Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOSINTESIS

Posted on April 17, 2012 by susanasmara


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
FOTOSINTESIS
OLEH:
NAMA: SUSAN ASMARANI
NIM: E1A 011 059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA
UNIVERSITAS MATARAM
2011

FOTOSINTESIS
1. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum

: Mengetahui adanya proses fotosintesis pada

tumbuhan.
1. Hari, tanggal

: Kamis, 17 November 2011

2. Tempat pelaksanaan

: Laboratorium Botani FKIP

Universitas Mataram.

1. Landasan Teori
Fotosintesis merupakan suatu proses dimana terjadi sintesa karbohidrat tertentu dari
karbondioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang berklorofil dengan adanya cahaya

matahari dan di hasilkan atau dibebaskan gas oksigen. Proses fotosintesis juga dinamakan
asimulasi karbon, salah satu kemampuan tumbuhan hijau ada memanfaatkan zat karbon udara
untuk diubah menjadi bahan organik bila tersedia cahaya yang cukup. Secara umum persamaan
reaksi kimia pada pristiwa pada fotosintesis dapat dituliskan sebagai berikut:
6CO2+6H2O cahaya matahari C6H12O6+6O2
klorofil
persamaan reaksi diatas tidaklah menunjukkan mekanisme dari proses fotosintesiss, melainkan
menunjukkan hasil akhir yabg dihasilkan dalam proses fotosintesis (Prawirahartono, 1998: 89).
Fotosintesis merupakan proses pembakaran dalam tubuh tanaman yang akan
menghasilkan oksigen yang berfungsi untuk proses pernapasan pada manusia oleh karena itu
manusia tidak dapat terlepas dari tumbuhan karena apabila tidak ada tumbuhan maka tidak akan
ada udara untuk pernapasan manusia. Oleh karena itu manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan
untuk kebuuhan hidupnya (Odum, 1967: 19).
Persamaan fotosintesis : 6CO2+6H2O

cahaya matahari C6H12O6+6O2.


klorofil

dari persamaan diatas menujukkan bahwa hubungan antara zat-zat yang dipakai dan dihasilkan
oleh proses fotesintesis melibatkan stidak-tidaknya 2 (dua) proses yang amat berbeda menjadi
jelas setelah dilakukannya percobaan. Tumbuhan air yang hijau, Elodea merupakan organisme
uji percobaan. Bila sepotong tumbuhan itu ditempatkan terbalik didalam larutan encer NaHCO3,
(yang merupakan sumber CO2) diterangi dengan lampu senter mak gelembung oksigen akan
segera dkeluarkan dari bagian potong tangkainya. Karena laju fotosintesis tidak meningkatnya
penyinaran, maka Blackman mengambil kesimpulan bahwa paling tidak ada dua proses berlainan
yang terlibat: satu, suatu reaksi yang memerlukan cahaya dan yang satu lagi reksi yang tidak
memerlukan cahaya. Yang terakhir dinamai reaksi gelap walau dapat berlangsung terus dalam
terang. Blackman berteori bahwa pada intensitascahaya sedang reaksi terang membatasi atau
melajukan seluruh proses (Kimball, 1994: 180).

1. Alat dan bahan


1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Corong
3. Gelas kimia

4. Stopwach (Hp)
5. Lampu
2. Bahan
1. Air
2. b.

Hydrilla Verticillata

3. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan,
2. Mengambil 2-3 tangkai daun hydrilla,
3.

Memasukkan tangkai daun hydrilla ke dalam corong, dan usahakan


supaya tidak longgar,

4. Kemudian memasukkannya kedalam gelas kimia,


5. Mengisi gelas kimia dengan air sampai terisi penuh,
6. Menutup corong dengan tabung reaksi di dalam air,
7. Menempatkan di tempat yang gelap,
8. Lalu menghitung gelembung udara yang muncul,
9. Mencatat banyaknya gelembung pada tabel hasil pengamatan,
10. Setelah menempatkan ditempat yang gelap, lalu memindahkan ke tempat
yang terang atau yng ada cahaya dan menerangnya dengan lampu,
11. Menghitung banyaknya gelembung yang muncul, dan
12. Mencatat banyaknya gelembung pada tabel hasil pengamatan.

1. Data Hasil Pengamatan


1. Tabel jumlah gelembung (O2) ditempat terang dan gelap
Wakt

gelembung O2

u
(2
menit
)

tempat
terang

tempat
gelap

63

92

122

153

178

10

610

1. Analisis data
1. Jumlah rata-rata gelembung pada tempat terang
= jumlah gelembung pada tempat terang
10 menit
= 610/10 = 61 gelembung/menit
1. Jumlah rata-rata gelembung pada tempat gelap
= jumlah gelembung pada tempat gelap
10 menit
= 0/10 = 0 gelembung/menit

1. Pembahasan
Pada praktikum ini ada beberapa hal yang akan dibahas mengenai fotosintesis.
Definisi dari fotosintesis meruapakan suatu proses dimana terjadi sintesis karbohidrat tertenu
dari karbondioksida dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang menganung klorofil dengan adanya
cahaya matahari dan dibebaskannya oksigen. Adapun persamaan reaksi fotosintesis adalah:
6CO2+6H2O cahaya matahari C6H12O6+6O2.
klorofil
pada praktikum ini menagamati tumbuhan air, Hydrilla Verticillata. Dalam hal ini mengamati
jumlah gelembung, dimana dengan adanya gelembung itu sama artinya dengan adanya oksigen
(O2) yang dihasilkan Hydrilla Verticillata. Karena fotosintesis menghasilkan O2 yang
krbohidrat (C6H12O6) yang dimana hasil penguraian CO2 dan H2O yang dibantu oleh cahaya
matahari dan zat hijau atau yang mempunyai klorofil. Dalam praktikum ini dilakukan dua
macam percobaan yaitu ditempat yang gelap atau ditempat yang terang. Pada saat ditempat
gelap, gelembung yang terlihat tidak ada sam sekali. Sedangkan ditempat yang terang, dimana
gelembungnya dihitung setiap selang waktu 2 menit sebanyak 2 kali tahapan, dan diperoleh
banyak gelembung sebagai berikut membuktikan baha dalam proses fotosintesisn membutuhkan
cahaya matahari, dan semakin banyak cahaya matahari atau semakin terang, maka makin banyak
gelembung udara yang dihasilkan atau O2.
Proses fotosintesis tidak akan berlangsung apabila salah satu faktor pendukung seperti cahaya,
CO2 , dan H2O tidak ada. Seperti didalam praktikum ini, pada saat dilakukan ditempat gelap
tidak dihasilkan gelembung udara atau O2 karena tidak adanya cahaya.

1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum dan hasil pengamatan, maka dapt disimpulkan sebagai berikut:
1. Fotosintesis merupakan suatu proses terjadinya sintesis karbohidrat tertentu dari , CO2
dan air yang dilakukan oleh sel-sel yang mengandung klorofil dengan bantuan cahaya
matahari dan dibebaskannya gas oksigen.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi psoses fotosintesis adalah cahaya, karbohidrat ( CO2),
air (H2O), dan adanya klorofil.
3. Proses fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mengandung klorofil seperti
tumbuhan air Hydrilla Verticillata.

DAFTAR PUSTAKA

Kimball. 1994. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.


Odum. 1997. Biologi umum. Jakarta: Gramedia.
Prawiraharto. 1996. Anatomi Tumbuhan. Surabaya: Intan Pariwara.

