Anda di halaman 1dari 33

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN
PEKERJAA
N:
LENING KOLAM / PEMBESARAN KOLAM PAYA SUKON DESA
TEUREUBEH
LOKAS
I:
KOMPLEK KOLAM TEUREUBEH KOTA
JANTHO
ANGGARA
N : TAHUN
2015
Letak bangunan sesuai site plan yang sudah direncanakan dan
selanjutnya akan dijelaskan pada saat rapat penjelasan lapangan.
Pemborong harus melihat langsung di lapangan
terutama situasi
lapangan
yang menyangkut
penyimpanan bahan, penempatan
peralatan, dan pelaksanaan pekerjaan.
PASAL
1
PEKERJAAN
PERSIAPAN
1.1
Lapangan
Pekerjaan
1.1.1. Pekerjaan persiapan, Kontraktor harus menyediakan gudang,
bangsal-bangsal kerja kecuali tempat kerja yang akan
ditetapkan pada waktu penunjukan setempat (BUILDING
PLOT)
1.1.2. Semua benda-benda tak berguna, tumbuh-tumbuhan, akar,
alang-alang dan lain-lain harus dibersihkan/ disingkirkan dari
lapangan dan apabila perlu dengan menggalinya.
1.1.3. Semua lapisan atas dari tanah dan tumbuh-tumbuhan
di
lapangan disingkirkan, kemudian permukaan tanahnya
di sesuaikan dengan tinggi duga yang dikehendaki.
1.1.4. Bila Kontraktor membutuhkan bangunan sementara, maka
kontraktor diberi kesempatan untuk mendirikannya atas
beban
sendiri dengan persetujuan pengawas.
1.1.5. Kontraktor harus menutup, memagar lapangan kerja,
pagar penutup harus memenuhi syarat- syarat yang
ditentukan pemerintah setempat, kontraktor diwajibkan untuk
1

membuat pintu masuk sendiri.


1.2
Pengukuran
dan
Opname
1.2.1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi : Pekerja-pekerja, ahli, bahan, peralatan
dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk
menyelesaikan
semua pekerjaan pengukuran sesuai dengan RKS
dan
gambar-gambar.

b. Pekerjaan pengukuran antara lain


:
Penentuan lokasi bangunan, jalan,
dan lain-lain.
Penentuan duga

landscaping

1.2.2. Syarat-syarat :
a. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga yang betulbetul ahli dalam bidangnya dan pengalaman.
b.
Pemeriksaan ; Hasil pengukuran segera dilaporkan
kepada
Konsultan Pengawas dan dimintai persetujuan
Konsultan.
c. Pengukuran harus diketahui dan disetujui oleh Instansi
yang berwenang dalam pengurusan IMB.
1.2.3. Bahan-bahan dan peralatan :
Theodolit, water pass serta peralatan dan patok-patok
yang kuat yang diperlukan untuk pengukuran. Semua
peralatan ini harus dimiliki Pemborong dan harus selalu ada
apabila sewaktu- waktu memerlukan pemeriksaan.
1.2.4. Tata Kerja :
a.
Segera setelah diterima surat perintah kerja dari
Pemimpin
Program, Kontraktor diharuskan
untuk melaksanakan
pengukuran dan opname pada setiap pekerjaan yang
akan dikerjakan sesuai dengan yang telah direncanakan.
b. Setiap tahap pengukuran dan opname harus disetujui
oleh Direksi sebelum pekerjaan pengukuran berikutnya
dilanjutkan, setiap kesalahan/keraguan hasil pengukuran
harus diulang kembali.
c.
Dalam hal Direksi tidak dapat hadir pada saat
pengukuran, Direksi
dapat
menunjuk/menguasakan
wakilnya secara tertulis dan mempunyai hak yang
sama dengan Direksi. Pelaksanaan pengukuran
dan
opname dianggap benar dan setelah dibuat berita acara
serta ditanda tangani oleh kedua belah pihak dan disetujui
oleh Pihak Prngendali Program.
d. Sesudah pekerjaan pemerataan tanah selesai dikerjakan
, pemborong diharuskan melakukan pengukuran situasi
tanah
lokasi lengkap. Untuk diplotkan tata letak bangunan
sesuai
dengan gambar rencana.
e. Perletakan bangunan baru supaya di cocokkan dengan
ukuran-ukuran pada rencana, akan tetapi apabila ada
selisih/ perbedaan maka peletakannya dapat diubah dan
disesuaikan dengan kondisi dan situasi tanah yang ada
berdasarkan
petunjuk-petunjuk
serta
persetujuan
Bouwheer/ Direksi.

f. Perubahan mengenai tata letak bangunan maupun ukuranukurannya harus diterapkan pada gambar rencana
yang ada lengkap dengan tanda-tandanya serta harus
dilegalisir
oleh Direksi dan disetujui oleh Bouwheer/ Pemberi
Tugas.

1.3 Pemasangan Papan Nama Proyek


Papan nama Proyek dipasang harus mengikuti peraturan-peraturan
pemerintah setempat, sepenuhnya menjadi beban kontraktor.
1.4 Gudang/ Pondok Kerja dan Fasilitas Penunjang
1.4.1.
Gudang
penyimpanan
bahan.
Gudang ini bertujuan untuk menyimpan semen dan bahanbahan lain yang perlu perlindungan cuaca. Untuk itu
perlu dibuat panggung yang kuat lebih kurang 0,3 meter,
tinggi dari muka tanah agar semen dan bahan bangunan
lainnya tidak tersinggung dengan tanah.
1.4.2.

1.4.3.
kerja.

Kontraktor
harus
membangun
sebuah
bangunan
sementara untuk Kantor/ Bangsal pengawas dan Kantor
Pelaksana
serta
gudang-gudang
bahan,
yang
akan
dipergunakan selama masa membangun, dengan persetujuan
pengawas.
Barak/

tempat

Apabila tenaga kerja menginap di


lapangan
(harus
dengan izin Direksi), Kontraktor harus menyediakan barak
dengan fasilitas
lengkap tanpa mengganggu fasilitas Direksi Keet. Tempat
kerja
harus
disiapkan
oleh Kontraktor
untuk
keperluan
pekerjaan besi, pekerjaan kayu, dan sebagainya.
1.4.4. Kontraktor
harus
menyediakan
petugas
keamanan
untuk menjaga
keselamatan Program dari gangguan
pencurian, pengerusakan dan lain-lain siang maupun malam.
Pada
pintu gerbang lokasi program
harus disediakan
sebuah gardu jaga dan ditempatkan satu orang petugas
sepanjang hari.
1.4.5. Kontraktor harus menyediakan fasilitas penerangan pada
waktu malam hari. Penerangan tersebut harus terdapat pada
setiap bagian bangunan permanen dan bangunan sementara.
1.5 Jalan Sementara dan Jembatan
Apabila di lokasi proyek belum tersedianya sarana penunjang
jalan dan jembatan maka Kontraktor harus menyediakannya seperti
jembatan sementara, saluran-saluran dan pengerasan jalan
yang
sifatnya sementara, yang bertujuan untuk lebih mudah masuknya
alatalat pengangkutan bahan-bahan bangunan, di semua sarana
tersebut harus dipelihara selama berlangsungnya pekerjaan setelah

selesai sarana-sarana yang tidak digunakan supaya di bongkar/


dibersihkan, kecuali bagian-bagian yang dapat digunakan tidak
dibongkar selanjutnya akan di pergunakan.

PASAL
2
PEKERJAAN TANAH /
URUGAN
2.1 Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahan-bahan
yang
berhubungan dengan galian dan urugan untuk konstruksi seperti
tercantum dalam spesifikasi dan gambar-gambar rencana.
2.2 Tata laksana kerja :
2.2.1. Dalam dan bentuk galian pondasi dan letaknya sesuai dengan
gambar, tanah galian harus dibuang keluar lokasi, sehingga
tidak mengganggu jalannya pekerjaan.
2.2.2. Pengurugan dengan tanah timbun dilaksanakan lapis
demi
lapis, tebal timbunan tiap lapis 15 - 20 cm, lalu disiram
dengan air sampai merata kemudian digiling atau ditumbuk
sehingga mencapai kepadatan yang optimum.
2.2.3. Dibawah lantai setinggi 10 cm di urug dengan pasir urug
lapis demi lapis dipadatkan sampai pada pemasangan lantai.
2.2.4. Pasir urug dan tanah timbun tidak mengandung kotorankotoran akar-akar kayu serta sampah-sampah.
2.2.5. Pengurugan kembali dengan tanah bekas galian pondasi
dapat
dipergunakan
atas
persetujuan
Direksi
pengawas.
PASAL
3
PEKERJAAN PONDASI /
DINDING
3.1

Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan, bahanyang
bahan
berhubungan
dengan pekerjaan Pondasi, sesuai dengan gambargambar denah, gambar potongan dan gambar detail.

3.2

Bahan Yang Harus disediakan :


3.2.1. Batu gunung/ kali yang berukuran tidak boleh lebih dari 25
cm,
berkualitas baik, dari jenis yang keras dan bebas dari
tanah.
3.2.2. Kerikil yang keras, ukurannya rata-rata sama, berkwalitas
terbaik, satu dan lain sesuai dengan NI-3 pasal 19.
3.2.3. Semen yang dapat digunakan dalam pekerjaan ini
harus
memenuhi persyaratan yang tersebut dalam NI-8 satu dan
lain hal sama dengan yang diisyaratkan untuk pekerjaan

beton dengan pasangan bata.


3.2.4. Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini jenis pasir
pasangan, yang memenuhi syarat- syarat yang ditentukan
dalam NI-3 pasal
14 ayat 2, satu dan lain hal sama dengan yang diisyaratkan
dalam pekerjaan beton.

3.3 Tata laksana kerja :


3.3.1. Tempat yang akan dipasang harus dipersiapkan terlebih
dahulu dengan teliti (ketebalan dasar dan puncak ,
tinggi
serta panjang) bersih dari segala macam kotoran
(bekas tumbuh- tumbuhan dan akar-akar), bersih dari lumpur
dan sebagainya. Sebelum memulai pemasangan Kontraktor
harus memberitahukan dahulu kepada Pengawas Lapangan.
3.3.2. Untuk pemasangan pondasi batu gunung atau batu
kali dipakai pasangan batu gunung dengan spesi 1 Pc : 4 Ps.
Pada
dasar galian diletakkan pasir urug setebal 5 cm dan batu
kosong
setinggi 20 cm.
3.3.3. Batu gunung/ kali yang dipergunakan berkualitas baik dari
jenis yang keras dan tidak terdapat tanah dengan ukuran
tidak boleh lebih dari 25 cm.
3.3.4. Dalam
pemasangan
tidak
dibenarkan
batu
gunung bertumpuan atau beradu satu dengan yang lain
tanpa spesi.
PASAL
4
PEKERJAAN
BETON
4.1 Syarat-Syarat Umum dan Bahan :
4.1.1. Bekesting (Cetakan
Beton).
a. Rencana (design) seluruh cetakan menjadi tanggung jawab
kontraktor sepenuhnya.
b. Bahan bekisting yang dipakai kayu kelas II yang cukup
kering dan keras serta untuk penggunaannya harus
mendapatkan
persetujuan dari direksi.
c. Cetakan harus sesuai
dengan bentuk, ukuran batasbatas bidang dari hasil
beton yang diinginkan oleh pihak
perencana.
d. Cetakan bekisting sedemikian rupa harus rapi, cukup
kuat dan kaku untuk menghasilkan muka beton yang rata
dan tahan terhadap getaran dan kejutan gaya yang
diterima tanpa berubah bentuk. Khusus untuk bekisting
plat lantai harus dilapis dengan tripek pada bagian bawah.
Kerapian dan ketelitian pemasangan bekisting harus
diperhatikan agar setelah bekisting di bongkar memberikan
bidang- bidang yang rata.
e. Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu
pengecoran air tidak merembes keluar. Sebelum
pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih
dari kotoran an sebaiknya dilapis dengan terpal plastik.
f. Permukaan
cetakan dapat diberi minyak yang
biasa

diperdagangkan (form
oil) untuk
mencegah lekatnya
beton
pada cetakan.
g. Pelaksanaannya harus berhati-hati jangan terjadi kontak
dengan besi yang dapat mengurangi daya lekat besi pada
beton.

h. Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata. Hal


ini dilakukan
untuk
menghindari
terjadinya
penyerapan
air beton oleh permukaan cetakan yang
dapat menyebabkan menurunnya daya lekat besi dengan
beton tersebut.
i. Cetakan
beton
dapat
digunakan
kayu
kelas
II,
Multipleks atau plat baja.
4.1.2. S e m e n
a. Semen kecuali tercamtum lain dalam spesifikasi
harus digunakan semen
Portland dengan persyaratan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 15-2049-1994 dan
ASTM C150-84.
b. Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen
harus
sedemikian rupa pada tempat-tempat yang baik untuk
memudahkan pekerjaan dan setiap saat
semen
terlindung dari kelembaman hujan. Untuk seluruh proyek
ini hanya dipilih
1
(satu) merk semen, yaitu semen Andalas Tipe I.
Pemakaian
semen
diusahakan
menurut
urutan
kedatangannya.
4.1.3. Aggregat Beton
a. Agregat beton berupa batu
alam yaitu hasil
desintegrasi alam atau batu pecah yang diperoleh dari
mesin pemecah
batu
(Stone
Crusher).
b. Agregat
yang
digunakan
harus
sesuai
dengan
spesifikasi menurut PBI-1971.
c. Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir
lebih besar dari 5 mm menurut PBI (1971).
d. Sistem
penyimpanan
harus
sedemikian
rupa
agar
memudahkan pekerjaan dan sebaiknya dialas dengan tepas
agar agregat tersebut tidak tercampur dengan tanah.
4.1.4. Agregat Kasar
a. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir
yang kasar, keras, tidak berpori dan bersudut. Bila ada
butir-butir yang pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh
melebihi 20 %
dari
jumlah
berat
seluruhnya.
b. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50 % kehilangan berat menurut test.
4.1.5. Agregat Halus

a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang


dihasilkan dari mesin pemecah batu.
b. Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat
alkali dan subtansi-subtansi yang merusak beton. Pasir
tidak boleh
mengandung segala jenis subtansi tersebut lebih dari 5
% (PBI-1971).
c. Pasir larut tidak boleh digunakan untuk beton.
d. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan
kasar.

