AKUNTANSI
UNTUK
Standar akuntansi bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran dalam mata uang asing
dimulai pada tahun 1939 telah dikeluarkannya Accounting Research Buletin (ARB).
Kemudian diperbarui dengan ARB no 43 tahun 1943. Di Indonesia , ketentuan akuntansi
untuk bisnis internasional diawali dengan dikeluarkannya PSAK no 10 dan 11 tahun 1994
yang menjelaskan standar yang digunakan oleh perusahaan dalam mencatat transaksi mata
uang asing dan menjabarkan laporan keuangan mata uang asing.
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan Dalam PSAK no 10 dinyatakan bahwa,
Perusahaan dapat melakukan aktifitas yang menyangkut valuta asing ( Foreign Activities)
dalam dua cara, melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha
luar negeri ( Foreign Ooperation ).
Dalam PSAK no 10 diberikan beberapa definisi yang terkait dengan kegiatan bisnis
internasional antara lain:
Kegiatan usaha luar negeri ( foreign operation ) adalah perusahaan anak (subsidiary),
perusahaan assosiasi, usaha patungan ,atau cabang perusahaan pelapor, yang
aktifitasnya dilaksanakan disuatu Negara diluar Negara perusahaan pelapor.
Entitas asing adalah suatu kegiatan usaha luar negeri, yang aktifitasnya bukan
merupakan suatu bagian integral dari perusahaan pelapor.
Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau
dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva
atau penyelaesaian kewajiban antara pihak yang paham dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi yang wajar.
Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan oleh
persaingan di tingkat local atau oleh regulasi pemerintah local, ketimbang oleh
perubahan kurs jangka pendek atau gejolak pasar dunia, maka mata uang local dari
entitas luar begeri tersebut dapat dipakai sebagai mata uang fungsional.
Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada di negara perusahaan induk, atau
kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk, meungkinkan
perusahaan untuk menjadikan mata uang dari negara perusahaan induk sebagai mata
uang fungsional.
Pengeluaran, seperti upah pekerja serta biaya material yang merupakan biaya local
dapat membenarkan dijadikannya mata uang local ari entitas luar negeri sebagai mata
uang fungsional.
Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang local dari entitas luar negeri, serta jika
dana yang dihasilkan dalam operasi perusahaan cukup untuk melunasi hutang, baik
hutang saat ini maupun akan datang, maka mata uang local dari entitas luar negeri
dapat dijadikan sebagai mata uang fungsional.
Perjanjian serta transaksi antar perusahaan dalam volume yang besar juga dapat
dijadikan dasar untuk menggunakan mata uang dari perusahaan induk sebagai mata
uang fungsional.
Exposure Draft SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang diterbitkan oleh IAI pada bulan
Mei 1998 yang mengacu pada FASB Statement No.52 mengubah beberapa definisi tradisional
dengan melakukan redefinisi atas mata uang asing.
Sebelum standar ini dikeluarkan :
Mata uang asing : semua mata uang selain mata uang negara yang bersangkutan.
Mata uang lokal : mata uang dari negara tertentu atau mata uang yang dinyatakan dalam
kegiatan domestik maupun luar negeri dari negara yang bersangkutan.
Berdasarkan standar yang baru :
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang fungsional dari suatu entitas.
Standar ini juga mengijinkan penggunaan dua metode yang berbeda untuk
mengkonversikan laporan keuangan dari perusahaan anak di luar negeri ke dalam mata uang
domestik (dalam hal ini Rupiah), berdasarkan mata uang fungsional dari entitas luar negeri.
Jika mata uang fungsional adalah Rupiah, maka laporan keuangan dari perusahaan anak di
luar negeri dikonversikan ke dalam Rupiah dengan menggunakan prosedur yang sama
dengan metode temporal. Jika mata uang fungsional adalah mata uang local di wilayah
perusahaan anak, maka laporan keuangan perusahaan anak dikonversikan ke Rupiah dengan
menggunakan metode kurs sekarang. Perusahaan harus dapat memilih metode yang paling
tepat untuk menggambarkan kegiatan bisnis luar negeri mereka.
Menyajikan informasi yang secara umum sejalan dengan efek ekonomis yang
diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus kas perusahaan, dan
Untuk mengurangi defisitnya, pemerintah Indonesia sering kali meminta negaranegara lain (misalnya Jepang dan Amerika serikat) untuk membiarkan mata uang mereka
terapresiasi terhadap Rupiah. Penurunan nilai Rupiah terhadap mata uang-mata uang utama
akan meningkatkan harga barang-barang luar negeri di Indonesia dan menekan jumlah impor
ke Indonesia. Sementara, barang-barang Indonesia dapat dijual diluar negeri dengan dengan
harga yang lebih murah dalam mata uang asing. Namun, pengaruh melemahnya nilai Rupiah
terhadap minat impor masyarakat Indonesia hanya sedikit, dan perubahan hanya berdampak
kecil terhadap defisit perdagangan. Faktor-faktor lain yang mungkin mempengarui neraca
perdagangan suatu negara adalah tingkat bunga dan tingkat pajak.
Oleh karena kurs mengambang tidak selamanya menguntungkan perekonomian dunia,
tujuh negara (AS, Jepang,Jerman, Inggris, Perancis, Italia, dan Kanada) bergabung untuk
menjaga nilai Dollar AS, Mark Jerman, serta Yen Jepang dalam suatu rentang kurs yang
dirahasiakan. Negara-negara ini, yang disebut Kelompok Tujuh (G-7) berharap dapat
mengatur nilai kurs lewat intervensi dipasar uang.
Kurs Tetap dan Kurs Berganda jika kurs yang dipakai adalah kurs tetap,
pemerintahan dapat menetapkan kurs yang berbeda untuk trasaksi yang berbeda. Misalnya,
pemerintahan menetapkan kurs prefensial untuk impor, serta kurs penalty untuk ekspor,
dalam rangka mencapai tujuan perekonomian negara bersangkutan. Kurs seperti ini dikenal
seperti kurs berganda.
Perubahan dari Kurs Tetap ke Kurs Mengambang di Indonesia
Sejak 14 Agustus 1997, pemerintahan Indonesia telah menyesuaikan kebijaksanaan
moneter dengan memutuskan mengubah penggunaan kurs tetap menjadi kurs mengambang.
Perubahan ke kurs mengambang berdampak siknifikan terhadap perusahaan-perusahaan di
Indonesia memiliki operasi internasional, dan secara alamiah, ini mengarahkan kepada
perlunya penelaahan ulang terhadap prinsip akutansi dan pelaporan untuk penjabaran mata
uang asing.
Kurs Spot, Kurs Sekarang, serta Kurs Historis
Kurs yang digunakan dalam akuntansi untuk kegiatan dan transaksi luar negeri (selain
kontrak kurs berjangka) adalah kurs spot, kurs sekarang, serta kurs historis.
Definisi dari masing-masing kurs tersebut adalah :
Kurs spot (spot rate) : kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung saat transaksi.
Kurs sekarang (current rate) : kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan dengan
mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
Kurs historis (historical rate) : kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
Kurs spot, kurs sekarang dan kurs historis dapat merupakan kurs tetap maupun kurs
mengambang, tergantung kepada mata uang tertentu yang dilibatkan.
Perhitungan Kurs
Kebanyakan bank di Indonesia melayani perdagangan internasional dengan membuka
departemen yang menyediakan jasa transfer bank antara perusahaan Indonesia dengan
perusahaan asing, serta jasa pertukaran mata uang.
Tentu saja bank-bank tersebut menarik keuntungan dari jasa yang mereka berikan
(remunerasi). Remunerasi ini merupakan selisih antara jumlah uang yang mereka terima dari
perusahaan Indonesia dengan jumlah yang mereka bayarkan kembali untuk menebus mata
uang asing, atau sebaliknya.