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang sangat penting bagi
kehidupan seluruh makhluk hidup di alam semesta ini. Hal ini dikarenakan
tumbuhan dapat menghasilkan makanan, baik untuk dirinya sendiri maupun
untuk makhluk hidup lainnya. Tumbuhan mampu membuat makanan
tersebut melalui serangkaian proses yang dinamakan fotosintesis. Proses ini
dapat mengubah bahan-bahan organik sederhana menjadi bahan organik
lebih kompleks yang dapat digunakan sebagai bahan makanan dengan
bahan dasar air (H2O) dan gas karbondioksida (CO2) dibantu oleh cahaya.
Bahan makanan yang dihasilkan berupa karbohidrat (C 6H12O6) serta hasil
samping yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup lain, yaitu gas oksigen
(O2).
Dari hasil fotosintesis yang berupa glukosa tersebut dapat berupa
buah, umbi, maupun biomasa lain yang bisa dimanfaatkan sebagai
makanan, seperti pada tanaman hortikultura. Makhluk hidup tidak dapat
mempergunakan bahan makanan yang dihasilkan oleh fotosintesis kecuali
bila mereka mendapatkan gas oksigen yang terbentuk dalam proses
fotosintesis tersebut karena gas oksigen ini dibutuhkan untuk membakar
makanan tadi menjadi energi yang digunakan makhluk hidup untuk
beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Selain berperan dalam pembentukan senyawa gula, proses fotosintesis
juga menyediakan bahan untuk proses-proses sintesis penting lainnya. Di
antaranya yaitu pembentukan asam-asam amino untuk membentuk protein.
Senyawa-senyawa ini sangat diperlukan oleh makhluk hidup teruatama
untuk bahan penyusun tubuh. Sebagian dari protein-protein ini tidak dapat
disintesis oleh tubuh makhluk hidup sendiri sehingga protein dari hasil
fotosintesis sangat diperlukan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis ini adalah
cahaya, CO2, air, suhu, dan unsur hara. Cahaya merupakan faktor yang
cukup penting dalam proses fotosintesis karena cahaya digunakan untuk
mengolah bahan dasarnya menjadi makanan yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup lainnya. Oleh karena itu penting untuk sekali untuk mempelajari

pengaruh kualitas cahaya terhadap laju fotosintesis pada tanaman. dengan


mengetahui hal ini,

kita

dapat

mengembangkan upaya-upaya

untuk

mengoptimalkan hasil dari fotosintesis tersebut dengan mengatur intensitas


cahaya yang diterima oleh tanaman.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas cahaya
terhadap kecepatan fotosintesis tanaman dengan indikator produksi oksigen
setiap satuan waktu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Salah satu proses kehidupan pada tanaman adalah fotosintesis yang
merupakan proses kimia untuk menghasilkan

energi,

dimana karbon

dioksida (CO2) dan air (H2O) diubah menjadi karbohidrat dengan bantuan
energi cahaya. Fotosintesis merupakan cara fiksasi karbon karena karbon
bebas dari CO2 diikat

(difiksasi) menjadi gula sebagai molekul energi.

Secara sederhana, reaksi yang terjadi dalam proses fotosintesis ialah


sebagai berikut : 6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 + 6O2. Karbohidrat
(C6H12O6)

digunakan

dalam pembentukan

senyawa organik

yang lain

seperti

selulosa

dan

bisa

juga

digunakan

sebagai

bahan

bakar.

