Membaca bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang sangat
menyusahkan, merepotkan, membosankan, bahkan menganggapnya membuang-buang waktu. Hal ini dikarenakan sebagian orang tersebut cenderung berpikir pendek, berpikir hanya untuk sekarang, tidak memandang masa depan, tidak berpikir kebermanfaatan membaca bagi dirinya untuk masa depan. Orang yang berpikiran pendek tentu saja tidak akan tertarik dengan kegiatan membaca, kegiatan yang dilakukan seperti hanya membuang waktu saja. Orang yang berpikiran pendek inilah yang sebagian besar dialami atau dimiliki oleh orang-orang Indonesia. Orang Indonesia sejak dulu memang dikenal dengan berbagai budaya lisan dan juga gerakan. Itu semua terwujud dalam berbagai kebudayaan tari, tembang, atau kebudayaan-kebudayaan lain yang mengandalkan lisan dan gerakan. Oleh sebab itulah, budaya membaca atau yang erat kaitannya dengan budaya menulis sangat susah untuk diterapkan oleh orang-orang Indonesia. Sekedar berbagi wawasan saja, sebagian besar atau bahkan semua kebudayaan di Indonesia ditularkan secara terusmenurus ke anak keturunannya dalam bentuk lisan atau gerakan. Namun ada saat tertentu dimana saat si pemilik kebudayaan tidak bisa menularkannya kepada anak keturunannya, sehingga seperti yang kita rasakan sekarang perlahan-lahan kebudayaan Indonesia banyak yang hilang. Kalau saja sejak dulu semua kebudayaan di Indonesia juga dilestarikan lewat tulisan-tulisan ataupun gambar maka kebudayaan membacapun tidak menjadi hal asing lagi bagi orang Indonesia. Hal ini dikarenakan si penerus kebudayaan diharuskan membaca untuk mempelajari atau melestarikan kebudayaan tersebut. Inilah salah satu aspek pentingnya kebudayaan membaca yang erat kaitannya dengan kebudayaan menulis. Hal ini tentu saja memerlukan pemikiran untuk jangka yang panjang, tidak hanya pikiran jangka pendek.
Pemikiran jangka panjang biasanya hanya dimiliki oleh orang
mempunyai cita-cita atau keinginan tertentu untuk masa depannya. Citacita inilah yang sulit dimiliki oleh orang-orang umum, terutama cita-cita yang tinggi. Inipun juga dialami oleh sebagian besar orang Indonesia. Banyak orang Indonesia cenderung memilih hidup apa adanya, menerima apa adanya, tidak mau berusaha, takut bermimpi tinggi, dan juga lemah mental. Hal ini lah yang paling membahayakan bagi sebuah negara atau bangsa. Seperti halnya kata salah satu pepatah. Hal yang paling membahayakan dalam dunia ini bukanlah ketika kita mempunyai cita-cita tinggi namun tidak bisa menggapainya, tapi ketika kita mempunyai cita-cita rendah dan kita menggapainya.
Cita-cita yang tinggi namun tidak tercapai bukanlah hal yang
membahayakan, namun justru cita-cita yang rendah dan tercapai adalah hal membahayakan. Hal ini karena jika bangsa Indonesia ini orangorangnya tidak berani bercita-cita tinggi, maka tidak akan ada lagi orang yang akan memperbaiki Indonesia. Namun ketika sebagian besar orang Indonesia berani untuk bercita-cita tinggi, maka bukan sebuah kemustahilan Indonesia akan menjadi lebih baik dibanding dengan negara lain. Ketika banyak orang Indonesia berani bercita-cita tinggi, mereka yang mempunyai cita-cita tinggi akan berusaha keras meningkatkan kapasitas dirinya setinggi mungkin. Baik itu lewat pelatihan, pendidikan, mencari ilmu, berdiskusi, ataupun dengan banyak membaca. Membaca adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan kita. Dibandingkan dengan kegiatan lain seperti pelatihan, diskusi atau yang lainnya, semua memerlukan syarat tertentu untuk bisa melakukannya. Namun membaca bukanlah hal yang sulit, hanya memerlukan sebuah buku dan juga kemampuan untuk membaca. Inilah alasan mengapa kegiatan membaca dipilih sebagai cara utama untuk meningkatkan kapasitas diri. Peningkatan kapasitas diri digunakan untuk mempersiapkan datangnya sebuah momentum yang bisa mengantarkan kepada cita-cita kita. Berpikir untuk jangka panjang dan berani bercita-cita tinggi adalah modal utama untuk bisa konsisten melakukan kegiatan membaca. Konsistensi dalam membaca adalah hal penting untuk bisa membentuk budaya baru pada diri kita, yaitu budaya membaca. Budaya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang secara terus-menerus atau kontinyu. Dengan menjadikan kegiatan membaca sebagai budaya kita tidak merasa kesulitan atau berat melakukan hal tersebut. Karena kegiatan tersebut sudah mengakar pada diri kita, sehingga akan terasa mengganjal bila kita tinggalkan. Itulah sebabnya yang terpenting bukan hanya kegiatan membaca tapi sebuah kebudayaan membaca.