
Jln. Merdeka Raya No. 1
Pagesangan Baru - Mataram 83127
Jln. Panca Usaha No. 1
Mataram - Lombok
Jln. Sam Ratulangi Raya No. 7
Kupang - Nusa Tenggara Timur 85228
D/A Blok Ruko 88 No. 33
Jln. Ubo Ubo Kel. Ubo-ubo
Ternate - Maluku Utara
Jln. Ruko Pasifik Permai
Jayapura No. A7 - Irian Jaya

TELP/FAX

021. 5304719
021. 5304711
021. 5379511 / 5370348
021. 5389805 / 5268176
0561. 7088365
0561.738401
0541. 250654 / 7012277
0541. 250654 / 765588

0511.7711944
0511.3271286
0536. 3224412
0536. 3225599
0411. 421919
0411.421919

0370. 622212
0370.6682845
0380. 8011217
0380. 823127
0921. 23990
0967. 532999
0967. 521626

E. KEPRANATAAN IAI
IAI aktif dalam kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA
(Architects Regional Council of Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA (Union
Internationale des Architectes) sejak tahun 1974, serta AAPH (Asean Association
Planning and Housing) di mana IAI merupakan salah satu pendirinya.

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pada tanggal 30 November 1974, Gubernur Jakarta Ali Sadikin


menerbitkan peraturan tentang Surat Ijin Bekerja Perencana (SIBP). Ini
merupakan peraturan lokal pertama yang mengatur bagaimana arsitek
berpraktik di Jakarta, dan sampai sekarang peraturan yang sama masih tetap
berlaku.
Tahun 1999, 40 tahun setelah berdirinya IAI, terbit sebuah peraturan
nasional yang berkait erat dengan pekerjaan arsitektur yaitu Undang-Undang
No.18/1999 tentang Jasa Konstruksi. Peraturan baru ini adalah yang pertama dan
mengatur tatacara kerja sama pihak-pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi,
termasuk arsitek sebagai salah satu pihak. Walaupun belum dapat dikatakan
bahwa Undang-Undang ini membawa perbaikan bagi profesi arsitek, tetapi cukup
berpengaruh dalam hal pengakuan kompetensi yang diwujudkan dalam
kewajiban para arsitek memiliki sertifikat keahlian.
Peraturan tersebut disusul kemudian dengan Undang-Undang No.28/2002
tentang Bangunan Gedung, dan Menteri Pekerjaan Umum menerbitkan Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara pada tahun 2002 (diperbaiki
pada tahun 2007). Sementara itu sejak tahun 2000, melalui Keppres No.18,
berlaku peraturan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah (diperbaiki
kemudian menjadi Keppres No.80 tahun 2003).
Di dalam negeri pun selain bermitra dengan pemerintah, IAI tetap aktif
bergaul dengan asosiasi profesi lain, seperti melalui keanggotaan dalam
Lembaga Pegembangan Jasa Konstruksi dan Forum Asosiasi Profesi Jasa
Konstruksi. Hingga saat ini Ikatan Arsitek Indonesia adalah anggota dari:
- The International Union of Architects (Union Internationale de Architectes UIA)
- Architects Regional Council ASIA (ARCASIA)
- Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Dari sekian banyak peraturan yang sudah terbit, pada pokoknya baru
mengatur persyaratan dan tatacara kerja pihak-pihak (Undang-Undang Jasa
Konstruksi) serta mengatur obyek pekerjaannya sendiri (Undang-Undang
Bangunan Gedung). Belum ada peraturan setara Undang-Undang yang mengatur
pelaku jasa konstruksinya. IAI mewakili para arsitek dan masyarakat arsitektur
pada umumnya menganggap sudah saatnya Indonesia memiliki sebuah UndangUndang Arsitek seperti kelaziman yang terjadi di dunia. Maka sejak awal tahun
2000-an IAI secara berkesinambungan terus mengusahakan terbitnya UndangUndang Arsitek.
Pada dekade akhir ini, peran dan tantangan yang dihadapi oleh Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) sebagai wadah para arsitek nasional semakin beragam
dan kompleks. Pada sisi lain peran pembinaan terhadap calon arsitek profesional
di Indonesia oleh IAI juga masih membutuhkan penyempurnaan secara menerus
guna menghasilkan calon arsitek yang handal, berintegritas, dan inovatif sesuai
tantangan jaman.
Selain itu juga muncul kesepakatan-kesepakatan Internasional. Union
Internationale des Architectes/International Union of Architects (UIA) berhasil
mensepakati pedoman pengaturan dan praktik profesi arsitek. Pedoman ini
digunakan oleh seluruh negara, termasuk Indonesia, sebagai dasar untuk
menyetarakan pendidikan arsitektur dan standar profesionalisme arsitek.
Dimulai dengan penandatanganan kesepakatan Mutual Recognition Agreement
(MRA) kawasan ASEAN tahun 1995 dengan salah satu agenda adalah adanya