Fotosintesis ini terjadi pada daun. Daun menangkap cahaya menggunakan


klorofil yang merupakan pigmen hijau pada tumbuhan. Klorofil berada dalam
kloroplas, dimana proses fotosintesis terjadi, tepatnya pada bagian stroma.
(Pertamawati, 2010).
Tidak semua cahaya dapat digunakan untuk fotosintesis. Cahaya
tampak (visible light), sebagai sumber energi yang digunakan tumbuhan
untuk fotosintesis, merupakan bagian spktrum energi radiasi. Energi radiasi
memilki karakter yang unik, yang bisa dijelaskan menggunakan 2 macam
teori, yaitu teori gelombang elektromagnet dan teori kuantum. Teori
gelombang elektromagnet menyatakan bahwa cahaya merambat pada suatu
ruangan sebagai suatu gelombang. Teori kuantum menyatakan bahwa
cahaya merambat melalui aliran partikel yang disebut foton. Energi yang
berada dalam satu foton disebut satu kuantum. Karena energi yang berada
dalam suatu foton itu sebanding dengan besarnya frekuensi, maka kuantum
bisa dinyatakan dalam bentuk panjang gelombang dan energi dari setiap
foton berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya. Reaksi yang
terjadi dalam fotosintesis merupakan akibat dari penyerapan foton oleh
klorofil. Tidak semua foton memiliki tingkat energi yang sesuai untuk
mengeksitasi pigmen daun. Lebih dari 760 nm, maka foton tidak mempunyai
cukup energi dan kurang dari 390 nm foton mempunyai energi yang terlalu
berlebihan. Hal ini mengakibatkan kerusakan pigmen. Hanya foton yang
mempunyai panjang gelombang 360-720 nm (yaitu cahaya tampak) yang
memiliki tingkat energi yang sesuai untuk fotosintesis (Gardner et al., 1991)
Reaksi
terang

fotosintesis dibagi

menjadi

dua

kelompok,

yaitu reaksi

(membutuhkan cahaya) dan reaksi gelap (tidak membutuhkan

cahaya, tetapi membuthkan CO2). (Salisbury dan Ross, 1995).

Reaksi

terang

NADPH.

merupakan

Prosesnya

diawali

proses
dengan

untuk

menghasilkan

penangkapan

foton

ATP

oleh

dan
klorofil.

Klorofil

menyerap lebih banyak cahaya pada warna biru (400-450 nm) dan merah
(610-700 nm) dari pada warna hijau (500-600 nm). Cahaya hijau akan

dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga daun tampak berwarna
hijau. Fotosintesis akan menghasilkan energi lebih banyak pada cahaya
dengan panjang gelombang tertentu. Gelombang yang pendek menyimpan
lebih banyak energi, begitu pula sebaliknya. Di dalam daun, cahaya akan
ditangkap oleh klorofil untuk dikumpulkan pada pusat reaksi. Tumbuhan
memiliki 2 jenis pigmen yang aktif sebagai fotosistem, yaitu fotosistem I
dan

fotosistem

II. Fotosistem II
dengan

terdiri

panjang

dari molekul

gelombang 680

klorofil

nm,

yang

menyerap

cahaya

sedangkan

fotosistem

I 700 nm. Kedua fotosistem ini akan bekerjasama dalam

fotosintesis. Fotosintesis dimulai saat cahaya mengeksitasi klorofil pada


fotosistem II, sehingga

melepaskan elektron yang kemudian ditransfer

pada rantai transpor elektron. Energi dari elektron akan dipakai untuk
proses fotofosforilasi yang menghasilkan ATP. Reaksi ini mengakibatkan
fotosistem II menjadi kekurangan elektron. Kekurangan
dipenuhi

oleh elektron dari hasil ionisasi air

yang

elektron

ini

terjadi bersamaan

dengan ionisasi klorofil. Hasil dari ionisasi air ini adalah elektron dan O2.
Oksigen dari proses fotosintesis hanya terbentuk dari ionisai air, bukan dari
karbon dioksida. Pada waktu yang bersamaan dengan ionisasi fotosistem
II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang dikirim
melalui rantai transpor elektron yang akan mereduksi NADP + menjadi
NADPH. (Pertamawati, 2010).
Dalam reaksi gelap, ATP dan NADPH yang dihasilkan akan memicu
berbagai proses kimia. Pada tumbuhan proses kimia yang terpicu adalah
siklus kalvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk gula seperti
glukosa. Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak membutuhkan cahaya
sehingga dapat terjadi walaupun dalam keadaan gelap. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan fotosintesis adalah cahaya, kadar CO2, suhu, air
hasil

