Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan asas kemandirian.
Namun, karena pembangunan tersebut memerlukan pembiayaan yang cukup
besar, asas kemandirian tidak dapat dilaksanakan secara utuh. Oleh karena itu,
pemerintah harus menggali segala sumber - sumber dana untuk membiayai
kebutuhan pembangunan nasional yang dimaksud. Salah satu dari sekian banyak
sumber - sumber dana untuk membiayai pembangunan nasional ini adalah dengan
cara penanaman modal.
Di masa globalisasi sekarang ini, peran penanaman modal semakin krusial.
Apalagi terhadap Negara - negara yang sedang taraf membangun seperti Negara
Republik Indonesia ini. Istilah membangun secara berdikari (berdiri di atas kaki
sendiri) berdasarkan asas kemandirian dengan mengabaikan sama sekali
penanaman modal terutama terhadap penanaman modal asing

sudah bukan

zamannya lagi . 1
Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian
dari bentuk penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
1

Munir Fuadi, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, ( Bandung; Citra Aditya Bakti,
2002 ), hlm. 131

membangunan

pembangunan

ekonomi

kerakyatan,

serta

mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perekonomian yang berdaya saing.


Karena itu, persaingan untuk memperebutkan penanaman modal saat ini
sudah semakin seru, dengan kompetisi yang semakin ketat. Berbagai insentif dan
kemudahan untuk penanaman modal yang akan menanamkan modalnya di suatu
Negara atau suatu daerah semakin diramu secara menarik.Tidak terkecuali sektor
yuridis yang juga dituntut untuk dipermak terus menerus agar tidak menjadi
penghambat, atau agar tidak tertinggal dari sektor yuridis di Negara Negara
pesaing. Misalnya ada suatu Negara yang hukumnya memberikan hak atas tanah
bagi pemodal asing sampai 100 tahun. 2
Agar tujuan peneyelenggaraan penanaman modal dapat tercapai, maka
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara
lain melalui perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, penciptaan birokrasi yang efisien,kepastian hukum dibidang penanaman
modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serat iklim usaha yang kondusif
di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai
faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik
secara signifikan. 3
Pemerintah dewasa ini telah menggariskan arah dari kebijakan penanaman
modal. Pemberian jaminan dan kepastian berusaha kepada penanaman modal serta
keamanan investasinya telah ditetapkan sebagai salah satu prioritas pemerintah.
Selain itu akan dilakukan pula penyederhanaan dalam prosedur investasi,
2
3

Ibid., hal.134.
Lihat Penjelasan Umum UU No.25 Thun 2007 Tentang Penanaman Modal

perbaikan sarana dan prasarana, serta penerapan peraturan peraturan investasi


secara konsisten dan transparan. 4
Dari hal tersebut di atas pemberian, fasilitas penanaman modal harus juga
mempertimbangkan tingkat daya saing perekonomian dan kondisi keuangan
Negara dan harus promotif dibandingakn dengan fasilitas yang diberikan Negara
lain. Pentingnya kepastian fasilitas penanaman modal ini mendorong pengaturan
secara lebih detail terhadap bentuk fasilitas fiscal, fasilitas hak atas tanah,
imigrasi, fasilitas perizinan impor. Meskipun demikian, pemberian fasilitas
penanaman modal tersebut juga diberikan sebagaia upaya mendorong penyerapan
tenaga kerja, keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi
kerakyatan, orientasi ekspor, dan intensif yang lebih menguntungkan kepada
penanaman modal yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan
produksi dalam negeri, serta fasilitas terkait dengan lokasi penanaman modal di
daerah tertinggal dan di daerah dengan infrastruktur terbatas. 5
Sebagaimana dengan Negara Negara lainnya, penanaman modal secara
langsung bagi pemerintah Indonesia dianggap relaitf lebih stabil dan memiliki
resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, karena
penanaman modal jenis ini akan mengendap dalam jangka waktu yang cukup
lama dan tidak rentan terhadap gejolak nilai mata uang. Di pihak lain, penanaman
modal secara tidak langsung atau penanaman modal dalam bentuk fortofolio
sifatnya lebih rentan terhadap gejolak mata uang, dan dapat berpindah tempat

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat utang Negara di Pasar Modal,
(Bandung;Alumni 2008 ),hlm.82
5
Penjelasan Umum UU No.25 Tahun 2007

sewaktu waktu apabila pemikinya meilhat faktor-faktor yang mengkhawatirkan


investasinya. 6
Secara teoritis Indonesia seharusnya dapat menjadi Negara tempat
penanaman modal yang baik. Hal ini disebabkan bahwa Indonesia memiliki
keunggulan keunggulan komparatif sebagai berikut : 7
1. Sumber daya alam yang melimpah ( seperti minyak bumi, gas bumi,
pertambangan, hasil hutan dan hasil laut ) .
2. Pasar dalam negeri yang luas dengan penduduk lebih kurang 243.000.000
( dua ratus empat puluh tiga juta ) jiwa .
3. Upah buruh yang relatife murah .
4. Kebijaksanaan ekspor yang kondusif .
5. Kebijaksanaan rezim devisa bebas .
6. Letak strategis diantara 2 ( dua ) benua dan 2 ( dua ) samudera.
Disamping itu, harapan dari masyarakat pebisnis adalah agar Indonesia
dapat memberikan kemudahan lain, seperi : 8
1. Kemudahan pajak .
2. Keamanan dan stabilitas politik .
3. Stabilitas nilai tukar rupiah .
4. Kemudahan, kebersihan dan transparansi birokrasi .
5. Law Enforcement dan kepastian hukum .

Jonker Sihombing, op.cit.hlm.78


Munir Fuadi ,Menata Bisnis Modern di Era Global, ( Bandung; Citra Aditya Bakti,
2002), hlm.68
8
Ibid.hlm.67
7

Di Indonesia, penanaman modal tidak hanya terkonsentrasi di pusat saja,


melainkan sudah merambah ke daerah- daerah di Indonesia. Hal ini telah
dirasakan

semenjak digalakkannya pelaksanaan otonomi daerah sehingga

pelaksanaan pembangunan nasional lebih merata, seperti diketahui dahulu sangat


terjadi ketimpangan pembangunan antara daerah dan pusat .
Pelaksana otonomi daerah pada awalnya ditujukan untuk memperbaharui
dan mereformasi kehidupan nasional guna menumbuhkan otonomi secara
substantif dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, memperkuat kebangsaan
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Melalui otonomi sebenarnya ingin dioptimalkan pemanfaatan seluruh aset
yang dimiliki daerah untuk menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa. Meskipun sejarah panjang menunjukkan bahwa kehidupan pemerintahan
berjalan di atas konsep yang kurang tepat dalam perumusan hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pembagian hak dan kesempatan yang
kurang adil, pendesentralisasian urusan yang setengah hati,tidak terwadahinya
aspirasi daerah dalam mekanisme pengambil-alihan keputusan yang menyangkut
kepentingan daerah, mungkin hanya sedikit contoh dari ketimpangan itu.
Oleh karena itu,sampai saat ini otonomi daerah belum dapat dilaksanakan
sebagaimana cita-cita untuk menjalankan politik desentralisasi. Undang-Undang
mengenai otonomi daearah belum dapat dilaksanakan karena terlalu banyak

memerlukan peraturan pelaksanaannya, disamping banyak konflik norma dalam


pemberian otonomi pada daerah dan banyaknya penafsiran yang berbeda . 9
Dalam hal ini permasalahan difokuskan pada masalah bagaimana
mengembangkan

sumber

penerimaan

daerah

melalui

investasi

dengan

mengedepankan pemberdayaan daerah menuju kemandirian ekonomi guna


mensejahterakan masyarakat .
Upaya pemerintah daerah Kabupaten untuk menciptakan iklim bagi dunia
usaha atau industri yang kondusif perlu terus didukung karena apabila pengusaha
sudah merasakan fasilitas atau insentif yang diberikan oleh pemerintah daerah
maka pengusaha pasti akan berusaha memanfaatkannya. Pengusaha akan tertarik
dan berinisiatif untuk menggerakkan usaha industri. Jika roda perekonomian
sudah mulai bergerak maka investor lain akan semakin aktif menanamkan
modalnya di sektor- sektor industry di daerah. Dengan demikian pemerintah
daerah tidak perlu menaikkan pajak dan memungut retribusi. 10
Dengan demikian sebagai hal yang penting, pemerintah daerah perlu
mengetahui hal hal yang sangat berpengaruh dalam investasi. Adapun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi investasi untuk masuk ke daerah, antara lain : 11
1. Stabilitas politik dan perekonomian yang menunjukkan kestabilan yang
mantap baik itu di tingkat pusat dan di tingakt daerah .
2. Kebijakan dan langkah deregulasi dan debirokrasi yang diambil
pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menggairahkan iklim investasi.

N.Rosyidah Rachmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi


Era Global, ( Malang,Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2004 ),hlm.113
10
Ibid, hlm.115
11
Ibid,hlm 116

3. Pembangunan kawasan industri sebagai pasar yang menopang jelas


investasi.
4. Tersedianya sumber daya alam yang melimpah seperti minyak bumi, gas
alam, bahan tambang, pertanian, perikanan, hasil hutan dan sebagainya.
5. Tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan dan keahlian
dengan upah yang kompetitif. Tenaga buruh yang murah namun tidak
memiliki keterampilan bukan lagi menjadi daya tarik investor asing untuk
menanamkan modalnya .
6. Iklim moneter yang stabil .
7. Kelonggaran yang diberikan oleh pemerintah di berbagai bidang, misalnya
penurunan bea masuk,insentif perpajakan,dan sebagainya .

Untuk mendukung hal tersebut diatas ,pemerintah daerah perlu memahami


masalah masalah yang dihadapi investor berkaitan dengan otonomi daerah
tersebut, antara lain : 12
1. Kekacauan perekonomian dan ketidakstabilan politik Indonesia sat ini.
2. Kekuatiran kontrak-kontrak yang ditandatangani dengan pemerintahan
daerah akan kurang kuat atau kurang memberi kepastian hukum.
3. Kekuatiran akan mengalami kesulitan mencari dana dalam menjalankan
proyek-proyek.

12

Ibid.hlm 117

4. Iklim investasi bagi perusahaan asing serta penanaman modal dalam


negeri hamper pasti berbeda di setiap daerah bila langkah-langkah
desentralisasi dilaksanakan.
5. Kekuatiran adanya perebutan kekuasaan antara pemerintah pusat dan
daerah dalam penarikan pajak dan retribusi .
Oleh karena itu pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah dan
memasuki era global perlu lebih jeli menangkap peluang guna menggali potensi
daerah masing-masing., Agar lebih mandiri secara ekonomi diharapkan
pemerintah daerah berhati-hati dalam menetapkan kebijakan untuk tidak terlalu
membebani masyarakat dan dunia usaha dengan pungutan pajak pajak dan
retribusi lainnya. Tanpa pertimbangan matang, hal tersebut akan berdampak pada
tertutupnya peluang pemerintah daerah untuk menarik penanaman modal baik
dalam negeri ataupun asing sebanyak-bayaknya ke daerah.
Untuk itu pemerintah daerah perlu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
kepada penanaman modal di daerah. Sehingga dapat membuat kebijakan strategis
yang mendukung investasi masuk ke daerah guna meningkatkan pendapatan
daerah. Pemerintah daerah perlu mengupayakan meningkatkan pendapatan
daerah. Pemerintah daerah perlu mengupayakan ketertiban dan keamanan serta
menjamin kepastian hukum selain mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan
andal. Dari uraian di atas maka penanaman modal sangat dibutuhkan bagi daerah
daerah terutama daerah yang baru dimekarkan untuk menggerakkan sektor
perekonomian sehingga kesejahteraan bisa tercipta atau dirasakan sampai ke
pelosok ( daerah daerah ) di tanah air, dan dari sini dapat dilihat keseriusan

pemerintahan daerah untuk membangun daerahnya terutama dengan menarik


penanaman modal

atau investor untuk menanamkan modal ke daerahnya .

Terutama pada daerah hasil pemekaran seperti Kabupaten Padang Lawas Utara,
yang mana daerah ini masih jauh dari kata maju. Hal ini disebabkan karena
sebagai daerah yang baru pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan maka
dengan otomatis pendapatan daerah belum mapan sebagai sebuah daerah
kabupaten. Dengan daerah yang masih banyak memiliki potensial untuk
dikembangkan maka daerah Kabupaten Padang Lawas Utara memerlukan
investasi ( penanaman modal ) baik penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing untuk meningkatkan pendapatan daerah. Investasi yang
dapat dilakukan oleh penanaman modal ialah di bidang perkebunan, di bidang
peternakan, di bidang perikanan dan lain-lain.Dengan di latar belakangi oleh
permasalahan di atas maka penulis untuk mengangkat judul tentang Sistem
Koordinasi Antara Pemerintah Daerah Provinsi dengan Pemerintah Daerah Hasil
Pemekaran Dalam Bidang Penanaman Modal Ditinjau Dari UU No.25 Tahun
2007 ( Studi Penanaman Modal di Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten
Padang Lawas Utara ) .

B. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ketentuan pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ?

2. Bagaimana kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten /


Kota dalam pelayanan penanaman modal ?
3. Bagaimana koordinasi antara Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan
Pemerintah

Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang

Lawas Utara ) dalam bidang Penanaman Modal ?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan


Tujuan utama dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi
persyaratan tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun berdasarkan permasalahan di atas,
maka yang menjadi maksud dan tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mempelajari dan memberikan gambaran mengenai ketentuan
pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25 tahun 2007 tentang
penanaman modal .
2. Untuk mempelajari , memahami dan memberikan gambaran mengenai
kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten / kota dalam
pelayanan penanaman modal .
3. Untuk mengetahui koordinasi antara Pemerintah Propinsi Sumatera
Utara dengan Pemerintah

Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah

Kabupaten Padang Lawas Utara ) dalam bidang Penanaman Modal .


Disamping mempunyai tujuan penelitian juga mempunyai manfaat dari
segi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis :

1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam

rangka

perkembangan

ilmu

hokum

pada

umumnya,

perkembangan Hukum Ekonomi dan Khususnya mengenai penanaman


modal terhadap koordinasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dengan
Pemerintah Daerah Hasil Pemekaran ( Pemerintah Kabupaten Padang
Lawas Utara ) .
2. Secara Praktis
Agar pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pembaca baik kalangan Akademisi maupun para penanaman modal baik
penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing dan
juga pemerintah daerah baik pemerintah propinsi maupun pemerintah
daerah hasil pemekeran. Skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi mahasiswa lain atau pihak yang membaca karya tulis ini
yang ingin membahas mengenai koordinasi penanaman modal guna
dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca ataupun yang ingin
melakukan pembahasan lebih lanjut tentang koordinasi penanaman
modal .

D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul Sistem Koordinasi Antara Pemerintah
Propinsi Sumatera Utara dengan Pemerintah

Daerah Hasil Pemekaran

(Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara ) dalam Bidang Penanaman Modal

ditinjau dari UU no.25 Tahun 2007 . Setelah melakukan Penelusuran ke


Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Besar Universitas Sumatera Utara, hal
ini belum pernah diangkat ataupun ditulis, kalaupun ada substansi pembahasannya
berbeda dengan pembahasan yang dipaparkan dalam skripsi ini .
Adapun judul yang berkaitan dengan judul skripsi ini adalah skripsi yang
berjudul Perlakuan dan Pemberian Fasilitas kepada penanaman modal menurut
perspektif UU no. 25 tahun 2007 yang ditulis oleh Bonatua Edyana Manihuruk
pada tahun 2012 di dalamnya memuat mengenai perlakuan dan pemberian
fasilitas kepada penanaman modal yang diberikan oleh pemerintah menurt
perspektif UU no.25 Tahun 2007 .
Selain judul di atas, skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi ini adalah
skripsi yang berjudul Predictability UU No.25 Tahun 2007 dalam Mendorong
Investor Asing dalam Penanaman Modal di Kabupaten Samosir yang ditulis
oleh Raditya Wiguna pada tahun 2009 yang di dalamnya mengenai cara
mendorong agar investor asing mau menanam modal di Kabupaten Samosir .
Sedangkan dalam skripsi

ini hal yang dituangkan adalah sistem

koordinasinya dalam melakukan penanaman modal antara pemerintah propinsi


dengan pemerintah daerah hasil pemekaran. Sebab untuk daerah hasil pemekaran
penanaman modal itu sangat dibutuhkan. Karena penanaman modal tersebut akan
membantu perekonomian daerah tersebut baik dari segi membuka lapangan
pekerjaan maupun menambah pendapatan daerah tersebut melalui sistem
koordinasi.

Dengan demikian, jika dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak
dicapai oleh penulisan skripsi ini maka, dapat disimpulkan bahwa apa yang ada di
dalam skripsi ini adalah murni dari si penulis dan bukan hasil jiplakan dari skripsi
orang lain, dan dimana diperoleh melalui hasil pemikiran para pakar dan praktisi,
referensi, buku buku, makalah- makalah, dan bahan-bahan seminar, serta media
cetak berupa koran-koran ,media elektronik seperti internet serta bantuan dari
berbagai pihak , berdasarkan pada asas- asas kelimuan yang jujur, rasional dan
terbuka. Semua ini adalah merupakan impliksi dari proses penemuan kebenaran
ilmiah, sehingga hasil penulis dapat dipertanggung jawabkan kebenaran secara
ilmiah.

E.Tinjauan Pustaka
Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang
dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundangundangan. Istilah investasi merupakan istilah yang popular dalam dunia
usaha,sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam
perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian

yang

sama

sehingga

kadang-kadang

digunakan

secara

interchangeable. 13
Istilah penanaman modal merupakan terjemahan dari kata investment,
berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai

13

Dhaniswara K.Harjono,Hukum Penanaman Modal, (Jakarta; Raja Grafindo


Persada,2007 ), hlm 10

penanaman modal atau investasi. Penanaman modal atau investasi sering kali
dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. 14
Di kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian yang lebih
luas karena dapat mencakup baik investasi langsung ( direct investment ) maupun
investasi tidak langsung ( portofolio investment ) sedangkan penanaman modal
lebih mempunyai konotasi kepada investasi langsung . 15
Menurut Dhaniswara K.Harjono,secara umum, investasi dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik orang pribadi ( natural person )
maupun badan hokum ( juridical person ), dalam upaya meningkatkan dan /atau
mempertahankan niali modalnya,baik yang berbentuk uang tunai ( cash money ),
peralatan ( equipment ), asset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian. 16
Dari pengertian tersebut di atas, dapat ditarik unsur- unsur terpenting
kegiatan investasi, yaitu : 17
1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidaknya tidaknya
mempertahankan nilai modalnya.
2. Bahwa model tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat
mata dan dapat diraba ( tangible ), tetapi juga mencakup sesuatu yang
bersifat tidak kasat mata dan tidak dapat diraba ( intangible ). Intangible
mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan, dan sebagainyayang dalam

14

Sutiarnoto, Tantangan Dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, (Medan ;Pustaka


BangsaPress,2008 ), hlm 5
15
Dhaniswara K. Harjono.op.cit.hlm 10
16
Ibid., hal.12.
17
Ibid., hal.13.

berbagai kontrak kerja sama ( Joint Venture Agreenment ) yang


dibiasanya disebut valuable service .
Dalam praktek istilah investasi atau penanaman modal sendiri seringkali
dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Komaruddin
memberikan pengertian investasi atau penanaman modal tersebut dalam 3 ( tiga )
arti : 18
a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan
lainnya.
b. Suatu tindakan untuk membeli barang barang modal.
c. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan hasil pendapatan
dimasa yang akan datang.
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
memberikan pengertian penanaman modal dalam pasal 1 angka 1 dimana
menyebutkan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal,
baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia . 19
Sedangkan di dalam Rancangan Perjanjian Multilateral Tentang Investasi
( Multilateral Agreement On Investment ) yang pada waktu itu sedang disiapkan
oleh organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan ( Organization for
Economic Cooperation and Development ) diberikan pengertian investasi
( internasional ) yang lebih luas. Dalam rancangan tersebut penanaman modal
( investment ) diartikan dalam suatu jenis aktiva yang dimiliki atau dikendalikan
18
19

Rosyidah Rakhmawati,op.cit.hlm.3.
Lihat Pasal 1Angka 1 UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

secara langsung ataupun secara tidak langsung oleh suatu investor ( Every kind
ofasset ownedor controlled, directly or indirectly, by on investor ) . 20
Oentoeng soerapati mengemukakan bahwa hal tersebut termasuk : 21
1. suatu perusahaan;
2. saham-saham atau bentuk lain partisipasi ekuitas dalam suatu perusahaan
dan hak hak yang diperolah dari padanya ;
3. obligasi ,surat hutang, pinjaman atau bentuk lain dari piutang dan hak-hak
yang diperoleh dari padanya;
4. klaim atas uang atau kinerja;
5. hak-hak atas kekayaan intelektual;
6. hak-hak yang diberikan berdasarkan hukum atau kontrak seperti konsesi,
lisensi,otoritas dan izin;
7.

kekayaan lain yang bertubuh atau tidak bertubuh, bergerak, atau tetap,
dan hak-hak yang terkait pada kekayaan lain seperti sewa, mortgage,
liens, dan gadai.
Pengertian penanaman modal secara luas akan membuka wawasan

pemikiran, bahwa pengertian penanaman modal bukan hanya terdapat dalam


perumusan undang-undang penanaman modal saja akan tetapi lebih luas dari itu,
sehingga pemahaman terhadap penanaman modal beserta implikasinya dapat lebih
mengerti. Sebab tanpa pengertian yang luas tentunya dapat membawa kita pada
rasa apriori yang pada akhirnya bisa menolak tehadap perbedaan penanaman
modal dimanapun ia berada atau melakukan operasinya tidak akan dapat
20
21

Rosyidah Rakhmawati,op cit;hlm 4


Ibid

dibendung kehadirannya oleh Negara-negara penerima modal. Apalagi dengan


dukungan globalisasi dunia lewat transportasi dan komunikasi yang tidak lagi
membedakan jarak Negara yang satu dengan Negara yang lainnya .

F. Metode Penulisan
Dalam setiap penulisan haruslah menggunakan metode penelitian yang
sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh
penulis dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Penelitian yang
dilakukan adalah penelitian hukum normative yang bersifat deskriptif.
Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang menganalisis hukum
yang

tertulis.

Sedangkan

yang

bersifat

deskriptif

maksudnya

menggambarkan dan menjelaskan bagaimana penanaman modal yang


berlaku di Indonesia, tata cara perizinan penanaman modal dan koordinasi
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten terkait penanaman modal
baik dalam negeri maupun penanaman modal asing khususnya antara
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kab. Padang Lawas
Utara.

2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari lapangan melalui riset dan
pengambilan data dengan informasi yang berasal dari Badan
Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Padang Lawas Utara serta pihak-pihak yang
terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai masalah yang diteliti guna mendukung data- data
sekunder.
b. Data Sekunder
Dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan adalah
bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
1. Bahan hukum primer yanitu bahan-bahan hukum yang mengikat,
terdiri dari peraturan perundang-undangan antar lain UndangUndang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal ,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 jo Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemekaran Daerah dan beberapa
Peraturan Kepala BKPM tentang koordinasi dalam penanaman
modal seperti

pengawasan pelaksanaan penanaman modal dan

lain lain.
2. Bahan sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer misalnya : hasil penelitian, hasi
karya ilmiah dari kalangan hukum dan sebagainya.

3. Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan


petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, misalnya : kamus-kamus hukum dan kamus bahasa
Indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penulisan ini, penelitian yang dilakukan oleh penulis
adalah penelitian kepustakaan ( library research ) yang merupakan
pengumpulan data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber
bacaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan
bacaan lainnya yang terkait dengan penulisan skripsi ini untuk digunakan
sebagai dasar ilmiah dalam pembahasan materi dan metode penelitian
( field research ) wawancara dengan Ibu Delfi Farosa jabatan front office
pada PTSP di Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi Sumatera
Utara dan wawancara dengan Bapak Surtan Sotarduga,Harahap jabatan
Kepala Bidang Penanaman Modal di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara yang berkaitan dengan
penanaman modal di Kabupaten Padang Lawas Utara.
4. Analisis Data
Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis
secara prespektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif .
Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan
membandingkan

sedangkan

metode

induktif

dilakukan

dengan

menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam

skripsi ini, sehingga dipeoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian


yang telah dirumuskan.
G.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjadi dalah satu metode yang dipakai dalam
melakukan penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam
menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi dari
skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 ( lima ) bab yang secara garis besar
isi bab-perbab diuraikan sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian yang digunakan, serta sistematika
penulisan skripsi ini.

BAB II

: KETENTUAN PELAYANAN PENANAMAN MODAL


BERDASARKAN UU NO. 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran mengenai ketentuan
pelayanan penanaman modal berdasarkan UU No.25 tahun 2007
tentang penanaman modal yang berlaku di Indonesia.

BAB III

: KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI

DAN

PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA DALAM


PELAYANAN PENANAMAN MODAL

Dalam bab

ini

diuraikan

mengenai

bentuk

kewenangan

pemerintah provinsi dalam pelayanan penanaman modal dan


bentuk kewengan pemerintah kabupaten / kota dalam pelayanan
penanaman modal.
BAB IV

: KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH PROVINSI


SUMATERA UTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH
HASIL

PEMEKARAN

PADANG

LAWAS

PEMERINTAH

UTARA

KABUPATEN

DALAM

BIDANG

PENANAMAN MODAL.
Dalam bab ini diuraikan mengenai bentuk kebijakan koordinasi
yang dilakukan antara Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
dengan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara dalam hal
penanaman modal yang dilakukan oleh seorang investor.
BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari
skripsi yang ditulis oleh penulis.

Anda mungkin juga menyukai