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

kesetaraan arsitek Asean (Asean Architect/ AA) dimana merupakan sebuah


kesepakatan tentang pengaturan kerja lintas batas di lingkungan negara-negara
ASEAN.yang diberlakukan mulai tahun 2016. Implikasi dari MRA tersebut salah
satunya adalah penyesuaian sistem pendidikan arsitektur 5 tahun penuh atau 4
tahun pendidikan arsitektur ditambah 1 tahun pendidikan profesi. UU Republik
Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi menguatkan
pendidikan profesi sebagai salah satu jenis pendidikan yang dapat ditempuh
guna memperoleh gelar profesional.
Secara internal kelembagaan, IAI membangun dan mengembangkan
pranata yang diterapkan ke dalam seluruh sistem yang berlaku didalamnya.
Beberapa diantaranya adalah Kode Etik dan Kaidah Tata Laku, Pedoman
Hubungan Kerja antara Arsitek dengan Pemberi Tugas, termasuk didalamnya
perhitungan honorarium, Pedoman Penyelenggaraan Sayembara, Program
Sertifikasi, Penataran Keprofesian berstrata, dan penghargaan IAI Award.
Terbitnya peraturan-peraturan tentang profesi arsitek bisa dilihat sebagai
sinyal positif dan pengakuan terhadap peran dan posisi arsitek. Hal ini juga
sejalan dengan cita-cita pendirian IAI dulu yaitu menuju tercapainya profesi
arsitektur yang sehat. Organisasi modern memerlukan peraturan, dan
berjalannya sistem sosial lain saling berjalin saling mendukung. Kalau
kecenderungan umum ini berlaku maka tidak lama lagi dunia arsitektur di
Indonesia akan membutuhkan lebih dari IAI dan Undang-Undang Arsitek, tetapi
juga organisasi kolateralnya, antara lain lembaga (independen) akreditasi
pendidikan arsitektur, asosiasi perguruan tinggi arsitektur, dewan arsitek, dan
mungkin sampai ikatan mahasiswa arsitektur Indonesia.

F.

KEANGGOTAAN IAI

Saat ini, organisasi IAI telah beranggotakan lebih dari 15.000 arsitek yang
terdaftar melalui 33 kepengurusan daerah dan 2 kepengurusan cabang yang
tersebar di seluruh Indonesia, dengan kepengurusan daerah termuda di Provinsi
Sulawesi Tengah dengan kedudukan di Palu pada bulan Desember 2015 yang
lalu.
1. Keanggotaan IAI bersifat umum:
Perorangan, bukan badan, lembaga, atau kelompok orang
Aktif, terpanggil menjadi anggota atas kehendak sendiri serta aktif berperan dalam
mencapai tujuan organisasi
2. Sedangkan secara khusus, keanggotaan IAI diperuntukkan:
Arsitek atau mereka yang berlatar belakang pendidikan tinggi arsitektur dan atau
yang setara, yang berwawasan pengetahuan ilmu, teknologi, dan seni arsitektur
serta menerapkan ilmu dan atau keahliannya, mempunyai minat yang terkait dan
sejalan serta tidak bertentangan kepentingan terhadap profesi arsitek dan tujuan
organisasi, melalui proses penerimaan anggota
Seorang yang berjasa pada pengembangan organisasi dan profesi arsitek di Indonesia,
dalam mewujudkan tujuan organisasi melalui proses pengangkatan anggota.
3. Kualifikasi Keanggotaan