foto

sintesis,

dan

tahap

pertumbuhan tanaman. (Pertamawati,

2010).
Cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi fotosintesis jelas akan
berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut. Pada umumnya, fiksasi CO 2

paling optimal terjadi di sekitar tengah hari, yaitu pada saat intensitas
cahaya mencapai puncaknya. Penutupan cahaya matahari oleh awan juga
akan mengurangi kecepatan fotosintesis. (Lakitan, 1995).
Levitt (1980) dalam Fanindi (2010) menyatakan bahwa tanaman yang
tumbuh pada tempat yang lebih terlindung mempunyai titik kompensasi
hasil asimilasi yang lebih rendah daripada tanaman yang tumbuh pada
tempat yang banyak menerima cahaya. Pengurangan klorofil pada tanaman
tersebut sejalan dengan pengurangan asimilat fotosintesis, ditandai dengan
menurunnya kadar bahan kering (Watanabe et al., 1993 dalam Fanindi,
2010). Pearce et al. (1987) dalam Fanindi (2010)

menyebutkan bahwa

tingkat naungan berhubungan dengan indeks luas daun (ILD), luas daun (LD)
dan distribusi daun dalam kanopi tanaman, sementara itu kedua komponen
tersebut adalah faktor utama yang menentukan intensitas cahaya yang
berpengaruh pada proses fotosintesis, transpirasi, dan akumulasi bahan
kering.
Selain

itu

bila

cahaya

berada

di

bawah

titik

optimum

akan

menyebabkan jumlah cabang menurun yang berakibat pada karakteristik


daun antara lain indeks luas daun dan luas daun, meskipun pada beberapa
tanaman terkadang menunjukkan respon yang tidak konsisten (Kappel dan
Flore, 1983 dalam Fanindi, 2010). Sifat daun tersebut menentukan absorpsi
cahaya sehingga adaptasi tanaman terhadap radiasi rendah juga tercermin
pada kadar total khlorofil daun (Pettigrew et al., 1989 dalam Fanindi, 2010).
Menurut Sunu dan Wartoyo (2006) dalam sarmita et al. (2011),
untuk menghasilkan berat kering yang optimal, tanaman membutuhkan
cahaya yang maksimal. Santosa (1990) sarmita

et al. (2011) juga

menyatakan bahwa

akan meningkatkan

intensitas cahaya yang tinggi

kecepatan fotosintesis. Hasil fotosintesis yang tinggi akan mempercepat


translokasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulistyaningsih et al. (2005)
dalam sarmita et al. (2011) pada Brassica chinensis yang diberi perlakuan
dengan sungkup

(intensitas

cahaya

624

luks)

dan

tanpa sungkup

(intensitas cahaya 1.184 luks). Hasilnya menunjukkan bahwa berat basah

dan berat kering akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas


cahaya.
Menurut Dwijoseputro (1985) dalam sarmita et al. (2011), puncak
proses fotosintesis tergantung banyaknya intensitas cahaya dan tingginya
suhu.

Rendahnya

intensitas

cahaya

akan

menurunkan

kecepatan

fotosintesis, sehingga translokasi hasil fotosintesis akan semakin lambat


(Santosa, 1990 dalam sarmita et al., 2011). Selain itu energi yang diberikan
sinar tergantung pada kualitas panjang gelombang, intensitas (kuantitas
sinar per 1 cm2 per detik), dan waktu (sebentar atau lama). Suhu yang
rendah bisa mengakibatkan pertumbuhan menjadi lambat karena proses
enzimatis dikendalikan oleh suhu, sehingga berat kering tanaman menurun
(Jumin, 1992 dalam sarmita et al., 2011).
Ribeiro et al. (2002) dalam Muhsanati et al. (2009) menyatakan bahwa
pada temperatur dan cahaya optimal, fotosintesis berlangsung lebih cepat
dan

fotosintesis netto lebih besar. Selanjutnya Harjadi

(1991) dalam

Muhsanati et al. (2009) menyatakan bahwa besarnya cahaya yang ditangkap


pada proses fotosintesis menunjukkan besarnya biomassa tanaman.
Semakin besar hasil fotosintesis yang, maka pembentukan biomassa
juga semakin meningkat. Tidak hanya di daratan, fotosintesis juga terjadi di
perairan. Cahaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
distribusi klorofil-a

di

laut. Di laut lepas, pada lapisan

permukaan

tercampur ada cukup banyak cahaya matahari untuk fotosintesa (Simon,


2001 dalam Rasyid, 2009).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Acara praktikum Pengaruh Kualitas Cahaya Terhadap Laju Fotosintesis ini
dilakasnakan pada tanggal 7 Maret 2013 di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman Hydrilla sp.
2. Akuades
3.2.2 Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Benang
Beaker glass 1000 ml
Gunting/ pisau cutter
Hand counter
Lampu dengan 5 warna berbeda, yaitu merah, kuning, hijau, biru, dan polikromatik
Mika 5 warna (menyesuaikan warna lampu)
Pemberat (batu)
Pinset
Stopwatch
3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan lampu dan beaker glass 1000 ml. Mengisi beaker glass dengan akuades bagian
2. Menyiapkan dan memotong bahan Hydrilla sp. (pada bagian batang primer), saat memotong
diusahakan di dalam air
3. Kemudian memasukkan Hydrilla sp. yang sudah dipotong ke dalam dasar beaker glass yang
telah berisi akuades
4. Menghidupkan lampu dengan warna-warna yang berbeda, mendiamkannya selama 5 menit,
kemudian mengamati perubahan yang terjadi pada interval 5 menit
5. Menghitung jumlah oksigen yang muncul dipermukaan air menggunakan hand counter
6. Membandingkan dan menganalisis pengaruh dari warna cahaya terhadap volume gas oksigen
yang dihasilkan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Volume Gelembung O2 Yang Dihasilkan Hydrilla sp.
Oleh Masing-Masing Warna Lampu
Warna
1

Polikromatik

Merah

Kuning

Biru

Hijau

4.2 Pembahasan

Waktu
5 menit
5 menit
(1)
5 menit

(2)
5 menit

(1)
5 menit

(2)
5 menit

(1)
5 menit

(2)
5 menit

(1)
5 menit

(2)
5 menit

(1)

(2)

Jumlah Gelembung
988

973

41

30

cahaya
Fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat dari air (H 2O) dan gas karbon
dioksida (CO2) dengan bantuan energi cahaya. Proses fotosintesis hanya bisa berlangsung pada
tumbuhan yang memiliki zat hijau daun (klorofil). Secara sederhana reaksi fotosintesis adalah
sebagai berikut:
6CO2 + CO2

C6H12O6 + 6O2

Fotosintesis berlangsung di daun lebih tepatnya di bagian kloroplas. Proses fotosintesis ini
dibedakan menjadi dua tahap reaksi, yaitu reaksi terang (hill reaction) dan reaksi gelap
(blackman reaction).
Reaksi terang berlangsung pada fotosistem II (P680) dengan tahap awal klorofil
menerima energi cahaya yang mengakibatkan elektron tereksitasi menuju akseptor elektron. Hal
ini menyebabkan fotosistem II tidak stabil. Oleh karenanya air akan dioksidasi oleh Mn yang ada
dalam daun menjadi H+ dan gas oksigen yang kemudian dikeluarkan sebagai hasil samping dari
proses fotosintesis. Dari proses oksidasi ini akan dilepaskan elektron untuk menstabilkan
fotosistem II. Kemudaian elektron yang telah diterima oleh akseptor elektron akan melalui
plastoquinon lalu menuju kompleks sitokrom dan plastosianin. Kemudian elektron akan menuju
ferredoxin. Dari ferredoxin ini elektron kemudian akan berikatan dengan enzim NADP+ dan H+
(dari proses pemecahan air) sehingga terbentuk NADPH. Selama proses transpor elektron ini
dihasilkan energi yang tersimpan dalam bentuk ATP. Jadi dalam reaksi terang ini dihasilkan
NADPH dan ATP yang berguna untuk sintesis gula pada reaksi gelap.
Reaksi berikutnya adalah reaksi gelap. Reaksi ini dimulai dengan proses fiksasi karbon.
Karbon dioksida yang telah diambil dari udara akan diikat oleh gula yang memiliki 5 karbon
(ribulosa 1,5 bisfosfat/ RuBP) lalu membentuk senyawa intermediet tidak stabil yang kemudian
menjadi 3-fosfogliserat (3-PGA). Proses ini dikatalis oleh enzim RuBP. Setiap molekul 3-PGA
akan menerima gugus fosfat dari ATP sehingga membentuk. Lalu molekul 1,3-bisfosfogliserat ini
akan direduksi oleh elektron dari NADPH dan dikatalis oleh enzim dehidrogenase membentuk 6
molekul gliseraldehida-3-fosfat. Satu molekul gliseraldehida-3-fosfat ini akan keluar sebagai
gula dan 5 molekul sisanya akan dirombak kembali menjadi enzim RuBP.
Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ketersediaan air, CO2, cahaya,
suhu, unsur hara, dan faktor genetik tanaman. Kekurangan air menyebabkan pertumbuhan

tanaman menjadi terhambat dan luas daun tidak optimal. Selain itu stomatapun akan menutup
untuk mengurangi penguapan air. Sehingga proses fotosintesis tidak akan berjalan dengan lancar.
Apabila CO2 yang tersedia kurang, maka reaksi pembentukan gula tidak maksimal karena CO 2
ini digunakan untuk pembuatan gula oleh RuBP. Sementara itu apabila kekurangan cahaya
(cahaya tampak) akan mengganggu proses transpor elektron karena energi cahaya (foton)
beperan dalam proses eksitasi elektron untuk menghasilkan energi NADPH. Selain itu apabila
kekurangan cahaya, maka daun menjadi pucat. Sementara itu ketersediaan cahaya yang terlalu
tinggi pada daerah yang kering dapat merusak klorofil ( daun menjadi kering). Suhu yang
ekstrim dapat menyebabkan kerusakan pada enzim-enzim fotosintesis. Pada umumnya
fotosintesis berlangsung secara normal pada suhu 35o C. Faktor selanjutnya yaitu unsur hara.
Unsur-unsur hara yang berperan dalam proses fotosintesis di antaranya Mn, Mg, Cu, Zn, dan Fe.
Misalnya saja Mg, apabila kekurangan unsur ini maka H2O tidak dapat dioksidasi menjadi H+ +
O2 + 2e- sehingga mengganggu proses pembentukan energi (NADPH) untuk siklus kalvin. Faktor
genetik juga mempengaruhi fotosinesis dari suatu tanaman. Jika suatu tanaman memang tidak
memiliki atau kekurangan zat hijau daun secara genetik, maka proses fotosintesisnya tidak akan
semaksimal tanaman yang memiliki zat hijau daun dalam jumlah yang banyak.
Selain faktor-faktor di atas, panjang gelombang cahaya juga mempengaruhi kecepatan
fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis berlangsung pada panjang gelombang kurang lebih 360
720 nm. Di luar rentang panjang gelombang ini maka intensitas fotosintesis akan menurun
bahkan pada panjang gelombang yang terlalu tinggi dan terlalu rendah fotosintesis tidak bisa
terjadi. Berdasarkan panjang gelombangnya, cahaya yang baik untuk proses fotosintesis adalah
warna polikromatik ( 360-720 nm) dan warna merah (610-700 nm). Warna polikromatik ini
tersusun oleh berbagai macam warna sehingga memiliki rentang panjang gelombang yang besar
dan baik untuk proses fotosintesis. Semakin kecil panjang gelombangnya maka energinya
semakin besar. Sehingga dalam proses fotosintesis ini dibutuhkan energi yang sesuai. Apabila
energinya terlalu besar, sperti gelombang sinar-X (10-100 nm) maka akan merusak kloroifil.
Praktikum ini menggunakan tanaman Hydrilla sp. sebagai bahan praktikum karena
tanaman ini lebih efisien. Habitatnya yang berada di dalam air memudahkan pengamatan
aktivitas keluarnya gas oksigen sebagai hasil samping dari proses fotosintesis. Selain itu ukuran
tanaman ini juga relatf kecil dan struktunya lentur. Sehingga membutuhkan ruang yang tidak

terlalu besar. Tanaman Hydrilla sp. juga memiliki zat hijau daun di seluruh tubuhnya, sehingga
proses fotosintesisnya mudah terjadi dan proses pengamatanpun dapat segera dilakukan.

Dari hasil

pengamatan dapat disajikan data sebagai berikut:

Pada praktikum kali ini diperoleh data bahwa cahaya polikromatik merupakan cahaya
yang paling baik untuk digunakan dalam proses fotosintesis karena menghasilkan gelembung O 2
paling banyak di antara warna yang lain, yaitu 988 dan 973 gelembung, kemudian disusul oleh
cahaya merah sebanyak 41 dan 30 gelembung. Cahaya polikromatik memiliki panjang
gelombang 360-720 nm dan cahaya merah memiliki panjang gelombang 610-700 nm. Cahaya
polikromatik ini tersusun atas berbagai warna sehingga rentang panjang gelombangnya cukup
untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Sementara warna-warna yang lain, seperti warna hijau
(480-560 nm), kuning (560-590 nm), dan biru (450-480 nm), hanya memiliki rentang panjang
gelombang yang sedikit sehingga kurang optimal jika digunakan untuk proses fotosintesis.

BAB. 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Cahaya yang paling baik untuk proses fotosintesis adalah cahaya
polikromatik karena terdiri atas berbagai macam warna sehingga memiliki
panjang gelombang dan energi yang sesuai untuk proses fotosintesis.
5.2 Saran

Sebaiknya alat yang digunakan sebagai wadah dari tanaman Hydrilla


sp. lebih besar supaya ketika Hydrilla sp. dimasukkan dalam wadah, semua
bagiannya benar-benar terendam oleh air sehingga pengamatan gelembung
oksigen yang dihasilkan menjadi lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Fanindi, Achmad. Prawiradiputra. Abdullah. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya
Terhadap Produksi Hijauan dan Benih Kalopo (Calopogonium mucunoides).
JITV, 15 (3): 205-214.
Gardner, Franklin P. R. Bernt Pearce. Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya Jilid 1. Terjemahan oleh Herawati Susilo. Jakarta: UI-Press.

Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.
Muhsanati. Reni Mayerni. Tari Gita Puspa Sari. 2009. Pengaruh Pemberian Naungan
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi (Fragaria x annasa).
Jerami, 2 (1): 31-34.
Pertamawati. 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang
(Solanum tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautotrof Secara Invitro.
Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1): 31-37.
Rasyid, Abd. 2009. Distribusi Klorofil-a Pada Musim Peralihan Barat-Timur Di Perairan
Spermonde Propinsi Sulawesi Selatan. Sains & Teknologi, 9: 125-132.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan oleh Dr. Diah R. Lukman
dan Ir. Sumaryono, MSc. 1995. Bandung: Penerbit ITB.
Sarmita, Fitriani. , Endah Dwi Hastuti. Sri Haryanti. 2011. Pertumbuhan Legume
Pada Ketinggian Yang Berbeda. Bioma, 13(2): 67-72.
Tjitrosomo, S. S. 1983. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai