Jam matahari adalah jam yang paling pertama ditemukan oleh manusia dan
merupakan cikal bakal dari jam yang kita ketahui sekarang. Jam matahari (sundial) adalah
alat yang digunakan sebagai penunjuk waktu dengan memanfaatkan keberadaan matahari
yang menghasilkan bayang-bayang sebuah gnomon (batang atau lempengan yang bayangbayangnya digunakan sebagai petunjuk waktu). Gnomon tersebut dipasang sedemikian rupa
sehingga sejajar dengan sumbu bumi, menunjuk ke arah kutub-kutub langit. Pada saat jam
matahari tersebut terkena sinar matahari, bayang-bayang gnomon jatuh diatas sebuah bidang
bertanda (bidang dial). Waktu pun dapat diketahui dengan membaca di bagian mana jatuhnya
bayang-bayang gnomon tersebut pada bidang dial. Selain itu dengan beberapa variasi
rancangan, jam matahari juga dapat menunjukkan waktu musim panas. Namun jam matahari
memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menghitung waktu pada malam hari karena tidak
adanya matahari pada saat malam hari.
Sekitar tahun 3500 SM masyarakat mulai menggunakan jam matahari sebagai
penanda waktu dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi jam matahari itu sendiri turut
berkembang diantara kebudayaan kuno Babylonia, Yunani, Mesir dan Romawi. Jam matahari
juga berkembang di Timur seperti Cina dan Jepang, namun tidak ada yang tahu pasti akan
perkembangan jam matahari di barat. Setiap jam matahari juga memiliki perbedaan dalam
bentuk dan penempatannya. Perbedaan ini mencerminkan bagaimana perkembangan
pengetahuan astronomi dan matematika suatu bangsa tersebut saat itu.
Jam matahari tertua yang pernah ditemukan banyak yang berasal dari Yunani. Jam
matahari tersebut berupa sebuah bentukan sirkular dengan penanda di tengah yang ditemukan
oleh Chaldean Berosis. Beberapa artefak jam matahari lain juga ditemukan, di Tivoli Italy
tahun 1746, di Castel Nuovo tahun 1751, di Rigano tahun 1751, dan di Pompeii tahun 1762.
Dan di tahun 1728, Jantar Mantar, seorang astronom, menemukan jam matahari kuno
dengan tinggi gnomon sekitar 30 m, di kota Jaipur, India. Sampai saat ini, jam matahari di
Jaipur terkenal sebagai jam matahari horizontal terbesar.
Pada saat ini jam matahari masih digunakan oleh berbagai orang namun lebih sebagai
ornamen yang memberikan kesan antik, indah, serta sejarah dan perkembangan jam dari masa
ke masa. Selain itu jam matahari juga banyak dibangun dan digunakan sebagai landmark atau
elemen penanda dalam tata taman universitas-universitas ternama seperti pada Cambridge
tahun 1642, yang terus dikembangkan hingga sekarang. Seorang fisikawan Sir Isaac Newton
(1642-1727) turut terlibat dalam pembuatan jam matahari yang terdapat di Cambridge
tersebut.
Jam Pasir
Perkembangan jam selanjutnya setelah jam matahari adalah jam pasir. Jam ini juga
cukup terkenal di kalangan masyarakat meskipun termasuk jam yang tradisional.
Perkembangan jam ini dimulai pada tahun 1300 SM. Pada tahun 1300 SM seorang cteribus
berasal dari Alexsandria menciptakan jam yang menggunakan komponen pasir. Hal ini
dikarenakan pasir yang mudah ditemui di berbagai tempat sehingga memudahkan dalam
pembuatan jam ini.
Jam pasir ini terdiri dari dua tabung gelas yang terhubung dengan sebuah jalur sempit
sebagai perantaranya.Salah satu tabung biasanya diisi dengan pasir yang kemudian mengalir
melalui jalur sempit tersebut menuju tabung dibawahnya dengan laju yang teratur. Ketika
pasir telah mengisi penuh tabung bawah, alat ini biasa di balik secara 180 derajat sehingga
dapat digunakan kembali sebagai pengatur waktu.
Jam Air
Jam Analog
Jam
adalah
sebuah
pegangan
yang
sangat
berguna
untuk
mengetaui waktu. Manfaat dari jam ini juga sangat banyak sekali, kita
bisa mengatur agenda, kita bisa menyalakan alarm, kita bisa menentukan
jadwal apa saja, namun apakah kamu tau siapa sih Penemu Jam Tangan?
Dia adalah Peter Henlein.
Misalnya catatan kertas Nuremberg bahwa pada tahun 1524, Peter Henlein dibayar 15
florin untuk menonton musk bola emas. Peter Henlein juga membangun sebuah menara jam
untuk Lichtenau castle pada tahun 1541, dan dikenal sebagai pembuat instrumen ilmiah.
Sebagai penghargaan kemudian kota tersebut membangun patung Peter Henlein sebagai
penemu dari jam tangan Mungkin tanpa adanya Peter Henlein di dunia ini tak ada yang
namanya jam yang sangat membantu kita untuk mengetahui waktu. Semenjak penemuan jam
oleh Peter Henlein, model jam dari dulu sampai sekarang terus menerus mengalami
perkembangan, ada model jam analog dan model jam digital disertai dengan penambahan
fungsi sesuai kebutuhan pengguna.
Jam Analog
Jam analog merupakan jam yang memiliki jarum ditengahnya dan berputar secara
terus menerus dalam menunjukkan waktu pada saat itu. Sedangkan, jam digital merupakan
jam yang menunjukkan waktu dengan memperlihatkannya dalam bentuk angka tersebut
secara langsung. Jam digital diciptakan untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki jam
analog. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh jam digital adalah jam digital lebih mudah
dibaca oleh manusia terutama anak kecil. Selain itu jam digital juga memiliki ketelitian yang
lebih baik dibandingkan dengan jam analog.
Jam Saku
Seiring berkembangnya pengetahuan manusia dalam bidang teknologi, maka jam pun
semakin berkembang. Seorang pembuat kunci yang berasal dari Nurnberg, Jerman, Petrus
Helein membuat jam saku pertama di dunia pada tahun 1524. Lalu jam saku yang telah dibuat
oleh Helein dikembangkan oleh Jawal Al-Din sekitar tahun 1556. Kemudian jam saku
tersebut disempurnakan kembali oleh Mansyur Sheyh Dede pada tahun 1702. Akurasi dari
jam saku pun semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Jam saku merupakan jam yang sering digunakan oleh kaum pria-pria era victorian
pada saku kemeja mereka. Jam saku ini merupakan sebuah jam yang berukuran lebih kecil
dibandingkan jam tangan dan juga tidak memiliki tali seperti yang dimiliki oleh jam tangan.
Namun jam ini memiliki rantai pendek yang digunakan sebagai pengait agar jam saku dapat
dikaitkan di pakaian sang pemilik. Terdapat 2 jenis jam saku, yaitu yang menggunakan
penutup berengsel maupun yang tidak dilengkapi dengan penutup. Penutup berengsel
berguna untuk melindungi permukaan jam dari goresan yang dapat memperburuk tampilan
jam tersebut.
Jam Weker
Jam weker tentu sangat akrab di telinga kita hingga saat ini. Jam weker biasanya
digunakan bagi masyarakat agar mereka dapat bangun tepat waktu sehingga mereka tidak
terlambat untuk melaksanakan kegiatan mereka. Jam weker merupakan jam yang dilengkapi
dengan alarm atau lonceng yang dapat kita atur agar jam tersebut berbunyi pada jam dan
menit yang telah kita tentukan.
Hampir seluruh jam weker mekanis memiliki sebuah tombol di antara dua lonceng tersebut
yang jika ditekan akan mematikan jam weker tersebut. Selain itu pada jam weker mekanis
juga terdapat tiga buah jarum yaitu jarum yang pendek, jarum yang panjang, dan jarum yang
menunjukkan kapan jam weker tersebut akan berbunyi.