e. Cara
dan
penyimpanan
harus
sedemikian
rupa
agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan
sebaiknya
dialas
dengan
tepas
agar
tidak
tercampur dengan tanah.
4.1.6. Air
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton
harus bersih, tidak mengandung minyak, garam, zat-zat
kimia yang
dapat merusak beton dan baja (PUBI-1982).
4.1.7. Peraturan
a. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah-istilah
teknik serta syarat-syarat pelaksanaan
beton secara
umum menjadi suatu kesatuan dalam bagian dokumen ini.
b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka
semua
pekerjaan beton harus sesuai dengan standar di bawah
ini.
Cara
Penghitungan
Struktur untuk
Tata
Bangunan
Gedung SKSNI T-15-199103.
Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)
Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI1982)
4.2 Syarat - Syarat Pelaksanaan
4.2.1. Persiapan
Pengecoran. a. B e t o
n
1. Beton harus dibentuk dari campuran semen, agregat,
air dalam suatu perbandingan yang tepat sehingga
didapat
kekuatan tekan karakteristik
bk = 175
kg/cm2 .
2. Seluruh pekerjaan beton bertulang pada bangunan ini
memakai adukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr, sehingga
membentuk beton Mutu K 175.
b. Perlengkapan Mengaduk
1. Kontraktor
harus
menyediakan
peralatan
dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup
untuk menetapkan dan mengawasi jumlah
dari
masing-masing bahan pembentuk beton. Perlengkapanperlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu
harus mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan.
2. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan
diadukkan dalam mesin pengaduk
beton, yaitu

"Batch Mixer" atau Portable Continious Mixer selama


sedikitnya
1,5 menit sesudah semuanya bahan ada dalam mixer
(air dicampur sekaligus). Mesin pengaduk tidak boleh
dibebani melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.

3. Setiap mesin pengaduk diperlengkapi dengan alat


mekanis untuk mengukur waktu dan
menghitung
jumlah adukan. Waktu pengadukan
ditambah bila
mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3 .
Direksi Lapangan berwenang untuk menambah waktu
pengadukan
jika
pemasukan
bahan
dan
cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan susunan kekentalan dan warna yang merata
seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan
konsistensi dari adukan ke adukan. Pengadukan yang
berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan
air
untuk
mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki tidak dibenarkan.
4. Pengangkutan Adukan :
Pengangkutan adukan dengan truck pengaduk (truck
mixer) dari tempat pengadukan (Batching Plant) ke
tempat pengecoran harus diatur sedemikian rupa
sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran
tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan
waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang
sudah di cor dengan yang akan di cor.
4.2.2. Pengecoran Beton
a. Memberi tahu Direksi Lapangan selambat-lambatnya 24
jam sebelum suatu pengecoran beton dilaksanakan.
Persetujuan Direksi
Lapangan
untuk
mengecor
beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan
dan pemasangan besi serta bukti bahwa kontraktor
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
b. Adukan beton
tidak
boleh
dituang
bila
waktu
sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah
mencapai 1
jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika
Direksi
Lapangan menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
c.
Beton harus di cor sedemikian rupa sehingga
menghindari terjadinya
pemisahan
material
(segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat- alat pembantu seperti
talang,
pipa,
chute
dsb, harus mendapat persetujuan Direksi
Lapangan.
d. Alat-alat penuang seperti talang,
pipa, chute, dsb
harus selalu
bersih
dan bebas dari
lapisan-lapisan
beton yang mengeras.
Adukan beton
tidak boleh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 m.
Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang
berisi penuh, aduk dengan pangkalnya yang terbenam
dalam adukan yang baru dituang.
e. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton
yang telah mengalami "initial set" atau yang telah
mengeras dimana beton akan menjadi plastis karena

getaran.

f. Semua
pengecoran bagian dasar konstruksi
beton
menyentuh tanah harus diberi lantai kerja setebal 5 cm
agar menjadi duduknya tulangan dengan baik dan untuk
menghindari penyerapan air semen oleh tanah.
g.
Bila pengecoran beton harus berhenti
sementara
sedang beton sudah menjadi keras, dan tidak berubah
bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitance) dan
partikel-partikel
yang
terlepas
sampai
suatu
kedalaman
yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera
setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang
melekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
h. Pemadatan Beton.

Kontraktor harus bertanggung jawab untuk


mengangkut dan
menuangkan
beton
dengan
kekentalan secukupnya agar didapat beton
yang
padat tanpa
menggetarkan
secara
berlebihan.
Pelaksanaan penulangan dan penggetaran beton
adalah sangat penting. Hasil beton yang beronggarongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak
akan diterima.

Pada daerah
pembesian yang penuh (padat)
harus digetarkan dengan penggetar berfrekwensi
tinggi agar
dijamin pengisian beton dan pemadatan yang
baik,
tetapi
tidak
mengenai
tulangan.

Penggetaran beton
harus dilaksanakan oleh
tenaga kerja yang mengerti dan terlatih.

Suhu.
Suhu beton waktu di cor tidak boleh dari 32 O C
(ACI1977), bila suhu dari yang ditaruk berada antara 27 O
C dan 32 O C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan
untuk kemudian langsung di cor. Bila beton di cor pada
waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi
32 O C, kontraktor harus mengambil langkah-langkah
yangefektif, misalnya
mendinginkan
agregat,
mengecor pada waktu malam hari.
4.2.3. Construction Joint (Sambungan Beton)
a. Rencana atau Schedule pengecoran harus dipersiapkan
untuk menyelesaikan suatu struktur secara menyeluruh.
Dalam
schedule
itu
Direksi
Lapangan
akan
memberikan

persetujuan dimana letak construction joint


tersebut.
b. Permukaan Construction Joint harus bersih dan dibuat
kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai
didapat permukaan
beton
yang
padat
dengan
menyemprot air pada permukaan beton, sesudah 2 jam
tetapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang.

c.

Bila cara tersebut tidak berhasil, maka dapat digunakan


cara lain yang disetujui Direksi
Lapangan seperti
dipahat. Harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera
sebelum beton dituang. Grout terdiri dari 1 bagian
semen dan 2 bagian pasir.
d. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan
beton
harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera sebelum
beton dituang. Grout terdiri dari 1 bagian semen dan 2
bagian pasir.
e. Construction Joint harus diusahakan semaksimal mungkin
berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila construction
joint tegak
diperlukan, tulangan harus menonjol
sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur
yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan pada
construction joint yang horizontal, walaupun ada
prosedurnya harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
4.2.4. Benda-Benda Yang Tertanam dalam Beton
a. Semua anker-anker, baut-baut, pipa-pipa, dan sebagainya
yang diperlukan tertanam dalam
beton
harus
terikat dengan baik pada cetakan sebelum beton di cor.
b. Benda-benda tersebut di atas harus dalam keadaan
bersih
dari karat dan kotoran lain pada waktu beton di cor.
c. Baut-baut anker harus dipasang dalam posisi yang
akurat dan
diikat
pada
tempatnya
dengan
menggunakan template.
4.2.5. Pengeringan Beton
a. Semua pekerjaan beton harus dirawat dengan baik
cara yang disetujui oleh Direksi Lapangan. Segera setelah
beton di cor dan difinis, maka permukaan-permukaan
yang tidak
tertutup
oleh
cetakan
harus
dijaga
kehilangan
kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara
terus menerus selama 7 (tujuh) hari.
b. Permukaan-permukaan
yang
dibongkar
cetakannya sedang
masa perawatan beton belum
dilampaui harus
dirawat dan dilindungi seperti permukaan-permukaan
beton
yang tidak tertutup oleh cetakan untuk
menghindari terjadinya retak rambat (internal crack).
c. Cetakan beton yang dilindungi terhadap penguapan dan
tidak dibongkar
selama masa
perawatan.
Beton
harus
selalu dibasahi
dengan
air
untuk
mengurangi
retak,
terjadinya celah-celah pada sambungannya.
d. Lantai beton dan permukaan beton lainnya yang tidak
19
19

tersebut di atas harus dirawat dengan air atau ditutupi


dengan membran yang basah.

20
20

e.

Melapisi permukaan beton dengan bahan


khusus
perawat beton
(curring compound) hanya diperbolehkan
pada bagian-bagian
beton
yang
tidak ditonjolkan
secara estetika.
Kecuali dapat dibuktikan pada Direksi
Lapangan bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi
pengaruh buruk pada permukaan beton.

4.2.6. Pembukaan Bekesting


a. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan
tertulis dari Direksi Lapangan atau jika umur beton telah
melampaui waktu sebagai berikut :

Bagian sisi balok 48


jam
Balok tanpa beban konstruksi 7
hari
Balok dengan beban konstruksi 21
hari

Plat lantai/ atap 21


hari
Dengan persetujuan direksi lapangan cetakan beton dapat
dibongkar
lebih awal asal benda uji
yang
kondisi
perawatannya sama
dengan
beton
sebenarnya
telah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari.
Segala izin yang diberikan oleh Direksi Lapangan sekalikali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/
membebaskan tanggung
jawab kontraktor dari adanya
kerusakan-kerusakan
yang timbul akibat pembongkaran
cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga
tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap
dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
b. Berkas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi
yang terpendam
dalam tanah harus dicabut dan
dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah
kembali.
c. Bekesting
bagian
konstruksi
yang
memikul
beban
pelaksanaan
lantai
diatasnya
tidak
boleh
dibongkar sebelum beton lantai di atasnya tersebut
mencapai 75 % dari kekuatan umur 28 hari dan lantai itu
sendiri sudah mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan umur
28 hari.
d. Semua beton yang tampak dalam pandangan, pertemuan
dua
bidang
harus tajam dan halus di bidangbidangnya.
Segera setelah cetakan dibuka dan beton masih relatif
segar
semua bidang-bidangnya harus dipahat sedangkan lekukan

serta lubang-lubang harus diisi dengan adukan satu semen


dan satu pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut
di atas harus dibasahi secara menyeluruh. Semua bagianbagian atau permukaan
yang
kasar
harus digosok
dengan batu
karburandum
dengan
air
dan
ditinggalkan
dalam warna yang merata. Penggosokan
hanya diperlukan pada permukaan yang kasar akibat
cetakan atau tetesan air semen.

e.

Permukaan
lantai
beton
harus
mempunyai
permukaan bentuk fisik yang rata dan halus. Menaburkan
semen kering pada permukaan beton dengan maksud
menyerap kelebihan air tidak dibenarkan sama sekali.
PASAL
5
PEKERJAAN PASANGAN DAN
PLESTERAN

5.1 Pekerjaan Pasangan Batu


Bata
5.1.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan pasangan
dan
plesteran
seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan gambar.
5.1.2. Syarat-syarat :
Standar umum pekerjaan
ini
harus
mengikuti
persyaratan pekerjaan beton.
5.1.3. Bahan-bahan :
a. Semen Andalas/ semen padang (Type
I).
b. Agregat halus seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan
beton.
c.
Agregat kasar seperti
yang dipersyaratkan dalam
pekerjaan beton.
d. Air seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan
beton.
e. Batu bata harus digunakan batu bata biasa dari tanah
liat buatan pabrik dengan ukuran 5 x 10 x 20 cm dan
harus kuat. Tidak
mudah
patah,
dibakar
dengan
baik, mempunyai ukuran yang tepat, bentuk yang teratur
tidak mempunyai cacat dan mempunyai kekuatan tekan
minimum 30 kg/cm2.
5.1.4. Pemasangan dan Tata Kerja :
a. Adukan semen harus diaduk dengan mesin pengaduk
seperti yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.
b. Semua pemasangan harus diletakkan tegak lurus, datar
dalam satu garis lurus dan berjarak sama. Sebelum
dipasang
batu bata harus dibasahi dengan air. Tebal spesie adalah
1
cm - 2 cm.
c.
Untuk dinding-dinding biasa yang di atas tanah
pasangan kedap air dengan perbandingan 1 semen : 2
pasir ( 1pc : 2ps
) dimulai dari sloof sampai ke permukaan lantai. Khusus
di
KM/WC pasangan bata kedap air dipasang setinggi 150

cm dari lantai KM/WC.


d. Pasangan biasa dengan adukan 1 semen : 4 pasir ( 1pc :
4ps
) berada di atas pasangan kedap air tersebut.
e.
Benda-benda yang
tertanam,
pasang semua
penulangan, baut-baut, angker dan barang-barang lain
yang diperlukan untuk pekerjaan lain ditempatkan pada
tempat yang telah ditentukan.

f.
:

Perawatan

Sebelum diplester pasangan bata harus dibasahi


terlebih dahulu dengan air.
g. Contoh :
Berikan contoh dari batu bata yang digunakan
untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
5.2 Pekerjaan Plesteran
5.2.1. Lingkup Pekerjaan :
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan Plesteran seperti
yang
tercantum dalam spesifikasi dan gambar.
5.2.2. Syarat-syarat :
a. Semua permukaan pasangan batu bata, kecuali bagianbagian yang tidak perlu diplester seperti yang tercantum
dalam gambar.
b. Semua kolom, balok, dinding dan langit-langit dari
beton.
5.2.3. Bahan-bahan :
a. Semen Portland ( PC tipe I ) seperti yang ditentukan
dalam
Pasal SII - 003 - 81, NI 8 1972 b. Agregates :
Pasir seperti yang tercantum dalam Pasal
4
kecuali bahwa pasir harus dicuci dan kecuali apabila
ditentukan
lain oleh Konsultan Pengawas.
Pasir untuk lapisan terakhir harus bersih dicuci dan
jenis silikat putih.
c. Air bersih, bebas dari minyak-minyak, asam alkali
dan barang-barang organik lainnya.
5.2.4. Penyerahan dan penyimpanan :
a. Bahan-bahan jadi harus dalam bungkus dan ikatan asli
yang masih ada nama dan merk dari pabrik.
b. Simpanlah bahan-bahan untuk plesteran, sehingga tidak
kena tanah, jauh dari tembok basah dan harus ditutup
rapat
sehingga tidak kena air.
5.2.5. Tata kerja :
a. Pemeriksaan permukaan yang akan diplester
:
Periksa semua permukaan
yang
akan diplester
dan pekerjaan
yang berhubungan sebelum melakukan
pekerjaan plesteran. Berikan laporan kepada Konsultan
Pengawas semua kondisi yang tidak memungkinkan
terlaksananya pekerjaan tersebut dengan baik.
Bila Pemborong mulai mengerjakan pekerjaan ini
tanpa berhubungan/ melaporkan adanya hal-hal yang
tidak memenuhi syarat kepada Konsultan Pengawas

Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya akan hasil


pekerjaan tersebut. Setiap perbaikan yang diperlukan
untuk
penyempurnaan
pekerjaan
buruk
sebelumnya, harus dikerjakan oleh Pemborong tanpa
adanya biaya tambahan.


Persiapan dinding yang akan di
plester
1. Semua siar dipermukaan dinding
batu
bata
hendaknya dikerok sedalam 10 mm.
2. Permukaan
dinding beton
yang
diplesteran
harus
diketrik
(dibuat
kasar)
agar
bahan
plesterannya dapat
mereket.
3.
Semua pekerjaan yang akan diplesteran harus
disikat sampai bersih dan disiram air sebelum bahan
plesterannya di tempelkan (permukaan dindingnya
harus dipelihara kelembabannya selama seminggu
semenjak penempelan plesterannya.
b. Mencampur plesteran
Ukurlah bahan-bahan dengan tepat dan campuran
menurut proporsi yang sesuai. Cara pengukuran harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Campurlah lebih dahulu


bahan-bahan
kering
sebelum
diberi
air.
Pergunakan alat-alat
pencampur
mekanis dari
type yang disetujui untuk segala macam campuran
plesteran
Campur
plesteran
dengan
jumlah
air
yang
sesuai sehingga diperoleh campuran yang baik.
Tidak diizinkan untuk memakai
kembali
adukan
yang sudah mengeras.
c. Proporsi plesteran :
Plesteran semen portland
(pc)
Standar berdasarkan volume ; 1 bagian semen : 4
bagian pasir.
Trassram berdasarkan volume ; 1 bagian semen :
2
bagian pasir.
Plesteran trassram dilakukan pada daerah 30 cm
diatas dan dibawah permukaan tanah atau pada
daerah yang basah. Plesteran trassram toilet harus
setinggi
1,5
m.
d. Penggunaan :
Permukaan beton ; tebal min. 0,05 cm dan max. 0,8
cm.
Permukaan batu bata; tebal min. 1,5 cm dan max. 2
cm.
Logam pelindung plesteran
:
Tempelkan tepat pada pasangan batu bata dengan

menggunakan baut-baut
pengikat sedemikian rupa
sehingga lurus dan tidak miring. Logam pelindung
harus
rata
dengan
plesteran
sekitarnya.
e. Perawatan :
Jagalah agar permukaan yang baru diplester tetap basah
selama 48 jam. Basahilah secukupnya tiap-tiap plesteran,
bila plesteran
tersebut mulai mengeras, untuk mencegah
kerusakan. Lindungilah plesteran dari penguapan yang
berlebihan selama udara panas dan kering.

f.
:

Penambalan

Sesudah pekerjaan selesai dilakukan, penambalan dan


pelaburan yang dibutuhkan, tambalkan
sebaik-baiknya
agar tambalan tidak tampak. Pekerjaan yang sudah selesai
harus bersih dan tidak ada kerusakan.
g. Perlindungan untuk pekerjaan lain
:
Tutuplah pekerjaan lain dengan kantung semen atau
yang lain. Singkirkan sisa-sisa plesteran yang
masuk
dalam lubang-lubang yang disiapkan untuk panel listrik.
PASAL
6
PEKERJAAN
PLUMBING
15.1 Lingkup Pekerjaan dan Hal-hal Umum
15.1.1. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah penyediaan
bahan- bahan, tenaga, peralatan-peralatan yang perlu
agar seluruh
instalasi penyediaan dan
pembuangan
air
dapat
dipasang,
diuji dan siap untuk digunakan dengan kualitas bahan dan
kualitas pengerjaan/ pemasangan
yang
terbaik, sesuai
dengan gambar-gambar dan spesifikasi
yang ditentukan
dalam perencanaan ini.
15.1.2. Lingkup pekerjaan ini meliputi
a. Sistem pipa-pipa air bersih untuk distribusi didalam
bangunan sampai ke "fixure-fixure".
b. Semua fixure yang direncanakan untuk dipasang termasuk
kran-kran dan alat-alat lain yang diperlukan.
c. Pipa supply lengkap dengan valve dari tangki penyediaan
air
dibawah,
kedistribusi
dalam
gedung.
d. Sistem pipa pembuangan air kotor (sanitasi) dari fixurefixure didalam bangunan sampai di luar batas bangunan
atau sampai bak kontrol yang terdekat, lengkap dengan
sistim penunjangnya.
e.
Peralatan-peralatan pembantu lainnya agar instalasi
tersebut seluruhnya dapat bekerja dengan sempurna.
15.1.3. Gambar-gambar perencanaan tidak dimaksudkan
untuk menunjukkan semua
pipa, fitting, katup-katup
dan fixtures
secara
terperinci. Semua bagian-bagian
tersebut di
atas,
walaupun tidak digambarkan/ disebutkan secara spesifik
harus disediakan dan dipasang oleh
Kontraktor apabila
diperlukan, agar instalasi ini lengkap dan dapat bekerja

dengan baik sesuai dengan pelaksanaan yang wajar, berlaku


untuk pekerjaan plumbing pada umumnya dan memenuhi
keputusan Direksi Lapangan.
15.1.4. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang
ahli dalam bidang ini, agar dapat memberikan hasil kerja yang
baik.

15.2 Bahan-bahan
15.2.1. Semua Plumbing Fixture yang akan
dipasang
harus
sesuai dengan yang tertera dalam gambar rencana.
15.2.2. Pipa-pipa air bersih utama / penyalur maupun pipa-pipa
cabang untuk distribusi air sampai ke fixture baik yang
ditanam
di tanah maupun ditempatkan dalam shaft, dibuat dari "
Pipa
PVC dengan urutan diameter 4",
15.2.3. Pipa-pipa sanitair dari fixture sampai ke bak kontrol dibuat
dari
PVC 3 " Merk United-D/Setara dengan tipe yang sama.
15.2.4. Instalasi pembuangan air kotor / Pipa penguras
dan
main shaft ke saluran pembuang dipakai pipa PVC 6 " Merk
United- D/Setara .
15.3 Perpipaan Air Bersih / penyalur
15.3.1.
Semua
perpipaan
ditempatkan
dan
dipasang
sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi pemeriksaan,
penggantian dan perbaikan. Semua stop valve dipasang pada
tempat yang mudah untuk dicapai atau diperbaiki
15.3.2. Perpipaan dipasang sedemikian rupa sehingga setiap jalur
distribusi dapat diperbaiki tanpa mengganggu yang lainnya.
15.3.3. Pemipaan, terutama untuk ukuran 50 mm (2") atau kurang,
bila
berada didaerah umum harus dilindungi, berada dalam
dinding atau slab.
15.3.4. Pipa yang ditanam harus terlebih dahulu diuji dan disetujui
pengawas sebelum ditimbun. Pipa yang menembus dinding
dan
slab harus dilengkapi dengan pipa slongsong (sleave)
15.3.5. Pipa yang didalam tanah, sekurang-kurangnya ditanam
sedalam 76 cm bila diukur dari bagian diatas pipa
kepermukaan tanah atau 120 cm bila menyeberangi jalam
umum.
15.4 Pipa Pembawa Air Kotor /
penguras
15.4.1. Termasuk
didalamnya :
a. Pengadaan dan pemasangan pipa pembawa air kotor dari
gedung sampai dengan bangunan unit pengolahan air kotor
(septictank dan bidang resapan)
b. Pembuatan
septictank
dan
bidang
resapan
untuk pembuangan air kotor, lengkap dengan peralatan
yang dibutuhkan seperti :
Man Hole
Pipa Vent
15.4.2. Pipa yang dipergunakan adalah dari PVC dan sambungan
dilakukan dengan sistem sambungan TS dan Solvent semen

.
15.4.3. Pemasangan pipa saluran dilakukan dengan memperhatikan
faktor kemiringan 2 % pada bagian-bagian di mana aliran
terjadi sendirinya (bukan dari tekanan pompa) dan
sesuai
dengan gambar rencana.

PASAL
16
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN
FINISHING
16.1 Persiapan pekerjaan dibuat los kerja, gudang bahan dan kamar
direksi dalam bentuk darurat dan papan nama Kegiatan.
16.2 Pemasangan bowplank harus disahkan oleh direksi,
konsultan
dan pengelola, mengingat ada kaitannya dengan peil yang sudah
ditentukan.
16.3 Buku harian yang dipersiapkan oleh pemborong selalu
siap dilapangan, setiap hari diisi dan ditanda tangani oleh Direksi
dan Pemborong.
16.4 Guna
untuk
mendapatkan
hasil
pekerjaan
yang
baik,
untuk kesempurnaan pekerjaan, ternyata tidak disebut dalam uraian
ini, maka bagian tersebut harus dilaksanakan oleh pemborong.
16.5 Apabila ternyata tidak terdapat kesesuaian antara gambar
dengan bestek, maka diambil pada gambar detail. Apabila kurang
jelas maka yang berlaku adalah yang tercantum dalam bestek ini,
terkecuali Direksi memberi keputusan lain.
16.6 Untuk
dokumentasi,
pemborong
diharuskan
mengadakan
opname photografi sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali (sebelum
dimulai, sedang dalam pelaksanaan dan setelah selesai) pandangan
yang sama 4 (empat) arah muka, belakang, samping kiri dan
samping kanan.

Anda mungkin juga menyukai