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Anggota Kehormatan (Honorary Members) adalah seorang yang berwawasan ilmu dan
seni arsitektur atau ilmu-ilmu lainnya dan atau memiliki kepedulian yang ditujukan
demi terwujudnya peningkatan dan kemajuan dunia arsitektur serta lingkungan
binaan, dan dinilai organisasi sangat berjasa bagi kehidupan berprofesi serta
berkembangnya organisasi arsitek di Indonesia.
Anggota Profesional (Corporate Members ) adalah:
o Arsitek yang sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan:
Lulusan D-3 teknik arsitektur atau sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga
pendidikan tinggi arsitektur yang diakui organisasi dan memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek Pratama;
Sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang
diakui organisasi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk
kualifikasi Arsitek Madya;
Sarjana teknik arsitektur (S-1) dari lembaga pendidikan tinggi arsitektur yang
diakui organisasi atau sarjana teknik arsitektur (S-1) yang telah menyelesaikan
pendidikan tinggi strata lanjut profesi arsitek yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi arsitektur yang diakreditasi dan diakui organisasi dan
memenuhi persyaratan sesuai ketentuan organisasi untuk kualifikasi Arsitek
Utama; atau
Ahli yang setara dengan ketentuan dalam ayat ini serta keahliannya diakui
organisasi.
o Arsitek yang telah dan tetap mengikuti program pembinaan dan pengembangan
keprofesionalan anggota secara berkelanjutan dan berkesinambungan, antara lain
meliputi:
Penataran kode etik arsitek yang diselenggarakan Dewan Kehormatan IAI.
Program pengembangan keprofesionalan arsitek yang diakui organisasi.
Anggota Biasa adalah sarjana atau lulusan D-3 arsitektur dari lembaga pendidikan
tinggi arsitektur dan atau yang setara, diakui dan sesuai ketentuan organisasi, yang
mempraktikkan atau menerapkan ilmu dan seni arsitektur demi pengembangan dunia
arsitektur serta tidak bertentangan kepentingan dengan tujuan organisasi, dan
sejalan dengan Kode Etik Arsitek serta Kaidah Tata laku Profesi Arsitek.
Anggota Mahasiswa (Student Members) adalah mahasiswa lembaga pendidikan tinggi
arsitektur atau yang setara, telah diakreditasi oleh lembaga yang berwenang atau
Dewan Pendidikan Arsitek, serta diakui organisasi dan sekurang-kurangnya telah
menyelesaikan pendidikan tinggi arsitektur tingkat 3 (tiga) atau telah lulus 100 SKS,
sesuai ketentuan organisasi.

G. HAK, KEWAJIBAN & TANGGUNG JAWAB ARSITEK


Setiap organisasi pasti mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab
yang harus dipenuhi agar terwujudnya suatu tujuan yang sama. Setiap anggota
mempunyai hak:

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

1. Mendapatkan manfaat, pelayanan, pembinaan, pembelaan, turut serta


mengikuti segala kegiatan, dan menggunakan sarana/fasilitas organisasi.
2. Memperoleh tanda keanggotaan dan kompetensi sesuai dengan kategori
keanggotaannya, sertifikat keahlian IAI dan atau sertifikat lainnya sesuai
ketentuan organisasi.
3. Membela diri dan memberikan keterangan atas keputusan dan atau sanksi
organisasi kepada Sidang Dewan Kehormatan IAI yang diselenggarakan
khusus untuk hal tersebut.
4. Menyampaikan pendapat pribadi dalam dalam kegiatan Musyawarah dan
Rapat Anggota.
5. Setiap Anggota Profesional dan Anggota Biasa berhak menjadi peserta dalam
Rapat Pleno Anggota atau Musyawarah serta mempunyai hak suara dan hak
memilih Ketua IAI, baik pada lingkup nasional/daerah/cabang.
Hanya Anggota Profesional yang mempunyai:
1. Hak mendapat sertifikat keahlian IAI dan mendapat rekomendasi dalam
memperoleh lisensi kerja.
2. Hak
suara
untuk
dipilih
menjadi
Ketua
IAI
pada
lingkup
nasional/daerah/cabang.
Setiap anggota mempunyai kewajiban untuk:
1. Menegakkan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek, serta
menjunjung tinggi kesejawatan dan integritas profesi.
2. Membayar Uang Pangkal dan Iuran Anggota sesuai ketentuan organisasi,
kecuali Anggota Kehormatan.
3. Menggunakan hak suara atau hak pilih dalam Munas/Musda/Muscab, kecuali
Anggota Mahasiswa dan Anggota Kehormatan.
4. Senantiasa mengembangkan wawasan arsitektur dan keprofesionalannya
sesuai program yang telah diatur organisasi.
5. Melengkapi dan menyampaikan tambahan dan atau perubahan data serta
karya profesi ke sekretariat IAI secara berkesinambungan.
6. Memberikan keterangan yang sesungguhnya untuk membantu tugas Dewan
Kehormatan IAI apabila dibutuhkan dalam rangka menegakkan etika
berprofesi.
7. Menjalankan kegiatan profesinya sesuai ketentuan Pedoman Hubungan Kerja
Antara Arsitek Dengan Pengguna Jasa.
Setiap anggota bertanggung jawab dalam mewujudkan tujuan organisasi
dengan:
1. Mengabdikan keahliannya demi membela kepentingan masyarakat serta
menciptakan lingkungan binaan yang berkelanjutan.
2. Melayani masyarakat pengguna jasa arsitek (pemberi tugas) dengan sikap dan
perilaku yang profesional agar dapat menumbuhkembangkan kepercayaan
dan penghargaan terhadap profesi arsitek.

H. PENGHARGAAN KEPROFESIAN

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Memberi penghargaan kepada karya, para Arsitek dan community


of interest bidang Arsitektur merupakan tradisi dalam organisasi profesi Arsitek
di mana pun, termasuk Ikatan Arsitek Indonesia. Kegiatan ini sudah berlangsung
sejak periode kepengurusan di bawah pimpinan Arsitek Dharmawan
Prawirohardjo, IAI dan tetap dilaksanakan sampai sekarang. Pengurus IAI
Nasional
bahkan
berkeinginan
untuk
semakin
menyempurnakan
penyelenggaraan program ini dengan jalan menyusun panduannya supaya mutu
dan nilai program penghargaan ini tidak berubah-ubah mengikuti situasi dan
kondisi setempat.
Penghargaan IAI diberikan kepada objek-objek yang terbagi atas tiga
golongan besar, yaitu Penghargaan untuk Karya Arsitektur, Penghargaan untuk
Pelaku dan Pemerhati Arsitektur, serta Penghargaan untuk Kantor, yang
kemudian berdasarkan Tipe Penghargaannya dibagi atas:
1. Bangunan Gedung
2. Kawasan
3. Arsitek
4. Masyarakat
5. Kantor Arsitek
6. Kantor Konsultan
Keterangan lengkap mengenai kategori dan pedoman penyelenggaraan
penghargaan ini dapat dilihat di Buku Pedoman Penyelenggaraan Penghargaan
Arsitektur IAI. Selain penghargaan yang diselenggarakan secara khusus oleh
pengurus, IAI juga mendukung penghargaan yang dilakukan oleh pihak lain, yang
didasarkan atas pengakuan integritas oleh individu atau kelompok demi
pengembangan dan kemajuan bidang arsitektur.

