BAB II
Dapat mengurangi dampak buruk penggunaan pestisida bagi petani dan konsumen
Dapat meningkatkan nilai ekonomi sekam padi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekam padi
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering,
bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan
embrio). Sekam dapat dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae),
meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya
jagung dan gandum). Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas
kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam.
2.4 Pemanfaatan
Pemanfaatan sekam padi salah satu jenis limbah padi yang banyak dimanfaatkan
banyak orang terutama mereka daerah pedesaan dan juga dekat di daerah lumbung padi yang
ternyata dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup kita sehari-hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 KUALITATIF
A. Waktu dan Tempat
10 Mei 2016 dan Kampung Semangga Waninggap Kai
B. Alat dan bahan
a. Alat
1. Tangki pembakaran
2. Tangki pendingin
3. Tabung tar
4. Jerigen
5. Tangki destilasi
6. Saringan
b. Bahan
1. Korek
2. Sedotan
3. Kaleng
4. Sekam padi
c. Cara kerja
1. Sekam padi dibersihkan dan dikeringkan untuk mengurangi
kadar Kemudian dilanjutkan dengan metode Pirolisis yang merupakan proses
reaksi penguraian senyawa-senyawa penyusun kayu keras menjadi beberapa
senyawa organik melalui reaksi pembakaran kering pembakaran tanpa
oksigen. Reaksi ini berlangsung pada reaktor pirolisator yang bekerja pada
temperatur 300-650oC selama 8 jam pembakaran. Asap hasil pembakaran
dikondensasi dengan kondensor yang berupa koil melingkar. Hasil dari proses
pirolisis diperoleh tiga produk yaitu asap cair, tar, dan arang. Kondensasi
dilakukan dengan koil melingkar yang dipasang dalam bak pendingin.Air
pendingin dapatberasal dari air hujan yang ditampung dalam bak
penampungan, air sumur, air sungai maupun PDAM.
2. Proses Pemurnian Asap Cair untuk mendapatkan asap cair yang tidak
mengandung bahan berbahaya sehingga aman bagi bahan pengawet
makanan. Asap cair yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses pirolisis
diendapkan selama seminggu. Kemudian cairannya diambil dan dimasukkan
ke dalam alat destilasi. Suhu destilasi sekitar 150oC, hasil destilat ditampung.
Destilat ini masih belum bisa digunakan sebagai pengawet makanan karena
ada lagi proses lain yang harus dilewati.
3. Proses Filtrasi Destilat dengan Zeolit Aktif ditujukan untuk mendapatkan zat
aktif yang benar-benar aman dari zat berbahaya. Caranya, zat destilat asap
cair dialirkan ke dalam kolom zeolit aktif dan diperoleh filtrat asap cair yang
aman dari bahan berbahaya dan bisa dipakai untuk pengawet makanan non
karsinogenik.
4. Proses Filtrasi Filtrat Zeolit Aktif dengan Karbon Aktif Proses filtrasi filtrat
zeolit aktif dengan karbon aktif dimaksudkan untuk mendapatkan filtrat asap
cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Caranya, filtrat dari
filtrasi zeolit aktif itu dialirkan ke dalam kolom yang berisi karbon aktif
sehingga filtrat yang diperoleh berupa asap cair dengan bau asap ringan dan
tak menyengat. Maka sempurnalah asap cair sebagai bahan pengawet
makanan yang aman, efektif dan alami.
D.
Analisis data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sekam padi yang telah diolah dari penggilingan padi di kampung semangga. Setelah
dibersihkan dan dikeringkan di bawah sinar matahari pengeringan ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air didalam kandungan sekam padi hasil penggilingan. Pengeringan
pada dasarnya merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dari suatu bahan dengan cara menguapkan sebagian air yang di kandungnya dengan
menggunakan energi panas.
4.2 Pembahasan
Asap cair diproduksi dengan proses Pirolisa sekam padi pada suhu 4000C selama
1 jam. Asap yang terbentuk kemudian di kondensasikan dengan air sebagai media
pendinginnya. Pemurnian asap cair ini dilakukan dengan metode destilasi, dimana
asap cair dimasukkan ke dalam labu destilasi. Menurut (Suwarso, 2002) asap cair
yang diperoleh dari tahap pirolisiss atau grade 3 masih mengandung tinggi tar dan
benzopiren sehingga tidak aman untuk diaplikasikan untuk pengasapan dan
pengawetan makanan, sehingga diperlukan proses lebih lanjut untuk
meningkatkan mutu asap cair dari grade 3 nebjadi grade 2 dan grade 1 yang aman
untuk diaplikasikan dengan metoda destilasi.
Asap cair yang diperoleh dari tahap destilasi pertama atau grade 2 dapat
digunakan untuk pengawet ikan pengganti formalin, namun untuk diaplikasikan
sebagai alternatif pengganti pengawet makanan dengan taste asap yang rendah
atau langsung digunakan sebagai pelarut adonan. (Suwarso, 2002).
Pemurnian asap cair dengan metode destilasi akan menghasilkan rendemen, kadar
fenol, karbonil, dan keasaman dari asap cair.
Asap cair yang sudah dipisahkan tadi berdasarkan titik didihnya maka di ujikan
ke bakteri untuk melihat daya antibakteri dan antioksidannya serta melihat
potensi pencoklatan fraksi-fraksi asap cair. Semakin tinggi suhu fraksinasi maka
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen semakin besar, hal ini
disebabkan karena kenaikan suhu pada kadar fenol dan kadar asam pada destilasi,
sebab daya antibakteri dan daya antioksidan diperankan oleh kadar fenol dan
kadar asam dalam asap cair.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan