Gagne
I. PENDAHULUAN
Robert M. Gagne (1916-2002) adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ia telah banyak
memperkenalkan berbagai pandangan tentang pembelajaran. Salah satunya adalah teori
pembelajaran yang didasarkan pada pemrosesan informasi (Andriyani, 2008). Dalam teori
belajar ini, salah satu hal yang sangat penting adalah perancangan instruktusinalnya.
Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses
tunggal melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku
itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan
sumbangan bagibelajar keterampilan yang lebih rumit. Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari
lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa (Andriyani, 2008).
Belajar menurut Gagne (Dahar, 2001) adalah suatu proses di mana suatu organisasi
(siswa) berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini, diketahui
bahwa belajar merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk melihat
perubahannya. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah perubahan perilaku dari kurang baik
menjadi lebih baik.
Seorang siswa dikatakan telah belajar jika telah terdapat perubahan dalam perilakunya.
Dalam hal ini terdapat beberapa macam hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne (Driscoll,
2005), yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan
motorik.
Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru. Siswa
merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai pemandu siswa dalam
proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan suatu rancangan pembelajaran yang
akan menjadikan siswa belajar seperti yang seharusnya.
1.
2.
3.
4.
II. PEMBAHASAN
A. Tingkatan Hasil Belajar
Hal mendasar yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah pembelajaran adalah
mengetahui apa hasil belajar yang ingin dicapai. Dalam hal ini, Bloom (Driscoll, 2005) membagi
hasil belajar ke dalam tiga ranah utama, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Akan tetapi,
Gagnemengklasifikan hasil belajar ke dalam lima kategori, dengan membagi ranah kognitif
menjadi informasi verbal, strategi kognitif, dan keterampilan intelektual.
Lima kategori hasil belajar menurut Gagne (Driscoll, 2005), yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan psikomotor. Hal tersebut akan
dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1. Informasi Verbal
Informasi verbal atau pengetahuan verbal kemampuan yang dinyatakan dengan kategori
memperoleh label atau nama-nama, fakta, dan bidang pengetahuan yang sudah tersusun
(Andriyani, 2008). Fakta ini dapat diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari ucapan orang
lain, mendengar radio, televisi atau media lainnya.
2. Keterampilan Intelektual
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat memperbedakan,
menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Keterampilan ini memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dalam simbol atau konseptualisasi. Dalam
mempelajari keterampilan ini, seseorang memulainya dari hal-hal yang sederhana menuju yang
lebih kompleks. Gagne (Driscoll, 2005) membagi kategori keterampilan intelektual menjadi subsubketerampilan yang terurut berdasarkan tingkat kompleksitasnya. Keterampilan ini dirincikan
ke dalam lima tingkatan, yaitu belajar diskriminasi (membedakan), konsep nyata, mendefinisikan
konsep, aturan, dan tatanan aturan yang lebih tinggi menyelesaikan masalah.
a.
b.
c.
d.
e.
Diskriminasi (membedakan)
Kemampuan ini merupakan kemampuan pertama yang harus dikuasai seseorang dalam
mempelajari keterampilan intelektual. Kemampuan membedakan yang dimaksudkan adalah
kemampuan untuk memberikan respons yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang diberikan
antara bentuk satu atau lebih. Penjelasan sederhananya adalah, seseorang dapat menyatakan
sama atau tidaknya dua stimulus yang diberikan. Hal ini dapat berupa tekstur, huruf, angka,
bentuk, dan suara.
Konsep Nyata
Belajar konsep nyata adalah mengetahui sifat-sifat umum benda nyata atau kejadian dan
mengelompokkan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu kelompok.
Mendefinisikan Konsep
Seseorang dikatakan telah belajar mendefinisikan konsep jika ia dapat menunjukkan arti dari
beberapa kelas khusus dari objek, kejadian, atau hubungan. Dengan kata lain, mereka dapat
membedakan contoh kejadian baru atau ide dengan definisi mereka sendiri.
Aturan
Tingkatan selanjutnya adalah belajar aturan. Yaitu menerapkan hubungan tunggal untuk
memecahkan suatu bagian masalah.
Tatanan Aturan Lebih Tinggi Menyelesaikan Masalah
Aturan tatanan yang lebih tinggi ini disebut juga problem solving, atau menyelesaikan
masalah. Dalam tingkatan ini seseorang menerapkan sebuah kombinasi aturan baru untuk
menyelesaikan sebuah masalah kompleks.