I.

PENDIDIKAN KEPROFESIAN ARSITEK

Para sarjana arsitektur yang telah menyelesaikan pendidikan formal Strata


1 Jurusan Arsitektur, dan tetap ingin menekuni profesi sebagai Arsitek
Profesional, diarahkan oleh IAI untuk segera memenuhi persyaratan kualifikasi
guna mendapatkan Sertifikat Keahlian (SKA) Arsitek sebagai syarat praktek
keprofesian yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan lembaga keprofesian
arsitek internasional. Setelah mendapatkan status sebagai Arsitek Profesional,
para pemegang lisensi ini dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya secara
rutin dan konsisten demi meningkatkan wawasan dan pendalaman
keprofesiannya.
Dalam hal tersebut, IAI membentuk sebuah badan Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk mewadahi para Arsitek Profesional yang
telah bersertifikat, dan memberikan arahan tentang materi dan penilaian dari
kegiatan pendidikan yang tersedia. IAI menetapkan sistem nilai kumulatif (KUM)
yang digunakan sebagai parameter penilaian subyektif atas setiap metode
kegiatan yang dilakukan oleh peserta PKB. Anggota Profesional wajib mengisi
LogBook kegiatan yang telah dilaluinya, yang bisa didapat dari sekretariat IAI
atau mengunduh dari situs ini. Pelaksana program pendidikan keprofesian tidak
harus dilaksanakan oleh IAI sebagai institusi profesi arsitek, tetapi bisa dilakukan
juga oleh pihak lain yang memiliki kekuatan badan hukum formal. Nilai KUM akan
diberikan dengan sistem penyetaraan yang dapat dilihat di situs ini.

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dengan beralasan keterbatasan waktu penyelenggaraan ataupun alasan