Jam weker mekanis pertama kali dibuat oleh pengrajin jam yang berasal dari New
Hampshire bernama Levi Hutchins pada tahun 1787. Jam weker mekanis tersebut tidak
berukuran kecil seperti jam weker yang dapat kita temukan sekarang. Jam weker tersebut
memiliki tinggi 73 cm dan lebar 36 cm. Namun jam tersebut hanya berbunyi pada pukul
04.00 pagi di saat sang penciptanya tersebut harus bangun untuk memulai kegiatannya. Selain
itu, Hutchins tidak tertarik untuk menjual jam weker buatannya tersebut. Namun saat itu jam
weker sangat dibutuhkan karena orang-orang perlu untuk bangun pagi. Akhirnya pada tahun
1876, Seth E Thomas dari Thomaston Connecticut menciptakan jam weker yang menerima
hak paten pada tanggal 24 Oktober 1876 untuk jam yang dapat diatur agar berbunyi pada
waktu yang telah diatur.
Seiring dengan perkembangan zaman, kini jam weker telah digunakan pada berbagai media
termasuk pada media komunikasi seperti telepon genggam saat ini.
Jam Tangan
Jam Dinding
Jam dinding diduga muncul pada sekitar tahun 1600-an. Pada awalnya, jam dinding
terbuat dari bahan kuningan yang tergantung pada dinding dengan bantuan tali dan juga
rantai. Namun karena bahan kuningan yang cukup mahal maka hanya keluarga raja dan ratu
saja yang dapat memiliki jam dinding di dinding rumah maupun di dinding istana mereka.
Selain itu, pengrajin membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk menyelesaikan
sebuah jam dinding.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, jam dinding pun semakin berkembang
menjadi barang yang tidak semewah pada zaman dahulu. Pada saat ini jam dinding dapat
dibuat dengan berbagai bahan dan dapat dihiasi dengan berbagai hiasan seperti ukiran dan
lain-lainnya. Kini jam dinding pun dapat dinikmati oleh berbagai kalangan di dunia.
dipanaskan sampai suhu tinggi yang menyebabkan terjadi ikatan partikel sehingga
kepadatan bertambah (suhu sinter dibawah titik lebur unsur serbuk titanium)
Setelah proses pemanasan, roda gigi melalui proses pendinginan
Terakhir adalah proses penyelesaian akhir dimana roda gigi di beri lapisan, permesinan dan
lain-lain supaya sesuai dengan hasil yang diinginkan
Roda gigi jam tangan siap di gunakan
2. Proses Pembubutan ;
a. Alat dan Bahan :
1. Silinder baja berukuran 1cm
2. Alat bubut
3. Minyak Pelumas
4. Cairan Pendingin
b. Proses Pembuatan :
1. Potong potong silinder baja / logam tersebut sehingga berukuran 5 cm
2. Pasangkan pada penjepit yang ada pada mesin bubut dengan erat agar tidak bergeser pada
saat mata pahat memakan logam tersebut
3. Ambil titik sentral dengan cara membuat mata roda gigi pertama dengan ukuran yg
diinginkan disembarang sudut silinder baja agar mempermudah kerja selanjutnya.
4. Setelah terbentuk 3 hingga 5 mata roda gigi, mulailah dengan gerakan yang sama secara
berulang.
5. Terakhir terbentuk semua mata roda gigi, potong lagi batang baja tersebut per 1 cm.
6. Roda gigi siap digunakan.
4. Kesimpulan
Pada pembuatan roda gigi jam tangan dari bahan titanium ini memakai
titanium paduan karena pada gear jam tangan dibutuhkan kekuatan yang tinggi. Proses
pembuatan gear menggunakan proses powder metallurgy, karena proses ini disamping
menelan biaya yang murah juga menghasilkan produk berupa gear yang presisi dan
minim cacat.
Di dalam proses powder metallurgy terdapat proses pembentukan serbuk, kami
menggunakan proses pengendapan elektrolisis untuk mendapatkan serbuk-serbuk yang
diinginkan. Lalu setelah proses pembentukan serbuk dilakukan proses penekanan dimana
serbuk titanium ditekan dalam die dengan tekanan sekitar 1000-1400 Mpa. Proses
sintering adalah proses setelah penekanan dimana roda gigi hasil penekanan di panaskan
supaya terjadi ikatan partikel sehingga kepadatan bertambah lalu di didinginkan. Terakhir
adalah proses finishing apabila terjadi cacat atau ingin diberi tambahan lain pada roda
gigi jam tangannya.
Proses pembuatan gear berukuran kecil dengan proses pembubutan manual
sebenarnya kurang efektif jika yang dibutuhkan tingkat kepresisian dan kuantitas yang tinggi
karena memakan banyak waktu serta tenaga.