Berikut ini contoh sederhana tingkatan keterampilan intelektual berdasarkan keterangan
di atas.
Seorang siswa harus sudah dapat membedakan segi tiga dari bentuk yang lain sebelum ia
akan dapat mempelajari identifikasi macam-macam segi tiga. Dengan kata lain, jika mereka tidak
dapat melihat perbedaan segi tiga dari segi empat, dan menyatakannya sebagai segi empat,
mereka tidak akan dapat mengidentifikasi contoh jenis segi tiga. Sejalan dengan hal tersebut,
membedakan dan mengidentifikasi sudut siku-siku dari sudut yang lain juga diperlukan sebelum
siswa dapat mengidentifikasi sebuah segi tiga siku-siku. Sehingga, untuk mengidentifikasi
sebuah segi tiga siku-siku, setidaknya seorang siswa harus menguasai identifikasi segi tiga dan
sudut siku-siku.
1. Strategi Kognitif
Hasil belajar ini adalah kemampuan yang menentukan pembelajaran pribadi seseorang,
mengingat, dan menentukan sikap. Memiliki teknik berpikir tertentu, cara menganalisis masalah,
dan memiliki pendekatan untuk memecahkan masalah. Strategi ini desebut juga sebagai proses
berfikir siswa sendiri.
Andriyani (2008) menjelaskan bahwa strategi kognitif merupakan kemampuan yang
mengatur bagaimana siswa mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berfikir dalam rangka
mengendalikan sesuatu untuk mengatur suatu tindakan. Hal ini berpangaruh terhadap perhatian
siswa dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya serta menemukan kembali ingatan itu.
Strategi ini adalah suatu proses informasi atau induksi di mana seseorang mengingat objek-objek
kejadian untuk memperoleh suatu kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan
induksi.
2. Sikap
Hasil belajar yang berupa sikap adalah hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan tindakan
pribadi berdasarkan pemahaman intens dan perasaan. Dapat juga dikatakan sebagai kondisi
mental yang mempengaruhi pilihan tindakan pribadi.
3. Keterampilan Psikomotorik
Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan otot/tubuh (perbuatan jasmani). Indriyani (2008), menyebutkan
bahwa ciri umum keterampilan ini adalah membutuhkan prasyarat untuk mengembangkan
kemulusan/kehalusan dan pengaturan waktu. Dengan demikian, keterampilan ini akan bertambah
sempurna jika sering dipraktekkan. Sebagai contoh adalah keterampilan menggunakan penggaris
dan jangka dalam membuat bentuk lingkaran, segi tiga sama sisi, sudut siku-siku dan lain-lain.
yang menghasilkan respon yang diinginkan secara alami. Setelah sejumlah pengulangan dari
stimulus ganda, ia menemukan bahwa subjek memancarkan respon yang diinginkan cukup
dengan pemberian stimulus yang dikondisikan.
Contoh belajar isyarat adalah reaksi emosional siswa terhadap pelajaran matematika.
Dapat berupa perasaan kesal yang terjadi akibat sikap atau ucapan gurunya yang tidak
menyenangkan disebabkan oleh siswa tersebut acuh tak acuh dalam belajarnya. Atau sikap
positif siswa terhadap matematika karena sikap gurunya yang menyenangkan.
2. Stimulus Respons
Perbedaan antara belajar stimulus respons dengan belajar signal terletak pada niat dan
respons siswa. Jika dalam belajar isyarat siswa belajar tidak diniati dan responnya emosional,
maka pada tipe belajar stimulus respons belajarnya diniati dan responnya jasmaniah
(fisik).Contohnya siswa meniru menyebutkan segi tiga setelah gurunya menyebutkan segi tiga,
siswa mengumpulkan benda segitiga setelah diminta oleh gurunya. Pada tipe belajar ini
diharuskan adanya rangsangan dari luar yang akan menyebabkan timbulnya respons tertentu
yang diharapkan dari siswa. Setiap adanya stimulus baru, pada diri siswa itu akan terjadi
penguatan.
3. Rangkaian Gerak (Motor Chaining)
Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan (atau lebih)
stimulus respons. Ini adalah bentuk yang lebih maju dari belajar di mana subjek mengembangkan
kemampuan untuk menghubungkan dua atau lebih ikatan stimulus-respon yang dipelajari
sebelumnya ke dalam urutan terkait. Sebagai contoh adalah kegiatan siswa dalam belajar
menggambar ruas garis melalui dua titik yang diketahui.
4. Rangkaian Verbal (Verbal Chaining)
Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus
respons. Contohnya dalam pembelajaran matematika adalah menyatakan atau mengemukakan
pendapat tentang konsep, simbol, definisi, aksioma, dalil, dan lain-lain.
5. Memperbedakan (Discrimination Chaining)
Belajar memperbedakan merupakan belajar memisah-misah rangkaian yang bervariasi.
Dalam hal ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu membedakan tunggal misalnya pengenalan
siswa terhadap lambang bilangan, dan membedakan jamak misalnya mengenal perbedaan antara
lambang bilangan satu dengan lainnya.
6. Pembentukan Konsep (ConceptFormation)
Tipe belajar ini disebut juga tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar melihat
(mengenal) sifat bersama benda-benda konkret atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok.
Sebagai contoh adalah siswa mengamati sisi meja (yang lurus), garis pertemuan dua dinding
(lurus) dari ruangan kelas, seutas tali yang direntangkan dengan kuat. Dalam hal ini ia
membedakan dengan lengkungan lain (tidak lurus), ruas garis, sinar, dan lain-lain.
1.
2.
3.
4.
Menurut Ruseffendi (2006),terdapat dua objek yang dapat diperoleh siswa dalam belajar
matematika, yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung di antaranya
kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja, dan lain-lain),
bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana seharusnya belajar. Sedangkan objek
langsung adalah fakta, keterampilan, konsep dan aturan (principle).
Fakta, contohnya lambang bilangan, sudut, garis, simbol, dan notasi.
Keterampilan, adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Misalnya
membagi ruas garis menjadi dua ruas sama panjang, menjumlahkan pecahan, dan membagi
bilangan dengan cara singkat.
Konsep, merupakan ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda
(objek) ke dalam contoh dan bukan contoh. Misalnya, dengan menggunakan konsep garis lurus
memungkinkan kita memisahkan objek-objek apakah termasuk garis lurus atau bukan.
Aturan (principle), ialah objek yang paling abstrak, dapat berupa sifat, dalil, dan teori.
Contohnya aturan dua segi tiga sama dan sebangun jika dua sisi yang seletak dan sudut apitnya
kongruen.
Dalam mempelajari objek-objek belajar, menurut Gagne (Bell, 1978) ada beberapa fase
utama yang dilalui seseorang, yaitu:
1. Fase pengenalan (apprehendingphase)
Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan
memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti
bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa
bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi
belajar.
2. Fase perolehan (acqusitionphase)
Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang
diterima dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk
asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
3. Fase penyimpanan (storagephase)
Fase storage adalah fase penyimpanan informasi. Dalam hal ini ada informasi yang disimpan
dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang. Pengulangan informasi dalam memori
jangka pendek dapat memindahkannya ke memori jangka panjang.
4. Fase pemanggilan (retrievalphase).
Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang
ada dalam memori.
E. Situasi Belajar
Untuk mencapai hasil belajar seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka diperlukan
situasi belajar yang tepat untuk setiap hasil belajar yang diinginkan. Sebagai contoh situasi yang
diusahakan untuk mencapai hasil belajar verbal tidak tepat jika digunakan juga pada
pembelajaran dengan tujuan mencapai keterampilan psikomotor.
Gagne (ICELS, 2014), menjelaskan dua jenis kondisi yang ada dalam pembelajaran:
internal dan eksternal. Yang termasuk kondisi internal adalah kemampuan yang sudah ada pada
diri siswa sebelum pembelajaran baru dimulai. Hal ini menjadikan kondisi internal diperlukan
untuk belajar. Kondisi internal berubah selama proses pembelajaran. Sedangkan kondisi
eksternal meliputi stimulus yang berbeda yang ada di luar siswa seperti lingkungan, guru, dan
situasi belajar. Ini berarti bahwa setiap situasi belajar baru dimulai dari titik yang berbeda
sebelum belajar dan akan terdiri dari situasi eksternal yang berbeda, tergantung pada siswa dan
lingkungan belajar.
Gagne, Briggs, dan Wager (Driscoll, 2005) mengkategorikan situasi belajar berdasarkan
pembagian tipe hasil belajar. Suatu rancangan pembelajaran harus dipersiapkan untuk mencapai
hasil belajar sesuai dengan kategori yang diharapkan.
F. Kejadian-Kejadian Instruktusional
Ada 9 kejadian belajar yang didasarkan pada pendapat Gagne (Driscoll, 2005), yaitu:
1. Memelihara perhatian (GainingAttention)
Kejadian belajar pertama adalah mendapatkan perhatian. Hal ini dimaksudkan agar siswa siap
melaksanakan pembelajaran yang akan disajikan. Selain itu juga untuk membangkitkan minat
siswa terhadap apa yang akan dipelajari.
Contoh: Menampilkan melalui proyektor gambar bermacam-macam bangun datar yang diberi
label pada masing-masing gambar. Di antaranya terdapat beberapa segi tiga siku-siku dalam
berbagai ukuran, warna, dan posisi.
2. Menjelaskan kepada siswa tujuan pembelajaran (Informingthelearner of theobjective)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kejadian berikutnya adalah menjelaskan kepada siswa apa tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Hal ini dimaksudkan agar siswa memahami apa saja keterampilan yang harus mereka
kuasai setelah mengikuti kegiatan belajar.
Contoh: Menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan belajar mengidentifikasi segi tiga sikusiku.
Merangsang ingatan tentang pelajaran sebelumnya (Stimulatingrecall of priorlearning)
Selanjutnya adalah merangsang ingatan mengenai pelajaran sebelumnya yang terkait dengan
stimulus yang akan diberikan. Hal ini dapat berupa konsep, aturan, atau keterampilan. Andriyani
(2008) menambahkan, dengan pengetahuan awal yang sudah dimiliki siswa dalam memori
kerjanya, diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan lamanya dengan
pengetahuan baru yang akan dipelajari.
Contoh: Meninjau kembali definisi segi tiga dan pengertian sudut siku-siku.
Menyajikan stimulus (Presentingthecontent)
Kejadian belajar selanjutnya adalah menyajikan stimulus. Isi stimulus yang disajikan harus
spesifik sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.
Contoh: Memberikan definisi segi tiga siku-siku.
Menyediakan bimbingan belajar (Providing learningguidance)
Bimbingan belajar diberikan untuk menjadikan stimulus sebermakna mungkin. Dengan demikian
diharapkan siswa dapat lebih mudah mencapai tujuan belajar.
Contoh: Meminta siswa memilih salah satu gambar berlabel sebagai contoh segi tiga siku-siku
dalam proyeksi yang telah disajikan.
Menampilkan kinerja (Elicitingperformance)
Meminta siswa menunjukkan kemampuan yang telah dipelajari. Dapat dilakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan dalam bentuk latihan.
Contoh: Meminta siswa menunjukkan hasil pilihan mereka.
Memberikanumpan balik (Providingfeedback)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang telah ditunjukkan siswa. Hal ini bertujuan untuk
memperkuat pelajaran yang baru diperoleh. Umpan balik yang diberikan berupa informasi
tentang tingkat kebenaran atau ketidaktepatan kinerja.
Contoh: Menginformasikan kepada siswa apakah gambar yang dipilih sudah tepat atau belum
tepat. Diiringi dengan tambahan penjelasan mengenai hal-hal yang masih belum tepat.
Menilai kinerja (Assesingperformance)
Setelah penampilan kinerja dan pemberian umpan balik, selanjutnya adalah menilai kinerja.
Bertujuan untuk memverifikasi bahwa pembelajaran telah terjadi setelah pemberian umpan balik.
Hal ini dilakukan setelah pemberian stimulus tambahan.
Contoh: Meminta siswa untuk memilih kembali gambar yang lain. Kemudian memberikan
penilaian terhadap hasil kerjanya.
Meningkatkan retensi dan transfer (Enhacingretentionand transfer)
Kejadian selanjutnya adalah meningkatkan retensi dan transfer. Hal ini mengacu pada
memindahkan kemampuan belajar ke ingatan jangka panjang dan memindahkannya ke dalam
situasi baru di luar lingkungan belajar. Dapat dilakukan dengan cara mengulas kegiatan belajar
yang telah berlangsung dan memberikan contoh penerapan dalam kehidupan nyata.
Contoh: Menyimpulkan kejadian belajar yang telah berlangsung dan memberikan contoh
kejadian nyata yang berkaitan dengan bentuk segi tiga siku-siku.
Kejadian-kejadian belajar tersebut harus dilakukan sebara berurutan dan dalam tiap
kejadiannya perlu didukung oleh peristiwa belajar tertentu agar menghasilkan aktivitas yang
maksimal diri siswa. Hal ini sangat penting karena selalu ada dalam setiap tindakan belajar dan
digunakan secara berlainan pada tingkatan hasil belajar yang berbeda (Andriyani, 2008).
III. PENUTUP
Robert M. Gagne terkenal dengan konstruksinyamengenai hierarki belajar. Hierarki
belajar yang dimaksudkan adalah satu set komponen keterampilan yang harus dipelajari sebelum
seseorang dapat mempelajari keterampilan yang kompleks.
Teori belajar yang dikemukakan olehGagne mengenai hierarki belajar sangat sesuai
diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Salah satu hal utama yang
mendasari adalah penggunaan prasyarat dalam pelaksaannya. Penjelasan-penjelasan mengenai
hal ini telah diungkapkan dengan contoh-contoh pada pembahasan sebelumnya.
Oleh :
Dedi Noviyanto dan M. Asrori
(Disampaikan dalam Seminar Mata Kuliah Teori-teori Belajar Program Magister Manajemen
Pendidikan Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tanggal 14 Juni 2011)
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pada hakekatnya, belajar merupakan proses yang kompleks dan terjadi pada semua orang serta
berlangsung seumur hidup. Kompleksitas belajar tersebut melahirkan banyak teori-teori yang
berkembang dan berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses belajar tersebut dapat dijelaskan
secara ilmiah.
Tiap teori belajar menitikberatkan pada tumpuan yang berbeda-beda, ada yang lebih mementingkan
proses belajar, pada hasil belajar, pada isi atau konten bahan ajar, ada pula yang mengutamakan
kepada pembentukan atau mengkonstruksi pengetahuan, sikap atau keterampilannya sendiri
Kegiatan pembelajaran tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus berlandaskan peda teoriterori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Artinya teori-teori belajar
ini diharapkan dapat mengarahkan dalam merancang dan mealksanakan kegiatan pembelajaran.
Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah dalam kegiatan
pembelajaran, namun akan dapat memberikan arah prioritas dalam kegiatan pembelajaran. [1] Oleh
karena itu para pelaku pembelajaran baik guru, perancang pembelajaran dan para pengembang
program pembelajaran yang profesional harus dapat memilih teori belajar yang tepat untuk
digunakan dalam desain pembelajaran yang akan dikembangkannya.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne merupakan salah satu teori belajar yang
penting untuk diketahui serta diterapkan dalam belajar. Hal-hal yang dibicarakan oleh Gagne dalam
teorinya adalah mengenai peristiwa belajar, kemampuan belajar dan tipe belajar.
2.
Rumusan Masalah
b.
c.
B. PEMBAHASAN
1.
individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan
individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya
diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam
usaha mengatur kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca
indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses
kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut :
menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala
pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
No
Peristiwa
Penjelasan
Pembelajaran
Menimbulkan minat dan
memusatkan perhatian
Peserta didik tidak selalu siap dan fokus pada awal pembelajaran.
Guru perlu menimbulkan minat dan perhatian anak didik melalui
penyampaian sesuatu yang baru, aneh, kontradiktif atau kompleks
Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak menebak-nebak apa yang
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Mengingat kembali
3
konsep/prinsip yang
telah dipelajari yang
merupakan prasyarat
Dalam menjelaskan materi pembelajaran, menggunakan contoh,
4
Menyampaikan materi
pembelajaran
Memberikan bimbingan
5
Mengukur/mengevaluas
i hasil belajar
Memperkuat referensi
dan transfer belajar
Menurut Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk
mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan perilaku (behaviour) adalah hasil dari
efek belajar yang kumulatif serta tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar bersifat
kompleks.
2.
Gagne mengkajji masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau
keterampilan sederhana yang dipelajari mempengaruhi terjadinya belajar yang lebih rumit. Menurut
Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :[5]
a.
keterampilan intelektual atau kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya masing-masing dengan penggunaan lambang. Kemampuan ini meliputi:
(1)
asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta)
(2)
(3)
(4)
(5)
kaidah lebih tinggi (menggunakan beberapa kaidah dalam memecahkan suatu masalah)
b.
strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal
informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta,
d.
sikap, yaitu keadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai
moderator atas pilihan untuk bertindak). Sikap ini meliputi komponen afektif, kognitif dan
psikomotorik.
