Anda di halaman 1dari 4

21

METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Unit Rehabilitas dan Reproduksi (URR),
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi. Selain itu, penelitian ini juga
dilakukan di Laboratorium Helminthologi, bagian Parasitologi dan Entomologi
Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat
Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan
sampel dan pemeriksaan tinja dilakukan mulai bulan Agustus 2010 sampai Januari
2011 di URR dan Laboratorium Helminthologi. Pengamatan pola defekasi
dilakukan selama tiga minggu yaitu mulai tanggal 2 sampai 22 Agustus 2010 di
URR.
Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel tinja dari lima ekor Landak Jawa yang
terdiri dari 1 ekor betina dan 4 ekor jantan. Sampel tinja untuk setiap landak
diambil 2 kali dalam lima bulan, sehingga total sampel yang diambil adalah 10
sampel. Sampel diperoleh dengan mengambil tinja yang berumur tidak lebih dari
tiga jam setelah landak defekasi.

Sampel tinja juga diperoleh dengan cara

mengambil langsung tinja segar dari rektum pada landak yang telah terbius.
Sampel tinja yang diambil dimasukkan ke dalam kantung plastik transparan.
Setiap sampel tinja diberi identitas berupa nama atau kode setiap landak, kondisi
tinja, tempat, dan tanggal pengambilan.

Sampel-sampel tinja diolah dengan

pendekatan kualitatif yaitu metode natif, pengapungan, sedimentasi, dan


pendekatan kuantitatif yaitu metode McMaster.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan tinja adalah tinja Landak Jawa,
aquades, methylen blue, vermi kulit, dan larutan pengapung/garam jenuh. Alat
yang digunakan adalah lidi, gelas plastik, sendok plastik, saringan dengan ukuran
lubang 750-900 x 600-675 m, gelas ukur, alat hitung McMaster, tabung reaksi,
gelas Baerman, gelas obyek, gelas penutup, cawan petri, mortar, anak mortar,
gelas plastik, kain penyaring, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, video
mikrometer, lemari es, timbangan, pipet gelas, lembar pencatatan, dan kamera
digital.

22

Identifikasi Telur Cacing


a. Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk
infeksi berat, tetapi untuk infeksi ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Metode
ini dilakukan dengan mengambil sedikit tinja dengan lidi, kemudian diletakkan
pada gelas obyek yang sudah diteteskan air. Tinja diratakan dengan lidi kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan mikroskopik
dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali (Natadisastra dan Agus, 2009).
b. Metode Pengapungan
Metode ini bertujuan untuk menentukan keberadaan telur cacing nematoda
atau cestoda yang tidak ditemukan pada metode natif. Tinja ditimbang

2 gram

kemudian dimasukkan ke dalam gelas. Tinja di dalam gelas ditambahkan

58 ml

larutan pengapung, lalu diaduk dan disaring. Campuran tinja yang telah homogen
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai terbentuk meniskus cembung di atas
permukaan tabung kemudian ditutup dengan gelas penutup tepat di atas meniskus
dan dibiarkan 10 sampai 15 menit. Gelas penutup diangkat dan diletakkan di atas
gelas obyek kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran obyektif
100 kali dan 400 kali (Taylor et al., 2007).
c. Metode Sedimentasi
Metode ini digunakan untuk pemeriksaan telur cacing trematoda. Tinja
sebanyak

4 gram dimasukkan ke dalam gelas dan ditambahkan

50 ml air.

Setelah itu dihomogenkan lalu disaring sebanyak 3 kali. Campuran tinja yang
telah homogen dimasukkan ke dalam gelas Baerman dan ditambahkan air hingga
penuh lalu dibiarkan selama 10 sampai 15 menit. Supernatan dibuang dengan
hati-hati agar endapan tidak ikut terbawa.

Endapan dalam gelas Baerman

ditambahkan air hingga penuh, lalu dibiarkan selama 10 sampai 15 menit


kemudian dibuang lagi dengan menyisakan endapannya. Hal tersebut dilakukan
secara berulang hingga air supernatan menjadi bersih.

Sedimen yang tersisa

disaring dan dituang ke dalam cawan petri lalu diteteskan methylen blue. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali dan
400 kali (Hendrix dan Robinson, 2006).

23

Penghitungan Jumlah Telur Cacing dengan Metode McMaster


Telur cacing yang terlihat pada perbesaran obyektif 100 kali dihitung
dengan menggunakan alat hitung McMaster.

Campuran tinja dengan larutan

pengapung yang telah homogen diambil beberapa tetes sampai memenuhi kamar
hitung, kemudian dibiarkan selama 3 sampai 5 menit lalu dihitung jumlah telur
setiap jenis telur di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali.
Penghitungan jumlah telur dalam tiap gram tinja (TTGT):
TTGT = n/bt x Vtotal/Vhitung
Keterangan :
n

: Jumlah telur yang ditemukan dalam kamar hitung

bt

: Berat telur (gram)

Vtotal

: Volume larutan pengapung + tinja (ml)

Vhitung

: Volume campuran yang dimasukkan dalam kamar hitung (ml)

Pemupukan
Pemupukan telur dilakukan untuk mengetahui genus cacing yang berasal
dari jenis telur strongyloid.

Tinja diaduk perlahan dengan mortar hingga

homogen, kemudian dicampurkan vermi kulit dan beberapa tetes air untuk
menjaga kelembaban tinja. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri
yang besar lalu ditutup dengan penutup cawan petri. Setelah itu pemupukan
ditunggu selama 7 hari pada suhu ruang. Pemupukan ini dikontrol setiap hari
untuk menjaga kelembaban tinja. Apabila tinja mengering maka ditambahkan
beberapa tetes air agar tinja tetap basah dan lembab. Setelah 7 hari, hasil
pemupukan dimasukkan ke dalam gelas plastik yang telah dibagi menjadi dua.
Selanjutnya gelas ditutup dengan kain penyaring.

Sisa gelas plastik yang

terpotong diselipkan pada gelas plastik yang mengandung tinja kemudian disaring
dan dijepitkan pada mulut gelas Baerman yang berisi air. Setelah itu ditunggu
selama beberapa jam sampai larva turun pada dasar gelas. Larva diambil dengan
pipet pada dasar gelas lalu diteteskan pada gelas obyek, kemudian diperiksa di
bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali untuk mengetahui genus
cacing (Kusumamihardja, 1995).

24

Pengamatan Pola Defekasi


Pengamatan pola defekasi Landak Jawa dilakukan selama tiga minggu.
Pengamatan ini dilakukan setiap tiga jam dalam sehari mulai pukul 06.00 sampai
21.00 WIB. Setiap landak defekasi dilakukan pengamatan terhadap morfologi
tinja. Aspek yang diamati pada morfologi tinja adalah warna dan bentuk tinja.

Analisa Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dari hasil identifikasi dan hasil
penghitungan telur cacing. Telur cacing yang ditemukan dibandingkan dengan
morfologi telur cacing dari literatur.

Anda mungkin juga menyukai