yang lain, serah terima pucuk pimpinan yang lama (demisioner) ke pimpinan
baru yang terpilih pun telah berlangsung pula meski dengan singkat. Namun
serbuan ucapan selamat bagaikan air bah tetap menimpa sang pemimpin yang
baru ini. Hal yang membedakan kejadian tempo hari dengan kejadian-kejadian
pemilihan ketua umum periode-periode yang lalu adalah serbuan ucapan
selamat dilakukan oleh sebagian besar kontingen peserta perwakilan dari
daerah. Pertanyaan wajar menanggapi hal itu, Apa gerangan yang terjadi?. Tapi
biarlah itu berlalu, let it be will be the show must be go on. Adalah satu babak
baru kepemimpinan yang telah lama dinantikan oleh sebagian besar anggota IAI
di daerah saat ini mulai digelar. Satu babak yang mengharapkan terjadinya
perubahan dalam memandang dan menempatkan arsitek beserta arsitekturnya
dalam koridor Nusantara yang merupakan kesatuan dari beragam adat, budaya,
letak geografis dan lokasi yang berkepulauan, cara pandang kebiasaan hingga
kebisaan mereka. Adalah babak harapan baru pula dalam rangka memperjelas
status profesi arsitek indonesia di mata dunia, khususnya pada forum Arcasia
yang akan digelar di Bali bulan Oktober-November 2012 yang akan datang dalam
rangka menyongsong era pasar bebas bidang konstruksi tahun 2015. Satu
harapan babak baru juga dalam rangka memperjelas status arsitek indonesia di
mata bangsanya sendiri yang hingga saat kini dan menjadi satu-satunya profesi
arsitek di kawasan asia tenggara yang belum terlindungi payung hukum yang
jelas, yakni berupa Undang-undang Arsitek. Tentunya pula tidak ketinggalan
dalam harapan-harapan tersebut terkait status pendidikan profesi arsitek (PPArs)
yang telah menjadi salah satu kebijakan program profesi arsitek yang
keberadaannya masih tanggung (baca: setengah hati; perlu atau tidak perlu;
antara ada atau tiada; niat atau terserah) dalam penyelenggaraannya. Empat
agenda besar tersebut setidaknya harus diemban dan dilaksanakan oleh
pemimpin yang baru terpilih ini untuk mewujudkan IAI (baca: arsitek Indonesia)
yang profesional, bermartabat dan benar-benar diakui oleh masyarakatnya
sendiri ataupun masyarakat bangsa lain.
Penyegaran dan kesegaran adalah sangat diperlukan oleh tubuh, baik itu
tubuh fisik apalagi tubuh sebuah organisasi. Penyegaran sangat dibutuhkan
dalam tubuh guna mendobrak kekakuan-kekakuan sistem yang bekerja di
dalamnya dan menjadikan sistem itu mampu bekerja lebih baik, dimungkinkan
lebih efektif bahkan kalo bisa lebih efisien dalam rangka menjadikan tubuh
tersebut mampu menghadapi tantangan dan gejolak yang menghadang
didepannya. Dalam hal ini, IAI sangat ditunggu perannya dalam turut
menentukan arah pembangunan yang berpihak pada issue-issue terkini
(sustainable, greenable, save-able energy, dll.) serta kiprahnya dalam
menciptakan pemain-pemain peradaban yang maju dengan berkemampuan
memasak teknologi-teknologi terkini dalam rancangan lingkungan binaan yang
integratif namun persuasif. Hal yang mungkin dapat diwujudkan bilamana
penyegaran dapat membasahi segenap anggota IAI yang mencapai lebih dari
15.000 anggota dan tersebar merata pada 33 provinsi serta beberapa negara.
Suatu bentuk kesegaran yang diharapkan dapat dipenuhi dari empat isu agenda
utama yang diselesaikan oleh IAI.

J.

IAI Daerah Istimewa Yogyakarta

IKATAN ARSITEK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

IAI DIY pertama kalinya dibentuk pada tahun 1975. Hal ini ditandai dengan
dipilihnya kepengurusan IAI di kota yang sera istimewa ini. IAI DIY pertama kali
diketuai oleh Ir Arya Ronald IAI, Sekretaris Ir Harjana IAI dan Bendahara Ir
Susantiah Ardi IAI.
Musda pertama dilaksanakan pada tahun 1992 dengan hasil ketua cabang
Ir Adishakti IAI, Ketua Satu Ir M Mudzhakir MM, Ketua Dua Ir Slamet Sudibyo
Seketaris Ir Bendhard P Sihombing, dan Bendahara Ir Anna Fitriyaati. Sampai
saat ini IAI DIY telah melaksanakan Musda sebanyak 7 kali. Terakhir pada bulan
April 2013 yang lalu.

K. AD/ART IAI

L.

VISI DAN MISI IAI - DIY

M. PENUTUP
Seandainya tajuk pendirian IAI dulu diinterpretasikan untuk saat ini
mungkin bunyinya menjadi Towards Good Governance in Architecture Practice.
Sebuah mimpi indah tentang keadaan dimana para arsitek Indonesia berlomba
membuat karya yang baik dan indah, berlaku etis, tidak saling menjatuhkan,
dihargai oleh masyarakatnya dan memperoleh honorarium yang layak.
Sumber bacaan utama:
Buku sejarah IAI, Perkembangan arsitek sebagai profesi dan lahirnya Ikatan Arsitek
Indonesia, IAI Jawa Barat, 1995
Perkembangan Arsitektur dan Pendidikan Arsitek di Indonesia, Parmono Atmadi et al,
Gadjah Mada University Press, 1997
Bunga Rampai Pemikiran, Aswito Asmaningprodjo et al, Departemen Arsitektur ITB,
2003.

Anda mungkin juga menyukai