Untuk mempermudah pembahasan kelima kemampuan belajar ini disajikan dalam tabel sebagai
berikut :
No
Jenis hasil
belajar
Kemampuan
intelektual
Deskripsi kemampuan
Contoh
Mentakhrij hadits untuk mengetahui
validitas hadits untuk selanjutnya
digunakan sebagai dasar penentuan
sebuah fatwa agama
Strategi kognitif
Informasi verbal
Kemampuan
keterampilan
motorik (skill)
Sikap
Gagne juga menyatakan bahwa untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori
kemampuan belajar tersebut di atas, ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh pendidik.
Ada kondisi belajar internal yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil belajar sebelumnya,
dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi eksternal ini bila diatur dan
dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan, misalnya pemanfaatan atau
penggunaan berbagai media dan sumber belajar.
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar
itu terjadi. Model proses belajar yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori
pemrosesan informasi , yaitu sebagai berikut:
a.
Rangsangan yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan dikenal
sebagai informasi.
b.
Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibunag, ada yang disimpan dalam memori jangka
pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
c.
Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan
dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.
Didasarkan atas teori pemrosesan infromasi tersebut, Gane mengemukakan bahwa suati tindakan
belajar meliputi delapan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa dan guru,
dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. [6]
3.
Gagne menyusun tipe-tipe belajarberdasarkan hasil belajar yang diperoleh dan bukan proses belajar
yang dilalui peserta didik untuk mencapai hasil itu. Selain itu, Gagne mencoba menempatkan
delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu tipe belajar yang satu menajdi dasar
atau landasan tipe belajar berikutnya. Dengan demikian, peserta didik yang tidak menguasai tipe
belajar yang terdahulu, akan mengalami kesulitan dalam mengusai tipe belajar selanjutnya.
Selanjutnya Gagne menambahkan bahwa empat tipe belajar pertama (nomor 1 s/d 4) kurang
relevan untuk belajar di sekolah, sedangkan empat tipe kedua (nomor 5 s/d 8) lebih menonjolkan
pada belajar kognitif yang memang ditonjolkan di sekolah. [7] Untuk lebih jelasnya, kedelapan tipe
belajar ini disajikan dalam tabel berikut: [8]
No
1
Tipe Belajar
Belajar sinyal(signal
Hasil Belajar
Memberikan reaksi pada
Contoh Prestasi
Guru sejarah yang galak
learning)
Belajar stimulus
2
respon(stimulus response
learning)
perangsang (S-R)
Memberikan reaksipada
perangsang (S-R)
Menghubungkan gerakan
yang satu dengan yang lain
Belajar asosiasi
verbal( verbal chaining
learning)
Belajar
diskriminasi(discriminatio
n learning)
pada stimulus/perangsang
617812
Belajar konsep(concept
learning)
Menempatkan obyek-obyek
dalam kelompok tertentu
Belajar kaidah(rule
Menghubungkan beberapa
learning)
konsep
Mengembangkan beberapa
Menemukan cara
memperoleh energi dari
Belajar memecahkan
masalah(problem solving)
hidup
Dengan demikian, ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori gagne, yaitu antara lain berkaitan
dengan:
a.
b.
c.
pengulangan belajar,
d.
e.
f.
Selain itu Gagne juga mementingkan akan adanya penciptaan kondisi beljaar, termasuk lingkungan
belajar, khususnya kondisi yang berbasis media, yaitu meliputi jenis penyajian yang disampaikan
kepada peserta didik dengan penjadwalan, pengurutan dan pengorganisasian.
C. KESIMPULAN
1.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses
kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah persitiwa dengan urutan sebagai berikut :
menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu apa yang diharapkan dala
pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang
merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman
untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang
kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer
belajar
2. Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu :keterampilan intelektual atau
kemmepuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing dengan
penggunaan lambang, strategi/siasat kognitif , informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap
3.
Gagne mencoba menempatkan delapan tipe belajar itu berada dalam suatu urutan hirakis, yaitu
tipe belajar yang satu menjadi dasar atau landasan tipe belajar berikutnya