Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
ISHAK HASTAGINA
FENNY NOVITASARI
HEPLIN SIHOMBING
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat beraktivitas sebagaimana
mestinya, termasuk dalam penyusunan Laporan ini yang berjudul Pembuatan
Larutan dan Pengenceran.
Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan Laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata
penulis sampaikan terima kasih.
Samarinda, 9 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ii
1.2 Tujuan................................................................................................
2.2Defenisi Pengenceran.........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan Like Dissolves Like, yaitu jika
molekul terlarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur. Secara umum,
terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa non polar, dan senyawa kovalen polar
atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Dengan kata lain sejenis
melarutakan sejenis, dimana sejenis di sini menunjukkan persamaan dalam hal
kekuatan gaya tarik antara molekulnya.
Proses standarisasi diperlukan untuk mengetahui besar konsentrasi
sesungguhnya dari larutran yang dihsilkan. Cara yang digunakan bermacammacam, yaitu misalnya titrasi dapat digunakan jika konsentrasinya diketahui.
Standarisasi secara titrasi dapat digunakan dengan bahan baku primer yakni bahan
yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan murni yang
dilarutkan dalam volume larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan
baku primer disebut larutan bahan baku primer (Harjadi, 1997).
Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang
homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk
satu fasa,yaitu mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian
dengan bagian yang lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut
larutan, contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah
campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi.
Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang lebih besar
jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain
adalah zat terlarut (solute) (Syukri, 1999).
Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut maupun pelarut, dikenal istilah
konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti
persen berat, persen volume, molaritas, molalitas, fraksi mol, normalitas dan
bagian persejuta.
1. Persen Berat (%/W)
Perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikali 100%. Biasanya
dipakai pada larutan padat-cair atau padat-padat.
2. Persen Volume (%/V)
Perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalikan 100%
(untuk campuran dua cairan atau lebih).
3. Molaritas (M)
Banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat
ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan volume larutan. Volume
larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah bercampur.
4. Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah ml zat tterlarut dalam 1000gr pelarut murni.
5. Fraksi Mol (X)
Perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua
komponen.
6. Normalitas (N)
Jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam
larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena ini dipakai
untuk penyetaraan zat dalam reaksi.
7. Bagian Persejuta (ppm)
Miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan, satuan ini sering dipakai untuk
konsentrasi zat yang sangat kecil dalam larutan gas, cair atau padat (Tim
Dosen Teknik Kimia, 2011).
Larutan-larutan yang tersedia dalam laboratorium umumnya dalam bentuk
pekat. Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah biasanya
dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquadest
ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquadest ini mengakibatkan
konsentrasi berubah dan volume diperbesar, tetapi jumlah mol zat terlarut adalah
tetap. Selain itu, pengenceran juga dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu
menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan dibuat.
(Wanibesak, 2010).
2.2 Defenisi Pengenceran
6
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 9 Mei 2016 di Laboratorium
Kimia Analitik Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1. Timbangan analitik
1. kristal KOH
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pipet gondok
Piper tetes
Labu takar
oven
Sendok
Forteks
Botol
corong
Berat KOH
1
Perhitungan:
28 gr
= N volume
= 2 0,25 L
= 0,5
Gr
= mol MR
8
= 0,5 56
= 28 gram
Beberapa gambar yang kami ambil dalam praktikum
1. Penimbangan kristal KOH
1
Perhitungan:
10,41 ml
ditambahkan
25 ml
= V2. M2
V1.96%
= 25 ml 40%
V1 96%
= 1000
V1
1000
96
= 10,41
Beberapa gambar yang didapat saat praktikum
1. pengambilan larutan ethanol 96%
11
12
3. pengambilan aquades 25 ml
13
4.2 Pembahasan
Pada proses pembuatan larutan KOH, dengan menambahkan aquadest ke
dalam gelas beaker 250 ml sampai pada titik tera, dan kemudian mengaduknya
sampai homogen dengan menggunakan pengaduk atau forteks, maka terjadi
reaksi yang ditandai dengan larutan menjadi panas, terjadi reaksi eksotermal.
Langkah-langkah dalam pembuatan larutan yaitu menimbang bahan, disini
wadah yang digunakan adalah labu takar. Kemudian memasukan KOH sebanyak
10,41 gram untuk membuat larutan KOH dengan Normalitas 2N. KOH yang
sudah di timbang di masukkan kedalam labu takar dengan bantuan corong. Air
aquadest dimasukkan kedalam gelas beaker hingga volumenya mencapai 250 ml,
untuk membantu melarutkan KOH agar bisa menyatu dalam air digunakan forteks
untuk mempercepat pencampuran sampai KOH tidak ada lagi dan larutan menjadi
bening kembali.
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan yang pekat dengan cara
menambahkan pelarut ( aquadest ) agar diperoleh volume air yang lebih besar.
Pengenceran larutan ditujukan untuk menentukan volume larutan standard yang
14
telah direncanakn. Pada larutan KOH terdapat perhitungan kimia untuk mencari
kebutuhan pelarut.
Pada percobaan pengenceran, sebelum pengenceran menghitung dahulu
berapa banyak solvent yang diperlukan untuk membuat konsentrasi yang
diinginkan. Di dalam percobaan ini pengenceran yang di buat adalah larutan
ethanol 96% dibuat menjadi larutan ethanol 40% sebanyak 25 ml. untuk mencari
banyaknya solvent yang di butuhkan digunakan rumus V1xM1=V2xM2. Dalam
perhitungan di peroleh larutan ethanol 96% sebanyak 10,41 ml dan aquades
sebanyak 25 ml
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah saya lakukan dilaboratorium, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan larutan adalah suatu kegiatan pencampuran zat terlarut dengan zat
2.
3.
4.
5.
6.
pelarutnya.
Pengenceran dilakukan untuk membuat larutan standar.
Molaritas adalah kepekaan suatu larutan.
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Pengenceran larutan menggunakan aquadest.
Pembuatan larutan harus dilakukan pencampuran bahan-bahan
dan
menggunakan aquadest.
5.2 Saran
Dalam pembuatan larutan dan pengenceran sebaiknya tingkat ketelitian harus
dijaga agar hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas
Lambung Mangkurat.
Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar. Jakarta : Erlangga.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
Harjadi, W. 1997. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Hort, J. 2006. Komposisi Larutan Minyak Atsiri Jeruk. Volume 2. Hal 40-49.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Mulyono. 2005. Membuat reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.
Tim Dosen Teknik Kimia. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.
17